Pada masa ini banyak orang Kristen suka mendengar ajaran Teologia Kemakmuran atau Teologia Sukses. Banyak hamba Tuhan yang juga menyenangi atau hobby memberitakan teologia ini. Oral Roberts, salah seorang pengkhotbah Teologia Kesembuhan dan Teologia Sukses, berkata, "Saya melihat bahwa Tuhan menghendaki kita kaya. Sebab itu saya mulai mengkhotbahkan kekayaan orang Kristen. Saya memberitahukan orang-orang bahwa Tuhan menginginkan mereka menjadi kaya melalui iman mereka."133 Edwin Louis Cole berkata senada dengan Oral Roberts, "Tuhan menghendaki Anda menjadi makmur dalam segala kehidupan Anda. Apakah Anda sudah siap untuk hidup makmur? Apakah Anda butuh untuk hidup makmur? Maka, hendaklah Anda hidup makmur."134
Alkitab berkata "cinta uang adalah akar segala kejahatan" (I Timotius 6:10). Tetapi ada orang-orang pada masa kini mengganti motto tersebut dengan: "Kurang uang adalah akar segala kejahatan."135 Sebagai orang Kristen yang bertanggungjawab kepada Tuhan, kita harus berhati-hati menerima ajaran Teologia Kemakmuran yang enak didengar oleh telinga. Kita perlu memperhatikan peringatan Paulus, "Pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.... Karena datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya" (II Timotius 3:1,2; II Timotius 4:3).
Memiliki kekayaan memang tidak salah. Perjanjian Lama mencatat beberapa orang beriman yang kaya raya. Tuhan memberkati Abraham dengan kekayaan. Adapun Abraham sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya (Kejadian 13:2). Boleh dikatakan Abraham adalah seorang konglomerat zaman Perjanjian Lama. Lot juga adalah seorang yang kaya dengan domba, lembu dan kemah (Kejadian 13:5). Harta milik Abraham dan Lot amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama (Kejadian 13:6). Ishak disebut "kaya bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. Ia mempunyai kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta banyak anak buah, sehingga orang Filistin itu cemburu kepadanya" (Kejadian 26:13, 14). Ayub dicatat dalam Alkitab juga sebagai orang kaya. Ia mempunyai ribuan ternak: 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina (Ayub 1:2). Setelah Ayub keluar dari ujian, kekayaannya menjadi dua kali lipat (Ayub 42:2). Salomo juga kaya. "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat" (I Raj. 10:23). Ratu Sheba menyatakan kekagumannya atas kekayaan Salomo. Ia berkata, "Aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri, sungguh setengahnya pun belum diberitahukan kepadaku, dalam hal hikmat dan kemakmuran engkau melebihi kabar yang kudengar" (I Raja-raja 10:7).
Memang tidak salah menjadi orang yang kaya, tetapi kalau mata kita berpusat pada kekayaan, maka kita akan mengalami persoalan dalam kehidupan kerohanian kita. Sebaliknya, kalau kita memandang kepada Yesus dan kebenaranNya, maka iman kita akan dikuatkan. Berikut ini kita akan belajar dari pengalaman pengarang Mazmur 73.
Mazmur 73 merupakan sebuah pengalaman iman yang teruji atau faith crisis. Pengarang Mazmur 73 menceritakan bagaimana ia hampir terguling dalam kehidupan rohaninya, karena mengingini kekayaan yang dimiliki oleh orang dunia. Syukur, akhirnya ia boleh mengalami kemenangan iman dengan memandang kepada kemurahan Tuhan.
Mazmur 73 adalah mazmur Asaf. Asaf atau nama lengkapnya Asaf bin Berekhya (I Tawarikh 6:39) adalah pengarang Mazmur 73.136 Ia mempunyai kedudukan yang tinggi di antara orang Israel. Waktu Daud memilih pemimpin penyanyi, Asaf dipilih sebagai pemimpin nyanyi atau pemimpin musik bersama Heman dan Ethan atau Jeduthun (I Tawarikh 16:5). Asaf yang menjadi pemimpin musik membagikan pengalaman hidup iman: iman yang bersandar pada kemakmuran adalah iman yang menjatuhkan; iman yang bersandar pada kemurahan Tuhan adalah iman yang teguh.
Mazmur 73 boleh dibagi dalam dua bagian besar: pertama, ayat 1-14: menceritakan kerohanian yang turun ke bawah; kedua, ayat 15-28: menceritakan kerohanian yang naik kembali pada persekutuan dengan Tuhan.