Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 6:54
Full Life: Yoh 6:54 - MAKAN DAGING-KU DAN MINUM DARAH-KU.
Nas : Yoh 6:54
Kita menerima hidup rohani dengan percaya kepada Kristus dan
mengambil bagian dalam manfaat penebusan dari kematian-Nya di kayu sali...
Nas : Yoh 6:54
Kita menerima hidup rohani dengan percaya kepada Kristus dan mengambil bagian dalam manfaat penebusan dari kematian-Nya di kayu salib (Rom 3:24-25; 1Yoh 1:7). Kita tetap memiliki hidup rohani selama kita tetap bersekutu dengan Kristus dan Sabda-Nya. Bandingkan ayat Yoh 6:53 dengan ayat Yoh 6:63 di mana dikatakan-Nya, "perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup." Demikianlah kita mendapat bagian dalam Kristus selama kita terus beriman kepada-Nya dan menerima Firman-Nya dengan sungguh.
- 1) Yesus adalah Firman yang Hidup (Yoh 1:1-5); Alkitab merupakan Firman yang tertulis (2Tim 3:16; 2Pet 1:21). Di sini Yesus menyebut diri-Nya "roti hidup" (ayat Yoh 6:35) sedangkan pada bagian yang lain Dia menghubungkan roti ini dengan Firman Allah, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat 4:4). Oleh karena itu, kita memakan tubuh-Nya dengan tetap tinggal di dalam Dia sambil menerima dan menaati Firman Allah (ayat Yoh 6:63).
- 2) Kita diselamatkan oleh kasih karunia Allah dan kuasa pembaharuan Roh Kudus ketika kita mendengar dan menerima Firman Allah (Yoh 1:12; Kis 2:41). Kita akan terus selamat dan menerima kasih karunia dengan tetap bersatu dengan Kristus serta makan dari Firman Allah terus menerus melalui membaca, menaati, dan menerima kebenarannya dalam hati kita (1Tim 4:13-16; Yak 1:21). Sangat fatal untuk menarik diri dari persekutuan dengan Kristus atau menjauhkan diri dari Firman-Nya.
Ref. Silang FULL -> Yoh 6:54
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Yoh 6:22-59; Yoh 6:22-59; Yoh 6:54; Yoh 6:49-58; Yoh 6:54; Yoh 6:22-58; Yoh 5:1--7:52; Yoh 1:19--10:42
6:22-59 Manna di padang gurun, dan Roti Hidup
6:22-59 Manna di padang gurun, dan Roti Hidup
Hagelberg: Yoh 6:54 - -- 6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Pernyataan ini sej...
6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Pernyataan ini sejajar dengan ayat 40, yang berkata, "Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Kedua ayat ini sejajar karena keduanya menceritakan hal yang sama: jika orang percaya kepada Yesus Kristus, dia akan mempunyai hidup yang kekal dan dia akan dibangkitkan pada akhir zaman. Iman adalah satu-satunya syarat keselamatan. Apa yang dikatakan tanpa kiasan dalam ayat 40, diulangi dalam ayat ini dengan kiasan.
Hagelberg: Yoh 6:49-58 - -- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
Penjelasan yang harfiah mengenai kiasan "Roti Hidup" ditolak orang-orang Yahudi, sehingga Dia kembali lagi pada...
d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
Penjelasan yang harfiah mengenai kiasan "Roti Hidup" ditolak orang-orang Yahudi, sehingga Dia kembali lagi pada kiasan. Kiasan "Roti Hidup" dikembangkan lebih lanjut dengan istilah "daging-Ku".
Hagelberg: Yoh 6:54 - -- 6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Pernyataan ini sej...
6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Pernyataan ini sejajar dengan ayat 40, yang berkata, "Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Kedua ayat ini sejajar karena keduanya menceritakan hal yang sama: jika orang percaya kepada Yesus Kristus, dia akan mempunyai hidup yang kekal dan dia akan dibangkitkan pada akhir zaman. Iman adalah satu-satunya syarat keselamatan. Apa yang dikatakan tanpa kiasan dalam ayat 40, diulangi dalam ayat ini dengan kiasan.
Hagelberg: Yoh 6:22-58 - -- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
Sesuai dengan kebiasaan Yohanes untuk membedakan agama lama dengan pribadi Tuhan Yesus, dalam khotbah yang keempat ini...
5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
Sesuai dengan kebiasaan Yohanes untuk membedakan agama lama dengan pribadi Tuhan Yesus, dalam khotbah yang keempat ini ada kontras antara manna di padang gurun dan Tuhan Yesus yang adalah "Roti Hidup".
Ada tiga pendekatan pada penafsiran bagian ini.587 Ketiga tafsiran tersebut berpusat pada masalah kepentingan Perjamuan Kudus di dalam tafsiran nas ini. Ada penafsir yang berkata bahwa nas ini, terutama pasal 6:53-58, membicarakan Perjamuan Kudus. (Selain nas ini, Injil Yohanes tidak menyebutkan Perjamuan Kudus.) Pasal 6:55 merupakan dukungan yang paling kuat bagi pandangan ini. Namun tafsiran ini sangat sulit diterima. Jika nas ini membahas Perjamuan Kudus, maka pasal 6:53, yang berkata "...sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu", berarti bahwa keikutsertaan dalam Perjamuan Kudus merupakan syarat mutlak untuk keselamatan, sedangkan Injil Yohanes, dan seluruh Perjanjian Baru, mengajar bahwa syarat satu-satunya adalah iman dalam Yesus Kristus, dan bukan perbuatan mana pun. Selain alasan tersebut, menurut pasal 6:59 nas ini diucapkan oleh Tuhan Yesus "di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat". Di rumah ibadah itu mereka tidak mengerti sedikit pun mengenai Perjamuan Kudus, sehingga khotbah ini mustahil dimengerti jika pandangan ini diterima.
Tafsiran kedua adalah bahwa dalam khotbah ini, istilah "roti", "daging", "darah", dan "minuman" hanya melambangkan diri Yesus Kristus. Menurut tafsiran ini, dalam khotbah ini Tuhan Yesus menekankan bahwa manusia harus menerima Dia untuk memperoleh hidup yang kekal.
Tafsiran yang ketiga setuju dengan yang kedua, tetapi juga menerima kenyataan bahwa nas ini, jika dibaca orang Kristen, mengingatkan mereka tentang Perjamuan Kudus.
Namun jika nas ini dibaca orang Yahudi, mereka teringat pada manna dan Musa. Bukankah para pembaca pertama orang Yahudi, dan tujuan utama dari Injil Yohanes penginjilan terhadap orang-orang Yahudi? Nas ini merupakan khotbah Tuhan Yesus di rumah ibadah orang Yahudi. Di situ Dia meneruskan tema "Paskah Baru". Dia dapat memuaskan kelaparan lima ribu orang karena Dia adalah Tuhan Allah yang dulu memberi manna kepada umat Israel. Dia dapat berjalan di atas air karena Dia adalah Tuhan Allah yang dulu menuntun umat Israel menyeberangi Laut Teberau, dan Dia, sebagai roti hidup, dapat menyelamatkan mereka, karena Dia adalah Tuhan Allah yang dulu memberi manna itu kepada Israel.
Pada dasarnya, Perjamuan Kudus merupakan suatu kiasan mengenai pengorbanan Tuhan Yesus dan keselamatan yang Dia sediakan. Demikian juga ungkapan dan bahasan "Roti Hidup" merupakan kiasan mengenai pengorbanan Tuhan Yesus dan keselamatan yang Dia sediakan. Dua-duanya merujuk kepada Tuhan Yesus serta karya-Nya.
Sebenarnya tema mengenai "Roti Hidup" dapat juga dikatakan sebagai tema seluruh isi pasal 6. Dalam peristiwa-peristiwa pembebasan umat Allah dari Mesir, Tuhan Allah membuktikan bahwa Dia sanggup menyelamatkan umat-Nya. Dalam peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Injil Yohanes pasal 6, Tuhan Yesus membuktikan bahwa Dia adalah penggenapan dari peristiwa Paskah dan keselamatan umat Israel dari tangan Firaun yang diceritakan dalam Kitab Keluaran.
Hagelberg: Yoh 5:1--7:52 - -- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
Dalam bagian ini pertentangan antara Tuhan Yesus dan pemimpin-pemimpin orang Yahudi ti...
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 6:28-59
Matthew Henry: Yoh 6:28-59 - Kristus Adalah Roti Sejati yang Turun dari Sorga; Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang kepada-N Kristus Adalah Roti Sejati yang Turun dari Sorga; Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang kepada-Nya; Perlunya Menyantap Kristus, Sang Roti Hidup (6...
Kristus Adalah Roti Sejati yang Turun dari Sorga; Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang kepada-Nya; Perlunya Menyantap Kristus, Sang Roti Hidup (6:28-59)
- Tidak dapat dipastikan apakah percakapan ini dilakukan dengan orang-orang Kapernaum, yang di dalam rumah ibadatnya Kristus berada sekarang, ataukah dengan orang-orang yang datang dari seberang danau. Namun, masalah ini tidak begitu penting bagi kita. Bagaimanapun juga, peristiwa ini memberi contoh kerendahan hati Kristus, di mana Ia memberikan mereka kebebasan untuk bertanya kepada-Nya, dan Ia tidak marah ketika mereka menyela pembicaraan-Nya, sekalipun mereka itu bukan pengikut-pengikut setia-Nya. Mereka yang suka mengajar harus cepat mendengar dan belajar menjawab. Inilah hikmat bagi pengajar, yaitu sekalipun dihujani dengan pertanyaan yang sia-sia dan menyimpang, berusahalah memberi jawaban yang bermanfaat, supaya pertanyaan yang sia-sia dapat ditepis, tetapi keinginan orang untuk bertanya tidak ditampik. Sekarang:
- I. Setelah Kristus memberi tahu mereka bahwa mereka harus bekerja, dan berusaha keras untuk makanan yang Ia katakan itu, mereka menanyakan Dia apa yang harus mereka kerjakan, dan Ia pun menjawab mereka (ay. 28-29).
- . Pertanyaan mereka cukup berkaitan dengan masalah yang dibicarakan: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Sebagian orang mengartikan pertanyaan tersebut kurang sopan: "Pekerjaan yang dikehendaki Allah seperti apa lagi yang bisa kami perbuat jauh lebih baik daripada apa yang telah kami lakukan dengan mematuhi hukum Musa?" Namun, saya lebih suka menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan yang rendah hati dan bersungguh-sungguh. Setidaknya pada saat itu mereka berpikiran baik serta ingin mengetahui dan melaksanakan tugas-tugas mereka. Saya berpendapat bahwa orang-orang yang mengajukan pertanyaan, Bagaimana dan Apa ini (ay. 30), dan yang juga mengajukan permohonan (ay. 34), bukanlah orang-orang yang sama dengan mereka yang bersungut-sungut (ay. 41-42) dan orang-orang yang bertengkar antara sesama mereka (ay. 52). Karena dengan jelas orang-orang terakhir ini disebut sebagai orang-orang Yahudi yang datang dari Yudea (merekalah yang secara ketat disebut sebagai orang Yahudi), yaitu mereka yang suka mempertengkarkan soal kecil-kecil. Sedangkan orang-orang yang sekarang ini berasal dari Galilea dan sengaja datang untuk diajar. Di sini, pertanyaan ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa orang-orang yang ingin memperoleh makanan yang kekal ini:
- (1) Harus berencana melakukan sesuatu yang besar. Mereka yang berpengharapan tinggi serta berharap dapat menikmati kemuliaan Allah, harus menetapkan sasaran yang tinggi dalam upaya pencarian mereka ini. Mereka harus belajar mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu pekerjaan yang Ia minta dan yang akan Ia terima. Pekerjaan yang dikehendaki Allah berbeda dari pekerjaan orang duniawi yang mengejar perkara duniawi. Tidak cukup hanya berbicara tentang firman Allah, kita juga harus melakukan pekerjaan yang dikehendaki Allah.
- (2) Harus bersedia melakukan apa saja: Apakah yang harus kami perbuat? Tuhan, saya siap melakukan apa saja yang Engkau suruh meskipun pekerjaan itu tidak menyenangkan tubuh jasmaniku (Kis. 9:6).
- . Jawaban Kristus sudah cukup jelas (ay. 29): Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya.
- Perhatikanlah:
- (1) Pekerjaan iman adalah pekerjaan Allah. Mereka bertanya tentang pekerjaan-pekerjaan (dalam hal jumlah), peduli dengan banyak hal, tetapi Kristus mengarahkan mereka pada satu pekerjaan saja, tetapi yang melingkupi semua pekerjaan lainnya, satu pekerjaan yang sungguh-sungguh diperlukan, yakni: hendaklah kamu percaya. Pekerjaan ini mengesampingkan semua pekerjaan lainnya yang hanya sekadar menunaikan hukum yang punya arti simbolis belaka. Pekerjaan ini, yaitu percaya, diperlukan agar semua pekerjaan lainnya dapat diterima. Pekerjaan tersebut juga menghasilkan pekerjaan-pekerjaan lainnya, karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan Allah, karena pekerjaan itu dilakukan-Nya di dalam kita, pekerjaan itu menundukkan jiwa pada pekerjaan-Nya di dalam kita, serta menggerakkan jiwa sehingga bekerja bagi Dia.
- (2) Iman itu adalah pekerjaan Allah yang membuat kita dekat kepada Kristus dan selalu mengandalkan Dia. Iman itu adalah percaya kepada Dia yang telah diutus Allah, sebagai duta besar Allah dalam menyelesaikan masalah besar untuk memperdamaikan Allah dan manusia. Percaya kepada Dia dengan sendirinya berarti tinggal di dalam Dia dan menyerahkan diri kita kepada-Nya (Yoh. 14:1).
- II. Setelah Kristus mengatakan kepada mereka bahwa Anak Manusia itulah yang akan memberikan makanan ini kepada mereka, mereka bertanya tentang Dia, dan Ia menjawab pertanyaan mereka.
- . Pertanyaan mereka adalah tentang sebuah tanda (ay. 30): Tanda apakah yang Engkau perbuat? Sejauh ini mereka benar, bahwa karena Ia meminta mereka percaya, maka Ia harus menunjukkan bukti yang dapat dipercaya, berupa mujizat yang dapat mereka lihat dan menunjukkan bahwa Ia memang benar-benar diutus Allah. Musa menegaskan tugas perutusannya dengan berbagai tanda, karena itu Kristus yang datang untuk menggantikan hukum upacara simbolis juga harus menegaskan tugas perutusan-Nya dengan cara serupa: "Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Apa yang bisa Engkau tunjukkan? Tanda-tanda abadi dari kuasa Allah seperti apa yang Engkau rancang supaya tetap hidup dalam ajaran-ajaran-Mu itu?" Walaupun begitu, dalam semuanya ini mereka lupa:
- (1) Bahwa mereka telah mengesampingkan banyak mujizat yang telah mereka saksikan telah diperbuat oleh-Nya. Mujizat-mujizat tersebut sungguh telah memberi bukti melimpah tentang tugas perutusan ilahi-Nya. Di siang hari bolong seperti ini apakah memang pantas untuk bertanya, "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya?", apalagi di Kapernaum, pusatnya mujizat, di mana Ia telah menghasilkan begitu banyak pekerjaan dan tanda hebat nan ajaib yang sangat berarti dalam meneguhkan jabatan dan tugas perutusan-Nya? Bukankah mereka ini orang-orang yang sama yang sehari sebelumnya telah diberi makan secara ajaib oleh-Nya? Tak terkatakan betapa butanya orang-orang ini sampai tidak bisa melihat apa yang terjadi. Begitu butanya mereka, sampai-sampai tidak tahu apakah ini siang atau malam, padahal matahari sedang menyinari wajah mereka.
- (2) Bahwa mereka lebih menyukai pemberian makan secara ajaib kepada bangsa Israel di padang belantara melebihi mujizat-mujizat yang dibuat Kristus (ay. 31): Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun. Untuk memperkuat dalih keberatan mereka, mereka mengutip sebuah ayat: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga (diambil dari Mazmur 78:24), Ia memberi mereka gandum dari langit. Betapa baiknya kutipan yang mereka gunakan dalam kisah ini! Kutipan ini sungguh merupakan contoh kuasa dan kebaikan Allah yang sering disebut-sebut untuk memuliakan Allah (Neh. 9:20-21). Namun lihatlah sekarang bagaimana orang-orang ini membelokkan ayat-ayat ini dan menyalahgunakannya.
- [1] Kristus menegur kegandrungan mereka akan roti mujizat itu dan meminta mereka supaya tidak menempatkan hasrat hati mereka pada makanan yang akan dapat binasa. "Mengapa," kata mereka, "Bukankah makanan bagi perut merupakan perkara baik dan dahsyat yang Allah berikan kepada nenek moyang kita di padang gurun? Jadi mengapa kita tidak boleh bekerja untuk makanan itu? Jika Allah menyediakan banyak makanan seperti itu, mengapa kita tidak memilih orang yang dapat menyediakan banyak makanan bagi kita?"
- [2] Kristus telah memberi makan lima ribu orang dengan lima roti, dan Ia menjadikan peristiwa itu sebagai salah satu tanda untuk membuktikan bagi mereka bahwa Dia telah diutus Allah. Namun, dengan berkedok mengagungkan mujizat-mujizat Musa, dengan diam-diam mereka memandang ringan mujizat Kristus, dan menyisihkan bukti yang menunjukkan bahwa Ia telah diutus Allah. Alasan mereka, "Kristus memberi makan ribuan pengikut-Nya, tetapi Musa memberi makan ratusan ribu pengikutnya. Kristus hanya sekali memberi mereka makan, lalu menegur mereka yang mengikuti Dia dengan harapan akan tetap diberi makan, dan mengalihkan perhatian mereka dengan pengajaran tentang makanan rohani. Tetapi, Musa memberi makan para pengikutnya selama empat puluh tahun, sehingga mujizat bukan lagi menjadi sesuatu yang aneh dan langka bagi mereka, melainkan sudah menjadi makanan sehari-hari belaka. Kristus memberi mereka makan dengan roti yang berasal dari bumi, roti jelai, dan ikan yang berasal dari laut, sedangkan Musa memberi bangsa Israel makan roti dari sorga, makanan malaikat." Begitulah orang-orang Yahudi ini mengagung-agungkan manna yang dimakan nenek moyang mereka. Namun, nenek moyang mereka sendiri malah meremehkan manna ini, persis seperti yang sedang mereka lakukan sekarang terhadap roti jelai. Nenek moyang mereka menyebut manna itu sebagai makanan hambar (Bil. 21:5). Begitulah, betapa mudahnya kita meremehkan dan menganggap sepi kehadiran kuasa Allah dan anugerah-Nya di zaman kita sendiri, sementara kita berpura-pura mengagumi keajaiban yang diceritakan nenek moyang kepada kita. Seandainyapun mujizat Kristus yang satu ini dikalahkan oleh mujizat Musa itu, toh masih ada banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa mujizat-mujizat Kristus lebih cemerlang daripada mujizat Musa. Di samping itu, semua mujizat yang benar selalu memperlihatkan suatu ajaran ilahi, meskipun tidak semuanya selalu tampak cemerlang dalam semua keadaan, karena keadaan selalu berbeda sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peristiwa itu. Sama seperti manna itu mengungguli roti jelai, demikian pula pengajaran Kristus itu jauh lebih mengungguli hukum Musa. Begitu juga halnya dengan semua tata ibadah ilahi-Nya, jauh mengungguli semua tata upacara duniawi yang berlaku pada masa itu.
- . Inilah jawaban Kristus atas pertanyaan mereka itu, di mana:
- (1) Ia meralat kekeliruan mereka tentang manna yang khas itu. Memang benar bahwa nenek moyang mereka telah makan manna di padang gurun.
- Tetapi:
- [1] Bukan Musa yang memberikan manna itu kepada mereka, dan mereka juga tidak berutang budi kepada dia untuk makanan itu. Musa hanya sekadar alat, karena itu mereka harus memandang lebih jauh lagi kepada Allah. Kita tidak menemukan Musa berdoa dan memohon untuk meminta manna kepada Allah. Dengan tidak bijak ia malah berujar, Apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini? Musa tidak memberikan roti itu ataupun air itu kepada mereka.
- [2] Manna itu tidak diberikan seperti yang mereka bayangkan, dari sorga, dari sorga yang tertinggi, tetapi hanyalah dari awan-awan, dan karena itu tidak lebih unggul daripada makanan yang berasal dari bumi seperti yang mereka pikirkan. Karena apa yang tertulis dalam Kitab Suci, Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga, tidaklah berarti bahwa roti itu adalah roti sorgawi, atau roti yang dimaksudkan untuk makanan bagi jiwa. Salah memahami bahasa Kitab Suci menyebabkan banyak kekeliruan dalam memahami perkara-perkara Allah.
- (2) Kristus memberi tahu mereka tentang manna yang sebenarnya, yang digambarkan oleh manna yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu: Melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Itulah yang benar-benar dan pantas disebut roti dari sorga. Manna itu hanyalah bayang-bayang dan gambaran dari roti sorga tersebut. Roti sorga itulah yang sekarang diberikan, bukan kepada nenek moyangmu yang telah lama mati dan tiada, tetapi kepada kamu yang hidup di zaman sekarang ini, bagi kamulah hal-hal yang lebih baik itu disisihkan. Sekarang ini Ia sedang memberikan kepadamu roti dari sorga itu, roti yang sebenar-benarnya. Sama seperti takhta kemuliaan Allah jauh lebih tinggi daripada awan-awan di langit, begitu pula roti rohani dari Injil yang abadi itu mengungguli manna. Dengan menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, Kristus menyatakan diri-Nya sendiri lebih besar daripada Musa, karena kesetiaan Musa terhadap Allah hanyalah kesetiaan sebagai seorang pelayan, sedangkan kesetiaan Kristus adalah kesetiaan sebagai Anak (Ibr. 3:5-6).
- III. Setelah menjawab pertanyaan mereka, Kristus lebih lanjut memanfaatkan kesempatan menjawab keberatan mereka mengenai manna untuk berbicara mengenai diri-Nya. Di hadapan mereka, Ia menyamakan diri-Nya sendiri dengan roti, dan mengumpamakan hal mempercayai sebagai tindakan makan dan minum. Pernyataan makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya dan tanggapan dari para pendengar-Nya membuat banyak orang dari kerumunan itu meninggalkan Dia.
- . Setelah berbicara tentang diri-Nya sendiri sebagai pemberian Allah yang besar dan roti yang sebenarnya (ay. 32), Kristus terus lebih banyak lagi menjelaskan dan menegaskan hal tersebut, supaya kita dapat mengenal Dia dengan benar.
- (1) Di sini Kristus menunjukkan bahwa Ia adalah roti yang benar. Hal ini diulangi-Nya berkali-kali (ay. 33, 35, 48-51).
- Perhatikanlah:
- [1] Bahwa Kristus adalah roti bagi jiwa, seperti halnya roti biasa bagi tubuh jasmani. Roti itu memberi zat makanan dan mendukung kehidupan rohani (menjadi bahan pokok untuk kehidupan rohani), sama seperti roti bagi kehidupan jasmani. Roti itu menjadi bahan pokok bagi kehidupan. Ajaran-ajaran Injil adalah mengenai Kristus, bahwa Ia menjadi pengantara antara Allah dan manusia, bahwa Ia adalah damai sejahtera kita, kebenaran kita, Juruselamat kita, dan dengan segala perkara ini hiduplah orang. Tubuh kita masih dapat hidup dengan baik tanpa makanan, tetapi tidak demikian halnya jiwa kita tanpa Kristus. Gandum itu diirik (Yes. 28:28), demikian juga halnya dengan Kristus. Ia dilahirkan di Betlehem, rumah roti, dan dilambangkan dengan roti sajian.
- [2] Bahwa Ia adalah roti dari Allah (ay. 33), roti ilahi. Hanya Dia yang datang dari Allah (ay. 46), roti yang diberikan oleh Bapa-Ku (ay. 32), yang Ia jadikan makanan bagi jiwa kita, roti keluarga Allah, roti bagi anak-anak-Nya. Korban dan persembahan imamat orang-orang Lewi disebut santapan Allah (Im. 21:21-22), dan Kristus adalah korban yang agung. Kristus, di dalam firman dan semua tata ibadah-Nya, menjadi perjamuan sebagai ganti korban itu.
- [3] Bahwa Ia adalah roti kehidupan (ay. 35, dan sekali lagi dalam ay. 48), roti kehidupan itu, yang secara tidak langsung merujuk kepada pohon kehidupan yang ada di tengah-tengah Taman Eden, yang dimeteraikan bagi Adam sebagai bagian dari kovenan itu: Lakukanlah ini, maka engkau akan hidup, yang berarti Adam boleh memakannya dan tetap hidup. Kristus adalah roti kehidupan, karena Dialah buah dari pohon kehidupan itu.
- Pertama, Dia adalah sang roti yang hidup (begitulah Kristus menjelaskan tentang diri-Nya sendiri dalam ayat 51): Akulah roti hidup. Roti itu sendiri adalah benda mati, tidak akan menjadi zat makanan tanpa bantuan organ-organ tubuh yang hidup. Tetapi Kristus sendiri adalah roti hidup, dan akan menjadi zat makanan dengan kuasa-Nya sendiri. Manna adalah benda mati, hanya dapat bertahan semalam saja jika disimpan, selanjutnya manna itu akan berulat dan berbau busuk. Namun, Kristus hidup terus, sebagai roti yang kekal, yang tidak pernah lapuk dan menjadi tua. Ajaran tentang Kristus yang tersalib sampai sekarang tetap menguatkan dan menghibur orang-orang percaya, sama seperti dahulu. Begitu juga pengantaraan-Nya masih tetap sama berharga dan berlaku seperti sediakala.
- Kedua, Ia memberi hidup kepada dunia ini (ay. 33), hidup rohani dan kekal, kehidupan roh dalam kesatuan dan persekutuan dengan Allah di dunia sini dan nantinya dalam hadirat dan sukacita-Nya ketika kita bertemu pandang dengan Dia. Inilah hidup di mana semua kebahagiaan terangkum di dalamnya. Manna hanya menyediakan makanan dan mendukung kehidupan, bukan mempertahankan dan mengabadikan kehidupan, apa lagi sampai memulihkannya. Tetapi, Kristus memberi hidup kepada orang-orang yang mati di dalam dosa. Manna ditetapkan hanya untuk kehidupan bangsa Israel, tetapi Kristus diberikan untuk hidup seluruh dunia. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan untuk menerima berkat roti ini, kecuali mereka menolak sendiri berkat tersebut. Kristus datang untuk memberi hidup dalam pikiran manusia, memberikan dasar pendirian untuk melakukan perbuatan yang berbuah lebat dan berkenan kepada Allah.
- [4] Bahwa Ia adalah roti yang telah turun dari sorga. Hal ini sering diulang-ulang di sini (ay. 33, 50-51, 58).
- Hal ini menunjukkan:
- Pertama, keallahan pribadi Kristus. Sebagai Allah Ia memiliki suatu wujud di sorga, dari mana Ia telah datang untuk mengambil rupa dan sifat kita pada diri-Nya; Aku telah turun dari sorga, yang dari sini kita dapat memahami asal usul-Nya, Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Kita juga dapat memahami kesanggupan-Nya, karena sorga adalah cakrawala-Nya yang kuat. Kita memahami wewenang-Nya. Ia datang dengan mengemban tugas ilahi.
- Kedua, sumber ilahi dari semua yang baik yang mengalir kepada kita melalui Dia. Ia datang, bukan hanya katabas -- yang telah turun (ay. 51), tetapi katabainōi -- yang turun sekarang. Ia sedang turun sekarang, yang menunjukkan adanya pemberian terang, hidup, dan kasih yang tidak ada putus-putusnya dari Allah kepada orang-orang percaya melalui Kristus, seperti manna yang turun setiap hari (Ef. 1:3). Omnia desuper -- segala pemberian dari atas.
- [5] Bahwa Ia adalah roti itu, yang dilambangkan dan digambarkan sebagai manna (ay. 58). Roti itu adalah roti yang sebenarnya (ay. 32). Seperti batu karang yang mengeluarkan air untuk diminum adalah Kristus, begitu jugalah manna yang mereka makan adalah makanan rohani (1Kor. 10:3-4). Manna diberikan kepada orang Israel, begitulah Kristus diberikan kepada orang Israel rohani. Tersedia cukup manna bagi semua orang, begitu juga, di dalam Kristus melimpah anugerah bagi semua orang percaya. Orang yang mengumpulkan banyak dari manna ini tidak memiliki apa-apa lagi untuk disimpan ketika ia menggunakannya, dan orang yang mengumpulkan sedikit, ketika anugerah-Nya disempurnakan, akan melihat bahwa ia tidak kekurangan. Manna harus dikumpulkan pada pagi hari, dan begitu juga, orang-orang yang ingin menemukan Kristus harus mencari Dia pagi-pagi sekali. Manna itu rasanya manis, seperti yang dikatakan oleh penulis Kebijaksanaan Salomo (salah satu kitab Deuterokanonika -- pen.) kepada kita (Keb. Sal. 16:20), cocok dengan selera setiap orang. Demikianlah, bagi orang yang percaya, Kristus itu mulia. Bangsa Israel hidup dengan manna sampai mereka masuk tanah Kanaan, sedangkan Kristus adalah kehidupan kita. Ada tanda kenang-kenangan tentang manna yang disimpan dalam buli-buli emas yang diletakkan dalam tabut perjanjian, begitu juga Kristus, sebagai santapan rohani, tersimpan untuk dikenang di dalam perjamuan Tuhan.
- (2) Di sini Kristus menunjukkan apa yang sedang Ia kerjakan dan apa tujuan pengutusan-Nya ke dunia ini. Dengan menyampingkan bahasa kiasan, Ia berbicara dengan terus terang dan tidak lagi menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan maksud pekerjaan-Nya di antara umat manusia (ay. 38-40).
- [1] Secara umum, Ia meyakinkan kita bahwa Ia datang dari sorga untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya (ay. 38), bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, tetapi untuk melakukan kehendak Bapa yang telah mengutus-Nya. Ia datang dari sorga, yang menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang giat dan cerdas, yang secara sukarela turun ke dunia bawah ini dengan melakukan perjalanan panjang. Ia membuat sebuah langkah turun yang besar, karena kemuliaan dunia tempat Ia berasal sungguh agung, sedangkan dunia yang Ia datangi penuh malapetaka. Kita boleh bertanya-tanya dengan penuh rasa heran, "Apa yang menggerakkan-Nya melakukan perjalanan seperti ini?" Di sini Ia mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, tetapi kehendak Bapa-Nya. Ini tidak berarti bahwa Ia mempunyai kehendak yang bersaing dengan kehendak Bapa-Nya. Yang benar adalah bahwa orang-orang yang sedang berbicara dengan Dialah yang mencurigai Dia demikian. "Tidak," kata-Nya, "kehendak-Ku bukanlah sumber tindakan-Ku, bukan juga aturan yang Aku ikuti, tetapi Aku datang untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku." Itu berarti,
- Pertama, Kristus tidak datang ke dalam dunia ini sebagai pihak yang melakukan urusan pribadi dan hanya bertindak demi diri sendiri. Sebaliknya, Ia datang sebagai seorang tokoh masyarakat, bertindak bagi orang lain sebagai seorang duta besar atau utusan yang berkuasa penuh. Ia datang ke dunia ini sebagai tangan kanan Allah yang agung dan sebagai tabib dunia yang besar. Tiada urusan pribadi apa pun yang membawa Ia ke sini, selain daripada untuk menyelesaikan masalah pihak-pihak yang tidak ada tandingannya di mana pun juga, yaitu Pencipta yang Mahabesar dan keseluruhan ciptaan-Nya.
- Kedua, ketika Kristus ada di dalam dunia ini, Ia tidak membawa rancangan pribadi apa pun, juga tidak memiliki kepentingan lain sama sekali, berbeda dengan orang-orang yang untuk merekalah Ia bertindak. Maksud seluruh kehidupan-Nya adalah untuk mempermuliakan Allah dan berbuat baik kepada umat manusia. Karena itu Ia tidak pernah memikirkan kesenangan, keselamatan, atau ketenteraman-Nya sendiri. Jadi, ketika Ia akan menyerahkan nyawa-Nya, meskipun sifat manusiawi-Nya merasa terkejut atas hal itu, Ia segera mengesampingkan pikiran itu, dan menundukkan kehendak-Nya sebagai manusia ke dalam kehendak Allah: Janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.
- [2] Secara khusus, Ia ingin memperkenalkan kepada kita kehendak Bapa yang ingin Ia lakukan. Di sini Ia menyatakan ketetapan tersebut, yaitu segala perintah yang akan Ia tunaikan.
- Pertama, perintah khusus yang diberikan kepada Kristus, bahwa Ia harus menyelamatkan semua umat pilihan yang tersisa. Inilah janji penebusan antara Bapa dan Anak (ay. 38): "Inilah kehendak Bapa, yang telah mengutus Aku. Inilah tugas yang dipercayakan kepada-Ku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang."
- Perhatikanlah:
- . Ada sejumlah tertentu anak manusia yang diberikan Bapa kepada Yesus Kristus untuk masuk dalam perlindungan-Nya, untuk menjadi nama dan pujian bagi-Nya, diberikan kepada-Nya sebagai warisan, untuk menjadi milik-Nya. Biarlah Dia melakukan semua hal yang mereka butuhkan, mengajar mereka, menyembuhkan mereka, membayar utang mereka, membela perkara mereka, menyiapkan dan menjaga mereka untuk masuk dalam kehidupan kekal. Biarlah Dia melakukan yang terbaik bagi mereka. Bapa dapat menyerahkan mereka sesuai dengan perkenanan-Nya: Sebagai ciptaan, kehidupan dan keberadaan mereka berasal dari Dia, sebagai orang berdosa, mereka kehilangan kehidupan dan keberadaan mereka dari Dia pula. Bisa saja Ia menjual mereka demi tuntutan keadilan-Nya dan menyerahkan mereka kepada para penyiksa. Namun, ini tidak dilakukan-Nya. Sebaliknya, Ia mengangkat mereka kembali sebagai tanda peringatan akan rasa kasihan-Nya dan membawa mereka kepada Sang Juruselamat. Orang-orang yang dipilih Allah menjadi sasaran kasih-Nya yang khusus dipercayakan-Nya ke dalam tangan Kristus.
- . Yesus Kristus telah berjanji bahwa tidak akan ada yang hilang dari semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya. Banyak orang yang dibawa-Nya pada kemuliaan. Semuanya akan segera terjadi dan tidak seorang pun dari anak-anak ini akan hilang (Mat. 18:14). Tidak seorang pun dari mereka akan hilang akibat kekurangan anugerah yang menguduskan mereka. Jika aku tidak membawa dia kepadamu dan menempatkan dia di depanmu, maka akulah yang berdosa terhadap engkau untuk selama-lamanya (Kej. 43:9).
- . Usaha Kristus bagi orang-orang yang diberikan kepada-Nya terus berlanjut sampai pada kebangkitan tubuh mereka. Aku akan membangkitkan mereka pada akhir zaman, yang merampungkan semua yang sudah terjadi, untuk memahkotai dan menggenapkan seluruh usaha-Nya. Tubuh merupakan bagian dari manusia, karena itu tubuh juga merupakan bagian dari penebusan dan tanggung jawab Kristus. Hal ini berkaitan dengan janji itu, dan karena itu tidak akan ada bagian yang hilang. Usaha dan janji-Nya itu bukan hanya agar Ia tidak akan kehilangan seorang pun, satu orang pun, tetapi juga agar Ia tidak kehilangan apa pun, bagian apa pun dari orang itu, dan karena itu termasuk juga tubuhnya. Pekerjaan Kristus tidak akan digenapi sampai terjadinya kebangkitan, ketika roh dan tubuh orang-orang kudus akan dipersatukan kembali dan dikumpulkan di hadapan Kristus, supaya Ia dapat mempersembahkan mereka kepada Bapa: Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang diberikan Allah kepada-Ku (Ibr. 2:13; 2Tim. 1:12).
- . Sumber dan asal usul semua ini adalah kehendak berdaulat dari Allah, dari rancangan kehendak-Nya. Berdasarkan inilah Ia mengerjakan semua usaha-Nya itu. Inilah perintah yang Allah berikan kepada Anak-Nya ketika Ia mengutus-Nya ke dunia ini, dan kepada perintah-Nya inilah mata Anak itu tertuju.
- Kedua, perintah umum yang diberikan kepada anak-anak manusia. Perintah ini berisi cara dan syarat yang harus diikuti mereka untuk bisa menerima keselamatan melalui Kristus. Dan inilah kovenan anugerah antara Allah dan manusia. Siapa saja orang-orang tertentu yang diberikan kepada Kristus merupakan sebuah rahasia: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya, kita tidak, dan kita juga tidak layak untuk itu. Walaupun demikian, meskipun nama-nama mereka tersembunyi, tingkah laku mereka diumumkan. Sebuah tawaran untuk memperoleh kehidupan dan kebahagiaan diberikan berdasarkan syarat-syarat Injil, supaya dengan tawaran tersebut, orang-orang yang diberikan kepada Kristus dapat dibawa kepada Allah, sedangkan yang lainnya akan ditinggalkan tanpa dapat diampuni (ay. 40): "Inilah kehendak itu, kehendak yang dinyatakan secara terbuka, dari Dia yang mengutus Aku. Inilah cara yang telah disepakati, supaya setiap orang, bangsa Yahudi dan bukan Yahudi, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya, dapat beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Inilah Injil yang sebenarnya, yaitu kabar baik. Bukankah sangat menyegarkan mendengar hal ini?
- . Bahwa kehidupan kekal itu dapat kita peroleh, dan bila tidak, itu merupakan kesalahan kita sendiri. Padahal, karena dosa Adam yang pertama, jalan menuju pohon kehidupan telah tertutup. Melalui anugerah Adam kedua, jalan itu terbuka kembali. Mahkota kemuliaan diletakkan di hadapan kita sebagai hadiah atas panggilan tertinggi kita, dan untuk itu kita harus berlari dan mendapatkannya.
- . Setiap orang dapat memilikinya. Injil harus diberitakan dan penawaran ini harus disampaikan bagi semua orang, dan jangan ada yang berkata, "Itu bukan kepunyaanku" (Why. 22:17).
- . Kehidupan kekal ini pasti untuk semua orang yang percaya kepada Kristus, dan hanya bagi mereka saja. Barangsiapa melihat Anak dan percaya kepada-Nya, dia akan diselamatkan. Beberapa orang menganggap kata melihat ini sebagai pembatasan atas syarat keselamatan, yaitu hanya bagi orang-orang yang telah memperoleh pewahyuan Kristus dan anugerah-Nya. Setiap orang yang memperoleh kesempatan diperkenalkan kepada Kristus serta memanfaatkan perkenalan itu untuk percaya kepada-Nya, akan mendapat hidup yang kekal, sehingga tidak seorang pun akan dipersalahkan karena ketidakpercayaan (walaupun begitu, orang dapat dihukum juga karena dosa-dosa lain), selain mereka yang telah mendengar Injil yang diberitakan kepada mereka, seperti orang-orang Yahudi di sini (ay. 36), yang telah melihat, namun tetap tidak percaya, yang telah mengenal Kristus, namun tidak memercayai-Nya. Namun, saya lebih suka mengartikan melihat di sini sama dengan percaya, karena kata yang dipakai adalah theōrōn, yang tidak begitu memaksudkan pengertian penglihatan oleh mata (seperti yang dipakai dalam ayat 36, heōrakate me -- kamu telah melihat Aku). Kata ini lebih banyak menunjuk pada arti perenungan pikiran yang mendalam. Setiap orang yang melihat Anak, yakni yang percaya kepada-Nya, melihat-Nya dengan mata iman. Dengan imanlah kita dapat mengenal dan terpengaruh oleh pengajaran Injil tentang Dia. Memandang Dia adalah seperti orang-orang Israel yang dipagut ular tedung memandangi ular tembaga yang dibuat Musa. Bukanlah iman buta yang dikehendaki Kristus. Bukan memejamkan mata lalu mengikuti Dia, tetapi melihat Dia dan melihat alasan apa yang dapat kita gunakan untuk melanjutkan iman kita. Akan sangat baik jika kemudian iman kita tidak didasarkan pada apa kata orang (percaya seperti yang dipercaya gereja), tetapi sebagai hasil pertimbangan yang cukup dan pengertian yang mendalam mengapa kita percaya: Sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Kami telah mendengar Dia sendiri.
- . Untuk memperoleh hidup yang kekal, orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan dibangkitkan oleh kuasa-Nya pada akhir zaman. Tugas ini diberikan kepada-Nya sebagai kehendak Bapa-Nya (ay. 39). Namun, dengan sungguh-sungguh Ia menjadikan tugas ini sebagai pekerjaan dan janji-Nya sendiri: Aku membangkitkannya pada akhir zaman, yang bukan saja menunjukkan kembalinya tubuh pada kehidupan, tetapi juga menempatkan manusia itu seutuhnya ke dalam kehidupan kekal seperti yang dijanjikan-Nya.
- . Sekarang, mari kita perhatikan apa kata para pendengar-Nya mengenai semua yang dikatakan-Nya mengenai diri-Nya sendiri sebagai roti hidup yang turun dari sorga.
- (1) Ketika mereka mendengar sesuatu yang dikatakan seperti roti dari Allah yang memberi hidup, dengan sungguh-sungguh mereka berdoa memohon roti itu (ay. 34): Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa. Saya tidak berpendapat bahwa hal ini dikatakan sebagai ejekan dengan gaya mencemooh, seperti pendapat banyak penafsir: "Jika Engkau dapat, berikan kami roti seperti ini, supaya kami bisa memakannya, bukan hanya sekali makan seperti lima roti itu, tetapi senantiasa," seolah-olah tidak lebih baik daripada permohonan pencuri yang durhaka itu: Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami. Namun, saya berpendapat bahwa meskipun permintaan ini dilakukan tanpa sadar apa yang mereka sebenarnya minta, namun diajukan dengan jujur dan dengan maksud baik. Buktinya, mereka memanggil-Nya, Tuhan, dan ingin mendapatkan bagian dari apa yang Ia berikan, apa pun maksud-Nya dengan roti itu. Pemahaman-pemahaman yang umum dan membingungkan mengenai perkara-perkara ilahi bisa menimbulkan dalam hati yang duniawi suatu hasrat dan kerinduan akan perkara-perkara ilahi, seperti kerinduan Bileam, yaitu untuk mati seperti matinya orang-orang jujur. Orang-orang yang memiliki pengetahuan tidak jelas tentang perkara-perkara Allah, mereka yang melihat orang seperti pohon berjalan, akan menaikkan doa yang saya sebut doa-doa tidak jelas untuk mendapatkan berkat-berkat rohani. Mereka mengira perkenanan Allah adalah sesuatu yang baik dan sorga adalah tempat yang menyenangkan, dan mereka sangat menginginkannya. Namun, di lain pihak, mereka tidak menghargai dan juga tidak menginginkan sama sekali kesucian yang diperlukan untuk mendapatkan kedua berkat itu. Biarlah ini menjadi hasrat jiwa kita. Sudahkah kita merasakan bahwa Allah penuh dengan kemurahan, sudahkah kita dijamu dengan firman Allah dan Kristus dalam firman itu? Marilah kita berkata, "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa. Biarlah roti hidup itu menjadi roti kami sehari-hari, menjadi manna sorgawi untuk perjamuan kami yang terus berlanjut, dan biarlah tidak ada kata kekurangan akan roti itu dalam hidup kami selamanya."
- (2) Namun, ketika orang-orang itu mengetahui bahwa yang dimaksud Yesus dengan roti hidup itu adalah diri-Nya sendiri, mereka lalu melecehkan hal itu. Tidak jelas di sini apakah mereka itu orang-orang yang sama dengan mereka yang memohon roti itu (ay. 34) atau orang lain dalam kelompok itu. Tampaknya mereka ini orang lain lagi, karena mereka disebut orang-orang Yahudi. Sekarang dikatakan (ay. 41), Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia. Sungut-sungut ini datang dengan tiba-tiba setelah pernyataan khidmat yang disampaikan Kristus tentang kehendak Allah dan janji-Nya sendiri mengenai keselamatan umat manusia (ay. 39-40), yang tanpa ragu lagi merupakan sebagian dari perkataan yang paling berbobot dan mulia yang pernah disampaikan dari mulut Yesus Tuhan kita, perkataan yang sungguh penuh dengan kebenaran dan layak diterima. Dalam pikiran kita, mereka ini seharusnya bersikap seperti orang-orang Israel di Mesir dulu, di mana ketika mendengar bahwa Allah telah mengindahkan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah. Namun, orang-orang ini, bukannya menerima tawaran tersebut, mereka malah bersungut-sungut dan berbantah-bantah tentang apa yang telah dikatakan Kristus. Meskipun mereka tidak secara terang-terangan menentang dan menyangkal perkataan-Nya, namun secara diam-diam dengan saling berbisik mereka mencemooh dan saling memanas-manasi menentang perkataan-Nya itu. Banyak orang tidak mau mengaku bahwa mereka menentang pengajaran Kristus, namun di dalam hati, mereka berkata mereka tidak menyukainya (biasanya mereka tidak mau mengaku terus terang karena apa yang mereka perdebatkan itu tidaklah berdasar dan lemah alasannya, sehingga mereka malu untuk mengakuinya atau takut dibungkamkan karenanya).
- Sekarang:
- [1] Hal yang membuat mereka merasa jengkel adalah penegasan Kristus yang menyatakan bahwa Ia berasal dari sorga (ay. 41-42). Bagaimana mungkin Ia dapat berkata, Aku telah turun dari sorga? Mereka pernah mendengar malaikat-malaikat turun dari sorga, tetapi belum pernah ada manusia yang turun dari sorga. Mereka lupa bukti-bukti yang telah Ia berikan kepada mereka yang menunjukkan bahwa Ia lebih daripada sekadar manusia.
- [2] Yang membuat mereka merasa benar adalah bahwa mereka tahu akan silsilah-Nya di dunia ini: Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagi mereka, keliru besar kalau Ia sampai mengatakan bahwa Ia telah turun dari sorga. Ia kan hanya seorang seperti mereka. Mereka meremehkan nama-Nya yang mulia, Yesus, dengan berkata: Bukankah Yesus ini. Mereka percaya begitu saja bahwa Yusuf adalah benar-benar ayah-Nya, padahal itu hanyalah menurut anggapan orang belaka. Perhatikanlah, pemahaman yang salah mengenai pribadi Kristus, bahwa Ia hanya manusia biasa saja, dikandung dan dilahirkan melalui keturunan biasa, sungguh bertentangan dengan ajaran dan jabatan-Nya. Orang-orang yang menempatkan Dia setara dengan anak-anak manusia lainnya, yang ayah dan ibunya kita kenal, biasanya memang akan meremehkan kehormatan penebusan dan rahasia karya-Nya, dan sama seperti orang-orang Yahudi di sini, mereka bersungut-sungut terhadap janji-Nya untuk membangkitkan kita pada akhir zaman.
- . Setelah berbicara tentang iman sebagai pekerjaan besar Allah (ay. 29), Kristus berbicara banyak mengenai pekerjaan Allah tersebut. Ia terus mengajar dan mendorong kita untuk giat dalam pekerjaan iman itu.
- (1) Ia menunjukkan apa artinya percaya kepada Kristus.
- [1] Percaya kepada Kristus berarti datang kepada Kristus.
- Orang yang datang kepada-Ku, sama dengan orang yang percaya kepada-Ku (ay. 35), dan sekali lagi: Barangsiapa datang kepada-Ku (ay. 37). Begitu juga dalam ayat 44-45. Bertobat kepada Allah berarti datang kepada-Nya (Yer. 3:22) yang merupakan kebaikan yang utama dan tujuan tertinggi kita. Begitu juga iman kepada Yesus Kristus Tuhan kita berarti datang kepada-Nya sebagai Raja dan Penyelamat kita, dan sebagai jalan kita menuju Bapa. Iman menunjukkan mengalirnya kasih sayang kita kepada Dia. Aliran kasih ini adalah tindak gerak dari jiwa. Iman itu juga berarti meninggalkan semua hal yang bertentangan dengan Dia atau yang bersaing dengan-Nya, dan setuju untuk menerima semua syarat yang diperlukan untuk menerima kehidupan dan keselamatan yang ditawarkan kepada kita melalui Dia. Ketika Ia masih berada di atas muka bumi ini, iman itu berarti lebih daripada sekadar datang ke tempat di mana Ia sedang berada. Demikian halnya sekarang ini, iman itu lebih daripada sekadar datang kepada firman dan tata peraturan-Nya.
- [2] Percaya kepada Kristus berarti makan dari Kristus (ay. 51): Jikalau seorang makan dari roti ini. Penjelasan yang pertama di atas menunjukkan penyerahan diri kita kepada Kristus, yang ini menunjukkan menerima dan menggunakan Kristus untuk diri kita, dengan penuh selera dan kegembiraan, sehingga kita dapat memperoleh kehidupan, kekuatan, dan penghiburan dari Dia. Makan dari Dia seperti bangsa Israel makan dari manna, setelah mereka meninggalkan kuali berisi daging di tanah Mesir dan tidak bergantung dari jerih payah mereka (untuk makan dari manna itu), melainkan hidup sepenuhnya dari roti yang diberikan kepada mereka dari sorga.
- (2) Ia menunjukkan apa yang akan diperoleh dengan percaya kepada Kristus. Apa yang akan Ia berikan kepada kita jika kita datang kepada-Nya? Apa kebaikan yang kita peroleh dengan memakan dari Dia? Kekurangan dan kematian merupakan hal utama yang kita takuti. Karena itu, biarlah kita yakin akan dihibur dalam keberadaan kita, dan terus dihibur tak henti-hentinya. Sekarang, dua hal berikut ini telah dijaminkan untuk diberikan kepada orang-orang percaya yang sejati.
- [1] Mereka tidak akan kekurangan, tidak akan lapar lagi, tidak akan haus lagi (ay. 35). Mereka memang memiliki macam-macam hasrat, yang sungguh-sungguh sifatnya. Namun, segala hasrat ini sangat pantas, sesuai waktunya, dan terpenuhi dengan berlimpah, sehingga tidak dapat lagi disebut lapar dan haus, yang rasanya tidak mengenakkan dan menyakitkan. Mereka yang makan manna dan minum air dari batu karang itu, tetap merasa lapar dan haus sesudah itu. Manna itu menjemukan mereka, air dari batu karang itu mengecewakan mereka. Tetapi ada kepenuhan yang meluap-luap di dalam Kristus yang tidak ada habis-habisnya. Ada hubungan yang terus-menerus dari Dia, tanpa sela.
- [2] Mereka tidak akan pernah mati, tidak akan mati selamanya.
- Karena:
- Pertama, orang yang percaya kepada Kristus mempunyai hidup yang kekal (ay. 47). Ia memiliki jaminan dan kepastian tentang hal itu. Ia memilikinya dalam janji dan buah-buah sulung. Persatuan dengan Kristus dan persekutuan dengan Allah di dalam Kristus merupakan permulaan hidup yang kekal.
- Kedua, orang-orang yang makan manna itu mati, tetapi Kristus adalah roti yang bila dimakan, orang tidak akan mati (ay. 49-50).
- Perhatikanlah di sini:
- . Ketidakmampuan manna yang simbolis itu: Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Sungguh berguna apabila kita memperhatikan kematian nenek moyang kita. Makam-makam mereka seolah bertutur kepada kita dan tugu-tugu peringatan mereka menjadi kenangan bagi kita, khususnya tentang hal ini, bahwa makanan yang paling melimpah dan paling lezat sekalipun tidak akan dapat memperpanjang benang-benang kehidupan dan juga tidak akan dapat mencegah serangan kematian. Orang yang makan manna, makanan malaikat itu, mati seperti manusia pada umumnya. Tidak ada yang salah dalam makanan mereka yang mempersingkat hari-hari mereka. Kematian mereka pun tidaklah dipercepat oleh kerja keras dan keletihan hidup (karena mereka tidak pernah menabur atau menuai). Namun demikian, mereka tetap mati.
- (1) Banyak di antara mereka yang mati akibat pembalasan Allah yang segera atas ketidakpercayaan dan sungutan mereka. Karena, meskipun mereka semua makan makanan rohani yang sama, banyak dari mereka tidak mendapat perkenanan Allah, sehingga mereka ditewaskan di padang gurun (1Kor. 10:3-5). Manna yang mereka makan tidak menjamin keselamatan mereka dari murka Allah, seperti yang dijaminkan kepada kita karena percaya di dalam Kristus.
- (2) Selebihnya dari mereka mati secara alami dan mayat mereka jatuh dalam hukuman Allah di padang belantara, tempat di mana mereka makan manna. Dalam masa yang sama itu ketika mujizat menjadi makanan sehari-hari, usia kehidupan manusia menjadi berkurang seperti yang tampak sekarang (Mzm. 90:10). Karena itu janganlah mereka terlampau membanggakan manna.
- . Kesempurnaan dan kecukupan dari manna yang sejati, yang dilambangkan oleh manna yang tadi itu: Inilah roti yang turun dari sorga, makanan yang benar-benar ilahi dan sorgawi, sehingga barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Artinya, ia tidak akan jatuh dalam murka Allah, yang bisa membunuh jiwa. Ia tidak akan mengalami kematian yang kedua. Kematian yang pertama pun tidak, yang tidak dapat diubah dan tidak dapat dipulihkan lagi. Tidak akan mati, berarti tidak binasa, tidak gagal mencapai Tanah Kanaan sorgawi, seperti yang dialami bangsa Israel dengan Tanah Kanaan duniawi, karena kekurangan iman, sekalipun mereka memiliki manna. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh janji itu dalam kata-kata berikutnya: Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya (ay. 51). Inilah makna dari ungkapan tidak akan mati: meskipun ia turun menuju maut, ia akan melewatinya menuju dunia di mana maut tidak akan ada lagi. Hidup kekal bukan berarti ada selamanya (kesengsaraan neraka akan ada selama-lamanya, roh manusia diciptakan untuk keadaan yang kekal tanpa akhir), tetapi berarti untuk bahagia selamanya. Karena tubuh memang harus mati, dan menjadi seperti air yang tumpah ke tanah, di sini Kristus berjanji untuk melakukan mengumpulkannya kembali (seperti sebelumnya dalam ayat 44, ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman), dan tubuh itu pun akan hidup kekal selamanya.
- (3) Ia memberi dorongan semangat supaya kita percaya kepada Dia. Di sini Kristus berbicara tentang sebagian orang yang telah melihat Dia, namun tidak percaya (ay. 36). Mereka melihat diri-Nya dan mujizat-Nya, mendengar Ia berkhotbah, namun mereka tidak terpengaruh dan tidak tertarik untuk percaya kepada-Nya. Iman tidak selalu merupakan dampak dari penglihatan. Para serdadu yang berjaga di kubur Yesus adalah saksi mata tentang kebangkitan-Nya, namun, bukannya percaya kepada-Nya, mereka malah bersaksi dusta tentang Dia. Jadi, merupakan hal yang sulit untuk membuat orang percaya kepada Kristus, tetapi dengan pekerjaan Roh anugerah, ada juga orang-orang yang tidak melihat, namun percaya. Ada dua hal yang kita yakini di sini yang bisa mendorong iman kita:
- [1] Bahwa Sang Anak akan menyambut semua orang yang datang kepada-Nya (ay. 37): Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Betapa menggembirakan perkataan ini bagi jiwa kita, karena kita sungguh disambut Kristus! Barangsiapa datang, dinyatakan dalam bentuk orang ketiga tunggal, bukan hanya ditujukan kepada kumpulan orang percaya secara umum, tetapi juga kepada setiap jiwa yang menyerahkan diri kepada Kristus. Di sini,
- pertama, kewajiban yang harus dilakukan adalah sebuah kewajiban Injil yang murni, yaitu: datang kepada Kristus, supaya kita dapat datang kepada Allah melalui Dia. Keindahan dan kasih-Nya, hal-hal yang sangat menarik itu, harus menarik kita kepada-Nya. Dorongan kebutuhan dan rasa takut akan bahaya harus menggerakkan kita untuk datang kepada-Nya. Apa saja harus dapat membawa kita datang kepada Kristus.
- Kedua, janji itu adalah janji Injil yang murni: Ia tidak akan Kubuang -- ou mē ekbagō exō. Dua perkataan sangkal ada di sini, Aku tidak akan, tidak, Aku tidak akan.
- . Banyak anugerah diungkapkan di sini. Karena berbagai alasan, pastilah kita merasa takut bahwa Ia akan membuang kita. Mengingat kejahatan kita, kekejian kita, ketidaklayakan kita, kelemahan kita untuk datang kepada-Nya, sudah sepantasnya bila kita menduga bahwa Ia kesal dengan kita dan menutup pintu bagi kita. Namun, Ia menyingkirkan segala ketakutan kita ini dengan kepastian ini, yaitu bahwa Ia tidak akan melakukan itu, bahwa Ia tidak akan meremehkan kita meskipun kita ini jahat, tidak akan menolak kita meskipun keadaan kita penuh dosa. Apakah orang-orang pintar yang malang mau datang kepada-Nya untuk diajar? Meskipun mereka bebal dan lamban untuk mendengar, Ia tidak akan membuang mereka. Apakah orang-orang sakit yang malang mau datang kepada-Nya untuk disembuhkan, apakah mereka yang berperkara dan tertekan karena masalahnya itu mau datang kepada-Nya untuk meminta nasihat? Meskipun masalah mereka begitu buruk, meskipun mereka datang dengan tangan kosong, Ia tidak akan membuang mereka. Malah lebih dari itu,
- . Lebih banyak anugerah yang sebenarnya dinyatakan secara tidak langsung daripada yang diungkapkan. Ketika dikatakan bahwa Ia tidak akan membuang mereka, itu artinya Ia akan menerima dan menjamu, serta memberikan mereka semua hal yang mereka cari ketika mendatangi Dia. Sama seperti Ia tidak mau menolak mereka ketika mereka datang untuk pertama kali, begitu juga Ia tidak akan membuang mereka sesudah itu, setiap kali mereka menimbulkan kejengkelan-Nya. Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.
- [2] Sang Bapa pasti akan membawa kepada Anak-Nya semua orang yang diberikan kepada-Nya pada saatnya. Dalam kesepakatan bersama antara Bapa dan Anak yang berkaitan dengan penebusan umat manusia, Sang Anak akan melaksanakan pembenaran, pengudusan, dan keselamatan bagi semua yang akan datang kepada-Nya ("Letakkan mereka semua dalam tangan-Ku, dan biarkan Aku yang mengatur mereka"), sedangkan Sang Bapa, sumber dan Pencipta semua yang ada, kehidupan, dan anugerah, menyerahkan ke dalam tangan-Nya semua yang diberikan kepada-Nya dan membawa mereka kepada-Nya.
- Sekarang:
- Pertama, di sini Ia (Sang Anak) meyakinkan kita bahwa hal ini akan terlaksana: Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku (ay. 37). Dalam ayat 36 sebelumnya, kita melihat Kristus mengeluh tentang orang-orang yang telah melihat Dia, namun tidak mau percaya kepada-Nya. Sekarang, ayat 37 ini Ia tambahkan:
- a. Demi untuk meyakinkan dan menyadarkan mereka, dengan jelas Ia menunjukkan kepada mereka bahwa jika mereka tetap tidak mau datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya, maka itu berarti mereka tidak termasuk dalam orang-orang pilihan anugerah. Masalahnya sudah jelas, karena bagaimana mungkin kita dapat mengira bahwa Allah akan memberikan kita kepada Kristus jika kita memberikan diri kita kepada dunia dan kedagingan? (2Ptr. 1:10).
- b. Demi penghiburan dan dorongan bagi diri-Nya sendiri: Sekalipun Israel tidak dikumpulkan, Aku akan tetap dipermuliakan. Orang-orang pilihan telah dipilih, meskipun banyak masih tegar hati (Rm. 11:7). Meskipun Ia kehilangan banyak dari ciptaan-Nya, namun tak seorang pun yang ada dalam tangan-Nya akan hilang: semua yang diberikan Bapa kepada-Nya akan datang kepada-Nya.
- Di sini kita temukan:
- (a) Gambaran mengenai orang-orang pilihan itu: Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku, pan ho didōsi -- segala sesuatu yang diberikan Bapa kepada-Ku, yaitu orang-orang yang terpilih dan semua yang menjadi milik mereka, semua pelayanan mereka, dan semua kepentingan mereka. Karena semua yang Ia miliki adalah kepunyaan mereka, begitu jugalah semua yang mereka miliki menjadi milik-Nya. Dan Ia berbicara tentang mereka sebagai semua milik-Nya: Mereka diberikan kepada-Nya sebagai ganti atas semua usaha yang telah dikerjakan-Nya. Bukan hanya semua orang, tetapi juga segala sesuatu akan dipersatukan di dalam Kristus (Ef. 1:10) dan diperdamaikan dengan diri-Nya (Kol. 1:20). Penyerahan orang-orang pilihan yang tersisa kepada Kristus dibicarakan sebagai sesuatu yang telah terlaksana: semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku (ay. 39). Namun, dalam ayat 37 di sini orang-orang pilihan itu dikatakan sebagai sesuatu yang sedang dilaksanakan, "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku," karena, ketika Ia masuk ke dunia (Ibr. 10:5 dan seterusnya), tampaknya ada suatu pembaruan atas pemberian itu. Sekarang Allah ingin memberikan juga bangsa-bangsa bukan Yahudi sebagai milik pusaka kepada-Nya (Mzm. 2:8), untuk membuat Dia menjadi pemilik dari tanah pusaka yang sudah sunyi sepi (Yes. 49:8), untuk membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan (Yes. 53:12). Meskipun orang-orang Yahudi yang melihat Dia, tidak percaya kepada-Nya, namun orang-orang tersebut (Ia berkata), akan datang kepada-Nya. Domba-domba lain, yang bukan berasal dari kawanan ini, akan dibawakan juga kepada-Nya (Yoh. 10:15-16; Kis. 13:45-48).
- (b) Akibat yang akan timbul dipastikan: Mereka akan datang kepada-Ku. Perkataan ini bukanlah sebuah janji, tetapi sebuah prakiraan, bahwa semua orang yang dalam rencana Allah dikaruniakan kehidupan, akan dibawa kepada kehidupan dengan cara dibawa kepada Kristus. Sekalipun terserak, bercampur baur dengan bangsa-bangsa, tak seorang pun dari mereka akan dilupakan. Seperti yang telah dijanjikan, sebiji batu kecil pun tidak akan jatuh ke tanah (Am. 9:9). Walaupun sejak semula orang-orang ini terasing dari Kristus dan menolak Dia, namun mereka akan datang. Kemahatahuan Allah digunakan untuk menemukan mereka semua, sedangkan kemahakuasaan-Nya digunakan untuk membawa masuk mereka semua. Bukannya mereka akan dihalau paksa untuk datang kepada-Ku, tetapi, mereka akan datang dengan bebas, akan dibuat bersedia.
- Kedua, di sini Kristus menunjukkan kepada kita bagaimana hal itu dilaksanakan. Bagaimana orang-orang yang diberikan kepada Kristus dibawa kepada-Nya? Ada dua hal yang dilakukan untuk membawa mereka:
- a. Pengertian mereka akan diterangi. Hal ini telah dijanjikan (ay. 45-46). Telah tertulis dalam kitab nabi-nabi, yang berbicara tentang hal-hal ini sebelumnya, dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Hal ini kita temukan juga dalam Yesaya 54:13 dan Yeremia 31:34, mereka semua akan mengenal Aku. Perhatikan baik-baik:
- (a) Agar kita dapat percaya kepada Yesus Kristus, kita perlu mendapat pengajaran dari Allah.
- Artinya:
- [a] Bahwa akan ada penyataan atau wahyu ilahi yang disampaikan kepada kita. Wahyu ini mengungkapkan kepada kita apa yang harus kita percayai mengenai Kristus dan mengapa kita harus percaya kepada-Nya. Ada beberapa hal yang dapat mengajar kita, bahkan alam sendiri menyatakan kepada kita, tetapi untuk membawa kita kepada Kristus diperlukan terang yang lebih tinggi lagi.
- [b] Bahwa akan ada karya ilahi yang bekerja di dalam diri kita, sesuatu yang memungkinkan kita memahami dan menerima kebenaran-kebenaran yang diungkapkan itu berikut bukti tentang semua kebenaran itu. Supaya kita mampu bernalar, Allah memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi, tetapi dalam hal memberikan iman kepada kita, Ia mengajar kita melebihi manusia duniawi. Karena itu semua jemaat, semua yang tulus murni, diajar tentang Allah. Ia sendiri yang mendidik mereka.
- (b) Selanjutnya, dengan menarik kesimpulan dari pernyataan bahwa setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku (ay. 45), dapat disampaikan beberapa hal di sini:
- [a] Dinyatakan secara tidak langsung bahwa tidak seorang pun akan datang kepada Kristus selain orang-orang yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa. Kita hanya dapat dibawa kepada Kristus di bawah tuntunan ilahi. Kita tidak akan pernah dibawa untuk percaya kepada Kristus, kecuali bila Allah melalui anugerah-Nya menerangi pikiran kita, membantu kita dalam menimbang, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita, serta bukan hanya mengatakan apa yang boleh kita dengar, tetapi juga mengajar kita supaya dapat belajar kebenaran yang ada di dalam Yesus.
- [b] Bahwa karena pengajaran ilahi ini begitu diperlukan untuk menghasilkan iman orang-orang pilihan Allah, maka kita dapat menyimpulkan bahwa mereka yang tidak datang kepada Kristus itu tidak pernah mendengar atau menerima pengajaran dari Bapa. Karena, jika mereka pernah melakukannya, tidak diragukan lagi mereka pasti telah datang kepada Kristus. Sia-sialah orang yang berpura-pura telah menerima pengajaran Allah jika mereka tidak percaya kepada Kristus, karena Allah tidak memberikan pengajaran lain (Gal. 1:8-9). Lihatlah bagaimana Allah berurusan dengan manusia sebagai makhluk yang berakal budi, yaitu dengan menarik mereka dengan tali kesetiaan, membuka pengertian mereka terlebih dahulu, lalu melalui hal itu, dengan cara yang biasa, mempengaruhi pancaindra mereka yang lebih rendah. Dengan demikian Ia masuk melalui pintu. Tetapi Iblis, yang datang sebagai pencuri, akan masuk dengan memanjat tembok. Namun, supaya jangan ada orang yang memimpikan datangnya Allah Bapa dalam wujud yang kasatmata kepada anak-anak manusia (untuk mengajarkan hal-hal ini), dan supaya jangan ada yang memeluk pendapat yang keliru tentang mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, Ia menambahkan: Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa (ay. 46). Ini menyiratkan bahwa kita tidak mungkin dapat melihat Dia dengan mata jasmani, atau mengharapkan menerima pengajaran dari Dia seperti yang terjadi pada Musa, yang berbicara dengan Allah berhadapan muka. Sebaliknya, dengan mencerahkan mata manusia dan mengajar mereka, Allah bekerja dengan cara yang rohani. Bapa segala roh memiliki jalan untuk memasuki dan mempengaruhi roh manusia tanpa dapat dilihat. Orang-orang yang belum pernah melihat wajah-Nya telah merasakan kuasa-Nya. Walaupun begitu, hanya ada satu pribadi yang kenal dekat dengan Allah, yaitu Dia yang datang dari Allah, Kristus sendiri, Dialah yang telah melihat Bapa (1:18).
- Perhatikanlah:
- Pertama, Yesus Kristus itu datang dari Allah, Dia itu Allah dari Allah, terang dari terang. Ia bukan saja diutus Allah, tetapi lahir dari Allah sebelum semua ciptaan.
- Kedua, merupakan hak istimewa Kristus untuk melihat Bapa, untuk benar-benar mengenal Dia dan segala rencana serta hikmat-Nya.
- Ketiga, bahkan pencerahan yang merupakan persiapan menuju iman itu pun disampaikan kepada kita melalui Kristus. Mengingat orang-orang yang diajar oleh Bapa itu tidak dapat melihat Dia dengan mata kepala sendiri, mereka harus belajar dari Kristus, karena hanya Dia sendirilah yang telah melihat Bapa. Sama seperti semua pengungkapan ilahi dilakukan melalui Kristus, demikian jugalah semua kuasa ilahi diadakan melalui Dia.
- b. Kehendak orang-orang itu akan ditundukkan. Jika jiwa manusia telah memiliki kebenarannya yang sejati, maka tidak ada yang diperlukan lagi untuk mempengaruhi kehendak manusia itu selain dengan menerangi pengertiannya. Karena, di dalam jiwa yang rusak dari manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, terdapat suatu pemberontakan kehendak yang melawan prinsip-prinsip pengertian yang benar, ada pikiran duniawi, yang dengan sendirinya merupakan seteru terhadap terang dan hukum ilahi. Karena itu diperlukan suatu pekerjaan anugerah untuk mempengaruhi kehendak, yang disebut di sini dengan menarik: Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku (ay. 44). Orang-orang Yahudi bersungut-sungut terhadap pengajaran Kristus. Mereka bukan saja tidak mau menerima pengajaran itu bagi diri mereka sendiri, tetapi juga marah kalau orang lain menerimanya. Walaupun mereka berbisik secara rahasia di antara mereka, Kristus bisa mendengar mereka, dan berkata (ay. 43), "Jangan kamu bersungut-sungut, jangan kalian saling menyalahkan karena tidak suka akan pengajaran-Ku, seolah-olah itu kalian semua sama-sama merasakan kejelekannya. Tidak, itu semua terjadi karena dirimu masing-masing, karena watak jahatmu sendiri. Moralmu sudah begitu bobrok, kebencianmu dan prasangkamu terhadap kebenaran Allah sudah begitu buruknya sehingga selain kuasa Allah tidak ada lagi yang dapat menaklukkannya." Dan hal ini menjadi masalah seluruh umat manusia: "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, dapat meyakinkan dirinya sendiri untuk menerima syarat-syarat Injil, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (ay. 44).
- Perhatikanlah:
- (a) Sifat pekerjaan itu: Yaitu menarik, yang bukan menunjukkan kekuatan yang dipaksakan atas kehendak itu, sehingga dengan ketertarikan itu, kita yang tidak bersedia dibuat menjadi bersedia, dan sebuah kecenderungan baru diberikan kepada jiwa, supaya jiwa itu dicondongkan kepada Allah. Hal ini tampaknya lebih daripada sekadar suatu bujukan moral, karena bila demikian halnya, maka moral itulah yang punya kuasa untuk menarik. Juga, tarikan itu bukanlah suatu daya fisik, karena tarikan itu berada di luar jalur alam yang berwujud. Akan tetapi, Ia yang menciptakan roh dalam diri manusia dengan kuasa penciptaan-Nya, dan membentuk hati manusia dengan pengaruh pemeliharaan-Nya, tahu bagaimana membentuk ulang jiwa itu, bagaimana mengubah kecenderungan dan wataknya, dan menjadikannya cocok dengan diri-Nya sendiri dan kehendak-Nya tanpa melakukan sesuatu yang salah pada kebebasan alami manusia. Kegiatan menarik di sini bukan hanya meliputi sebuah ketaatan biasa, tetapi ketaatan yang dilakukan dengan sukacita, dengan perasaan puas: Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi.
- (b) Perlunya tarikan itu: Tidak ada seorang pun, dalam keadaannya yang lemah dan tidak berdaya ini, dapat datang kepada Kristus tanpa ditarik. Sama seperti kita tidak dapat melakukan tindakan alamiah apa pun tanpa adanya kelengkapan lain yang biasanya mendukung tindakan itu, begitu juga kita tidak dapat melakukan tindakan akhlak yang baik tanpa pengaruh anugerah yang khusus. Di dalam anugerah yang khusus inilah, manusia baru itu hidup, bergerak, dan ada, sama seperti manusia jasmani pada umumnya hidup, bergerak dan ada dalam pemeliharaan Allah.
- (c) Pelaku dari pekerjaan menarik itu: Bapa yang mengutus Aku. Sang Bapa, setelah mengutus Kristus, akan membuat-Nya berhasil, karena Dia tidak akan mengutus-Nya untuk suatu tujuan yang gagal tanpa hasil. Setelah Kristus melaksanakan tugas untuk membawa jiwa-jiwa kepada kemuliaan, Allah berjanji kepada-Nya untuk membawa mereka kepada-Nya supaya Ia boleh memiliki mereka yang telah diserahkan Allah kepada-Nya. Setelah memberikan kerajaan Israel kepada Daud sesuai dengan janji-Nya, Allah pada akhirnya menarik hati orang banyak kepada Daud. Demikian juga halnya, setelah mengutus Kristus untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, Allah mengirim jiwa-jiwa kepada-Nya untuk diselamatkan oleh-Nya.
- (d) Mahkota dan penyempurnaan pekerjaan ini: Dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Hal ini disebut sampai empat kali dalam percakapan ini, dan tidak diragukan bahwa hal ini mencakup pekerjaan-pekerjaan persiapan dan lanjutan dari anugerah ilahi ini. Ketika membangkitkan mereka pada akhir zaman, Ia akan mengakhiri usaha penyelamatan-Nya itu, memasang batu utama pada bangunan itu. Sekali Ia berjanji untuk melakukan hal ini, Ia pasti dapat dan akan melakukan segala sesuatu yang diperlukan supaya janji itu terlaksana. Biarlah segala pengharapan kita dibawa menuju kebahagiaan yang disediakan pada akhir zaman itu, ketika masa waktu sepenuhnya selesai dan berakhir.
- . Setelah berbicara mengenai diri-Nya sendiri sebagai roti hidup, dan mengenai iman sebagai pekerjaan Allah, secara lebih khusus lagi Kristus menunjukkan apa itu dari diri-Nya yang adalah roti itu, yaitu daging-Nya. Ia memperlihatkan bahwa menjadi percaya artinya memakan dari daging-Nya itu (ay. 51-58). Di sini Ia terus memakai makanan sebagai kiasan. Perhatikanlah di sini bagaimana persiapan yang dilakukan untuk menyediakan makanan itu: Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku (ay. 51), daging Anak Manusia dan darah-Nya (ay. 53). Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (ay. 55). Perhatikanlah juga apa yang harus dilakukan atas makanan ini: Kita harus makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya (ay. 53), dan sekali lagi, Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku (ay. 54), dan kata-kata yang sama, barangsiapa yang memakan Aku (ay. 56-57). Ini pastilah merupakan sebuah perumpamaan atau kiasan, di mana tindakan-tindakan jiwa terhadap hal-hal yang rohani dan ilahi digambarkan melalui tindakan-tindakan jasmani terhadap hal-hal yang dapat dilihat. Penggambaran seperti ini membuat kebenaran-kebenaran Kristus lebih dapat dimengerti akal oleh sebagian orang dan kurang dapat diterima oleh sebagian yang lain (Mrk. 4:11-12).
- Sekarang:
- (1) Marilah kita melihat bagaimana percakapan Kristus ini mudah mengakibatkan kekeliruan dan salah pengertian, sehingga orang akan mendengar, namun tidak menanggapi.
- [1] Percakapan tersebut disalah mengerti oleh orang-orang Yahudi yang duniawi, yang pertama kali mendengar pesan tersebut: Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka, mereka saling membisikkan ketidakpuasan mereka: Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan? Kristus berbicara tentang memberikan daging-Nya kepada kita (ay. 51), yaitu untuk menderita dan mati bagi kita. Tetapi, tanpa pertimbangan yang tepat mereka memahami pemberian-Nya kepada kita itu, sebagai sesuatu untuk dimakan. Karena itu, Kristus memberi tahu mereka bahwa apa pun yang Ia katakan akan dipahami sebaliknya oleh mereka, bahkan hal memakan daging-Nya yang merupakan sesuatu yang masuk akal pun (jika dipahami dengan benar), yang jelas-jelas bisa langsung dimengerti pun ditelan mentah-mentah begitu saja oleh mereka.
- [2] Perkataan-Nya itu juga telah disalahmengerti oleh gereja tertentu untuk mendukung ajaran transubstantiation (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus -- pen.) mereka yang sangat mengerikan, yang membawa kebohongan bagi pancaindra kita, berlawanan dengan sifat sakramen itu sendiri, serta membalikkan semua bukti yang meyakinkan. Mereka, sama seperti orang-orang Yahudi di sini, memahami hal itu sebagai memakan tubuh Kristus secara jasmani dan duniawi. Juga seperti Nikodemus (3:4). Ketika itu Perjamuan Tuhan masih belum ditetapkan, jadi perjamuan itu tidak memiliki acuan apa-apa dengan hal ini. Makanan dan minuman secara rohanilah yang dibicarakan di sini, bukan sesuatu yang bersifat sakramen.
- [3] Hal ini disalahmengerti oleh banyak orang duniawi yang bodoh, yang karenanya menyimpulkan bahwa jika menerima sakramen ini menjelang kematian, mereka pasti akan masuk sorga. Kepercayaan ini membuat banyak orang yang lemah rohaninya tanpa alasan merasa gelisah jika mereka kurang menerima sakramen ini. Sebaliknya ini membuat orang jahat merasa tenteram tanpa alasan jika mereka menerima sakramen ini. Oleh karena itu,
- (2) Marilah kita melihat bagaimana percakapan Kristus ini seharusnya dipahami.
- [1] Apa yang dimaksud dengan daging dan darah Kristus. Di sini disebut, daging Anak Manusia dan darah-Nya (ay. 53). Kata ganti -Nya di sini menunjuk pada Mesias dan Sang Pengantara: Daging dan darah yang Ia terima dalam penjelmaan-Nya (Ibr. 2:14), dan yang Ia serahkan dalam kematian dan penderitaan-Nya: Daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk disalibkan dan dibunuh. Dikatakan di sini bahwa akan diberikan untuk hidup dunia, artinya:
- Pertama, sebagai ganti hidup dunia, yang telah disita oleh dosa, Kristus memberikan daging-Nya sendiri sebagai uang pendamaian atau harga tebusan. Kristus adalah jaminan kita, terikat untuk memberikan tubuh ganti tubuh (seperti yang kita katakan), dan karena itu hidup-Nya harus diserahkan untuk hidup kita, sehingga hidup kita dapat diselamatkan. Inilah Aku, biarkanlah mereka ini pergi.
- Kedua, demi hidup dunia ini, untuk memperoleh penebusan umum untuk hidup kekal bagi seluruh isi dunia ini, dan untuk mendapatkan jaminan khusus untuk kehidupan kekal bagi semua orang percaya. Supaya daging dan darah Anak Manusia menunjukkan penjelmaan dan kematian Sang Penebus, Kristus, yaitu Dia yang disalibkan dan penebusan yang dikerjakan-Nya dengan semua berkat penebusan yang sangat berharga: Pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, pengangkatan sebagai anak, jalan masuk menuju takhta anugerah, janji-janji dari kovenan itu, dan hidup yang kekal. Semua ini disebut daging dan darah Kristus.
- . Karena semua itu dibeli dengan daging dan darah-Nya, dengan pemecahan tubuh-Nya dan pencurahan darah-Nya. Seandainya saja semua hak istimewa yang dibeli itu dapat disebutkan harganya sesuai dengan harga yang telah dipakai untuk melunasinya. Tuliskanlah di atas semua hak itu pretium sanguinis -- harga darah itu.
- . Karena daging dan darah itu adalah makanan dan minuman bagi jiwa kita. Daging yang masih ada darahnya tidak boleh dimakan (Kej. 9:4), tetapi hak-hak istimewa Injil merupakan daging dan darah bagi kita, disediakan untuk makanan jiwa kita. Sebelumnya, Ia membandingkan diri-Nya dengan roti, yang adalah makanan yang sangat diperlukan, namun di sini Ia membandingkan diri-Nya dengan daging, yang lezat rasanya. Ini adalah perjamuan dengan masakan yang bergemuk (Yes. 25:6). Jiwa dikenyangkan dengan Kristus, seperti dengan lemak dan sumsum (Mzm. 63:6). Itu adalah benar-benar makanan dan benar-benar minuman. Sungguhlah demikian adanya, secara rohani. Demikian kata Dr. Whitby (seorang theolog Inggris -- pen.). Kristus sungguh pokok anggur yang benar, atau benar-benar makanan, berlawanan dengan gambaran dan bayang-bayang yang menipu dan yang menjadi makanan dunia ini. Di dalam Kristus dan Injil-Nya ada persediaan makanan yang sebenarnya, yang sungguh mengenyangkan. Itulah yang benar-benar makanan dan benar-benar minuman, yang memuaskan dan menyegarkan (Yer. 31:25-26).
- [2] Apa yang dimaksud dengan makan daging ini dan minum darah ini, yang begitu diperlukan dan bermanfaat. Pasti hal itu berarti, tidak lebih dan tidak kurang dari percaya kepada Kristus. Sama seperti kita mengambil bagian dalam daging dan minuman dengan cara makan dan minum, demikian pula kita turut mengambil bagian dalam Kristus dan berkat-berkat-Nya dengan iman. Percaya kepada Kristus meliputi empat hal, yang ada di dalam kegiatan makan dan minum:
- Pertama, ada rasa keinginan untuk itu terhadap Kristus. Makan dan minum secara rohani ini didahului dengan rasa lapar dan haus (Mat. 5:6), hasrat yang sungguh-sungguh dan mendesak akan Kristus, tidak mau digantikan oleh apa pun yang kurang menarik dibandingkan dengan Dia: "Berikan aku Kristus atau aku akan mati."
- Kedua, menerima dan memiliki Kristus bagi diri kita sendiri. Makanan yang dilihat saja tidak akan berguna bagi kita, tetapi bila dimakan, makanan itu menjadi milik kita dan menjadi satu dengan diri kita. Dengan demikian kita harus menerima Kristus supaya Ia berguna bagi diri kita: Tuhanku dan Allahku (20:28).
- Ketiga, bergembira di dalam Kristus dan keselamatan-Nya. Ajaran tentang Kristus yang tersalib harus menjadi makanan dan minuman bagi kita yang paling menyenangkan dan menggembirakan. Kita harus berpesta dengan kelezatan Perjanjian Baru di dalam darah Kristus, menerima dengan kepuasan besar cara-cara yang diambil oleh Sang Hikmat Tak Terbatas dalam menebus dan menyelamatkan kita, sepuas-puasnya melebihi apa yang pernah kita rasakan dengan makanan yang sangat kita butuhkan atau alami dengan kesenangan penuh syukur dari alam ini.
- Keempat, sumber zat makanan yang berasal dari Dia dan ketergantungan pada Dia untuk mendapatkan dukungan dan penghiburan bagi kehidupan rohani kita, serta kekuatan, pertumbuhan, dan kebugaran bagi manusia baru kita. Memakan dari Kristus berarti melakukan segala sesuatu di dalam nama-Nya, dalam persatuan dengan Dia, dan oleh kekuatan yang diambil dari Dia. Ini berarti hidup bergantung dari Dia seperti halnya kita bergantung dari makanan kita. Kita tidak dapat menggambarkan bagaimana tubuh kita terpelihara karena makanan kita, tetapi hal itu dapat kita ketahui dan rasakan, begitu juga halnya dengan makanan rohani. Karena begitu senangnya Juruselamat kita dengan kiasan ini (karena sangat besar maknanya dan dapat mengungkapkan maksud-Nya), maka kemudian Ia menetapkan beberapa tanda lahiriah yang bisa dilihat, dengan maksud untuk menggambarkan bagaimana kita menanggapi dan menerima berkat-berkat dari kematian-Nya, yaitu dengan memilih gambaran makan dan minum itu, dan membuat-Nya menjadi tindakan yang sakramental (ritual kudus).
- (3) Setelah menjelaskan makna umum dari bagian percakapan Kristus ini, hal-hal yang bersifat khusus dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama:
- [1] Perlunya kita memakan dari Kristus (ay. 53): Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
- Artinya:
- Pertama, "Jika kamu tidak memiliki hasrat yang kuat terhadap Kristus dan juga tidak mempunyai kesukaan di dalam Dia, itu merupakan tanda yang pasti bahwa kamu tidak memiliki hidup rohani di dalam dirimu." Jika jiwa itu tidak merasa lapar dan haus, pasti jiwa itu sudah tidak hidup lagi: Jika kita mati terhadap makanan dan minuman seperti ini, itu menjadi tanda bahwa kita benar-benar mati. Konon, bila lebah-lebah buatan, yang bergerak maju mundur oleh pegas, hendak dibedakan dengan lebah asli, maka taruhlah madu di antara mereka. Pastilah lebah-lebah asli akan berterbangan ke sana, sedangkan yang buatan hanya diam tidak peduli, karena mereka tidak mempunyai hidup di dalam dirinya.
- Kedua, "Kamu pasti tidak dapat memiliki hidup rohani, kecuali kamu mengambilnya dengan iman dari Kristus. Di luar Dia kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Iman di dalam Kristus merupakan primum vivens -- dasar pendirian hidup yang pertama dari anugerah. Tanpa itu kita tidak memiliki kebenaran dari hidup rohani, juga tidak memiliki hak untuk kehidupan kekal: Tubuh kita tidak akan hidup tanpa makanan, begitu juga jiwa kita tidak akan hidup tanpa Kristus.
- [2] Manfaat dan keuntungan memakan dari Kristus ada di dalam dua hal:
- Pertama, kita akan menjadi satu dengan Kristus, seperti halnya tubuh kita dengan makanan kita ketika makanan itu dicerna tubuh (ay. 56): Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, yaitu hidup dengan iman di dalam Kristus yang tersalib (dikatakan sebagai suatu tindakan yang berlanjut), ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Dengan iman kita memiliki persekutuan yang dekat dan akrab dengan Kristus, Dia di dalam kita, dan kita di dalam Dia (17:21-23; 1Yoh. 3:24). Orang-orang percaya tinggal di dalam Kristus sebagai benteng yang teguh atau kota perlindungan mereka. Kristus tinggal di dalam mereka sebagai Tuan rumah, untuk memerintah dan mencukupi. Seperti itulah persekutuan antara Kristus dan orang-orang percaya, sehingga Ia dapat berbagi di dalam kesedihan mereka, dan mereka dapat ikut menikmati kasih karunia dan sukacita-Nya. Ia makan sayur pahit mereka bersama mereka, dan mereka akan makan bersama Dia makanan-Nya yang melimpah dan mewah. Itu adalah persekutuan yang tidak dapat dipisahkan, seperti antara tubuh dan makanan yang dicerna (Rm. 8:35; 1Yoh. 4:13).
- Kedua, kita akan hidup, akan hidup kekal, oleh Dia, seperti tubuh kita hidup oleh makanan kita.
- a. Kita akan hidup oleh Dia (ay. 57): Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Di sini kita melihat adanya rangkaian dan urutan kehidupan ilahi.
- (a) Allah adalah Bapa yang hidup, memiliki hidup di dalam dan dari diri-Nya. AKU ADALAH AKU adalah nama-Nya untuk selamanya.
- (b) Yesus Kristus, sebagai Sang Pengantara, hidup oleh Bapa. Ia memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri (5:26), tetapi Ia memperolehnya dari Bapa-Nya. Bapa yang telah mengutus Dia, bukan hanya membuat Dia memenuhi syarat dengan memberi kehidupan yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab yang demikian besar, tetapi juga memberi kuasa atas perbendaharaan kehidupan ilahi untuk diberikan juga kepada kita. Bapa mengembuskan nafas kehidupan rohani kepada Adam yang kedua, seperti sebelumnya Ia mengembuskan nafas kehidupan jasmani kepada Adam yang pertama.
- (c) Orang-orang percaya yang sejati menerima kehidupan ilahi ini karena persatuan mereka dengan Kristus, yang diperoleh dari persatuan antara Bapa dan Anak, seperti yang dicatat juga dalam 17:21. Oleh karena itu, barangsiapa yang memakan Aku, atau mengambil Aku sebagai makanan, akan hidup oleh Aku: mereka yang hidup dari Kristus akan hidup oleh Dia. Hidup orang percaya diperoleh dari Kristus (1:16), tersembunyi dengan Kristus (Kol. 3:4). Kita hidup oleh Dia seperti anggota-anggota hidup oleh kepala, cabang-cabang oleh akar. Sebab Dia hidup, kita pun akan hidup.
- b. Kita akan hidup kekal oleh-Nya (ay. 54): Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, seperti yang disediakan di dalam Injil untuk menjadi makanan bagi jiwa, ia mempunyai hidup yang kekal, dan ia telah memilikinya sekarang (ay. 40). Ia memilikinya di dalam Kristus, yang adalah awal dari hidup kekal. Ia memiliki jaminan dan tanda jadi serta pengharapan akan hidup kekal itu. Ia akan hidup selamanya (ay. 58). Kebahagiaannya berlangsung seturut lamanya kekekalan itu sendiri.
- Terakhir, penulis sejarah ini menutup dengan sebuah catatan mengenai tempat Yesus melakukan pembicaraan dengan orang-orang Yahudi itu (ay. 59): Ketika Ia mengajar di rumah ibadat. Keterangan ini menunjukkan bahwa Ia mengajar banyak hal di samping hal-hal yang disebut di sini, tetapi yang ada dalam pembicaraan-Nya itulah yang baru Ia bicarakan. Ia menambahkan keterangan bahwa Yesus mengatakan hal-hal ini di rumah ibadat untuk menunjukkan:
- . Tingginya nilai pengajaran Kristus. Pengajaran-Nya tidak perlu disembunyikan, tetapi disampaikan secara terbuka di dalam perhimpunan segala macam orang, supaya dapat menahan ujian yang terberat sekalipun dan supaya tidak berat sebelah.
- . Tingginya nilai kepercayaan terhadap penulisan tentang hal-hal ini. Untuk meyakinkan kita semua bahwa percakapan ini telah dilakukan dengan adil. Ia tampil di rumah ibadat di Kapernaum, tempat pengajaran itu dapat diuji.
SH: Yoh 6:30-59 - Roti hidup memberi hidup kekal (Selasa, 14 Januari 2014) Roti hidup memberi hidup kekal
Satu peribahasa Indonesia berbunyi "Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan". Artinya, orang jadi t...
Roti hidup memberi hidup kekal
Satu peribahasa Indonesia berbunyi "Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan". Artinya, orang jadi tidak mendapatkan apa-apa karena menyia-nyiakan apa yang sudah di tangan untuk mendapatkan keuntungan yang belum pasti. Peribahasa itu agaknya tepat melukiskan orang banyak dalam perikop hari ini. Mereka menginginkan seorang mesias politik yang dapat membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, sementara Mesias sejati yang di depan mereka ditolak. Akhirnya mereka tidak mendapatkan apa pun.
Ketika Yesus menegaskan perlunya orang banyak percaya kepada-Nya, mereka malah meminta tanda agar bisa percaya kepada Yesus (28-31). Mereka menantang Yesus untuk membuat mukjizat yang lebih besar dari yang Musa lakukan dengan memberi manna di padang gurun. Yesus meluruskan pikiran mereka dengan mengingatkan bahwa bukan Musa, melainkan Allah, yang memberi makan orang Israel di padang gurun (32).
Manna di padang gurun itu hanya bayang-bayang dari Roti Sejati yang diberikan Allah, yaitu Yesus Kristus, yang dapat memberi hidup kekal kepada dunia (33, 35). Sayangnya, mereka tidak percaya kepada Dia meskipun mereka sudah melihat Dia (36, 41). Saat Roti Hidup ada di depan mereka, mereka justru mencari roti yang bersifat sementara.
Penolakan orang banyak itu semakin menjadi ketika Yesus mengatakan bahwa mereka harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya (51, 53-58). Mereka tidak mengerti bahwa Yesus bermaksud agar mereka percaya kepada-Nya untuk mendapatkan kehidupan kekal.
Siapa saja yang percaya kepada Yesus ada dalam kedaulatan Bapa dan tidak akan terhilang untuk selamanya (37, 39, 44). Sebab Bapa yang membuka mata rohani orang agar datang kepada Yesus (45). Jadi orang bisa percaya kepada Yesus karena anugerah Allah dalam kedaulatan-Nya.
Berbahagialah kita yang percaya kepada Yesus, karena Dialah Roti Hidup yang memberi hidup kekal. Itu bisa terjadi hanya karena anugerah Allah semata bagi kita. Maka respons seharusnya adalah bersyukur atas anugerah terindah itu!
SH: Yoh 6:25-59 - Roti Sebenarnya (Jumat, 10 Januari 2020) Roti Sebenarnya
Pertanyaan basa-basi dari orang banyak yang mencari Yesus membuka kesempatan untuk pengajaran yang penting (25). Yesus langsung mengo...
Roti Sebenarnya
Pertanyaan basa-basi dari orang banyak yang mencari Yesus membuka kesempatan untuk pengajaran yang penting (25). Yesus langsung mengonfrontasi motivasi orang banyak yang mencarinya, yaitu: karena mereka sudah kenyang dengan roti (26).
Rupanya dorongan untuk mencari roti dan kebutuhan hidup dapat membutakan kita dari pengenalan akan pekerjaan Tuhan. Yesus menyatakan diri sebagai yang sah dengan meterai Allah (27), yang seharusnya dipercayai oleh orang banyak itu (29). Walaupun orang banyak itu sudah melihat tanda, makan roti dan kenyang, mereka tetap tak mengenali Yesus.
Yesus menyebut diri sebagai “Anak Manusia” (27). Dalam bahasa Aram atau Ibrani sehari-hari, kata ini (ben Adam) dapat berarti manusia biasa. Kata ini dapat dianggap menegaskan kemanusiaan Yesus. Namun, kata “Anak Manusia” juga menggemakan kembali nubuat apokaliptis dalam Daniel 7:13 tentang seorang raja yang kekuasaannya kekal. Injil Yohanes menceritakan bagaimana orang banyak sering mengenali dengan tepat klaim Yesus bahwa Dia menyamakan diri dengan Allah (Yoh. 5:18; 10:33; 19:7).
Firman Allah yang berinkarnasi menjadi Roti Hidup memang bukan hal yang mudah dicerna oleh Israel. Dan terlebih sulit lagi memercayakan hidup kepada Yesus. Padahal, itulah arti sesungguhnya dari iman.
Iman yang diminta Yesus bukan hanya sekadar pengetahuan belaka, apalagi sekadar agar perut kenyang. Iman kepada Tuhan dalam pemahaman orang Yahudi adalah kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan. Mengarahkan kesetiaan hidup kita kepada Tuhan perlu lebih dari sekadar kenyang makan roti, bahkan dari hasil mukjizat sekalipun. Yang kita butuhkan adalah roti yang tak dapat binasa, yaitu yang dapat memberikan sentuhan hidup pada jiwa yang tadinya mati. Mari kita meminta pada Allah Roti yang tak dapat binasa itu bagi jiwa kita.
Doa: Ampuni kami Tuhan ketika jiwa kami tumpul dan tak mengenali karya-Mu dalam hidup kami. [IMT]
SH: Yoh 6:41-59 - Roti Hidup dan Hidup Kekal (Selasa, 12 Januari 1999) Roti Hidup dan Hidup Kekal
Setiap orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang
menerima ajaran Bapa di dalam hatinya. Ajaran yang dimaksu...
Roti Hidup dan Hidup Kekal
Setiap orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang menerima ajaran Bapa di dalam hatinya. Ajaran yang dimaksud adalah firman Tuhan yang didengar dan dipahami. Keyakinan kepada Yesus memberikan makna bahwa seseorang sudah tiba pada tahap dikenyangkan, dipuaskan oleh Roti Hidup. Tuhan Yesus dalam firman-Nya mengatakan bahwa siapa yang percaya padaNya akan memperoleh hidup kekal.
Sakramen Perjamuan Kudus. Apa yang Tuhan maksud ketika Ia berkata, "...makan daging-Ku ... minum darah-Ku ...?" Iman kepada Kristus adalah respons aktif seseorang yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Iman ini mempercayai bahwa darah dan tubuh Kristus telah tercurah bagi manusia untuk menyelamatkan manusia dari hukuman kekal. Darah yang tercurah dan tubuh yang terkoyak di kayu salib ini menjadi satu-satunya sumber dan alasan mengapa Kristen hidup di segala zaman. Sakramen ini mengingatkan kita pada kematian dan pengorbanan Kristus. Mengikuti Sakramen berarti mempersegar iman percaya kita kepada-Nya.
Doa: Betapa besar rasa syukur kami kepada-Mu, Bapa pengasih jiwa kami. Kepada-Mulah kami percaya. Melalui sakramen perjamuan kudus, kami mengingat dan mengucap syukur atas pengorbanan-Mu.
SH: Yoh 6:41-59 - Yesus ditolak karena menyatakan kebenaran (Jumat, 11 Januari 2002) Yesus ditolak karena menyatakan kebenaran
Pemimpin-pemimpin agama merasa keberatan terhadap pernyataan Yesus
yang mengatakan bahwa Ia berasal da...
Yesus ditolak karena menyatakan kebenaran
Pemimpin-pemimpin agama merasa keberatan terhadap pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa Ia berasal dari surga (ayat 41-42). Mereka mengenal keluarga-Nya. Bagaimana mungkin Ia menyatakan bahwa Ia berasal dari surga? Tetapi, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa Ia tidak berasal dari dunia ini. Yesus diutus oleh dan datang dari Allah (ayat 44,50-51,57-58). Ia menyapa Allah sebagai Bapa-Nya (ayat 44-46,57). Sulit sekali bagi pemimpin-pemimpin agama untuk menerima asal Yesus dari surga sebagai suatu fakta. Pemimpin-pemimpin agama juga tidak dapat menerima pernyataan Yesus bahwa Allah adalah Bapa-Nya, sementara mereka mengenal orang tua-Nya.
Di samping ini, pemimpin-pemimpin agama juga merasa keberatan terhadap pernyataan Yesus bahwa kematian-Nya akan membawa efek bagi seluruh dunia (ayat 52). Kelihatan bahwa mereka memahami ucapan Yesus bukan sebagai pernyataan kanibalisme. Bukan ini yang menjadi keberatan mereka. Pemimpin-pemimpin agama tidak dapat menerima kematian Yesus yang berdampak terhadap seluruh dunia sebagai sebuah fakta (ayat 51). Sulit bagi mereka membayangkan kematian Yesus yang mereka kenal membawa akibat yang luar biasa terhadap dunia. Tidak mungkin dalam pemahaman mereka kematian Yesus akan mengakibatkan keselamatan terhadap mereka yang menerima-Nya (ayat 53-54,56-58). Dalam bagian ini, tindakan menerima-Nya diungkapkan dalam metafora makan dan minum. Melalui persekutuan yang erat dan intim sekali dengan Yesus, orang menerima hidup Yesus dalam hidupnya.
Inilah dua hal yang merupakan ganjalan bagi pemimpin-pemimpin agama di Galilea untuk menerima dan percaya kepada Yesus. Mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah Allah. Bagi mereka Yesus adalah manusia biasa saja. Mereka juga tidak dapat menerima bahwa kematian Yesus memiliki dampak terhadap seluruh dunia. Dua kebenaran sangat penting tentang Yesus telah mereka tolak.
Renungkan: Meski Yesus telah menyatakan kesaksian-Nya dengan tegas dan jelas, Ia tetap tidak diterima. Jangan mengharapkan bahwa kesaksian kita akan selalu diterima. Penolakan akan tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu kesaksian.
SH: Yoh 6:41-59 - Makan Roti Hidup (Minngu, 15 Januari 2006) Makan Roti Hidup
Persis seperti nenek moyang mereka yang hanya menggerutu, berdebat,
dan tidak percaya dalam peristiwa manna demikian juga sik...
Makan Roti Hidup
Persis seperti nenek moyang mereka yang hanya menggerutu, berdebat, dan tidak percaya dalam peristiwa manna demikian juga sikap orang-orang Yahudi ini terhadap Yesus. Meski mereka ingin menjadikan-Nya raja dan mengakui Dia sebagai nabi, tetapi sikap dan cara mereka bertanya jauh berbeda dengan pengakuan tersebut. Masalah mereka adalah pernyataan Yesus bahwa Ia adalah roti yang turun dari surga (ayat 41). Apalagi setelah Yesus menyimpulkan ajaran-Nya dengan tantangan agar orang makan daging-Nya yang memberikan hidup (ayat 51).
Mereka sudah menikmati roti dan ikan pemberian Tuhan Yesus, namun mereka tidak menerima Tuhan Yesus sebagai anugerah Allah Bapa bagi mereka. Pertanyaan bagaimana yang mereka ajukan menunjukkan bahwa cara berpikir mereka sama seperti Nikodemus dan perempuan Samaria yang terpaku pada hal-hal lahiriah. Tuhan menandaskan lebih jauh siapa sesungguhnya Ia dan apa saja yang Ia akan karuniakan. Ia akan membangkitkan manusia pada akhir zaman. Ini menegaskan otoritas Ilahi-Nya (ayat 47), yang jauh melampaui para nabi yang pernah mendengar Allah sebab Ia sudah melihat Allah (ayat 45-46). Ia bisa memberi hidup kekal, yaitu hidup yang jauh lebih penting dan hakiki daripada hidup sementara yang ditopang oleh makanan jasmani.
Daging dan darah Yesus adalah hidup Kristus yang Ia karuniakan untuk menyelamatkan orang yang percaya kepada-Nya (ayat 51). Dengan makan daging dan minum darah Kristus, seseorang menerima karya keselamatan Allah. Dengan makan daging dan minum darah Kristus seseorang masuk dalam persekutuan dengan Allah (ayat 56). Oleh karena itu, keselamatan hanya mungkin diperoleh dan dinikmati orang percaya. Agar beroleh keselamatan seseorang perlu anugerah dari Allah Bapa dan menyambut ajaran-Nya melalui Yesus dengan rendah hati.
Responsku: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________
SH: Yoh 6:41-59 - "Makanan" yang menghasilkan (Senin, 4 Februari 2008) "Makanan" yang menghasilkan
Mengenal keluarga Yesus rupanya menjadi penghalang bagi orang-orang
Yahudi untuk mempercayai Yesus (ayat 42). Mereka...
"Makanan" yang menghasilkan
Mengenal keluarga Yesus rupanya menjadi penghalang bagi orang-orang Yahudi untuk mempercayai Yesus (ayat 42). Mereka hanya bisa melihat Dia sebagai putra tukang kayu. Mereka tidak mau mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tak mudah pula bagi mereka untuk memahami bahwa Yesus adalah roti yang telah turun dari surga (ayat 41).
Sebenarnya hal itu tidak mengherankan. Orang percaya kepada Yesus bukan karena ia yang memilih untuk percaya, melainkan karena Bapa yang menarik dia untuk percaya (ayat 44). Orang itulah yang akan dibangkitkan Yesus pada akhir zaman. Sebab ia telah menerima sang Mesias. Orang-orang Yahudi yang bersungut-sungut itu jelas tidak dapat ambil bagian di dalam Kerajaan Allah karena mereka tidak menerima pengajaran-Nya. Melalui tindakan mukjizat memberi makan orang banyak itu, Yesus menyatakan bukan saja kuasa-Nya membuat mukjizat, tetapi Ia sendirilah sang roti hidup. Roti hidup merupakan kiasan atas tubuh-Nya yang Ia korbankan untuk memberi kehidupan kekal. Itulah harga yang harus Yesus bayar agar manusia dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Begitu mahalnya hingga Yesus harus mengorbankan diri-Nya sendiri. Ini memperlihatkan kepada kita realitas terdalam kasih Allah, yang menjawab kenyataan gelap manusia dengan jalan pengorbanan hidup Yesus. Meski jawab Yesus ini bertujuan membongkar kedangkalan orientasi hidup orang-orang Yahudi mereka perlu disentakkan bahwa hanya dengan menerima Yesus dan pengorbanan-Nya kelak mereka dapat diluputkan dari maut dan bukan sekadar dari kelaparan sesaat. Dialah "roti dari surga". Orang yang menerima Dia niscaya memperoleh hidup yang kekal (ayat 45-47, 58).
Bila kita telah percaya kepada Kristus, kita harus bersyukur karena itu berarti Bapa telah menarik kita untuk percaya. Percaya itu harus ditujukan kepada Yesus dan pengorbanan-Nya. Marilah kita terus setia dalam iman kita agar sekarang dan seterusnya kita menjalani kehidupan kekal di dalam Dia.
Utley -> Yoh 6:52-59
Utley: Yoh 6:52-59 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 6:52-5952 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kep...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 6:52-59
52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." 53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Barangsiapa makan daging- Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." 59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
- NASB "berdebat"
- NKJV "bertengkar"
- NRSV "berselisih"
- TEV "suatu perdebatan dengan marah"
- NJB "saling berdebat"
Bentuk IMPERFECT TENSE berarti awal dari sesuatu atau melanjutkan sesuatu dari masa lampau. Ini adalah kata Yunani yang keras untuk berkelahi (lih. Kis 7:26; 2Tim 2:23-24; Tit 3:9) dan digunakan secara penggambaran dalam 2Kor 7:5 dan Yak 4:1-2.
□ "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan" Dalam Yohanes Yesus berbicara dalam bahasa penggambaran yang secara reguler di salah mengertikan dalam pengertian hurufiahnya:
1. Nikodemus, Yoh 3:4; (2) Perempuan Samaria, Yoh 4:11; (3) Orang banyak Yahudi, Yoh 6:52; dan (4) para murid, Yoh 11:11.
Yoh 6:53-57 KATA-KATA KERJA dalam ay. Yoh 6:53,54 sangatlah menarik. Dalam ay. Yoh 6:53, "makan" dan "minum" berbentuk AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE yang berbicara mengenai kemungkinan melakukan tindakan atas dorongan keinginan. KATA_KATA KERJA dalam ay54, "makan" dan "minum," berbentuk PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang menekankan tindakan yang terus menerus (lih. ay. Yoh 6:56,57,58). Sepertinya hal ini meneguhkan fakta bahwa seseorang harus pada mulanya menanggapi Yesus dan terus-menerus menanggapi. (lih. ay. Yoh 6:44). Haruslah diingat bahwa untuk mengambil bagian ini secara hurufiah berarti menyalah mengertikan ketakutan orang Yahudi mengenai minum darah (lih. Im 17:10-14). Untuk mengambil singgungan yang nyata dari Yesus kepada manna di padang belantara (lih. ay. Yoh 6:58), dan menggunakannya sebagai frasa hurufiah yang dihubungkan dengan Ekaristi adalah suatu kecurangan yang menyeluruh dari latar belakang sejarah dan konteks penulisan.
Yoh 6:54 "daging dan darah" Ini adalah suatu cara penggambaran Yahudi untuk merujuk pada keseluruhan pribadi, seperti "hati."
Yoh 6:55 "benar-benar makanan. . .benar-benar minuman" Ini adalah Sifat penggunaan Yohanes akan kata benar/kebenaran (lihat topik khusus di bawah). Yohanes, yang menulis lebih terkemudian dibanding para penulis PB lainnya, telah melihat perkembangan dari beberapa pengajaran sesat (penekanan berlebihan pad Yohanes Pembaptis, penekanan berlebihan pada sakramentalisme, penekanan berlebihan pada pengetahuan manusia - gnostisisme).
Yoh 6:56 "tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia" Kebenaran yang ssama ini dinyatakan dalam Yoh 15:4-7; 1Yoh 2:6,27,28; 3:6,24. Ini adalah penekanan PB yang terus berlanjut pada ketekunan orang-orang kudus (lih. Gal 6:9; Wahy 2:7,11,17,26; 3:5,12,21). Tanggapan yang benar dikukuhkan dengan tanggapan yang berkelanjutan. Penekanan pada ketekunan ini adalah elemen yang tehilang dari evanjelikalisme Amerika Seseorang tidak hnya harus memulai dengan iman, namun mengakhiri dengan iman pula. Jonathan Edwards mengatakan, "Bukti meyakinkan dari pemilihan adalah bahwa seseorang bertahan sampai akhir." W. T. Conner berkata, "Keselamatan dai seseorang yang terpilih untuk diselamatkan adalah dari kekal sampai kekal yakin dalam pikiran dan maksud Allah, namun ini tergantung pada iman, dan suatu iman yang berketekunan dan menaklukkan."
Yoh 6:57 "Bapa yang hidup" Frasa ini bersifat unik, namun konsepnya sering digunakan dalam Alkitab. Ada beberapa cara yang berbeda untuk menafsirkan asal dari gelar bagi Allah ini:
- 1. nama dasar dari Allah Perjanjian (lih. Kel 3:12,14-16; 6:2-3)
- 2. sumpah oleh Allah, "demi Aku hidup" atau dalam nama Allah, "demi Tuhan yang hidup (lih. Bil 14:21,28; Yes 49:18; Yer 4:2)
- 3. sebagai suatu penjabaran dari Allah (lih. Mazm 42:2; 84:2; Yos 3:10; Yer 10:10; Dan 6:20,26; Hos 1:10; Mat 16:16; 26:63; Kis 14:15; Rom 9:26; 2Kor 3:3; 6:16; 1Tes 1:9; 1Tim 3:15;\\; Ibr 3:12; 9:14; 10:21; 12:22; Wahy 7:2)
- 4. pernyataan-pernyataan dalam Yoh 5:26 bahwa Bapa memiliki hidup dalam DiriNya dan telah memberikannya kepada Anak Yoh 5:21 di mana Bapa membangkitkan orang mati demikian pula Anak.
Yoh 6:58 Ini adalah perbandingan dari Perjanjian yang Lama dan yang Baru, Musa, dan Yesus. (Lihat kitab Ibrani)
□ "dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati" Ini mungkin juga telah digunakan sebagai fungsi teologia untuk menolak keselamatan melalui garis keturunan (lih. Yoh 8:33-39) atau melalui Hukum Musa (Taurat).
□ "selama-lamanya" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Yoh 6:59 Yesus melaksanakan Yudaisme di jamanNya. Ia belajar di sinagoga, Ia berbakti di sebuah sinagoga dan Ia mengajar di sebuah sinagoga. Ia menggenapi semua yang diharapkan oleh Hukum Taurat.
Sinagoga-sinagoga pada dasarnya dimulai selama masa pengasingan di Babilonia (605-538 S.M.). Orang Yahudi mulai menetapkan tempat-tempat khusus untuk ibadah dan mengajar di manapun ada sedikitnya sepuluh laki-laki Yahudi Ini menjadi sarana memelihara dan melindungi adat dan budaya Yahudi. Ketika orang Yahudi kembali ke Yudea dan pelayanan Bait Allah mereka mempertahankan pusat-pusat ibadah lokal ini.
Topik Teologia -> Yoh 6:54
Topik Teologia: Yoh 6:54 - -- Keselamatan
Iman yang Menyelamatkan adalah Suatu Hubunga Kepercayaan Pribadi di dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Mat...
- Keselamatan
- Iman yang Menyelamatkan adalah Suatu Hubunga Kepercayaan Pribadi di dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
- Mat 11:28-30 Yoh 1:12 Yoh 4:13-14 Yoh 6:53-58 Yoh 8:12 Yoh 14:1 Yoh 20:31 Kis 16:31 Rom 10:9-10 1Yo 3:23 1Yo 5:5 Wah 3:20
- Mereka yang Memakan Roti Hidup Memiliki Hidup Kekal
TFTWMS -> Yoh 6:53-56
TFTWMS: Yoh 6:53-56 - Pemuridan Yang Sempurna Pemuridan Yang Sempurna (Yohanes 6:53-56)
Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan mi...
Pemuridan Yang Sempurna (Yohanes 6:53-56)
Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu" (6:53). Selama tahun-tahun permulaan agama Kristen, tuduhan kanibalisme sering dilontarkan terhadap umat Kristen. Orang luar sering dikejutkan oleh bahasa orang Kristen, khususnya ketika mereka mendengar orang Kristen mengucapkan kembali perkataan Yesus tentang memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya! Apakah yang Yesus maksudkan dengan pernyataan yang sedemikian ekstrim itu?
Bagi orang banyak di dalam kerumunan itu, perkataan-Nya itu tentunya terdengar seperti ocehan orang gila, namun Yesus sedang menekankan bahwa hubungan yang benar dengan Anak Manusia merupakan hubungan yang penuh pengorbanan. Yesus menghendaki lebih daripada kenalan, sahabat, prajurit, atau subyek semata. Yesus menegaskan bahwa setiap pengikut sejati "tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia" (6:56). Ia harus lebih dekat kepada para pengikut-Nya dibandingkan dengan seorang raja kepada rakyatnya, seorang jendral kepada bala tentaranya, atau seorang rabi kepada murid-muridnya. Yesus menegaskan dirinya seperti roti yang dicerna dan diserap oleh setiap sel dalam tubuh mereka. Dengan kata lain, Yesus mengatakan, "Engkau harus membiarkan Aku masuk ke dalam dirimu yang paling dalam."
Di zaman kini, perkataan Yesus ini tetap mengejutkan dan mengerikan seperti halnya dua ribu tahun yang lalu. Ia masih menolak hubungan sambil lalu dengan mereka yang ingin menjadi pengikut-Nya. Ia masih ingin sedekat mungkin dengan kita sebagaimana aliran darah di dalam pembuluh darah kita, napas di dalam paru-paru kita, atau sumsum di dalam tulang kita. Ia menuntut agar diperbolehkan masuk ke dalam tempat-tempat rahasia kehidupan kita, baik itu rekening bank kita, perkawinan kita, atau ambisi kita. Sebagai Roti Hidup, Ia tidak akan menerima apapun yang kurang daripada 100 persen hubungan karib dengan kita.
JAWABANNYA (6:60-69)
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "MAKANLAH ROTI INI" (Yohanes 6:16-69)
Pada suatu hari Minggu seorang bocah laki-laki pulang ke rumah dari gereja dan mulai memberitahu ibun...
"MAKANLAH ROTI INI" (Yohanes 6:16-69)
Pada suatu hari Minggu seorang bocah laki-laki pulang ke rumah dari gereja dan mulai memberitahu ibunya tentang pelajaran yang telah ia pelajari di dalam kelas Alkitab. "Ada orang yang bernama Musa," ia memulai. "Ia sedang memimpin umat ini ke luar dari Mesir ketika mereka mendapatkan diri mereka terperangkap antara lautan dan bala tentara musuh." "Jadi, apa sajakah yang Musa lakukan?" tanya ibunya untuk mendorong anak itu melanjutkan ceritanya. "Ia memanggil para insinyur dan menyuruh mereka membuat jembatan ponton yang melintasi lautan itu sehingga umat itu dapat menyelamatkan diri. Lalu, ketika umat itu telah menyeberang dan tiba dengan selamat di sisi pantai yang satunya lagi, bala tentara Mesir itu mulai menyeberangi jembatan itu juga. Itulah saatnya ketika Musa melancarkan serangan udara, dan mereka meledakkan jembatan itu!" Ibu itu tahu, meskipun ia bukan sarjana Alkitab, bahwa cerita itu berbeda dari cerita yang pernah ia tahu. Ia lalu bertanya, "Apakah gurumu itu benar-benar mengatakan kejadiannya seperti itu?" Anaknya itu menjawab, "Bukan, namun jika kukatakan apa yang guruku katakan kepadaku, ibu tidak akan pernah mempercayainya!"1
Pemberian makan lima ribu orang merupakan kisah yang seperti itu. Yesus memberi makan kumpulan orang sebanyak lima ribu orang laki-laki yang kelaparan hanya dengan lima roti dan dua ikan. Ketika semua laki-laki itu sudah dikenyangkan dan dua belas bakul sisa makanan terkumpul, memang agak mengherankan bahwa "mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja" (6:15). Kuasa yang baru saja mereka lihat (dan rasakan) adalah lebih daripada apa yang mungkin dapat mereka pahami.
Ketika Yesus melihat kumpulan orang itu telah siap untuk memaksa Dia menjadi raja mereka, Ia "menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (6:15), Baik Matius maupun Markus mencatat bahwa Yesus lebih dahulu menyuruh Kedua belas murid itu pergi dengan perahu dan kemudian membubarkan kerumunan orang banyak itu (Matius 14:22; Markus 6:45). Yohanes hanya menyatakan bahwa "Yesus … menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (6:15). Lalu, ketika malam tiba, murid-murid-Nya kembali lagi menuju Kapernaum dengan perahu. Pada titik ini setiap orang di dalam kisah ini, dengan Yesus sebagai pengecualiaan, pastilah sudah sangat bingung. Dalam pandangan mereka Yesus tampaknya sudah memalingkan dirinya dari kesuksesan yang luar biasa. "Apakah yang sedang Ia pikirkan?" mereka tentunya bertanya-tanya.
Malam itu Kedua belas murid itu bahkan bertambah bingung. Selagi mereka menyeberangi danau itu dalam kegelapan, sebuah badai yang dahsyat muncul dan mengancam akan menenggelamkan perahu mereka (6:16-18). Pada saat itulah mereka melihat Yesus berjalan di atas permukaan air. Karena melihat rasa ketakutan di wajah mereka, Yesus lalu memberitahu mereka, "Aku ini, jangan takut!" (6:20). Begitu Ia masuk ke dalam perahu itu, perahu itu pun tiba di Kapernaum. Kegairahan, rasa takjub, sukacita yang hebat, bahkan kekecewaan yang lebih hebat, kebingungan, teror, ketakutan, dan kelegaan yang meluap-luap: Semua itu dialami oleh murid-murid itu hanya dalam satu hari!
Esoknya, orang banyak yang sebelumnya mengikuti Dia dan yang sudah makan roti dan ikan itu mulai mencari Yesus. Karena tahu bahwa Ia dari Kapernaum (Pangkalan-Nya selama masa pelayanan dewasa-Nya), mereka lalu berlayar ke sana untuk menemukan Dia. Yohanes tidak mencatat berapa banyak orang yang melakukan perjalanan pada hari itu, namun tampaknya sebagian besar orang masih ingin memahkotai Yesus sebagai raja mereka. Setelah tiba di Kapernaum, mereka menemukan Yesus di sinagoga (6:59). Sedikit saja yang mereka ketahui bahwa mereka akan segera mendengar salah satu ceramah Yesus yang paling keras dan paling menantang yang pernah dikhotbahkan; mereka akan segera mendengar bahwa Yesus adalah Roti Hidup.
AJARANNYA (6:25-29)
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 6:16-69)
Kita perlu memperhatikan satu jawaban lagi sebelum menyelesaikan pelajaran ini: Jawaban Yesus kepada orang banyak itu. S...
KESIMPULAN (YOHANES 6:16-69)
Kita perlu memperhatikan satu jawaban lagi sebelum menyelesaikan pelajaran ini: Jawaban Yesus kepada orang banyak itu. Sejak dari pasal pertama, Injil Yohanes ini telah menggambarkan bagaimana Firman Allah yang kekal itu mengeluarkan tenaga sekuat-kuatnya untuk datang dan "diam di antara kita." Ia datang untuk mencari umat manusia. Bagaimanakah Ia bersikap ketika orang banyak itu pergi menjauhi ajaran-Nya? Tidak satu orang pun pernah menghendaki manusia untuk diselamatkan lebih daripada yang Yesus kehendaki, namun begitu Ia rela untuk tetap berdiri dan memperhatikan mereka pergi menjauh. Saya yakin saat itu hati-Nya hancur, tetapi Ia tidak mengejar mereka, memohon mereka untuk kembali, dengan menawarkan ajaran-Nya yang lebih lunak andaikan saja mereka itu mau tetap tinggal! Baik dahulu maupun sekarang Ia adalah Roti Hidup, dan Ia tidak akan menerima apa saja yang kurang daripada ini bahwa setiap orang dari kita harus "makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya" (6:53). Ini memang ajaran yang keras, namun ini merupakan satu-satunya ajaran yang memberi hidup!
Sebagaimana Yesus telah memanggil para pengikut mula-mula ini untuk membuat pilihan yang sulit untuk mengikut Dia, sekarang pun Ia memanggil kita. Kita harus menerima ajaran yang keras bahwa tanpa Dia kita ini sepenuhnya sesat, dan perjalanan iman kita selanjutnya harus menuntun kita untuk menaati segala perintah-Nya. Perjalanan ini berawal dengan iman (mempercayai Yesus dengan hidup kita), pertobatan (berpaling dari cara hidup kita yang penuh dosa), dan baptisan ("dilahirkan [kembali] dari air dan roh"; Yohanes 3:5). Lalu, dengan menggunakan perkataan Injil Yohanes, kita harus tetap tinggal di dalam Dia sebagaimana Ia tinggal di dalam kita (Yohanes 6:56; 15:4-7).
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Diceritakan dalam Leon Morris, Expository Reflections on the Gospel of John (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988), 175.
...
Catatan Akhir:
- 1 Diceritakan dalam Leon Morris, Expository Reflections on the Gospel of John (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988), 175.
- 2 Francis A. Schaeffer, The God Who Is There (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1968), 126-31.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi