Teks -- 1 Petrus 3:8-12 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 3:10
Full Life: 1Ptr 3:10 - MENCINTAI HIDUP DAN MAU MELIHAT HARI-HARI BAIK.
Nas : 1Pet 3:10
Petrus mengutip Mazm 34:13-17 untuk menekankan bahwa mereka yang
berbalik dari dosa dalam perkataan dan perbuatan serta mencari dam...
Nas : 1Pet 3:10
Petrus mengutip Mazm 34:13-17 untuk menekankan bahwa mereka yang berbalik dari dosa dalam perkataan dan perbuatan serta mencari damai sejahtera (Mat 5:37; Yak 5:12) akan mengalami
- (1) hidup penuh dengan berkat dan perkenan Allah,
- (2) kehadiran Allah yang dekat dengan pertolongan dan kasih karunia-Nya (ayat 1Pet 3:12), dan
- (3) jawaban Allah atas doa mereka (bd. Yak 5:16; 1Yoh 3:21-22).
Jerusalem -> 1Ptr 3:8-12
Jerusalem: 1Ptr 3:8-12 - -- Ajakan terakhir ini menyimpulkan segala ajakan yang diberikan dahulu: persaudaraan, 1Pe 2:17; kesehatian, bdk Rom 12:9-13; dll; mengampuni musuh, bdk ...
Ajakan terakhir ini menyimpulkan segala ajakan yang diberikan dahulu: persaudaraan, 1Pe 2:17; kesehatian, bdk Rom 12:9-13; dll; mengampuni musuh, bdk Mat 5:44 dsj; 1Te 5:15; Rom 12:14,17-21.
Ende: 1Ptr 3:9 - Djangan membalas Djuga kepada orang-orang jang menganiaja dan berlaku tak
adil, orang kristen hendaknja menundjukkan sikap takluk dan damai.
Djuga kepada orang-orang jang menganiaja dan berlaku tak adil, orang kristen hendaknja menundjukkan sikap takluk dan damai.
Ende: 1Ptr 3:10 - Siapa.... Barangsiapa ingin hidup bahagia didunia ini, ia hendaknja bukan
sadja mendjauhkan diri dari kedjahatan, tetapi djuga harus melakukan
pekerdjaan-pekerd...
Barangsiapa ingin hidup bahagia didunia ini, ia hendaknja bukan sadja mendjauhkan diri dari kedjahatan, tetapi djuga harus melakukan pekerdjaan-pekerdjaan jang baik.
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:8 - seia sekata // mengasihi saudara-saudara // rendah hati · seia sekata: Rom 15:5; Rom 15:5
· mengasihi saudara-saudara: Rom 12:10; Rom 12:10
· rendah hati: Ef 4:2; 1Pet 5:5
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:9 - dengan kejahatan // caci maki // kamu memberkati // untuk itulah // kamu dipanggil // memperoleh berkat · dengan kejahatan: Rom 12:17; 1Tes 5:15
· caci maki: 1Pet 2:23
· kamu memberkati: Mat 5:44; Mat 5:44
· untuk itulah: 1Pe...
· berbuat jahat: Mazm 34:13-17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 3:8-15
Matthew Henry: 1Ptr 3:8-15 - Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
Di sini Rasul Petrus beralih dari nasihat-nasihat khusus ke nasihat-nasihat yang lebih umum.
...
Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
- Di sini Rasul Petrus beralih dari nasihat-nasihat khusus ke nasihat-nasihat yang lebih umum.
- I. Ia mengajarkan bagaimana orang-orang Kristen dan sesama teman harus saling memperlakukan dengan baik. Ia menasihati orang-orang Kristen untuk seia sekata, untuk sehati dalam mempercayai iman yang sama dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama yang sama. Dan, karena banyak orang Kristen pada saat itu berada dalam keadaan yang menderita, ia meminta mereka untuk seperasaan, untuk mengasihi saudara-saudara, untuk menyayangi mereka yang sedang tertimpa kesusahan, dan untuk rendah hati kepada semua orang. Dari sini Amatilah,
- 1. Orang-orang Kristen harus berusaha seia sekata dalam perkara-perkara besar keimanan, dalam kasih sayang yang nyata, dan dalam perbuatan kristiani. Mereka harus saling rukun, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus (Rm. 15:5), bukan mengikuti kesenangan manusia, melainkan firman Allah.
- 2. Walaupun orang-orang Kristen tidak bisa berpikiran secara persis sama, namun mereka harus berbelas kasihan satu sama lain, dan mengasihi sebagai saudara. Mereka tidak boleh menganiaya atau membenci satu sama lain, tetapi harus saling mengasihi melebihi kasih sayang yang biasa-biasa saja. Mereka harus mengasihi sebagai saudara.
- 3. Kekristenan menghendaki rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang sedang kesusahan, dan sopan santun kepada semua orang. Pasti orang yang sudah terang-terangan berdosa, atau orang murtad yang kejilah yang tidak layak diperlakukan dengan sopan (1Kor. 5:11; 2Yoh. 1:10-11).
- II. Rasul Petrus mengajar kita bagaimana bersikap terhadap musuh.
- Rasul Petrus tahu bahwa orang-orang Kristen akan dibenci dan diperlakukan dengan jahat oleh semua orang oleh karena nama Kristus. Oleh sebab itu,
- 1. Ia memperingatkan mereka untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki. Sebaliknya, “apabila mereka mencaci maki kamu, berkatilah mereka. Apabila mereka berkata-kata jahat kepadamu, balaslah dengan kata-kata yang baik. Sebab Kristus, baik dengan firmanNya maupun teladan-Nya, telah memanggil kamu untuk memberkati orang-orang yang mengutuk kamu, dan telah menetapkan berkat atasmu sebagai warisanmu yang abadi, meskipun kamu tidak layak.” Menanggung kejahatan dengan sabar, dan memberkati musuh-musuhmu, adalah cara untuk mendapatkan berkat Allah ini. Amatilah,
- (1) Membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, adalah perbuatan yang tidak kristiani dan berdosa. Hakim dapat menghukum para penjahat, dan orang dapat mencari upaya hukum apabila mereka diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi balas dendam pribadi dengan bertarung, menghardik, atau diam-diam melakukan kejahatan itu dilarang (Ams. 20:22; Luk. 6:27; Rm. 12:17; 1Tes. 5:15). Mencaci maki adalah mencerca orang lain dengan kata-kata yang pahit, sengit, dan tercela. Tetapi kalau hamba-hamba Tuhan menegur dengan keras, dan berkhotbah dengan sungguh-sungguh melawan dosa-dosa zaman ini, itu bukan mencaci maki. Semua nabi dan rasul melakukannya (Yes. 56:10; Zef. 3:3; Kis. 20:29).
- (2) Hukum-hukum Kristus mewajibkan kita untuk membalas caci maki dengan berkat. Matius 5:44, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Kamu tidak boleh membenarkan mereka dalam dosa mereka, tetapi kamu harus melakukan untuk musuh-musuhmu semua hal yang dituntut oleh keadilan atau yang diperintahkan oleh kasih.” Kita harus mengasihani, mendoakan, dan mengasihi orang-orang yang mencaci maki kita.
- (3) Seperti halnya panggilan orang Kristen memberinya hak-hak istimewa, demikian pula panggilan itu mewajibkan dia untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang sulit.
- (4) Semua hamba Allah yang sungguh-sungguh pasti akan mewarisi berkat. Mereka sudah memilikinya dalam kadar yang besar, tetapi memilikinya secara penuh disediakan nanti pada keadaan dan di dunia lain.
- 2. Rasul Petrus memberikan anjuran yang luar biasa baik supaya bisa hidup bahagia dan nyaman di dunia yang penuh dengan pertengkaran dan kejahatan ini (ay. 10): anjurannya itu dikutip dari 13-15. “Jika kamu sungguh-sungguh ingin hidup lama, dan hari-harimu damai dan sejahtera, jagalah lidahmu supaya tidak mencerca, berkata-kata jahat, dan memfitnah, dan bibirmu supaya tidak berbohong, menipu, dan berpura-pura. Hindari berbuat sesuatu yang merugikan atau menyakiti sesamamu, tetapi selalu bersiaplah untuk berbuat baik, dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Carilah perdamaian dengan semua orang, dan kejarlah itu, meskipun ia lari daripadamu. Ini akan menjadi cara terbaik untuk membuat orang condong berkata-kata baik tentang kamu, dan hidup damai denganmu.” Amatilah,
- (1) Orang-orang baik yang hidup di bawah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diwajibkan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban moral yang sama. Menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir terhadap ucapan-ucapan yang menipu adalah kewajiban di zaman Daud seperti juga di zaman sekarang.
- (2) Menginginkan keuntungan-keuntungan yang sementara sifatnya sebagai alasan dan dorongan dalam menjalankan agama adalah hal yang diperbolehkan.
- (3) Pengamalan agama, khususnya mengatur lidah dengan benar, adalah cara terbaik untuk membuat hidup ini nyaman dan sejahtera. Lidah yang tulus, tidak menyinggung, dan bijaksana merupakan satu sarana untuk membuat kita dapat melewati dunia ini dengan damai dan nyaman.
- (4) Menghindari kejahatan, dan melakukan kebaikan, adalah cara untuk memperoleh kepuasan dan kebahagiaan baik di sini maupun di dunia nanti.
- (5) Sudah menjadi kewajiban orang-orang Kristen untuk tidak hanya menyambut perdamaian ketika ditawarkan, tetapi juga mencari dan mengejarnya ketika ditolak. Damai dengan masyarakat, dan damai dengan orang per orang, sebagai lawan dari perpecahan dan perseteruan, itulah yang dimaksudkan di sini.
- 3. Rasul Petrus menunjukkan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu takut bahwa perilaku yang sabar dan tidak menyinggung seperti yang diperintahkan itu justru akan mengundang dan mendorong datangnya kekejaman musuh-musuh mereka. Mereka tidak usah takut, karena Allah akan berpihak kepada mereka: Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar (ay. 12). Ia memberikan perhatian khusus kepada mereka, senantiasa memelihara dan memimpin mereka, dan memberikan penghormatan dan kasih sayang khusus kepada mereka. Telinga-Nya terbuka kepada permohonan mereka yang minta tolong, sehingga jika ada yang berbuat jahat kepada mereka, mereka memiliki obat penawar ini, yaitu mereka dapat mengeluhkannya kepada Bapa mereka di sorga, yang telinga-Nya selalu memperhatikan doa-doa hamba-Nya di dalam kesusahan, dan yang pasti akan membantu mereka melawan musuh-musuh mereka yang tidak benar. Tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat. Amarah, murka, dan pembalasan-Nya akan mengejar mereka, karena Ia teramat memusuhi para penganiaya yang fasik, lebih daripada manusia sekalipun. Cermatilah,
- (1) Kita tidak boleh dalam setiap hal mengikuti kata-kata langsung dari Kitab Suci, tetapi harus mempelajari arti dan maknanya, sebab kalau tidak, kita akan disesatkan ke dalam berbagai kesalahan dan kejanggalan yang menghujat. Kita tidak boleh membayangkan bahwa Allah mempunyai mata, telinga, dan wajah, meskipun ini adalah kata-kata langsung dari Kitab Suci.
- (2) Allah memberikan perhatian khusus dan kasih sayang sebagai orangtua kepada semua umat-Nya yang benar.
- (3) Allah betul-betul selalu mendengar doa-doa orang percaya (1Yoh. 5:14; Ibr. 4:16).
- (4) Meskipun Allah itu baik secara tak terhingga, namun Ia membenci para pendosa yang tidak mau bertobat, dan akan menumpahkan murka-Nya atas orang-orang yang berbuat jahat. Ia akan berbuat benar bagi diri-Nya sendiri, dan berbuat adil terhadap seluruh dunia. Dan kebaikan-Nya tidak menjadi penghalang bagi Dia untuk berbuat demikian.
- 4. Perilaku yang sabar dan rendah hati dari orang-orang Kristen ini dianjurkan dan didesakkan lebih jauh lagi berdasarkan dua pertimbangan:
- (1) Perilaku ini akan menjadi cara terbaik dan paling pasti untuk mencegah penderitaan, sebab siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu? (ay. 13). Hal ini, saya kira, dikatakan untuk orang-orang Kristen dalam keadaan biasa, bukan dalam ganasnya penganiayaan. “Biasanya, hanya ada sedikit orang yang begitu biadab dan tercela yang akan membahayakan orang-orang yang hidup dengan begitu polos dan bermanfaat seperti kamu.”
- (2) Perilaku ini adalah cara untuk mendapatkan manfaat dari penderitaan. “Jika kamu rajin berbuat baik, tetapi menderita juga, maka itu berarti kamu menderita demi kebenaran (ay. 14), dan penderitaan itu akan membawa kemuliaan dan kebahagiaan bagimu, karena penderitaan itu membuatmu berhak mendapatkan berkat yang dijanjikan oleh Kristus” (Mat. 5:10). Oleh karena itu,
- [1] “Kamu tidak perlu takut terhadap apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menyerang kamu dengan kengerian, juga tidak perlu banyak gelisah atau khawatir akan kegeraman atau kekuatan musuh-musuhmu.” Amatilah, pertama, selalu mengikuti apa yang baik adalah jalan terbaik yang dapat kita ambil untuk terhindar dari bahaya. Kedua, menderita karena kebenaran merupakan kehormatan dan kebahagiaan orang Kristen. Men derita demi kebenaran, demi hati nurani yang baik, atau kewajiban apa saja dari orang Kristen, merupakan suatu kehormatan besar. Kegembiraannya lebih besar daripada siksaannya, kehormatannya lebih besar daripada aibnya, dan keuntungannya jauh lebih besar daripada kerugiannya. Ketiga, orang-orang Kristen tidak mempunyai alasan untuk takut terhadap ancaman atau kegeraman siapa saja dari musuh-musuh mereka. “Musuh-musuhmu adalah musuh-musuh Allah, wajah- Nya menentang mereka, kuasa-Nya mengatasi mereka. Mereka adalah sasaran kutukan-Nya, dan tidak dapat melakukan apa-apa kepadamu tanpa seizin Dia. Oleh sebab itu, janganlah kamu gelisah karena mereka.”
- [2] Daripada menggentarkan diri dengan perasaan takut terhadap manusia, pastikanlah untuk menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan (ay. 15). Kepadanyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar (Yes. 8:12-13). Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi takutilah Dia, yang mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka (Luk. 12:4-5). Kita menguduskan Tuhan Allah di dalam hati kita apabila kita dengan tulus dan sungguh-sungguh memuja Dia, apabila pikiran-pikiran kita tentang Dia dipenuhi dengan ketakjuban dan penghormatan, apabila kita mengandalkan kuasa-Nya, percaya pada kesetiaan-Nya, berserah pada hikmat-Nya, meniru kekudusan-Nya, dan memberi-Nya kemuliaan yang layak bagi kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang mengagumkan. Kita juga menguduskan Allah di hadapan orang lain apabila kita berperilaku sedemikian rupa sehingga mengajak dan mendorong orang lain untuk memuliakan dan menghormati Dia. Kedua-duanya dituntut (Im. 10:3). “Apabila kaidah ini sudah meresap ke dalam lubuk hatimu, maka selanjutnya, berkenaan dengan manusia, bersiaplah senantiasa, yaitu mampu dan rela, untuk memberi pertanggungan jawab, atau membuat pembelaan, untuk iman yang kamu akui. Dan lakukanlah itu kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, pengharapan macam apa yang kamu miliki, atau yang membuatmu menderita kesusahan-kesusahan seperti itu di dunia.” Amatilah, pertama, rasa takjub akan kesempurnaan-kesempurnaan ilahi adalah obat penawar terbaik untuk melawan ketakutan terhadap penderitaan. Kalau kita lebih takut kepada Allah, maka pastilah kita tidak akan begitu takut lagi kepada manusia. Kedua, harapan dan iman orang Kristen dapat dibela di hadapan seluruh dunia. Ada alasan yang baik untuk beragama. Agama bukanlah khayalan melainkan rancangan yang masuk akal yang diwahyukan dari sorga, yang diperlukan untuk memenuhi semua kebutuhan orang-orang berdosa yang sengsara, dan yang berpusat sepenuhnya pada kemuliaan Allah melalui Yesus Kristus. Ketiga, setiap orang Kristen wajib mempertanggungjawabkan dan membela pengharapan yang ada pada dirinya. Orang-Orang Kristen harus siap memberikan alasan bagi Kekristenan mereka, supaya terlihat bahwa mereka tidak terdorong memeluknya karena kebodohan atau angan-angan. Pembelaan ini mungkin perlu diberikan lebih dari satu atau dua kali, sehingga dengan demikian orang-orang Kristen harus selalu siap memberikan pembelaan itu, entah kepada hakim, jika ia menuntutnya, atau kepada setiap orang Kristen yang bertanya-tanya, yang ingin mengetahuinya dengan lebih baik atau untuk memperbaiki diri. Keempat, pengakuan-pengakuan iman kita ini haruslah dibuat dengan lemah lembut dan hormat. Membela agama haruslah dilakukan dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan, dalam takut akan Allah, dengan mawas diri, dan rasa hormat terhadap mereka yang di atas kita.
SH: 1Ptr 3:8-12 - Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan (Kamis, 15 Juli 1999) Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan
Dari 2:11, Petrus menuliskan serentetan nasihat bagi Kristen
untuk hidup di tengah masyarakat, di tem...
Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan
Dari 2:11, Petrus menuliskan serentetan nasihat bagi Kristen untuk hidup di tengah masyarakat, di tempat kerja, dan dalam keluarga. Sekali lagi ia menandaskan kepada "kamu semua" untuk memiliki ciri-ciri hidup Kristen yang akan diberkati dan menjadi berkat bagi sesama. Oleh sebab itu dalam hubungan antar sesama saudara seiman maupun bukan Kristen harus mewujudkan sikap yang menandakan bahwa ia adalah murid Kristus. Meski sebagai perantau, orang di sekitar kita harus bisa merasakan berkat yang telah kita terima dari Tuhan dan menikmati hidup bersama dalam keharmonisan dan kekeluargaan. Inilah Kristen yang bukan hanya berteori, tetapi bertindak.
Lakukan yang baik. Kutipan Petrus dari Mazmur 34 diawali dengan kata "sebab" menunjukkan bahwa kutipan tersebut sebagai dasar dan alasan dari nasihat-nasihatnya di ayat 8 dan 9. Siapa yang mencintai hidup harus melakukan apa yang baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tuhan mengganjar sesuai dengan apa yang kita lakukan.
Renungkan: Apa yang kita katakan dan kita perbuat terhadap sesama, seharusnya mencerminkan hidup kita sebagai orang benar yang mencintai hidup. Apabila hubungan sesama diwarnai konflik, dan kepahitan, mintalah ampun kepada Tuhan, dan saling mengampuni!
SH: 1Ptr 3:8-17 - Menderita karena kebenaran (Rabu, 20 Oktober 2004) Menderita karena kebenaran
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali
penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal...
Menderita karena kebenaran
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal ini terjadi maka nasihat Petrus dalam bagian ini patut diperhatikan.
Dalam nas ini, Petrus secara khusus mengingatkan jemaat untuk memelihara hidup mereka di dalam kasih dan perdamaian dengan semua orang sekalipun jemaat tidak diperlakukan dengan baik oleh mereka (ayat 8-9), karena memang itulah yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya (ayat 10-12). Memang orang yang berbuat baik tidak seharusnya menderita (ayat 13). Akan tetapi, Petrus mengingatkan jemaat bahwa sekalipun mereka telah melakukan apa yang benar dan baik sesuai dengan kehendak Allah, namun tetap harus mengalami penderitaan, maka hal ini bukanlah hukuman dari Allah, melainkan sebuah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk memurnikan iman mereka (band. 1:7-9). Lalu bagaimana jemaat harus bersikap menghadapi penderitaan itu? Pertama, jemaat harus berbahagia dan bukan takut atau gentar (ayat 14). Mengapa? Sebab jika jemaat menderita karena kebenaran dan bukan karena telah berbuat kejahatan, maka penderitaan ini merupakan suatu pengorbanan yang diperkenan Allah. Bukankah tidak ada hal yang lebih indah selain hidup dalam perkenan Allah? Kedua, jemaat harus tunduk kepada otoritas Kristus sebagai Tuhan yang "memegang" hidupnya bahkan menguasai kehidupan semua orang sehingga jemaat dapat memercayakan diri ke dalam tangan-Nya. Ketiga, jemaat harus siap memberi jawaban kepada semua orang tentang pengharapan iman Kristen yakni pekerjaan yang sedang Allah genapi dalam hidup umat-Nya melalui penderitaan.
Ada suatu janji Tuhan yang indah bagi umat-Nya yang sedang mengalami penderitaan yaitu Dia yang telah berkenan mengizinkan kita mengalami penderitaan tidak akan pernah berhenti menopang, memberi kekuatan dan menghibur kita. Allah yang mengizinkan anak-anak-Nya menderita, tidak hanya menonton, tetapi turut menanggung penderitaan itu.
Renungkan: Jika Tuhan menghendaki kita menderita karena berbuat sesuai firman-Nya, bagaimana respons kita?
SH: 1Ptr 3:8-12 - Dicaci Namun Memberkati (Kamis, 16 Agustus 2018) Dicaci Namun Memberkati
Gereja sering kali mendapatkan berbagai kesulitan, seperti: dihina, dicaci, dan bahkan menjadi sasaran kejahatan. Mempertahan...
Dicaci Namun Memberkati
Gereja sering kali mendapatkan berbagai kesulitan, seperti: dihina, dicaci, dan bahkan menjadi sasaran kejahatan. Mempertahankan kehormatan dan reputasi kerap kali tergantung dari kecepatan dan ketajaman lidah menjawab hinaan. Namun, Petrus menolak praktik saling menghina dan saat yang sama ia mengusung slogan "Ketika dicaci, jangan membalas, namun berkatilah!"
Nasihat Petrus kepada jemaat ini bukanlah ketika hidup nyaman dan aman, tetapi justru dalam kondisi tekanan. Sebagai kelompok minoritas tanpa perlindungan dari penguasa, jemaat Petrus tak punya kemungkinan untuk menang dalam kontes saling memaki atau kampanye hitam. Sehingga, mengabaikan hinaan dan membalas dengan kebaikan adalah jalan yang lebih bijak.
Berbuat baik, mengusahakan perdamaian, dan memberkati orang yang berbuat jahat adalah sikap Kristus sendiri (Mat. 5:38-45). Sikap semacam ini, yang juga menginspirasi Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr., menjadi kekuatan besar yang mengubah kehidupan masyarakat mereka.
Sebenarnya, ajaran tidak membalas kejahatan bukan sekadar etika yang indah, atau sikap mengasihani diri, melainkan berlandaskan pada kekuatan dan kebaikan Tuhan sendiri. Ketika kita membalas kejahatan dengan kebaikan, kita menyerahkan diri pada kebaikan Tuhan yang mendengarkan permintaan tolong kita (12). Walaupun hidup penuh ketidakadilan, kita dapat berharap pada kekuatan dan keadilan Tuhan yang akan membalas orang yang berbuat jahat (Mzm. 34).
Memercayakan diri pada keadilan dan kebaikan Tuhan bukan hal yang mudah saat menghadapi tekanan dari lingkungan dan masyarakat setempat. Namun, Tuhan menyediakan komunitas orang percaya yang saling menguatkan (8). Keberadaan teman seiman merupakan bagian dari kebaikan yang Tuhan sediakan dalam menghadapi masa-masa sulit.
Doa: Tolong kami berharap pada kebaikan dan keadilan-Mu Tuhan ketika kami belajar membalas cacian dengan kata-kata berkat. [IM]
SH: 1Ptr 3:1-12 - Menghadirkan kasih dan damai (Kamis, 24 November 2011) Menghadirkan kasih dan damai
Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaim...
Menghadirkan kasih dan damai
Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaimana umat tunduk kepada Tuhan dan hamba tunduk kepada tuannya.
Mengapa harus demikian? Petrus menyebut tentang suami yang tidak taat kepada Firman. Kemungkinan besar suami tersebut menolak Injil dan belum diselamatkan, sementara sang istri sudah membuka hatinya terhadap Kristus. Dengan bersikap tunduk kepada suami, istri menunjukkan penghargaannya terhadap suami dan dengan demikian sang suami akan melihat perbedaan tingkah laku istrinya antara sebelum dan sesudah menerima Kristus. Demikianlah mengapa Petrus mengharapkan agar tunduknya sang istri dapat menjadi kesaksian yang benar sehingga suaminya kemudian diselamatkan. Sebab itu Petrus menghimbau para istri untuk hidup dalam suatu standar yang murni dan saleh (2).
Perempuan yang saleh bukanlah perempuan yang mengutamakan penampilan lahiriah (3-5), karena itu berarti ia hanya ingin dilihat orang dan menyenangkan mata orang, bukan menyenangkan Allah.
Suami pun dihimbau untuk menghormati istri mereka. Menghormati bukan karena si istri lebih berkuasa, tetapi karena si istri berharga bagi dia. Ada dua alasan yang Petrus kemukakan: pertama, isteri adalah kaum yang lebih lemah dan kedua, karena istri adalah teman pewaris kasih karunia (7).
Suasana saling menghormati harus ada juga di antara komunitas orang beriman (8-12). Elemen penting yang seharusnya ada dalam komunitas orang percaya, yaitu: harmonis-berusaha mencari tujuan bersama dan bukan hanya tujuan diri sendiri, simpati-belajar untuk memberi respons yang baik, kasih-memperlakukan sesama sebagai saudara, peduli-peka terhadap sesama, rendah hati-tidak merasa diri lebih tinggi.
Ingatlah bahwa Tuhan menginginkan keselarasan dan keharmonisan terjadi dalam hubungan kita dengan orang terdekat dan dengan sesama kita. Karena itu hadirkanlah kasih dan damai di mana pun kita berada
Utley -> 1Ptr 3:8-12
Utley: 1Ptr 3:8-12 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:8-128 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:8-12
8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, 9 dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: 10 "SIAPA YANG MAU MENCINTAI HIDUP DAN MAU MELIHAT HARI-HARI BAIK, IA HARUS MENJAGA LIDAHNYA TERHADAP YANG JAHAT DAN BIBIRNYA TERHADAP UCAPAN-UCAPAN YANG MENIPU. 11 IA HARUS MENJAUHI YANG JAHAT DAN MELAKUKAN YANG BAIK, IA HARUS MENCARI PERDAMAIAN DAN BERUSAHA MENDAPATKANNYA. 12 SEBAB MATA TUHAN TERTUJU KEPADA ORANG-ORANG BENAR, DAN TELINGA-NYA KEPADA PERMOHONAN MEREKA YANG MINTA TOLONG, TETAPI WAJAH TUHAN MENENTANG ORANG-ORANG YANG BERBUAT JAHAT."
- NASB "Untuk menjumlahkan"
- NKJV, NRSV,
- NJB "Akhirnya"
- TEV "Untuk menyimpulkan"
Ini adalah sebuah ungkapan Yunani ("sekarang akhirnya") yang berarti "jumlah seluruhnya," bukan untuk seluruh surat, tetapi dari konteks penyerahan ini (lih. 1Pet 2:13-17,18-25; 3:1-7,8-22).
□ "hendaklah kamu semua" Ini ditujukan kepada seluruh komunitas iman. Tidak ada KATA KERJA dalam daftar atribut pendorong ini.
- NASB "bersifat harmonis"
- NKJV "seia sekata"
- NRSV "bersatu dalam roh"
- TEV "sikap yang sama"
- NJB "kamu semua harus bersetuju diantara kamu"
Ini secara harfiah adalah kata majemuk homos (satu atau sama) dan phrēn (pikiran atau berpikir). Konsep yang sama didorongkan dalam Yoh 17:20-23; Rom 12:16; Fili 1:27; 2:2.
- NASB, NJB "simpatik"
- NKJV "memiliki belas kasih satu sama lain"
- NRSV "simpati"
- TEV "seperasaan"
Ini secara harfiah adalah kata majemuk sun (dengan) dan paschō (menderita). Kita mendapatkan istilah "simpati" dari kata majemuk Yunani ini. Di masa penganiayaan dan percobaan hal ini begitu penting, seperti juga kualitas-kualitas lain yang disebutkan dalam ay. 1Pet 3:8.
- NASB "persaudaraan"
- NKJV "mengasihi sebagai saudara"
- NRSV "saling mengasihi satu sama lain"
- TEV "saling mengasihi"
- NJB "mengasihi saudara-saudara"
Ini secara harfiah adalah kata majemuk philos (kasih) dan adelphos (saudara). Hal ini, tentu saja, adalah penggunaan umum dari kata saudara. Mungkin cara yang lebih baik untuk mengungkapkan hal ini adalah " menunjukkan kasih kekeluargaan kepada semua orang percaya" (lih. Rom 12:10; 1Tes 4:9). Hal ini mencerminkan perintah Yesus dalam Yoh 13:34; 1Yoh 3:23; 4:7-8,11-12,19-21. Dalam bahasa Yunani Koine philos dan agapē biasanya bersinonim (lih. Yoh 3:35; 5:20).
- NASB "penyayang"
- NKJV "lembut hati"
- NRSV "hati yang lembut"
- TEV "baik"
- NJB "memiliki belas kasihan"
Ini adalah kata majemuk dari eu (baik) dan splagchnon (organ dalam, usus). Orang dahulu percaya bahwa organ dalam bagian bawah (lih. Kis 1:18) adalah tempat/kursi dari emosi (lih. Luk 1:28; 2Kor 6:12; Fili 1:8). Kata majemuk ini mengajak orang percaya untuk memiliki "perasaan yang baik" terhadap satu sama lain (lih. Ef 4:32).
- NASB "rendah hati dalam roh"
- NKJV "sopan"
- NRSV "pikiran yang rendah hati"
- TEV "rendah hati"
- NJB "merendahkan diri"
Ini adalah kata majemuk tapeinos (rendah hati) dan phrēn (berpikiran). Kata ini digunakan dalam Kis 20:19; Ef 4:2 dan Fili 2:3. Ini adalah kebajikan unik orang Kristen. Ini berarti kebalikan dari pernyataan diri dan kebanggaan yang egosentris.
1Pet 3:9 "janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Ini menunjuk pada pengampunan yang sejati (lih. Ams 17:13; 20:22; Rom 12:17, 1Tes 5:15). Ingat bahwa I Petrus ditulis untuk orang percaya yang dianiaya dan menderita, tetapi mereka harus menanggapinya seperti Kristus menanggapi perlakuan yang tidak adil.
□ "caci maki dengan caci maki" ini mencerminkan kehidupan Yesus (lih. 1Pet 2:23).
□ "tetapi… memberkati" Ini adalah satu lagi PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Secara harfiah ini berarti "berbicara baik tentang" atau "memuji." (lih. Mat 5:10,12,44; 6:14-15, Luk 6:28, Rom 12:143; 1Kor 4:12).
1Pet 3:9 "karena untuk itulah kamu dipanggil" Ini adalah kebenaran yang sama persis dengan yang dinyatakan dalam 1Pet 2:21. Penderitaan, seperti teladan Kristus, adalah jalan orang percaya untuk menjadi dewasa (lih. Ibr 5:8) dan saksi (lih. ay. 1Pet 3:15).
□ "yaitu untuk memperoleh berkat" Ini mencerminkan kata-kata Yesus dalam Mat 5:44 dan Luk 6:28. Warisan orang percaya ini telah menjadi tema berulang (lih. 1Pet 1:4-5; 3:7,9). Kita adalah anggota keluarga bersama Allah dan teman ahli waris bersama Yesus (lih. Rom 8:17).
1Pet 3:10-12 Ini adalah kutipan dari Mazm 34, dari MT dan bukan dari Septuaginta. Mazmur ini juga disinggung dalam
- 1. 1Pet 2:3 - Mazm 34:8 (lih. Ibr 6:5)
- 2. 1Pet 2:22 - Mazm 34:13
- 3. 1Pet 3:10 - Mazm 34:12-13
- 4. 1Pet 3:11 - Mazm 34:14 (lih. Rom 14:19; Ibr 12:14)
- 5. 1Pet 3:12 - Mazm 34:15-16
□ Perhatikan ke tiga peringatan ini.
- 1. harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat (ay. 10, lihat Topik Khusus: Perkataan Manusia di Mr 7:20)
- 2. harus menjauhi yang jahat (ay. 11)
- 3. harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya (ay. 11)
Hal ini menunjukkan aspek manusia dari tanggapan perjanjian orang percaya. Alasan untuk tindakan dari orang percaya ini diberikan dalam ay. 1Pet 3:12:
- 1. mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar
- 2. Tuhan mendengar orang benar
- 3. benarTuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat
Di seluruh Mazmur kata "TUHAN" awalnya merujuk pada YHWH, Allah perjanjian Israel, namun dalam konteks ini menunjuk pada Yesus, si pembawa perjanjian baru (seperti juga 1Pet 1:25; 2:3). Ini adalah teknik umum dari para penulis PB untuk menegaskan keIllahian Yesus.
Topik Teologia: 1Ptr 3:8 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
Mereka Mengekspresik...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Belas Kasihan
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 3:9 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengalami Kedongkalan Moral
Mereka Dapat Menjadi Dongko...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengalami Kedongkalan Moral
- Mereka Dapat Menjadi Dongkol Terhadap Kejahatan
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 3:10 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: 1Ptr 3:12 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Nama-nama Untuk Orang Kristen
Or...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Keyakinan pada Allah
- Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
- Keyakinan pada Allah Melindungi Kita dari Ketakutan
TFTWMS -> 1Ptr 3:8-12
TFTWMS: 1Ptr 3:8-12 - Hidup Kudus Yang Dituntut Oleh Berkah Allah Hidup Kudus Yang Dituntut Oleh Berkah Allah (1 Petrus 3:8-12)
8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara...
Hidup Kudus Yang Dituntut Oleh Berkah Allah (1 Petrus 3:8-12)
8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, 9 dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: 10"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, Ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat Dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. 11 Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, Ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. 12 Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, Dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, Tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
Ayat 8. Dalam ayat ini, Petrus ingin mengakhiri semua yang ia harus katakan tentang ketundukan. Kata-kata itu diarahkan kepada semua orang percaya, apakah mereka itu budak atau tuan, istri atau suami, polisi atau warga sipil. Dalam ayat-ayat sebelumnya, Petrus telah membahas perilaku orang percaya terhadap orang yang tidak percaya. Hubungan yang benar dengan Allah tumbuh dari cara seseorang berperilaku terhadap sesamanya manusia, tapi ikatan Kristen-dengan-Kristen butuh perhatian khusus (lihat Galatia 6:10). Dalam Kolose 3:12-14, Paulus menyajikan daftar yang lebih lengkap tentang pelbagai kebajikan yang harus membimbing orang Kristen dalam perilaku mereka terhadap satu sama lain. Untuk bagian ini, Petrus sudah menyajikan daftar yang berisi pola perilaku yang menjadi ciri cara orang yang belum lahir baru akan saling memperlakukan satu sama lain: kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah (2:1). Perilaku dalam tubuh orang-orang percaya harus sangat jauh berbeda. Setiap kata yang Petrus gunakan meminta komentar.
Dalam kehidupan mereka bersama dalam komunitas orang-orang yang diselamatkan, orang percaya yang taat harus harmonis. Mereka harus sepikir. Kata Yunani oJmo/frwn (homophrōn), yang secara harfiah berarti "menjadi satu pikiran," hanya ditemukan di sini dalam Perjanjian Baru. Persatuan di antara orang percaya adalah tema yang tidak pernah berakhir dalam Perjanjian Baru. Pada awal abad kedua, pemimpin gereja Ignatius memperlihatkan ciri himbauan itu dengan mendesak para pembaca-nya untuk "selaras dengan perintah-perintah itu sebagaimana harpa dengan tali dawainya."7Seruan Petrus bagi umat Kristen untuk "seia sekata" adalah himbauan kepada mereka untuk berbagi karakter yang umum, untuk memalingkan diri mereka dari jenis pertengkaran kecil yang bisa merampok semangat dan sukacita tubuh itu. Itu tentunya bukan panggilan bagi orang percaya untuk berpikir dengan cara yang sama pada setiap masalah yang gereja hadapi. Sebaliknya itu adalah nasihat untuk saling menghormati dan menalar satu sama lain sampai akhir sehingga masing-masing saling mendukung dalam pengakuan dan praktik kehidupan Kristen.
Kata Indonesia simpatik didapat dari kata Yunani sumpaqh/ß (sumpathēs). Petrus tidak hanya ingin para pembacanya memiliki pikiran yang sama, ia juga ingin mereka menjadi satu dalam perasaan, berbagi ikatan perasaan yang sama. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Yesus, Imam Besar kita, bersimpati terhadap kelemahan manusia (4:15). Bersimpati tidak mengandung implikasi setuju. Orang dapat bersimpati terhadap kelemahan dan pergumulan orang lain sementara diyakinkan bahwa perilakunya menghina dirinya sendiri dan tubuh umat Tuhan. Kata ini, seperti sebelumnya, dalam bentuk kata bendanya hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru.
Kata yang Alkitab NASB terjemahkan persaudaraan (fila¿delfoß, philadelphos) meminta kualitas "kasih persaudaraan" atau "kebaikan persaudaraan" untuk mencirikan mereka yang mengakui Yesus sebagai Tuhan. Dalam bentuk ini, kata itu hanya ditemukan di sini dalam Perjanjian Baru, meski Petrus menggunakan kata yang sama di 1:22. Kata sifat ini memajukan dan mengintensifkan kata sebelumnya. Orang-orang percaya bukan hanya harus saling berbagi perasaan satu sama lain, mereka juga harus mengupayakan kesejahteraan saudara-saudari sebagaimana mereka yang hidup, berharap, dan beruntung terikat bersama. Umat Kristen adalah keluarga.
Orang kuno sering menganggap perut, bukan hati, sebagai pusat emosi. Kata sifat berikutnya dari rasul itu mendesak orang-orang percaya untuk "penyayang dan rendah hati" (eu¡splagcnoß, eusplanchnos) terhadap satu sama lain. Alkitab NASB menulsi baik hati , yang merupakan terjemahan yang baik, meski kata itu digunakan dalam literatur medis kuno untuk secara harfiah menandakan bahwa seseorang memiliki perut yang sehat. Perjanjian Baru menggunakan kata itu hanya di sini dan di Efesus 4:32, meski kata lain yang artinya "baik" atau "kebaikan" adalah umum. Petrus terus menyelidiki jiwa-jiwa pembacanya, meminta mereka untuk menumbuhkan ikatan emosi terdalam yang menyatukan bersama laki-laki dan perempuan.
Kata terakhir dalam daftar kata sifat ini, tapeino/frwn (tapeinophrōn), secara khusus menarik. Alkitab NASB menerjemahkan kata itu sebagai rendah hati dalam roh. Dunia Yunani-Romawi yang sekuler tidak menghargai kerendahan hati pikiran. Orang dari keluarga kaya di zaman itu secara aktif mencari pengakuan publik. Mereka tidak malu-malu menyiarkan prestasi mereka.8Dalam budaya Barat, mungkin orang belajar untuk bersikap lebih halus dalam membual. Sangat diragukan bahwa kita telah belajar untuk menjadi lebih rendah hati. Kerendahan hati adalah keadaan pikiran yang darinya orang melakukan hal yang benar untuk nilai utamanya, bukan untuk pujian yang ia dapatkan. Jika kata-kata lain telah diarahkan kepada kepribadian saudara-saudari, kata-kata yang ini meminta pengamatan ke dalam. Orang Kristen harus berorientasi pada kesejahteraan orang-orang yang seiman dengan dia; ia harus jangan memikirkan akan menerima pengakuan atau pujian.
Ayat 9. Pemikiran rasul itu mulai bergerak ke arah cara orang Kristen berhubungan dengan non-Kristen. Dalam beberapa ayat (3:13), ia akan menyinggung sikap orang percaya terhadap dunia yang menindas. Semua sifat yang diperintahkan dalam ayat sebelumnya tidak cocok dengan tindakan membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tapi orang Kristen harus menolak perilaku seperti itu terhadap orang percaya dan non-percaya. Respon semacam itu tidak pernah bisa menjadi bagian perilaku Kristen. Petrus sudah menunjuk Yesus sebagai model: … Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki" (2:23). Dalam surat Roma Paulus menasihati, "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!" (Roma 12:14). Ia menambahkan, "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan" (Roma 12:17). Kesamaan antara Roma dan 1 Petrus cukup besar.
Memang benar bahwa Perjanjian Lama menyerahkan pembalasan ke tangan Allah, (Ulangan 32:35; Amsal 20:22), tapi itu diperlembut oleh talionis lex, hukum balas dendam: "mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak" (Keluaran 21:24, 25). Ernest Best mengutip salah satu Gulungan Laut Mati yang mendorong para anggota masyarakat itu untuk "mengasihi semua anak-anak terang … dan [mem]benci semua anak kegelapan."9Yesus telah menolak balas dendam sebagai aturan perilaku (Matius 5:39). Petrus melakukan hal yang sama. Fitnah dan penghinaan adalah senjata ofensif yang digunakan oleh dunia kafir dalam upaya untuk menindas gereja. Fitnah yang paling keji beredar. Banyak cerita menyebar bahwa ketika umat Kristen berkumpul pada Hari Tuhan mereka minum darah. Beberapa orang mengatakan mereka mengorbankan anak dan menjadi kanibal. Orang Kristen mungkin membalasnya dengan cara yang sama. Petrus mengatakan bahwa mereka harus tidak ada kaitannya dengan pembalasan seperti itu.
Orang Kristen tidak hanya dilarang membalas kejahatan dengan kejahatan yang lebih besar, mereka harus membalas kejahatan dengan kebaikan. Ketika dikutuk dan dihina, orang yang telah menyerap semangat Kristus harus memberikan berkat sebagai gantinya. Yesus mengatakan hal yang sama, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu" (Matius 5:39). Mengucapkan berkat atas pelaku kesalahan bermakna lebih daripada hanya merespon dengan ketidakpedulian secara ramah. Itu berarti menginginkan dan mempromosikan kesejahteraan orang itu. Artinya menginginkan dia untuk umur panjang, sehat waalfiat, dan makmur—semua hal ini membuat hidup nyaman. Dinyatakan secara negatif, Petrus menyiratkan bahwa mendendam kepahitan meracuni sumur yang memberi makan kehidupan seperti Kristus. "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan," tulis Paulus, "tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21).
Membalas dengan "berkat" ketika dihina, adalah cara mengatasi kejahatan dengan kebaikan, tidak hanya berdiri di pinggiran praktik Kristen. Tindakan itu adalah inti praktik Kristen. Rasul itu mengingatkan para pembacanya, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Dengan mata ke arah "penyataan Yesus Kristus" (1:7), Petrus mengingatkan orang-orang percaya itu bahwa warisan mereka (1:4) adalah bagian yang tak terpisahkan dari tindakan mereka yang membalas kejahatan dengan kebaikan. Bagian penting dari warisan mereka adalah hidup yang mereka peluk ketika mereka berkomitmen untuk mengikuti langkah Tuhan. Ketika orang Kristen memberikan berkat mereka menerima berkat. Cara hidup seperti Kristus bukanlah awal dari pelbagai berkat kekal; dan juga bukan harga yang harus dibayar untuk mendapat berkat kekal. Kehidupan Kristen adalah berkat itu sendiri.
Ayat 10. Untuk mendukung kebenaran yang baru saja ia nyatakan, dan untuk menaikkan kebenaran ke tingkat lain, rasul itu mengutip Mazmur 34:12-16. Kutipan utamanya adalah dari LXX, terjemahan Yunani atas Perjanjian Lama Ibrani yang saat itu beredar dalam dunia berbahasa Yunani yang Petrus sapa. Seluruh Mazmur 34 meyakinkan kaum tertindas bahwa Allah membebaskan umat-Nya, pesan yang Petrus ingin sampaikan kepada para pembacanya yang tertindas. Ia sydah menggunakan kata-kata Mazmur 34:8: "jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan" (2:3). Mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik dalam mazmur mengacu kepada kehidupan yang dijalankan di zaman ini. Petrus juga percaya bahwa orang harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu jika ia harus memiliki kehidupan yang baik di zaman ini; tapi Petrus punya lebih banyak lagi dalam pikirannya. Orang Kristen selalu memaksakan arah matanya ke arah ketika iman akan terbukti. Seperti dalam 1:6-9 dan 4:12-14, orang percaya menantikan "penyataan Yesus Kristus," namun sementara ini sukacita mereka tidak bisa diungkapan. Kehidupan dan hari-hari baik adalah sekarang ini, tetapi mereka juga dinantikan.
Petrus dan Yakobus sepikir mengenai lidah sebagai barometer kesalehan hidup seseorang. Yakobus mengatakan, "Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataan-nya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya" (Yakobus 3:2). Mazmur yang Petrus kutip menegaskan bahwa ketika lidah tidak dikendalikan, maka tidak ada kehidupan, tidak ada hari-hari yang baik. Ketika orang Kristen menanggung fitnah dan prasangka buruk, pengendalian lidah menjadi semakin penting untuk hidup yang saleh. Andaikan mereka membalas dengan kata-kata jahat dan perkataan yang menipu, mereka tidak hanya akan sudah mendatangkan penolakan Allah ke atas diri mereka, tapi mereka juga kemungkinan besar akan mendapatkan kebencian tambahan dari para tetangga kafir mereka.
Ayat 11. Ada faktor-faktor lain yang sama pentingnya dengan pengendalian dan penggunaan yang tepat atas lidah sebagai cara hidup yang kepadanya Kristus telah memanggil umat-Nya. Mazmur ini melanjutkan perkataanya bahwa laki-laki atau perempuan milik Allah akan menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik. Perbuatan itu juga adalah bagian dari tindakan orang yang akan "melihat hari-hari baik." Yesus mengetengahkan paradoks yang luar biasa ketika Ia berkata, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal" (Yohanes 12:24, 25). Orang yang mencari dirinya sendiri, orang yang "mencintai nyawanya," adalah adalah orang yang akan kehilangan nyawanya. Secara negatif, orang harus "menjauhi yang jahat" jika ia ingin memiliki hidup. Secara positif, ia harus "berbuat baik."
Kehidupan adalah hasilnya apabila orang mengejar perdamaian. Bagi pemazmur dan Petrus, perdamaian bukanlah sifat pasif yang menetap dalam diri orang Kristen yang naif. Ada tekanan yang aktif, bahkan agresif, dalam perkataan ia harus mencari perda-maian dan berusaha mendapatkannya. Dalam LXX, Yunani eijrh/nh (eirene) menerje-mahkan kata Ibrani <olv (shalom). Dipengaruhi oleh kata Ibrani, kata Yunani dalam Mazmur 34:14 (34:15 dalam MT, 33:14 dalam LXX) juga mengandung pengertian keseluruhan, kesehatan, keselamatan, dan hubungan yang harmonis dengan dunia seseorang. Para penulis Perjanjian Baru adalah orang Yahudi (dengan Lukas sebagai pengecualian). "Perdamaian" bagi mereka, berdasarkan penggunaan bahasa Ibrani, adalah kata untuk ucapan salam dan perpisahan. Mengucapkan perdamaian adalah memanjatkan keinginan dan doa agar kebaikan menyelimuti kehidupan seseorang.
Perdamaian adalah lebih daripada sekedar tidak adanya perselisihan. Itu lebih daripada damai batin yang timbul karena ia tahu bahwa kehadiran dan kuasa Allah ada di sisinya. Selalu ada aspek komunal bagi perdamaian. Itu adalah perdamaian dengan orang lain. Dosa melenyapkan perdamaian. Perdamaian dan keadilan adalah bersaudara. Ketika seseorang punya kekuatan untuk menganiaya orang lain, ketika aturan dan hukum masyarakat ditetapkan untuk mengekalkan ketidakadilan, perdamaian gagal. Kerinduan terhadap perdamaian adalah kesaksian terhadap keprihatinan orang Kristen untuk keadilan dalam pergaulan manusia, untuk perlakuan yang adil bagi orang miskin, untuk kesempatan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dalam kemakmuran yang dinikmati oleh masyarakat. Dalam pengertian inilah perdamaian tidak pernah jauh dari pikiran umat Allah. Petrus mengakhiri surat ini dengan menulis, "Damai sejahtera menyertai kamu sekalian" (5:14). Menjelang akhir 2 Petrus ia mengetengahkan nasihat, "… kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia" (2 Petrus 3:14). Yohanes mengakhiri suratnya yang ketiga dengan kata-kata, "Damai sejahtera menyertai engkau! Salam dari sahabat-sahabatmu. Sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu"(3 Yohanes 1:14).
Selain salam (1:2) dan berkat (5:14), Petrus menggunakan kata itu hanya di sini. Ia sengaja menggunakan kata itu. Ia ingin membuat jelas bahwa "perdamaian" itu bukan produk kehidupan Kristen yang tidak disengaja. Paulus sangat setuju. "Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (Roma 14:19). Paulus peduli terhadap perdamaian di antara orang-orang percaya, namun perhatian Petrus adalah terhadap cara orang Kristen membuat perdamaian dengan para sesama mereka yang non-percaya. Perdamaian tidak datang tanpa sengaja. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9). Prinsipnya adalah orang Kristen menjadi katalis positif bagi perdamaian, "bekerja untuk mendamaikan semua kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam Kristus karena melalui aktivitas itu mereka bisa meniru Allah dengan sangat baik dan meneruskan apa yang Allah sudah mulai dalam Kristus dan berlanjut dalam Roh."10
Petrus mendesak para pembacanya untuk mengejar strategi aktif yang kemungkinan besar akan menghasilkan niat baik di antara mereka sendiri dan semua orang. Strategi aktif butuh pengendalian lidah dan kehidupan bermoral yang jujur. Secara negatif, itu butuh orang untuk "menjaga lidahnya terhadap yang jahat." Secara positif, itu butuh orang untuk "berbuat baik," bahwa ia "harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya." Hasilnya akan berupa warisan berkat Tuhan (3:9).
Ayat 12. Mazmur 34 meyakinkan pembaca Petrus. Mereka telah memeluk Kristus dan menolak semua dewa-dewa lama yang selama ini mereka dan nenek moyang mereka kenal dan layani. Mengapakah hal itu berubah kecut? Mengapakah satu-satunya Allah alam semesta tidak memelihara mereka dengan baik? "Allah tidak melupakanmu," kata mazmur itu. Ketika orang yang setia berbuat benar, Allah melihat itu. Allah mendengar doa mereka. Selanjutnya, wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." Ketika Tuhan datang kembali untuk menghakimi, orang-orang yang pernah menindas orang benar akan dimintai pertanggungjawaban. Tuhan menentang mereka yang berbuat jahat. Tuhan adalah aktif di dalam dunia-Nya. Kita harus jangan menyerah atau kehilangan iman. Dalam mazmur itu "Tuhan" mengacu kepada Allah. Bagi Petrus, tidak ada garis halus untuk membedakan antara Allah Bapa dan Allah Anak. Dalam kesatuan-Nya, "Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." Daripada balas dendam pribadi, orang Kristen percaya bahwa Allah, sesuai waktu-Nya sendiri, akan menegakkan keadilan terhadap zaman jahat sekarang ini.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Untuk Mereka Yang Menginginkan Hidup (1 Petrus 3:8-12)
Ada orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam dunia kebencian, kekerasan, kutukan, dan kema...
Untuk Mereka Yang Menginginkan Hidup (1 Petrus 3:8-12)
Ada orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam dunia kebencian, kekerasan, kutukan, dan kemarahan. Orang tidak yakin apakah akan membenci mereka atau mengasihani mereka. Bedakanlah cara hidup itu dengan kata-kata Petrus:
Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat (1 Petrus 3:8, 9).
Adalah penting bahwa kita memperhatikan apa yang Petrus tidak katakan. Kehidupan, dalam kebaikan dan kepenuhannya, bukanlah hasil dari berapa banyak kekayaan yang orang simpan. Itu bukan hasil dari seberapa kuat orang itu. Kehidupan yang baik bukanlah ukuran tentang seberapa banyak orang yang dapat diperintah oleh orang yang kuat. Kehidupan yang memuaskan, baik tidak datang dengan cara itu. Dengan mengenal Kristus, banyak dari umat-Nya telah belajar cara untuk hidup.
Orang Kristen merindukan sukacita sorgawi; tetapi Yesus membuat jelas bahwa kerajaan-Nya, kerajaan sorga, sudah dimulai dalam sejarah manusia bagi mereka yang mau memeluk Dia. Ada sesuatu yang belum direalisasikan, tetapi dalam Kristus kerajaan sorga ada di antara kita. Orang Kristen tidak harus menunggu sampai kedatangan Tuhan untuk menikmati kerajaan itu (lihat Lukas 17:20b, 21).
Berada di dalam Kristus tidak hanya tentang dunia yang akan datang. Allah telah memberikan umat-Nya kunci kepada kehidupan di zaman ini. Rumus Petrus dimulai dengan cukup sederhana.
Pertama, ingatlah untuk bersikap baik. Kebaikan adalah kasih kepada hal-hal kecil. Itu bisa berupa melempar senyuman, menahan pintu tetap terbuka, membantu wanita tua belajar membaca, mengepel lantai, mendengarkan masalah orang lain, memegang tangan. Kebaikan melibatkan kesopanan dan sikap hormat.
Sebagian besar dari kita dapat bermurah hati, bijaksana, dan sopan bila ada yang melihat; kita mengungkapkan diri kita yang sebenarnya di saat-saat tak sadar. Kebaikan bukanlah ketaatan kepada perintah yang kadang-kadang; kebaikan dibangun ke dalam tenunan kehidupan. Kebaikan tidak pernah berakhir.
Ketika Petrus ingin merangkum kehidupan dan karya Yesus, ia menggunakan kata-kata yang mengungkapkan kebaikan sederhana Tuhan: "Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kisah 10:38b). Dalam injil Markus, seorang kusta datang kepada Yesus, berlutut dan memohon, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah orang itu dan menyembuhkan orang itu (Markus 1:40, 41). Apapun yang mungkin dikatakan terhadap kuasa mujizatiah Yesus itu, ketika Ia menyembuhkan penderita kusta itu, itu merupakan perbuatan kebaikan yang sederhana.
Kedua, cara untuk menikmati kerajaan sorga adalah dengan membalas kejahatan dengan kebaikan. Ia melanjutkan pokok pikiran itu: "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat" (1 Petrus 3:9). Sejauh orang Kristen hidup dengan aturan ini, mereka tidak perlu menunggu Kerajaan Allah. Kerajaan itu ada di antara mereka.
Sebelumnya dalam suratnya, Petrus telah mengacukan penderitaan Kristus seperti ini: "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" (1 Petrus 2:23). Yesus memberikan teladan. Tuhan dihujat dan dicaci maki, tapi Ia tidak pernah membalas jahat dengan jahat. Sebaliknya, Ia membalas dengan kebaikan.
Salah satu aturan paling mendasar umat manusia adalah hukum pembalasan. Perjanjian Lama menyatakan itu sebagai "mata ganti mata" (Imamat 24:19, 20). Dalam Kerajaan Allah, manusia hidup dengan aturan yang berbeda, aturan yang mengatakan kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan. Petrus tidak sedang membahas undang-undang nasional, negara. Ia sedang bicara kepada para pendengarnya sebagai individu. "Jangan biarkan dendam menelan Anda," kata Petrus. Rasul itu tidak menggunakan ungkapan "Kerajaan Allah." Sebaliknya ia bicara tentang kehidupan. Kehidupan adalah kerajaan Allah. Tidak ada orang yang akan memiliki hidup jika balas dendam menguasai keinginannya.
Orang-orang Kristen yang Petrus sapa tahu apa arti menderita bagi Kristus. Mereka punya kekuatan untuk membalas dendam terhadap beberapa hal dari apa yang telah mereka derita. Beberapa tahun yang lalu ada seorang wanita di Texas, seorang wanita yang cukup kaya, yang mendapatkan suaminya berkencan dengan wanita lain. Ia menunggu di luar sebuah hotel, dan ketika suaminya keluar ia menjalankan mobilnya dan menabrak dia. Suaminya mati. Ia sudah membalas dendam. Sukacita apakah yang ia bayangkan akan diberikan oleh balas dendam kepada dia? Banyak orang berbaring di tempat tidur mereka pada malam hari dengan menyusui ketidakadilan. Mereka telah membayangkan apa yang akan mereka lakukan tentang hal itu, bagaimana mereka akan membalas dendam. Pikiran dalam alam seperti itu sangat jauh dari Kerajaan Allah.
Keadaan pikiran yang berbahagia adalah ketika orang mampu membolehkan kata ofensif, hinaan, komentar hambar menggelincir seolah-olah itu tidak pernah dikatakan. Kehidupan adalah karunia ketika orang dapat membalas penghinaan dengan memberikan berkat. Yesus mengajarkan cara yang paling efektif untuk melepaskan diri dari musuh. Jadikan dia teman.
Ketiga, perhatikan lidah Anda. Ketika ia menulis 1 Petrus 3:10, 11, rasul Petrus mengacu kepada Mazmur 34:12, 13: "Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu." Yesus berkata, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum" (Matius 12:36, 37). Kerajaan Allah akan mengusir mereka yang gagal mengendalikan lidah mereka.
Ringkasan. Di tengah-tengah penderitaan dan kesengsaraan dunia dapat ditemukan orang-orang yang mengenal jalan kepada kehidupan. Keluarga mereka, sikap hormat yang mereka terima, cara orang lain bicara tentang mereka, senyum yang mereka berikan—semua itu membuktikan kedamaian dan kegembiraan hidup. Petrus menawarkan tiga unsur penting yang berkontribusi bagi kehidupan dalam Kristus. Mereka itu mencakup (1) ingatlah untuk bersikap baik, (2) membalas kejahatan dengan kebaikan, dan (3) menjaga lidah.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang ...
1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang percaya untuk menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada penguasa sipil, dan mendesak para budak untuk bersikap hormat dan patuh kepada majikan mereka. Penderitaan para budak telah menyebabkan dia merenungkan penderitaan Kristus, tetapi dalam pasal 3 ia kembali kepada ketundukan, kali ini ketundukan istri kepada suami. Nasihat kepada budak dan istri adalah dalam bidang rumah tangga, tapi hubungan isteri kepada suami tentu tidak sama dengan hubungan budak kepada tuannya. Ikatan emosi dan konvensi sosial yang stereotip bagi laki-laki dan perempuan meningkatkan kompleksitas hubungan suami/istri.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Origen Contra Celsum 3.55.
2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering dig...
Catatan Akhir:
- 1 Origen Contra Celsum 3.55.
- 2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru dengan konotasi negatif, yang berarti "duniawi" atau sejenisnya. Dalam ayat ini kata itu tidak memiliki pengertian itu. Orang Yunani menganggap alam semesta di mana mereka hidup sebagai indah dan sangat proporsional. Jadi kata itu menjadi sebutan untuk sesuatu yang indah dan dihias dengan baik.
- 3 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 159; Plutarch Moralia 141E.
- 4 Josephus Antiquities 4.8.15.
- 5 Josephus Against Apion 2.25.
- 6 Alkitab NASB menangkap arti frasa Yunani itu dengan baik. Secara lebih harfiah kata-kata itu berkata, "kepada bejana yang lebih lemah, feminin." Kata yang diterjemahkan "feminin" (gunaikei√oß, gunaikeios) hanya terjadi di sini dalam Perjanjian Baru. Kata "bejana" (skeuvoß, skeuos) digunakan dalam berbagai cara. Itu mengacu kepada sebuah objek dari jenis tertentu, kadang-kadang toples atau wadah. Yang digunakan di sini mengacu kepada tubuh fisik wanita, seperti yang terjadi dalam 1 Tesalonika 4:4.
- 7 Ignatius Philadelphians 1.
- 8 Dalam Surat-Suratnya Pliny the Younger (awal abad kedua Masehi) membuat pernyataan yang menggambarkan semangat tak tahu malu yang dengannya kaum laki-laki Romawi yang berstatus mencari kemuliaan mereka sendiri.Dalam sebuah surat kepada temannya Maximus, ia menyebutkan dua orang hambanya yang telah disewa selama tiga dinar setiap orang (upah yang layak) untuk duduk di antara orang-orang yang mendengarkan seorang orator tertentu dan bertepuk tangan. Ia mengatakan para budak itu tidak tahu apa yang sedang dikatakan dan "akan bingung, tanpa sinyal, bagaimana mewaktukan tepuk tangan mereka." (Pliny the Younger Letters 2.14.)
- 9 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 130; The Community Rule (1QS) 1.4.
- 10 Carroll Stuhlmueller, Dianne Bergant, et al., eds. The Collegeville Pastoral Dictionary of Biblical Theology (Collegeville, Minn.: Liturgical Press, 1996), 714.
- 11 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 141.
- 12 Lihat komentar tentang 2:19 untuk kata yang digunakan dalam arti "kesadaran." Lihat Christian Maurer, " su/noida, sunei/dhsiß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 7:898-919.
- 13 Kata iºna ( hina ), yang diterjemahkan "supaya" dalam 3:16, kadang-kadang mengungkapkan hasil. Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 477.
- 14 Best, 134.
- 15 Kasus untuk penafsiran ini dinyatakan dengan baik oleh Michaels, 191-92.
- 16 Sirach 41:12 (REB).
- 17 Teologi Katolik Roma menyatakan bahwa ada pengorbanan kekal Kristus di sorga, bahwa Yesus benar-benar menderita ketika Ekaristi dirayakan. Pernyataan oleh Petrus dan dalam kitab Ibrani menjadi dasar doktrin itu. beristirahat. Lihat "Eucharist" in The Oxford Dictionary of the Christian Church, 2d ed., ed. F. L. Cross and E. A. Livingstone (Oxford: Oxford University Press, 1974), 475-77.
- 18 Mengenai Yesus turun ke alam Hades, Macculloch menulis, "Dari setidaknya abad kedua tidak ada kepercayaan yang lebih dikenal dan populer, termasuk Turun Ke hades, penaklukan Kematian dan Hades, Pemberitaan Kepada Orang Mati, dan Pelepasan Jiwa, dan popularitasnya terus meningkat" (J. A. MacCulloch, The Harrowing of Hell: A Comparative Study of an Early Christian Doctrine [Edinburgh: T. & T. Clark, 1930], 45.)
- 19 Ungkapan e˙n w (en hoi) telah dipahami dengan cara lain. Pelbagai alternatif yang tercantum di atas memiliki dukungan yang paling kuat. Ini bukan tempat untuk diskusi tentang isu-isu tata bahasa yang terlibat. Mereka yang tertarik dapat berkonsultasi dengan Michaels, 205.
- 20 D. A. Carson, "Reflections on the Book I Just Want to be a Christian by Dr. Rubel Shelly." Makalah ini dapat ditemukan di website: www.mun.ca/rels/restmov/texts/rmeyes/carson.html. Carson menulis, "Pada saat yang sama, itu [Gerakan Restorasi Amerika] mengembangkan pandangan tentang baptisan yang hampir tidak diadopsi oleh seorang pun di luar spektrum jemaat-jemaat yang diwakili oleh Gerakan Restorasi Amerika." Agaknya Carson memahami pandangan yang diadopsi oleh Gerakan Restorasi Amerika adalah bahwa Allah bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa orang percaya yang taat. Faktanya, pandangan itu dapat didokumentasikan dari periode kuno dan moderen dari sejarah gereja dan dari tradisi Kristen yang beragam.
- 21 Everett Ferguson mengumpulkan teks-teks dari abad kedua yang menunjukkan bahwa pelbagai segmen yang luas dari gereja pada periode itu memahami baptisan sebagai pengampunan dosa. Itu adalah doktrin yang bertahan dengan baik selepas masa Perjanjian Baru. Ia menulis, "Kebulatan dan semangat pelbagai pernyataan dari awal abad kedua tentang baptisan mengandung dugaan tentang hubungan langsung antara baptisan dan pengampunan dosa dari hari-hari awal gereja"(Everett Ferguson, Early Christians Speak [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1971], 38.)
- 22 Fred Gealy, "The First and Second Epistles to Timothy and the Epistle to Titus, Introduction and Exegesis," in The Interpreter's Bible , ed. George A. Buttrick (New York: Abingdon Press, 1955), 11:453.
- 23 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 83.
- 24 Apa yang orang maksudkan dengan "kutipan" adalah tidak pasti. Pelbagai edisi teks Yunani Perjanjian Baru yang lebih tua yang diterbitkan oleh United Bible Societies memiliki "Index of Quotations" dalam lampiran. Kitab Mazmur memiliki paling banyak kutipan jika kita mempertimbangkan kutipan sama dengan petikan. Edisi teks UBS yang paling baru telah mengganti "Index of Allusions and Verbal Parallels" dengan "Index of Quotations." Dengan menggunakan kriteria yang lebih luas, ada karya-karya Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip daripada kitab Mazmur.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi