Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 > 
ANUGERAH UMUM: PERSPEKTIF TEOLOGI REFORMED (LANJUTAN BAGIAN PERTAMA) - SOTERIOLOGI HIPOTETIS DARI W.G.T. SHEDD 
Penulis: Rudiyanto

Uraian sistematis tentang Kalvinisme ortodoks di Inggris terumus pada tahun 1646 dalam bentuk Westminster Standards (WS) yang terdiri dari Westminster Confession of Faith (WCF) serta Larger dan Smaller Catechisms (LC dan SC). Pada tahun 1647 WS diterima oleh gereja Kalvinis Skotlandia dan selanjutnya menjadi pegangan ajaran bagi hampir semua gereja Presbiterian, Kongregasional serta Baptis di Inggris dan di Amerika. Dapat dikatakan hampir semua gereja Protestan di dunia berbahasa Inggris, dengan pengecualian gereja Episkopal dan gereja Wesley, memegang WS.

Pada suatu sidang Majelis Umum denominasi gereja Presbiterian di Amerika Serikat pada tahun 1889, sejumlah penatua mengusulkan revisi untuk WS. Usul ini dipertimbangkan dan dibentuk komisi revisi. Yang pro revisi keberatan terhadap isi WS yang memuat butir-butir Kalvinisme ortodoks seperti Allah melewati dan tidak menyelamatkan sebagian, anugerah umum dan anugerah khusus, dosa asal, keselamatan bayi dan keselamatan untuk orang-orang yang belum pernah mendengar Injil. Para revisionis mempersoalkan keadilan Allah kalau Ia melewatkan anugerah khusus bagi sebagian orang sementara kepada sebagian lain diberikan. Mereka mengusulkan supaya doktrin kedaulatan Allah, yang dengan sengaja tidak menyelamatkan sebagian orang, dihapus. Kalaupun mau tetap dipertahankan, hendaknya doktrin itu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dasar Allah untuk tidak menyelamatkan kaum bukan pilihan bukan lagi kedaulatan-Nya melainkan dosa-dosa mereka sendiri. Untuk itu, diusulkan supaya lingkup pemilihan Allah adalah universal tidak terbatas; anugerah umum dapat menjadi anugerah keselamatan asal manusia mau bekerjasama; bayi yang pada dasarnya cuma mewarisi dosa asal tanpa dosa perbuatan tidak bersalah di hadapan Allah dan oleh karena itu tidak pantas menerima hukuman kematian. Namun karena tidak mencapai dua pertiga suara dari seluruh penatua denominasi itu - sekalipun dalam sidang Majelis Umum pada tahun 1893 mayoritas menyatakan telah siap merevisi WS - revisi tidak jadi dilakukan.

William Greenough Thayer Shedd (1820-1894), teolog senior dari denominasi itu. memimpin mereka yang menolak revisi. Pada tahun 1893 ia menerbitkan buku berjudul Calvinism: Pure and Mixed yang isinya membela WS dan menolak revisi.1241 Dengan mengacu kepada sejarah Gereja, Shedd menegaskan bahwa kredo-kredo Kristen yang penting tidak pernah direvisi, karena perevisian akan mengubah isi doktrin dan segera suatu kredo akan kehilangan konsistensinya (hal ix-xvii). Menurut Shedd, konsistensi suatu kredo mutlak harus ada. Maka Shedd menilai upaya merevisi WS berasal dari semangat zaman yang tidak menyukai Kalvinisme murni tinimbang hasil pemahaman yang memadai terhadap Alkitab. Padahal menurut Shedd di tengah-tengah perubahan dunia, gereja Presbiterian seharusnya menegaskan kembali kemurnian doktrinnya, bukan merevisinya (hal 10). Kalvinisme ortodoks memang sulit dan untuk itu perlu dijelaskan, diterangkan, dan ditegaskan kembali.

Tulisan berikut akan menguraikan pandangan Shedd tentang anugerah umum. Konsep ini berkaitan dengan konsep-konsep lain yang dipersoalkan kaum revisionis yaitu predestinasi ganda dan universalitas kasih Allah.

 I. PROBLEM

Shedd mengaitkan anugerah umum dengan predestinasi ganda. Di satu pihak ia menekankan universalitas kasih Allah, namun di lain pihak ia menolak asumsi Arminian dari para revisionis yang menyatakan bahwa anugerah umum, asal manusia bekerjasama, dapat menuntun kepada keselamatan.1242 Kaum revisionis menolak doktrin predestinasi ganda karena dipandang tidak sesuai dengan Alkitab dan prinsip keadilan. Bukankah Allah mengasihi semua orang tanpa kecuali? Lalu apakah hanya berdasarkan dosa asal bayi dan orang yang belum pernah mendengar Injil juga akan binasa?1243 Dengan berdasarkan Alkitab, WS, dan kerangka pemikiran Kalvinis, Shedd menjawab bahwa universalitas kasih Allah dan predestinasi ganda tidak bertentangan (hal 23-28). Menurut Shedd, Alkitab mengajarkan keduanya dan (hal 43).

A. Universalitas Kasih Allah

Menurut Shedd, Westminster Standards mengajarkan kasih Allah kepada semua orang.

There is but one only living and true God, who is most loving, gracious, merciful, longsuffering, abundant in goodness and truth, forgiving iniquity, transgression and sin, the rewarder of them that diligently seek him. (WCF ii. 1)

Repentance unto life is an evangelical grace, the doctrine whereof is to be preached in season and out of season by every minister of the gospel, as well as that of faith in Christ. (WCF xv. 1)

It is every man's duty to endeavor to repent of his particular sins particularly. Every man is bound to make private confession of his sins to God, praying for the pardon thereof upon which, and the forsaking of them, he shall find mercy. (WCF xv. 5,6)

It is required of those that hear the words preached, that they attend upon it with diligence, preparation and prayer; receive the truth in faith, love, meekness, and readiness of mind, as the word of God, hide it in their hearts, and bring forth the fruit of it in their lives. (LC 160)

The moral law is of use to all men, to inform them of the holy nature and will of God, to convince them of their disability to keep it, and of the sinful pollution of their nature, to humble them in the sense of sin and misery, and thereby help them to a clearer sight of their need they have in Christ, and of the perfection of his obedience. (LC 95)

Prayer with thanksgiving, being on special part of religious worship, is required by God of all men. (WCF xxi. 3)

Man by his fall having made himself incapable of life by that (legal) covenant, the Lord was pleased to make a second, commonly called the covenant of grace: wherein he freely offered to sinners life and salvation bv,Jesus Christ, requiring of them faith in him, that they may be saved, and promising to give unto all those that ordains unto life, his Holy Spirit, to make them willing and able to believe. (WCF vii. 3) The ministry of the Gospel testifies that whosoever believes in Christ shall be saved, and excludes none that will come unto him. (LC 63)

Allah adalah Allah untuk setiap orang, Pencipta sekaligus Bapa dari semua orang, bukan hanya dari kaum pilihan. Oleh karena itu, wajarlah Allah mengasihi setiap orang, bukan hanya kaum pilihan. Jadi, kasih Allah kepada semua orang berasal dari fakta bahwa Ia adalah Pencipta dan Bapa untuk seluruh umat manusia.1244

Meskipun semua manusia berdosa, Ia tetap mengasihi mereka. Ia sabar dan penuh rahmat terhadap mereka. Kasih Allah ini diwujudkan dengan berkat-berkat pemeliharaan, firman tertulis maupun tidak tertulis, dan karya Roh Kudus secara umum. Bila Allah memerintahkan orang berdoa, Ia siap mendengar dan menjawab doa untuk menyelamatkan. Shedd menyebut kasih dan keinginan Allah antara lain sebagai "unlimited love and compassion of God toward all men as men, as his creatures,""God's universal compassion and readiness to forgive,""a common benevolent and merciful relation to thein all,""God 's universal benevolence,""common grace and universal benevolence of God,""gracious and fatherly interest in their soul's welfare."

Dalam kaitan kasih Allah dengan semua orang, Allah ingin mengampuni setiap orang tanpa kecuali kendati dosa mereka. Untuk mendapat pengampunan dan keselamatan, orang harus percaya kepada Kristus yang telah menjadi kurban bagi dosa-dosa semua orang. Pengurbanan ini betul-betul cukup untuk menanggung dosa-dosa seluruh manusia, karena Kristus menanggung dosa seluruh dunia.1245 "The Scriptures plainly teach that God so loved the world that he gave his only-begotten Son to make expiation for the sins of the whole world" (hal 44). Demikianlah, dasar pengurbanan Kristus adalah universalitas kasih Allah.6

The sacrifice of Christ for sin is ample for the forgiveness of every man. (hal 24)

To preach the duty of immediate belief in the Lord Jesus Christ as obligatory upon every man in connection with the doctrine ... that God feels compassion for only the elect, and that Christ's sacrifice is not sufficient for all, would be contradictory. (hal 24f)

What is the use of showing every man his need of Christ, if Christ's sacrifice is not sufficient for every man? (hal 26)

Karena syarat diampuni adalah bertobat dan percaya kepada Yesus, wajar kalau semua orang mendapat panggilan untuk percaya dan bertobat. Demikianlah, Injil sebagai kabar baik keselamatan dalam Kristus harus diberitakan kepada semua orang supaya mereka percaya dan selamat. Dalam pemberitaan Injil, orang dibuat melihat kebutuhannya akan Kristus dan keharusan percaya kepada-Nya. Jika percaya, mereka akan diselamatkan. Melalui pemberitaan Injil, Allah menyatakan kasih-Nya kepada orang berdosa baik kaum pilihan maupun bukan.1246

Namun dalam pemberitaan Injil Roh Kudus bekerja secara efektif hanya dalam diri kaum pilihan. Ia melahirbarukan dan mendorong mereka sehingga mereka mau dan mampu datang kepada Kristus. Sedangkan dalam diri kaum bukan pilihan, Ia hanya menginsyafkan mereka akan dosa dan kebutuhan mereka akan Kristus. Mereka tidak dibuat lahir baru, melainkan dibiarkan saja berespon menurut kondisi mereka sebagaimana adanya. Akibatnya dalam belenggu dosa, mereka tidak dapat bekerjasama dengan dorongan Roh Kudus untuk percaya kepada Kristus (hal 94).

B. Predestinasi Ganda

Menurut Shedd, doktrin predestinasi ganda merupakan salah satu karakteristik dari doktrin tentang ketetapan Allah dalam WS selain doktrin tentang kedaulatan Allah atas dosa (hal 31, 38).1247 Predestinasi memiliki dua sisi yakni Allah memilih sebagian dan melewatkan lainnya. Allah memilih sejumlah orang berdosa untuk diselamatkan (election) dan sebagian lain dibiarkan tidak selamat (preterition).

Skema predestinasi Shedd adalah Infralapsarianisme. Predestinasi secara logis dan bukan kronologis, datang sesudah ketetapan tentang penciptaan dan ketetapan untuk mengizinkan manusia jatuh ke dalam dosa.1248 Dengan skema ini, tidak dapat dikatakan bahwa sejumlah manusia diciptakan untuk binasa, sehingga juga tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah menyebabkan seseorang binasa.

Akibat kejatuhan, setiap manusia menjadi berdosa dan melakukan dosa. Maka manusia layak menerima hukuman yang adil dari Allah yakni maut. Namun Allah mengasihi setiap orang berdosa, sehingga Ia tidak langsung menghukum. Ia memberi mereka anugerah umum supaya manusia bisa percaya dan bertobat (bdk. Kis 14:17; 17:26f; Rm 2:4f). Namun sayang, manusia terus menolak anugerah umum dan lebih condong kepada dosa daripada kepada Allah (bdk. Kis 7:51). Anugerah umum tidak cukup efektif untuk mengatasi keberdosaan manusia.

Lalu dalam kedaulatanNya,1249 Allah menetapkan untuk memberikan anugerah khusus kepada sejumlah orang sedemikian rupa sehingga mereka mau, mampu percaya, dan bertobat (election). Sebaliknya, Ia membiarkan lainnya tetap tinggal dalam dosa karena penolakan mereka akan anugerah umum (preterition). Ketika Allah memilih atau membiarkan, keduanya berhubungan dengan keberlangsungan dosa dalam hidup manusia. Bedanya begini. Ketika Allah memilih, pemerintahan dosa di stop dan muncul kekudusan dalam kehidupan kaum pilihan. Ketika Allah membiarkan, dosa tetap berlangsung dalam kehidupan kaum bukan pilihan.1250 Jadi, Allah bukan pencipta dosa, melainkan pencipta kekudusan.

Allah membiarkan sebagian orang tidak memperoleh anugerah keselamatan dalam kedaulatan-Nya. Shedd melihat Alkitab mengajarkan demikian. Nabi Yesaya diperintahkan Allah untuk menyatakan bahwa sebagian Israel tidak memperoleh keselamatan (Yes 6:9f). Tuhan Yesus dengan mengutip Yesaya membenarkan hal itu (Mat 13:14f; Yoh 12:38-40). Lagi, Yesus menyatakan Kapernaum, Khorazim, dan Betsaida bersalah karena tidak bertobat, padahal mereka telah menyaksikan banyak mujizat Yesus (Mat 11:20-26). Akibatnya, mereka akan dihukum bahkan lebih berat dari Sodom yang tidak pernah menyaksikan mujizat Yesus. Mereka disebut "orang bijak dan orang pandai," namun Allah menyembunyikan hal-hal mengenai keselamatan dari mereka. Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih (Mat 22:14; Luk 17:34-36). Yesus berduka atas kekerasan hati dan penolakan orang-orang Yerusalem atas diri-Nya, dalam keadaan itu Ia menyatakan penolakan Allah terhadap mereka (Mat 23:35-38). Jadi, Yesus sering menghubungkan penolakan orang terhadap diriNya dengan rencana kekal Allah.

Singkatnya, Allah memilih atau membiarkan, keduanya adalah ketetapan Allah. Hanya ketika Allah memilih, itu merupakan tindakan (action) yang mengambil manusia dari keberdosaannya untuk memulai kehidupan yang kudus, sementara ketika Allah melewati. Allah tidak bertindak apa-apa untuk menyelamatkan (in action) dan membiarkan mereka terus hidup dalam dosa. Allah memutuskan untuk tidak mencegah kehendak bebas manusia dari kecenderungannya untuk menolak Allah (hal 55f). Kedua sisi dari predestinasi adalah Allah memilih (sisi positif) dan Allah membiarkan (sisi negatif). Keduanya tidak sama (hal 40).1251

Shedd juga menegaskan bahwa dalam predestinasi ganda Allah tidak memihak siapapun. Allah bertindak adil, tidak memandang status dan kondisi, dan tidak berpihak kepada sekelompok orang. Dipandang dari perspektif hak kewajiban, dalam predestinasi ganda Allah sama sekali tidak wajib untuk menyelamatkan. Yang ada "hanya" anugerah. rahmat Allah, yang tidak layak diterima seorangpun (hal 50).

 II. ANUGERAH UMUM

Menurut para revisionis, predestinasi ganda tidak konsisten dengan universalitas kasih Allah. Karena jika hanya sebagian orang yang ditentukan selamat, berarti kasih Allah tidak universal. Maka predestinasi ganda mau direvisi menjadi predestinasi tunggal atau bahkan tidak ada predestinasi sama sekali meskipun kedaulatan Allah tetap diakui.

Menurut Shedd, ajaran tentang predestinasi ganda konsisten dengan universalitas kasih Allah. Pertama, Kalvinisme dari WS mengikuti Alkitab yang mengajarkan kedua hal tersebut. Menurut Shedd, konsistensi kedua hal itu memang tidak dapat diselami namun itu harus diterima, sebab firman Allah sudah menyatakannya.

Since both classes of passages come from God, he must perceive that they are consistent with each other whether man can or not. Both, then, must be accepted as eternal truth by an act of faith, -by every one who believes in the inspiration of the Bible. They must be presumed to be self-consitent, whether it can be shown or not. (ha143

Kedua, terdapat derajat kasih Allah dalam anugerah umum dan anugerah khusus. Walau keduanya merupakan wujud kasih Allah, yang pertama lebih rendah dari yang kedua. Jika Allah tidak memberikan kasih tertinggi-Nya kepada orang berdosa, itu bukan berarti Ia tidak mengasihinya. Allah mengasihi semua orang dan buktinya Ta sudah memberikan anugerah umum kepada mereka. Namun ketika anugerah umum itu ditolak karena kehendak manusia yang cenderung kepada dosa, Allah tidak lagi wajib untuk memberikan anugerah khusus dan ini tidak berarti Ia tidak mengasihi (hal 44-48).

Konsep anugerah umum Shedd dapat dijabarkan dalam tiga kategori yakni anugerah umum dan Allah, anugerah umum dan manusia berdosa, serta anugerah umum dan keselamatan.

A. Anugerah Umum dan Allah

Hubungan Allah dan manusia dimotivasi oleh kasih. Allah mengasihi semua manusia tanpa kecuali.1252 Kasih menjadi dasar untuk berbuat baik kepada pihak lain dan mendasari keinginan Allah untuk menyelamatkan semua manusia.1253 Kasih dan keinginan untuk melihat kebaikan manusia ini terwujud secara negatif dan positif. Secara negatif, Allah tidak langsung menghukum manusia. Ia sabar terhadap setiap orang berdosa. Secara positif, Allah memberikan kepada mereka berkat-berkat pemeliharaan, firman tertulis maupun tidak tertulis, dan karya Roh Kudus secara umum. Firman tertulis adalah istilah Shedd untuk Alkitab, sedangkan firman tidak tertulis adalah hukum Allah yang ditaruh-Nya dalam diri manusia.

Roh Kudus memakai firman untuk menginsyafkan manusia berdosa supaya bertobat. Ia mendorong orang yang diinjili untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Yesus telah menjadi kurban yang memadai bagi pengampunan dosa setiap orang. Ini semua merupakan rahmat kepada manusia secara universal supaya manusia bertobat dari dosa-dosanya (bdk. Rom 2:4f). Allah betul-betul menginginkan supaya orang berdosa mendengar panggilanNya. Ia ingin anugerah umum berhasil dan diterima manusia. Dengan kata lain, Ia ingin menyelamatkan semua orang berdosa.

B. Anugerah Umum dan Orang Berdosa

Dilihat dari statusnya, manusia adalah orang berdosa dan sebenarnya tidak layak menerima kasih Allah. Hak satu-satunya adalah hukuman kekal yakni kematian. Tapi nyatanya, Allah mengasihi manusia berdosa. Ia memberikan anugerah umum kepada mereka. "Common grace ... is great dan undeserved mercy to a sinner" (hal 47).

Dilihat dari kondisinya, kehendak manusia terbelenggu oleh dosa (hal 21). Kehendaknya selalu terarah kepada dosa, bukan kepada Allah. Dalam bahasa Shedd, "love of sin dan obstinate-will in sin" (hal 46). Jadi, secara positif manusia cenderung kepada dosa, dan secara negatif menolak Allah. Akibatnya, manusia diinjili atau tidak, akan menolak dan menyia-nyiakan anugerah umum. Ia tidak mau dan tidak mampu percaya.

C. Anugerah Umum dan Keselamatan

Menurut Shedd, keselamatan melalui anugerah umum bersyarat (soterik kondisional). "Common grace ... would save him if he did not resist and frustrate it" (hal 46). Pemeliharaan Allah, firman tertulis maupun tidak tertulis, dan karya Roh Kudus secara umum merupakan rahmat Allah bagi semua manusia secara umum. Semua itu dimaksudkan supaya manusia bertobat dan selamat. Kepada mereka yang mendengarkan Injil, firman tertulis dan karya Roh Kudus menginsafkan mereka akan dosa dan perlunya bertobat, seperti yang dilakukan kan firman tidak tertulis dan karya Roh Kudus atas mereka yang tidak mendengar Injil. Jadi, anugerah umum juga menuntun kepada keselamatan namun bersyarat.1254

Ketiga kategori ini intinya adalah inisiatif Allah, sasarannya adalah keselamatan semua orang, namun respon manusia ternyata menolak anugerah umum. Tuntutan kepada pihak manusia untuk bekerjasama dengan anugerah Allah nyatanya tidak terpenuhi, sehingga keselamatan dalam anugerah umum bersifat hipotetis. Lain dengan keselamatan dalam anugerah khusus yang bersifat kategoris. Dalam anugerah khusus, inisiatif tetap pada Allah namun sasarannya adalah keselamatan dari kaum pilihan, dan responnya percaya dan bertobat. Dalam anugerah umum manusia hanya didorong untuk percaya dan bertobat, sedangkan dalam anugerah khusus Roh Kudus menjadikan manusia mau, mampu percaya, dan bertobat. Dalam anugerah umum dorongan Roh Kudus tidak disertai karya lahir baru, sedangkan dalam anugerah khusus dorongan itu menghasilkan kelahiran baru. Dalam anugerah umum keputusan manusia diambil dalam kondisi yang berdosa sehingga ia bersikap negatif terhadap tawaran keselamatan, sedangkan dalam anugerah khusus meski manusia berdosa yang membuat keputusan, Roh Kudus telah melahirbarukan dan mendorong yang bersangkutan sehingga ia bersikap positif terhadap tawaran keselamatan.

 III. BOULEIMA DAN THELEIMA

Shedd menjelaskan dua kata dalam Perjanjian Baru yang berarti "kehendak" yakni theleima dan bouleirna (hal 99f). '1 heleima adalah kehendak berdasarkan hasrat (will of desire). sementara bouleima adalah kehendak berdasarkan rencana (will of purpose). Menurut Shedd, kehendak Allah memiliki aspek ganda yakni berdasarkan hasrat (theleima) dan berdasarkan rencana (bouleima). Kehendak berdasarkan hasrat terungkap dalam firman yang dinyatakan kepada manusia (legislative will). Kehendak berdasarkan rencana terungkap dalam ketetapan atas segala sesuatu yang terjadi (decretive will).

Kedua aspek dari kehendak Allah ini paralel dengan keselamatan melalui anugerah umum dan melalui anugerah khusus. Dalam anugerah umum, Allah berhasrat (theleima) supaya semua orang berdosa selamat seperti terungkap dalam firman-Nya yang memanggil semua orang untuk percaya dan bertobat. Tapi Ia tidak merencanakan, menetapkan. dan bertindak secara efektif untuk mewujudkannya. Ia hanya memberikan kesaksian, jalan, dan dorongan kepada semua orang untuk menerima keselamatan. Inilah anugerah umum. Namun dalam anugerah khusus, Ia mengejawantahkan hasrat itu dalam suatu kehendak yang terencana dan efektif (bouleima). Dalam kedaulatanNya, Allah menujukan anugerah keselamatan kepada kaum pilihan, bukan kepada semua orang.

Berdasarkan studi kedua kata tersebut, Shedd mengemukakan dua ayat dalam PB yang menurutnya sering disalah mengerti yakni 1 Tim 2:3f dan 2Pet 3:9.

1 Tim 2:3f ... os pantas anthroopous thelei soozeinai (... yang menginginkan semua manusia diselamatkan)

2 Pet 3:9 ... mei boulomenos tinas apolesthai alla puntas eis metanoian chooreisai (... yang tidak menginginkan satu orang binasa, tetapi yang menginginkan semua orang datang kepada pertobatan)

Ada dua hal yang ingin dikatakan Shedd. Pertama, menurut 1 Tim 2:3f Allah menginginkan semua manusia diselamatkan, sedangkan menurut 2Pet 3:9 Allah tidak merencanakan supaya ada yang binasa melainkan semua bertobat.

Kedua, pada 1 Tim 2:3f kata kerja "menginginkan" (thelei) tertuju kepada semua orang tanpa kecuali. Allah ingin menyelamatkan semua orang. Namun pada 2Pet 3:9 kata kerja "menginginkan" (boulomenos) tertuju kepada anak-anak Allah, orang percaya, kaum pilihan seperti konteks dekat dari ayat itu. Dari antara kaum pilihan tidak satupun dari mereka akan binasa, sebab Allah tidak merencanakan supaya mereka binasa, sebaliknya, supaya mereka bertobat.1255

 EVALUASI

1. Analisis Epistemologis

Shedd mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi ketegangan antara predestinasi ganda dan kasih Allah kepada semua orang. Solusi itu dikemas dalam kerangka pemikiran Infralapsarianisme dengan prasuposisi Kalvinisme ortodoks. Sebenarnya, gagasan anugerah umum belum terumus dalam WS. Shedd mengembangkan gagasan itu. Hasilnya adalah suatu bentuk soteriologi yang agaknya belum terbayang oleh para perumus WS! Soteriologi ini mengandaikan manusia akan selamat jika ia bekerjasama dengan anugerah umum, walau kenyataannya itu tidak terjadi. Selain itu, soteriologi ini juga mendamaikan universalitas dan partikularitas dari kasih Allah. Universalitas kasih Allah yang bersifat hipotetis terwujud dalam anugerah umum, sedangkan partikularitas kasih Allah yang bersifat absolut dalam anugerah khusus. Universalitas kasih Allah tidak menjamin keselamatan orang berdosa, tapi partikularitas kasih Allah memberi jaminan dalam hal ini kepada kaum pilihan. Agaknya tidak keliru kalau penulis menyebut hakekat konsep anugerah umum Shedd sebagai soteriologi hipotetis.

2. Kekuatan dan Kelemahan

Soteriologi hipotetis memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan soteriologi Shedd adalah pertama-tama ia berusaha konsisten dengan pernyataan-pernyataan Alkitab. Kedua, ia menekankan pemberitaan Injil. Ketiga, ia mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi seluruh umat manusia, bukan hanya kaum pilihannya. Hal ini sering dilupakan orang Kristen yang sering merasa ekslusif di tengah-tengah masyarakat majemuk. Keempat, ia tetap mempertahankan premis dasar Kalvinisme yakni kedaulatan Allah yang terwujud dalam anugerah dan keadilanNya.

Kelemahan soteriologi Shedd adalah pertama-tama skema Infralapsarianisme yang diterima begitu Baja. Sebenarnya kesaksian Alkitab tidak begitu jelas tentang urutan dari ketetapan Allah sebelum dunia dijadikan. Karena itu, validitas soteriologi hipotetisnya Shedd sebenarnya kurang didukung Alkitab dan terbukalah dengan demikian unsur spekulasi. Kedua, soteriologi hipotetis menimbulkan kesan bahwa Allah mempermainkan manusia. Sekalipun Allah ingin menyelamatkan kaum bukan pilihan namun mereka hanya memperoleh kesempatan hipotetis. Ketiga, Shedd tidak menunjuk secara jelas keunikan karya Kristus dan penginjilan dibandingkan dengan firman tidak tertulis. Sesuai dengan keyakinan Shedd bahwa Roh Kudus dapat melahirbarukan manusia yang tidak mendengar Injil melalui hukum moral dalam diri orang itu, maka sepertinya tidak ada perbedaan hakiki antara penyataan umum dan penyataan khusus. Keduanya sama-sama menjadi sarana keselamatan. Anugerah umum dapat menjadi anugerah khusus ketika Roh Kudus mengefektifkannya dalam diri kaum pilihan. Padahal anugerah umum sekalipun menjanjikan keselamatan sifatnya hipotetis bersyarat. Kalau ditarik lebih jauh, bisa-bisa ini mengarah kepada universalisme, meski Shedd tentu tidak bermaksud demikian.

Harus diakui Shedd berkontribusi untuk perkembangan doktrin anugerah umum (common grace). Menurut penulis, gagasan Shedd sedikit banyak telah mempengaruhi John Murray (The Atonement and the Free-Offer of the Gospel) dan R.C. Sproul (Chosen By God) yang definisinya tentang anugerah umum menjadi premis mayor seri tulisan ini di mana Allah sungguh-sungguh mengasihi semua orang, termasuk kaum bukan pilihan.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA