Topik : Pekerjaan

21 Februari 2003

Memperilah Pekerjaan

Nats : Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (Keluaran 20:3)
Bacaan : Keluaran 20:1-6

Kemampuan untuk bekerja adalah suatu karunia yang luar biasa, tetapi apakah kita terlalu mengagungkannya? Dahulu, orang menyelesaikan tugasnya di kantor, tetapi sekarang mereka pun bekerja di rumah lewat e-mail dan telepon.

Dr. Dave Arnott, asisten profesor manajemen di Dallas Baptist University, mengatakan, "Saya tak tahu apakah saat ini pekerjaan telah menggantikan posisi keluarga dan masyarakat, atau sebaliknya, keluarga dan masyarakat menyerahkan posisinya pada pekerjaan. Namun saya sadar gerakan seperti ini tengah berlangsung. Pekerjaan tampaknya menentukan jati diri seseorang." Kita cenderung menyamakan identitas kita dengan pekerjaan kita.

Pemimpin Families and Work Institute mengatakan, "Tingginya kesibukan Anda telah menjadi suatu kebanggaan ... dan menjadi simbol status," meskipun banyak orang mengeluhkan hal itu.

Memperilah pekerjaan bukanlah persoalan baru. Dalam perintah pertama, Allah berkata, "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Keluaran 20:3). Pekerjaan kita termasuk di dalamnya. Melalui karunia pekerjaan yang diberikan Allah, kita dapat menghormati-Nya, memenuhi kebutuhan keluarga kita, dan membantu orang yang membutuhkan. Janganlah menjadikan pekerjaan sebagai sumber utama kepuasan kita; kepuasan itu haruslah berasal dari Allah sendiri.

Apa pun pekerjaan kita, kita harus menempatkan pekerjaan dengan cara pandang yang benar. Allah dan keluarga lebih penting daripada dedikasi kita terhadap pekerjaan. Pekerjaan adalah suatu karunia, bukan alah yang lain --David McCasland

14 Juli 2003

Tak Ada Lowongan

Nats : Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak (Amsal 18:9)
Bacaan : Efesus 6:5-9

Fred adalah seorang kasir di sebuah toko eceran yang suka bersikap kasar kepada pelanggan dan malas bekerja. Sudah berulang kali atasannya ingin memecatnya, tetapi tidak dilakukan karena mempertimbangkan istri dan anak-anak Fred yang akan menderita karena pemecatan ini.

Pada suatu hari, seorang pelanggan tetap datang ke toko itu dan melihat Fred sudah tidak ada. Ia bertanya kepada pengelola toko itu dan diberi tahu bahwa Fred telah mendapat pekerjaan lain. Pelanggan itu bertanya, "Apakah Anda berencana untuk mencari penggantinya?" Pengelola toko ini menjawab, "Tidak, tidak perlu. Tidak ada lowongan untuk 'pengganti Fred'."

Kualitas pekerjaan Fred begitu buruk sehingga toko itu dapat berjalan dengan lebih baik tanpa kehadirannya. Hal ini seharusnya tidak terjadi pada pekerja mana pun, terutama orang kristiani.

Rasul Paulus menghimbau para pelayan agar taat kepada tuannya "dan (yang) dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia" (Efesus 6:7).

Allah mengharapkan para pelayan kristiani di zaman Rasul Paulus bekerja dengan rajin bagi tuan mereka. Demikian pula kita seharusnya memberikan hari-hari kerja yang baik kepada atasan kita. Ini adalah kebenaran yang harus dilakukan, yang akan memperkuat kesaksian kita akan Kristus.

Salah satu cara terbaik untuk menguji nilai pekerjaan Anda adalah dengan bertanya pada diri sendiri: jika saya meninggalkan pekerjaan saya, akankah ada lowongan untuk mencari "pengganti saya"? --Richard De Haan

1 September 2003

Manusia di Atas Keuntungan

Nats : Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di surga (Kolose 4:1)
Bacaan : Kolose 3:22-4:1

Saat Truett Cathy memulai usaha restoran pertamanya pada tahun 1946, restoran selalu itu tutup pada hari Minggu untuk memberi waktu bagi para karyawannya berkumpul bersama keluarga dan pergi ke gereja. Hal itu masih berlaku sampai sekarang, pada lebih dari 1.000 gerai cepat saji Chick-fil-A milik perusahaan Cathy.

Semboyan Cathy adalah "utamakan orang dan prinsip dulu, baru keuntungan". Semboyan ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri, baik saat memberikan perintah maupun saat mempekerjakan seseorang.

Dalam Kolose 3:22-4:1, Rasul Paulus berpesan kepada para majikan dan hamba. Menurutnya, kita perlu ingat bahwa kita mempunyai Tuan di surga (4:1). Kita harus bekerja dengan segenap hati untuk menyenangkan-Nya, bukan hanya untuk menyenangkan orang yang mengawasi kita (3:22-24).

Truett Cathy berusaha untuk senantiasa menerapkan prinsip alkitabiah dalam menjalankan usahanya. Larry Julian, pengarang God Is My CEO, sebuah buku tentang Cathy dan para pemimpin usaha lainnya, berkata, "Allah tidak menjanjikan keuntungan nyata atas investasi, tetapi Dia menjanjikan buah Roh, yakni kasih dan kedamaian dan sukacita, dalam kehidupan pribadi seseorang. Cathy tidak hanya mengalami kedamaian dan sukacita dan kasih dalam kehidupan pribadinya, tetapi juga membuat perbedaan dalam hidup para anak asuh, anak-anak, cucu-cucu, dan para karyawannya. Ia meninggalkan warisan tentang bagaimana melakukan segala sesuatu dengan benar."

Inilah teladan yang dapat kita terapkan --David McCasland

6 September 2004

Tuan Rogers

Nats : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
Bacaan : Kolose 3:22-4:1

Almarhum Fred Rogers, penggagas dan pembawa acara program televisi yang sangat digemari anak-anak berjudul Mister Rogers' Neighborhood (Tetangga Tuan Rogers), memiliki pemahaman khusus mengenai pelayanan dan pekerjaannya. Istrinya, Joanne, berkisah kepada wartawan, "Saya selalu mengingatkan orang bahwa suami saya adalah pendeta Presbiterian dan itu adalah pelayanannya. Pekerjaannya pun adalah pelayanannya, dan ia mencintai pekerjaannya. Sungguh, ia sangat mencintai pekerjaannya. Itulah yang membuat saya sedih kehilangan dia. Saya kira ia bisa melakukan pekerjaan itu lebih lama lagi jika ia bisa, tetapi ia menerima takdirnya dengan segenap hati dan siap untuk pergi ke surga."

Mungkin kita merasa bahwa pekerjaan bersifat sekuler, dan menganggap memimpin Pemahaman Alkitab sebagai hal yang rohani. Padahal Alkitab tidak membuat pembedaan seperti itu. Paulus memerintahkan umat kristiani untuk bekerja "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya" (Kolose 3:22-24).

Apabila kita menghormati Allah dan menolong sesama, pekerjaan serta pelayanan kita akan berpadu menjadi sebuah pelayanan yang menyenangkan Tuhan. Tuan Rogers telah menunjukkan kepada kita bagaimana cara melakukannya di lingkungan kita --David McCasland

7 Maret 2005

Membosankan?

Nats : Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat (Bilangan 11:6)
Bacaan : Bilangan 11:1-9

Kebanyakan keluh kesah kita bukanlah mengenai sesuatu yang tidak kita miliki, melainkan mengenai sesuatu yang telah kita miliki tetapi kita anggap tidak menarik. Kebosanan atas pekerjaan, gereja, rumah, atau pasangan membuat kita mengeluh bahwa semua itu bukanlah yang kita inginkan atau butuhkan. Frustrasi semacam ini telah dialami oleh manusia sejak semula.

Perhatikan keluh kesah umat Allah tentang makanan mereka di padang gurun. Sambil mengingat berbagai jenis makanan yang dimakan saat mereka menjadi budak di Mesir, mereka meremehkan cara Allah menyediakan makanan bagi mereka: "Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat" (Bilangan 11:6).

Allah menyediakan apa yang mereka perlukan setiap hari, tetapi mereka ingin sesuatu yang lebih menarik. Apakah kita tergoda untuk melakukan hal yang sama? Oswald Chambers mengatakan, "Kebosanan adalah batu ujian terhadap karakter. Ada saat-saat di mana tidak ada cahaya dan getaran hati, yang ada hanyalah kegiatan sehari-hari dan tugas yang biasa. Rutinitas merupakan cara Allah untuk menempatkan kita di saat-saat perenungan. Jangan berharap Allah akan selalu memberikan saat-saat yang menggetarkan hati, tetapi belajarlah hidup dalam wilayah kebosanan dengan kekuatan dari Allah."

Di dalam masa-masa yang membosankan, Allah sedang bekerja untuk menanamkan karakter-Nya di dalam diri kita. Kebosanan merupakan kesempatan bagi kita untuk mengalami hadirat Tuhan —DCM

5 September 2005

Kerja Keras

Nats : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
Bacaan : 2Tesalonika 3:7-13

Salah satu ironi hidup terjadi pada Hari Buruh di Amerika Serikat dan Kanada, yaitu ketika sebagian besar pekerja diliburkan. Tetapi itu untuk alasan baik. Tak ada cara yang lebih baik untuk menghargai orang-orang yang bekerja keras selain memberi mereka hari libur!

Tampaknya Hari Buruh adalah waktu yang tepat untuk melihat lebih dekat apa yang diperlukan untuk memberi yang terbaik kepada atasan kita.

1. Apa pun tugas kita, kita bekerja bagi kemuliaan Allah (Kolose 3:23). Dalam hal ini, tak ada pekerjaan yang lebih baik dari yang lain. Masing-masing pekerjaan itu hasilnya harus menghormati Allah.

2. Cara kerja kita dapat menarik simpati mereka yang belum mengikut Kristus (1Tesalonika 4:11,12). Seorang atasan tak perlu memberi tahu seorang pekerja kristiani untuk memanfaatkan waktu dengan baik atau untuk bekerja keras.

3. Pekerjaan adalah sebuah cara untuk memenuhi tujuan ganda kita: mengasihi Allah dan sesama. Menunjukkan kasih kepada rekan kerja adalah cara yang baik untuk menunjukkan bahwa kita mengasihi Allah (Matius 22:37-40).

4. Kita harus bekerja bagi mereka yang bergantung kepada kita. Orang yang tidak menjaga kelangsungan hidup keluarganya layak dicela (1Timotius 5:8).

Memiliki pekerjaan dapat berarti kerja keras. Bahkan bagi mereka yang benar-benar menikmati pekerjaannya, tak ada salahnya menikmati Hari Buruh. Tetapi sebelum hari di mana pekerjaan kita di dunia usai, tugas kita adalah menjadikan pekerjaan kita sebuah kesaksian bagi kemuliaan Allah JDB

23 November 2005

Para Pekerja yang Baik

Nats : Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri … (Amsal 22:29)
Bacaan : Keluaran 35:30-36:1

Di awal pernikahan kami, saya dan istri berusaha memasang kertas dinding di apartemen kami yang suram di Chicago. Kami dapat menyelesaikan pekerjaan itu, meskipun mengalami kesulitan. Saya bahkan pernah harus menyingkirkan kertas dinding yang tidak terpasang rapi, lalu pergi ke toko untuk membeli kertas lagi. Saya pun mulai menghargai seseorang yang dapat melakukan pekerjaan seperti memasang kertas dinding dengan terampil.

Saya kagum melihat seorang tukang kayu yang membuat barang-barang dengan tepat tanpa mengukur berulang kali. Saya mengagumi sopir truk yang dengan lihai memundurkan truk besarnya memasuki ruang sempit dengan mudah. Padahal saya kesulitan ketika mengundurkan trailer kecil di pelataran garasi yang lebarnya 4,8 meter. Saya angkat topi kepada tukang pipa yang begitu mudah dan tanpa mengeluh memasang pemanas air di tempat sempit, yang tampaknya tidak terjangkau, terutama ketika saya teringat keputusasaan saya ketika memasang penyaring air sederhana.

Kita membaca ayat Kitab Suci hari ini tentang para ahli rancang dan ahli tenun yang membantu membangun Kemah Suci. Amsal 22:29 mengatakan, orang yang cakap dalam pekerjaannya “akan berdiri di hadapan raja-raja”. Dan Paulus menulis, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).

Allah senang dengan pekerjaan yang diselesaikan dengan baik. Dia menghargai para pekerja yang baik. Kita pun seharusnya menjadi pekerja yang baik -HVG

24 April 2006

Rutinitas yang Berkaitan

Nats : Setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah (Pengkhotbah 3:13)
Bacaan : Pengkhotbah 3:1-13

Saat ini kita berada di awal minggu yang baru. Bagi banyak orang, Senin berarti awal dari siklus pekerjaan yang membosankan. Barangkali pekerjaan itu berupa setumpuk pakaian yang harus dicuci dan diseterika, pekerjaan yang tak ada habisnya dari sebuah mesin, rutinitas membosankan di tempat perakitan, atau rasa jemu menekuni pekerjaan di depan komputer.

Suatu hal yang monoton dapat menjadi tempat berkembang biaknya rasa iri dan ketidakpuasan, atau sebaliknya justru tempat pelatihan bagi perkembangan karakter dan kehidupan pelayanan. Semua itu tergantung pada bisa tidaknya kita melihat Allah di tengah tugas-tugas biasa kehidupan itu.

Seorang wanita di Boston bekerja sebagai petugas kebersihan selama 40 tahun di gedung kantor yang sama. Seorang wartawan mewawancarai bagaimana ia dapat tahan dengan suatu hal yang monoton dengan melakukan pekerjaan yang sama setiap hari. Wanita itu menjawab, "Saya tidak bosan. Saya menggunakan bahan-bahan pembersih yang diciptakan Allah. Saya membersihkan barang-barang milik orang-orang yang diciptakan Allah, dan saya menjadikan kehidupan terasa lebih nyaman bagi mereka. Alat pengepel saya adalah tangan Allah!"

Apakah saat ini Anda sedang mencari Sang Pencipta di tengah pekerjaan Anda? Dia hadir. Dia memakai tangan, tubuh, dan pikiran orang-orang yang menerima tugas-tugas mereka dan mengerjakannya untuk Dia. Tugas rutin apa pun berkaitan dengan pekerjaan Allah di dalam dan melalui diri kita -- untuk saat ini maupun dalam kekekalan --DJD

2 September 2006

Dahulukan yang Utama

Nats : Hikmat adalah hal yang utama; karena itu perolehlah hikmat (Amsal 4:7, versi King James)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Selama Perang Dunia II, saya bertugas sebagai ahli bedah tulang di sebuah rumah sakit Inggris. Suatu hari, ketika kami sedang bersih-bersih setelah membalutkan gips di lengan yang retak pada seorang pasien, saya memerhatikan beberapa rekan kerja yang hanya bercanda dan tidak membantu. Tanpa ragu-ragu saya menunjukkan bahwa saya kurang menyukai hal seperti itu.

Kejadian di atas menjadi alasan mengapa saya biasanya mengucapkan pembelaan terhadap Marta saat menyampaikan khotbah berdasarkan Lukas 10:38-42. Anda tentu ingat bahwa ia "sibuk sekali melayani" (ayat 40), sementara Maria, saudara perempuannya, tidak melakukan apa-apa selain mendengarkan Yesus.

Saya dapat dengan mudah memahami cara pandang Marta. Dalam Amsal, lebih dari satu lusin ayat menegur para pemalas. Dan, ketika beberapa orang kristiani pada abad pertama tidak mau bekerja dan mulai menumpang makan pada orang lain, Paulus menetapkan aturan ini, "Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2Tesalonika 3:10).

Namun, pendekatan kita terhadap pekerjaan harus seimbang. Amsal 4:7 mengatakan, "Hikmat adalah hal yang utama" (Alkitab versi King James). Marta sebenarnya bisa saja berkata, "Maria, makan malam bisa ditunda. Kini aku akan bergabung denganmu mendengarkan Yesus sebelum mulai bekerja di dapur."

Pekerjaan memang hal yang penting. Akan tetapi, kita jangan terlalu terobsesi sehingga menyingkirkan penyembahan dan ajaran rohani.

Bekerja keraslah, tetapi dahulukan yang utama -HVL

3 September 2006

Di Antara Hari Minggu

Nats : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
Bacaan : Kolose 3:22-25

Kebanyakan orang kristiani tidak ter-libat dalam suatu pelayanan secara profesional. Mereka tidak memberikan khotbah, menyanyi, atau bekerja untuk suatu lembaga pengabaran Injil. Hari-hari yang mereka lalui di antara hari Minggu dihabiskan untuk melakukan pekerjaan yang tampaknya tidak ada gunanya bagi penyebaran Injil. Oleh karena itu, sebagian orang percaya barangkali akan memandang diri mereka sebagai murid kelas dua.

Barangkali demikianlah cara pandang sebagian anggota gereja di Kolose terhadap diri mereka sendiri. Paulus menunjuk cara pandang yang keliru terhadap pekerjaan sehari-hari pada saat ia menulis, "Taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal ... dengan tulus hati karena takut akan Tuhan" (Kolose 3:22).

Jika tujuan-tujuan Allah di dunia ini akan digenapi, maka kita memerlukan masyarakat yang terstruktur dengan segala kegiatan yang sangat penting. Atasan-atasan kita adalah hamba Tuhan Yesus Kristus. Entah mereka mengetahuinya atau tidak, orang-orang yang mempekerjakan kita sedang melaksanakan tujuan baik Allah. Selama tugas yang diberikan tidak merupakan suatu dosa atau suatu hal yang tidak etis, maka ketika kita melayani atasan berarti kita melayani Tuhan.

Jadi, marilah kita memandang pekerjaan sehari-hari kita-apa pun itu-sebagai perpanjangan karya Allah di dunia. Dengan demikian, kita akan mendapati bahwa tidak ada tempat yang lebih baik untuk menyebarkan kabar baik tentang keselamatan selain tempat di mana Allah menempatkan kita -VCG

4 September 2006

Perusahaan Bersama

Nats : Taatilah tuanmu (Efesus 6:5)
Bacaan : Efesus 6:1-9

Kakak laki-laki saya bekerja untuk perusahaan mebel Herman Miller selama 42 tahun. Pada acara makan malam pensiunnya, ia berkata, "Ini sudah seperti perusahaan saya sendiri. Di mana lagi seorang pekerja produksi seperti saya bisa ikut serta dalam manajemen perusahaan?" Apa yang menumbuhkan kesetiaan itu? Sebagian hal itu ditumbuhkan oleh kepemimpinan D.J. De Pree, presiden perusahaan terdahulu.

Suatu hari seorang pekerja pabrik me-ninggal secara tiba-tiba. Ketika Tuan De Pree mengunjungi istri pekerja itu, sang janda bercerita kepadanya mengenai puisi yang ditulis suaminya dan mengenai kesaksiannya kepada seorang penjaga malam. Hal ini membuat De Pree terkesan dengan nilai dalam diri setiap pekerja pabriknya. Sejak saat itu, sikapnya terhadap bisnis berubah. "Saya sadar," katanya, "bahwa prioritas pertama pengusaha adalah menghasilkan produk terbaik bagi orang yang akan menggunakannya; yang kedua, bagi orang-orang di pabrik yang membuat produk itu; dan yang ketiga, baru bagi pemiliknya."

Sikap ini bersumber dari Kitab Suci. Orang-orang kristiani yang berperan sebagai pekerja dan pihak manajemen sama-sama bekerja untuk satu Tuan. Oleh karena itu, para pekerja harus bekerja dengan tekun. Pihak manajemen pun harus melakukan hal yang sama-dengan dua tambahan. Pihak manajemen harus berlaku adil dan jujur (Kolose 4:1) dan tidak boleh mengancam (Efesus 6:9).

Integritas, perhatian terhadap orang lain, dan sikap saling menghormati akan membuat perusahaan mana pun menjadi perusa-haan bersama -DJD



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA