Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 > 
GEREJA, KERYGMA DAN MASYARAKAT 
Penulis: Yusuf Tejosusilo{*}
 PENDAHULUAN

Tuhan telah memberi wewenang, mandat, atau tugas kepada gereja untuk menyampaikan kerygma (berita) kepada masyarakat. Berita yang disampaikan gereja adalah berita anugerah, berita keselamatan, atau lebih dikenal dengan istilah berita Injil. Dalam hal ini yang dimaksud "gereja" adalah orang yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Pribadi. Jadi, orang percaya hendaknya menyampaikan kerygma kepada masyarakat di mana mereka tinggal. Dalam tulisan ini, masyarakat berarti kelompok orang dengan latar belakangnya masing-masing.

Kerygma yang disampaikan kepada masyarakat, hendaknya bisa diterima oleh pendengar. Supaya berita bisa ditangkap dan dimengerti oleh pendengar, hendaknya berita disampaikan dengan:

1. Memakai istilah-istilah yang pendengar dapat mengerti. Jangan berkata pada nenek tua ketika mengajak ke pulau Bali dengan istilah akomodasi, transportasi, kalkulasi, dokumentasi dan lain-lain. Nenek tua tak akan mengerti. Istilah-istilah itu akan membuatnya bingung.

2. Berita pada tahap pertama jangan berbenturan langsung dengan prinsip dasar atau keyakinan yang dipegang teguh. Misalnya, kalau orang itu berkata bahwa percaya Yesus Tuhan itu sirik, dosa besar, murtad dan lain-lain, maka ketika pertama kali menyampaikan kerygma jangan menyebut Yesus Tuhan.

Seorang pembawa berita yang baik akan memberitahukan sesuai dengan daya tangkap, latar belakang, istilah yang dimengerti dan menghindari hal-hal yang langsung ditolak oleh pendengar. Lebih baik berangkat dari apa yang bisa dan mudah diterima baru kemudian masuk kepada hal-hal yang sulit diterima pendengar.

 GEREJA, KERYGMA DAN MASYARAKAT DALAM KISAH PARA RASUL

Bagian ini akan menguraikan siapa pembawa berita, siapa pendengarnya dan apa isi berita yang disampaikan. Bahan baku penelitian adalah seluruh kitab Kisah Para Rasul.

Pola pelayanan kepada orang Yahudi:

Nats Kis 2:31-32 | Oleh: Petrus | Kepada: Proselit, diaspora, dan orang Yahudi di Yerusalem | Isi berita: Yesus Mesias, anak Daud, yang mati dan bangkit

Nats Kis 3:18 | Oleh: Petrus | Kepada: orang Yahudi di serambi Salomo | Isi berita: Yesus Mesias yang menderita dan menggenapi nubuat

Nats Kis 5:42 | Oleh: Rasul-rasul | Kepada: orang Yahudi di Yerusalem | Isi berita: Yesus Mesias

Nats Kis 8:5 | Oleh: Filipus | Kepada: Orang Samaria | Isi berita: Yesus Mesias

Nats Kis 9:22 | Oleh: Paulus | Kepada: Yahudi di Damsyik | Isi berita: Yesus Mesias

Nats Kis 17:3 | Oleh: Paulus dan Silas | Kepada: Orang Yahudi di Tesalonika | Isi berita: Yesus Mesias

Nats Kis 18:5 | Oleh: Paulus, Silas, dan Timotius | Kepada: Orang Yahudi di Korintus | Isi berita: Yesus Mesias

Nats Kis 18:28 | Oleh: Apolos | Kepada: Orang Yahudi Akhaya | Isi berita: Yesus Mesias

Nats Kis 26:23 | Oleh: Paulus | Kepada: Agripa | Isi berita: Yesus Mesias yang mati dan bangkit

Jadi khusus kepada orang Yahudi, tokoh-tokoh gereja purba, memakai istilah "Yesus Mesias" untuk menyampaikan berita pertamanya. Mengapa? Karena orang Yahudi akan menolak mati-matian istilah "Yesus Tuhan". Mereka berpendapat bagaimana mungkin seorang manusia bisa diangkat menjadi Tuhan. Bila berita pertama memakai istilah "Yesus Tuhan" maka orang Yahudi akan mengatakan hal tersebut sesat, menghujat Allah, sirik, murtad, dan bahkan si pemberita bisa dilempari batu.

Orang Yahudi mengharapkan kedatangan Mesias. Di tengah suasana dijajah, mereka sangat menanti kapan Mesias datang untuk membebaskan mereka dari penjajahan. Berdasarkan pengharapan ini, tokoh-tokoh gereja purba, memberitakan dan membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus Mesias dibuktikan dengan Yesus yang menggenapi nubuat. Dia mati dan bangkit kembali dari kematian.

Pola pelayanan kepada orang bukan Yahudi:

Nats Kis 10:36 | Oleh: Petrus | Kepada: Kornelius dan rekan-rekan lain | Isi berita: Yesus datang bagi semua orang

Nats Kis 11:20 | Oleh: Paulus dan Barnabas | Kepada: Orang Yunani di Antiokhia | Isi berita: percaya kepada Tuhan Yesus

Nats Kis 16:30-31 | Oleh: Paulus dan Silas | Kepada: Kepala penjara di Filipi | Isi berita: percaya kepada Tuhan Yesus

Nats Kis 17:23,24,31 | Oleh: Paulus | Kepada: Orang Athena | Isi berita: Allah yang tidak dikenal yaitu Yesus yang bangkit

Jadi, tokoh-tokoh gereja purba pada waktu menghadapi orang bukan Yahudi tidak lagi memakai pendekatan dengan istilah "Yesus Mesias", tetapi berubah menjadi "Yesus Tuhan". Petrus pada waktu berbicara kepada orang Yahudi memakai istilah "Yesus Mesias", namun pada waktu berbicara kepada Kornelius dia memakai istilah "Yesus Tuhan". Demikian pula dengan rasul Paulus, pada waktu berbicara kepada orang Yahudi memakai istilah "Yesus Mesias", sedangkan untuk orang bukan Yahudi memakai istilah "Yesus Tuhan" (baik di Antiokhia, Filipi, dan Athena). Tokoh-tokoh gereja purba, memperhatikan pendengar dan mendekati mereka dengan istilah yang tepat.

Mengapa tokoh-tokoh gereja purba, memakai istilah Yesus Tuhan untuk orang bukan Yahudi? Karena orang bukan Yahudi saat itu sedang menyembah banyak Allah (polytheis). Orang bukan Yahudi sudah menyembah banyak Allah dan kalau ditambah satu lagi tak menjadi masalah. Sesudah itu, baru kemudian dijelaskan bahwa Yesus adalah satu-satunya Allah yang patut disembah, dan jangan menyembah tuhan yang lain.

Namun di sisi lain orang bukan Yahudi tidak mengenal istilah Yesus Mesias. Kalau memberitakan dengan memakai Yesus Mesias, berita itu asing bagi pendengar.

 BAGAIMANA DENGAN SITUASI DI INDONESIA?

Dari dua istilah yang dipakai dalam Kisah Para Rasul yaitu Yesus Mesias dan Yesus Tuhan, istilah mana yang sering dipakai oleh gereja-gereja di Indonesia? Penulis dapat memastikan bahwa istilah Yesus Tuhan lebih banyak dipakai, bahkan hampir seluruh karya orang Kristen di Indonesia diwarnai istilah Yesus Tuhan. Hampir seluruh lagu-lagu gerejani memakai istilah Yesus Tuhan. Khotbah, buku-buku, tulisan, dan ucapan yang sering dipakai adalah Yesus Tuhan. Bahkan dalam doa dipakai istilah Yesus Tuhan, terutama di akhir doa dikatakan, "Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa." Jadi, dapat dikatakan bahwa gereja di Indonesia diwarnai istilah Yesus Tuhan. Sangat langka istilah Yesus Mesias ditemukan dalam karya dan pengakuan iman orang Kristen.

Kalau meneliti kitab Kisah Para Rasul ada dua istilah yang dipakai. Lalu mengapa gereja di Indonesia hanya memakai satu istilah saja? Mari kita melihat latar belakang sejarah.

Gereja pertama kali muncul di kota Yerusalem, kemudian berkembang ke Antiokhia. Dari Antiokhia, gereja berkembang ke Asia Kecil, daerah semenanjung Yunani dan Roma. Pada waktu berita Injil disampaikan kepada orang-orang bukan Yahudi, istilah yang dipakai adalah Yesus Tuhan.

Dari Asia Kecil gereja masuk ke Eropa. Orang Eropa saat itu dikenal sebagai bangsa barbar (liar), mereka menyembah banyak allah dan hidup dalam perdukunan. Dengan demikian, berita yang tepat bagi mereka adalah Yesus Tuhan, di mana Yesus Tuhan bisa mengalahkan segala jimat, setan dan obyek penyembahan lain. Jadi orang Eropa ini bertobat melalui istilah Yesus Tuhan. Berita Injil menjangkau Amerika. Penduduk Amerika berasal dari orang Eropa yang percaya Yesus Tuhan. Jadi kekristenan di Amerika pun senang memakai istilah Yesus Tuhan.

Dari kedua benua itu, Eropa dan Amerika berita Injil masuk ke Indonesia melalui para misionaris. Para misionaris itu sudah dididik dan dibekali dengan istilah Yesus Tuhan, sehingga gereja di Indonesia terbiasa memakai istilah Yesus Tuhan. Istilah ini terus berkembang sampai sekarang. Melihat latar belakang demikian, jangan heran kalau gereja di Indonesia jarang sekali memakai istilah Yesus Mesias.

 HIMBAUAN

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang serba majemuk. Ada kelompok orang yang bisa menerima istilah Yesus Tuhan, tetapi ada banyak orang akan menolak pendapat tersebut. Sebagian masyarakat Indonesia percaya bahwa Yesus itu bukan Tuhan, sehingga kalau orang berkata Yesus Tuhan, dianggap melakukan dosa besar yang tak terampuni. Kelompok besar ini memiliki pandangan dan sikap hidup seperti orang Yahudi, mereka dengan keras menentang pendapat Yesus adalah Tuhan. Dengan demikian kalau gereja di Indonesia hanya memegang satu sisi saja yaitu menggunakan istilah Yesus Tuhan, maka pelayanannya akan pincang dan sulit untuk berkembang.

Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mengusulkan agar gereja di Indonesia mengembangkan istilah "Yesus Mesias". Pengembangan itu bila dalam bentuk mempromosikan istilah Yesus Mesias.

Doa bisa menjadi salah satu sarana. Biasanya di akhir doa memakai kalimat "dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa", alangkah indahnya kalau dipromosikan kalimat baru yaitu "dalam nama Yesus, Sang Mesias, Hakim Terakhir, kami berdoa". Demikian juga dalam khotbah, lagu-lagu atau media tulisan sering-seringlah memakai istilah Yesus Mesias.

Pengharapan kedatangan Mesias juga ada dalam masyarakat Indonesia. Pengharapan itu tampak dalam ramalan bahwa akan datang "Ratu Adil. Imam Mahdi atau Hakim Terakhir." Ratu Adil ini akan menjadi raja, penguasa atau pemimpin pada akhir zaman. Pada masa Ratu Adil memerintah akan terjadi zaman makmur, senang, bahagia dan tidak ada lagi fitnah. Dinyatakan pula bahwa Ratu Adil itu seperti Herucakra yaitu seorang yang dahulunya miskin, tetapi kemudian duduk di takhta dan mengalahkan semua musuhnya, karena Tuhan menolongnya.

 KESIMPULAN

Alangkah indahnya kalau gereja di Indonesia kembali pada pola pelayanan Kisah Para Rasul, yaitu mengembangkan dua istilah "Yesus Mesias" dan "Yesus Tuhan". Bila menghadapi pendengar yang bisa menerima konseling maka beritakan sesuai dengan jalur itu tetapi bagi pendengar yang tidak bisa menerima istilah "Yesus Tuhan", bisa dipakai pola Yesus Mesias. Bekali setiap orang Kristen dengan dua pola tersebut, agar mereka mampu menjadi pembawa berita yang berhasil di tengah-tengah masyarakat.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA