Teks -- Ibrani 12:15 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ibr 12:15
Full Life: Ibr 12:15 - AKAR YANG PAHIT.
Nas : Ibr 12:15
"Akar yang pahit" ini menunjuk kepada jiwa dan sikap yang ditandai
oleh kebencian dan kemarahan yang mendalam. Di dalam ayat ini ya...
Nas : Ibr 12:15
"Akar yang pahit" ini menunjuk kepada jiwa dan sikap yang ditandai oleh kebencian dan kemarahan yang mendalam. Di dalam ayat ini yang dimaksudkan mungkin adalah sikap dendam yang hebat terhadap didikan Tuhan sebagai ganti dari kepatuhan yang rendah hati terhadap kehendak-Nya bagi kehidupan kita. Sikap kepahitan mungkin juga ditujukan kepada orang-orang tertentu di dalam gereja. Sikap seperti ini akan mencemarkan orang yang bersangkutan, maksudnya: menjadikannya tidak layak menghampiri Allah dalam doa. Kepahitan di kalangan orang percaya dapat menyebar dan mencemarkan banyak orang, sambil menghancurkan kekudusan yang "tanpanya tak seorang pun dapat melihat Allah" (ayat Ibr 12:14).
Jerusalem -> Ibr 12:15
Jerusalem: Ibr 12:15 - akar yang pahit Apa yang dimaksudkan ialah tumbuh-tumbuhan ipuh yang mengandung racun.
Apa yang dimaksudkan ialah tumbuh-tumbuhan ipuh yang mengandung racun.
Ende: Ibr 12:15 - Mengundurkan diri tidak turut serta lagi sebab merasa perdjuangan atau
perlombaan terlalu berat. Akibatnja mereka tak akan sampai pada kemenangan.
tidak turut serta lagi sebab merasa perdjuangan atau perlombaan terlalu berat. Akibatnja mereka tak akan sampai pada kemenangan.
Ende: Ibr 12:15 - Akar pahit Dapat ditafsirkan sebagai: sikap, teladan dan andjuran-andjuran
orang-orang jang tidak baik.
Dapat ditafsirkan sebagai: sikap, teladan dan andjuran-andjuran orang-orang jang tidak baik.
Ref. Silang FULL -> Ibr 12:15
Ref. Silang FULL: Ibr 12:15 - karunia Allah // tumbuh akar · karunia Allah: Gal 5:4; Ibr 3:12; 4:1
· tumbuh akar: Ul 29:18
· karunia Allah: Gal 5:4; Ibr 3:12; 4:1
· tumbuh akar: Ul 29:18
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Ibr 12:12-16 - -- 12:12-16 Sebab itu kuatkanlah... luruskanlah... berusahalah... jagalah... janganlah....
Panggilan ini memanggil kita untuk menjaga diri kita, supaya ...
12:12-16 Sebab itu kuatkanlah... luruskanlah... berusahalah... jagalah... janganlah....
Panggilan ini memanggil kita untuk menjaga diri kita, supaya kita kudus, karena "tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Menurut 1 Yoh. 3:2 setiap orang percaya akan menjadi seperti Dia. Kalau begitu, jangan pegang pada apa yang akan ditiadakan. Segala sesuatu yang tidak kudus akan dicabut dari diri kita. Aneh kalau kita berusaha untuk memeliharanya!
Kita juga dipanggil untuk memikirkan orang lain, saudara-saudara kita yang lemah imannya.
3. Panggilan untuk berjaga-jaga (12:12-17)
Hagelberg: Ibr 12:12-16 - -- 12:12-16 Sebab itu kuatkanlah... luruskanlah... berusahalah... jagalah... janganlah....
Panggilan ini memanggil kita untuk menjaga diri kita, supaya ...
12:12-16 Sebab itu kuatkanlah... luruskanlah... berusahalah... jagalah... janganlah....
Panggilan ini memanggil kita untuk menjaga diri kita, supaya kita kudus, karena "tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Menurut 1 Yoh. 3:2 setiap orang percaya akan menjadi seperti Dia. Kalau begitu, jangan pegang pada apa yang akan ditiadakan. Segala sesuatu yang tidak kudus akan dicabut dari diri kita. Aneh kalau kita berusaha untuk memeliharanya!
Kita juga dipanggil untuk memikirkan orang lain, saudara-saudara kita yang lemah imannya.
Hagelberg: Ibr 11:1--12:29 - -- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11:1-12:29)
Jikalau surat ini menyerukan supaya para pembaca tetap percaya dan meneguhkan iman merek...
IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11:1-12:29)
Jikalau surat ini menyerukan supaya para pembaca tetap percaya dan meneguhkan iman mereka, maka bagian ini sangat cocok dengan tujuan itu. Iman yang teguh merupakan tanggapan yang satu-satunya yang layak bagi kita yang sudah membaca pasal 1 sampai dengan pasal 10. Seperti biasa dalam surat ini, ada eksposisi (pasal 11) yang disusul dengan peringatan dan dorongan (pasal 12).
Pasal 11-12 menyuruh kita untuk meneguhkan iman kita oleh karena contoh tokoh-tokoh Israel dan oleh karena dahsyatnya hubungan kita dengan Tuhan.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ibr 12:4-17
Matthew Henry: Ibr 12:4-17 - Manfaat dan Penggunaan Penderitaan; Peringatan terhadap Kemurtadan Manfaat dan Penggunaan Penderitaan; Peringatan terhadap Kemurtadan (12:4-17)
Di sini, Rasul Paulus menekankan nasihatnya perihal kesabaran dan kete...
Manfaat dan Penggunaan Penderitaan; Peringatan terhadap Kemurtadan (12:4-17)
- Di sini, Rasul Paulus menekankan nasihatnya perihal kesabaran dan ketekunan, dengan menjelaskan ukuran dan sifat mulia dari penderitaan-penderitaan yang dialami orang-orang percaya Ibrani dalam perjalanan mereka sebagai orang Kristen.
- I. Mengenai derajat dan ukuran penderitaan mereka yang masih ringan dan wajar: Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah (ay. 4). Amatilah,
- 1. Ia mengakui bahwa mereka telah banyak menderita dan berjuang keras melawan dosa. Di sini,
- (1) Penyebab dari pertentangan itu adalah dosa. Melibatkan diri dalam perlawanan terhadap dosa berarti berjuang demi suatu tujuan yang baik, sebab dosa merupakan musuh terbesar, baik bagi Allah maupun manusia. Pertempuran rohani kita sungguh terhormat sekaligus penting, sebab kita melindungi diri terhadap hal yang dapat membinasakan kita, apabila dosa menang atas kita. Kita berjuang demi diri kita, hidup kita, dan oleh sebab itu sudah seharusnya bersikap sabar dan bulat hati.
- (2) Setiap orang Kristen sudah terdaftar di bawah panji-panji Kristus, untuk berjuang melawan dosa, melawan pengajaran sesat, perilaku berdosa, serta kebiasaan dan adat-adat penuh dosa, baik di dalam dirinya sendiri maupun di dalam diri orang lain.
- 2. Rasul Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka bisa saja menderita lebih banyak, bahwa mereka sebenarnya belum mengalami penderitaan sebanyak orang lain. Mereka belum sampai mencucurkan darah, mereka belum dipanggil untuk menjadi martir, meskipun mereka tidak tahu berapa lama lagi mereka akan mengalaminya. Cermatilah di sini,
- (1) Yesus Tuhan kita, yang memimpin kita kepada keselamatan, tidak memanggil umat-Nya ke dalam pencobaan terberat terlebih dahulu. Sebaliknya, dengan bijaksana Ia melatih mereka melalui penderitaan yang lebih ringan agar siap menghadapi yang lebih berat. Ia tidak akan menyimpan anggur baru ke dalam kantong kulit tua yang rapuh. Dia adalah gembala berhati lembut yang tidak akan mendorong-dorong anak-anak domba dengan berlebihan.
- (2) Sudah sepantasnya orang Kristen memperhatikan kelembutan hati Kristus dalam menyesuaikan pencobaan dengan kekuatan mereka. Mereka tidak boleh membesar-besarkan penderitaan mereka, tetapi memperhatikan belas kasih yang bercampur di dalam penderitaan mereka itu. Mereka harus merasa iba terhadap orang-orang yang terpanggil ke dalam pencobaan berat sampai mencucurkan darah, bukan untuk mencucurkan darah musuh, melainkan memeteraikan kesaksian mereka dengan darah mereka sendiri.
- (3) Orang-orang Kristen seharusnya merasa malu bila merasa putus asa di bawah tekanan pencobaan yang ringan, saat mereka melihat orang-orang lain mampu bertahan di bawah pencobaan yang lebih berat, dan tidak tahu kapan mereka sendiri akan mengalami pencobaan yang lebih berat. Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan? (Yer. 12:5).
- II. Rasul Paulus menyampaikan alasannya berdasarkan sifat khas penderitaan-penderitaan penuh kasih karunia yang menimpa umat Allah. Walaupun lawan serta penganiaya mereka bisa saja menjadi sarana untuk menyebabkan penderitaan seperti itu atas mereka, namun hukuman itu merupakan ganjaran ilahi. Bapa sorgawi mereka turut serta dalam segala sesuatu, dan semuanya itu dipakai-Nya untuk melayani maksud-Nya yang bijak. Mengenai hal ini, Rasul Paulus telah memberitahukannya terlebih dahulu, dan mereka tidak boleh melupakannya (ay. 5). Amatilah,
- 1. Penderitaan-penderitaan yang menurut manusia bisa saja dianggap sebagai penganiayaan, namun sejauh menyangkut Allah sendiri sebenarnya merupakan teguran dan ganjaran seorang ayah. Penganiayaan yang berkaitan dengan agama adakalanya merupakan koreksi serta teguran atas dosa-dosa para penganut agama. Manusia menganiaya mereka sebab mereka taat kepada agama. Allah menghukum mereka karena mereka tidak menjadi penganut agama sebagaimana yang seharusnya. Manusia menganiaya mereka karena mereka tidak bersedia menyangkali pengakuan mereka. Allah menghukum mereka karena mereka tidak hidup sesuai pengakuan mereka.
- 2. Allah telah memberi arahan kepada umat-Nya bagaimana harus berperilaku di bawah tekanan penderitaan. Mereka harus menghindari perilaku berlebihan yang bisa saja muncul.
- (1) Mereka tidak boleh memandang rendah didikan Tuhan. Mereka tidak boleh meremehkan penderitaan dan bersikap bodoh serta tidak peduli terhadapnya, sebab penderitaan merupakan tangan serta cambuk Allah, dan teguran-Nya terhadap dosa. Orang-orang yang meremehkan penderitaan, berarti meremehkan Allah dan menganggap ringan dosa.
- (2) Mereka tidak boleh berputus asa ketika ditegur. Mereka tidak boleh patah semangat dan terpuruk di bawah tekanan pencobaan mereka, tidak boleh menggerutu dan mengeluh, tetapi menanggungnya dengan iman serta kesabaran.
- (3) Apabila mereka menunjukkan perilaku berlebihan seperti ini, maka itu merupakan tanda bahwa mereka telah melupakan nasihat dan teguran Bapa sorgawi mereka, yang telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai wujud kasih sayang sejati dan dalam.
- 3. Penderitaan yang ditanggung dengan sikap benar, meskipun hal itu merupakan buah rasa tidak senang Allah, tetap saja merupakan bukti kasih kebapakan-Nya terhadap umat-Nya dan kepedulian-Nya terhadap mereka (ay. 6-7): Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Amatilah,
- (1) Anak-anak Allah yang terbaik membutuhkan ganjaran. Mereka melakukan kesalahan dan kebodohan yang perlu diperbaiki.
- (2) Meskipun Allah mungkin saja membiarkan orang lain berkanjang di dalam dosa, Ia akan memperbaiki dosa yang dilakukan anak-anak-Nya sendiri. Mereka adalah anggota keluarga-Nya dan tidak akan lepas dari teguran-Nya pada waktu mereka membutuhkannya.
- (3) Di dalam hal ini, Ia bertindak sebagaimana seorang ayah, dan memperlakukan mereka sebagai anak-anak-Nya. Tidak ada ayah yang baik dan bijaksana yang menutup mata terhadap kesalahan anak-anaknya sendiri, sebagaimana yang dilakukannya terhadap orang lain. Hubungan dan kasih sayang-Nya mewajibkan-Nya untuk lebih memperhatikan kesalahan anak-anak-Nya sendiri daripada kesalahan orang lain.
- (4) Dibiarkan berkanjang di dalam dosa tanpa memperoleh teguran merupakan tanda yang menyedihkan bahwa orang yang bersangkutan terpisah dari Allah. Orang-orang seperti itu adalah anak-anak gampang, bukan anak kandung. Mereka mungkin saja menyebut-Nya Bapa, karena terlahir di lingkungan gereja, tetapi sebenarnya mereka adalah keturunan palsu dari bapa yang lain, bukan dari Allah (ay. 7-8).
- 4. Orang-orang yang bersikap tidak sabar saat menerima hukuman dari Bapa sorgawi mereka, akan berperilaku lebih buruk kepada-Nya daripada terhadap orangtua mereka di bumi ini (ay. 9-10). Di sini,
- (1) Rasul Paulus memuji perilaku patuh dan tunduk di dalam diri anak-anak terhadap orangtua mereka di bumi ini. Mereka kita hormati, bahkan ketika mereka memperbaiki kesalahan kita. Sudah merupakan kewajiban anak-anak untuk dengan taat menghormati perintah orangtua mereka yang benar, dan dengan tunduk menghormati teguran orangtua atas ketidapatuhan mereka. Orangtua tidak saja memiliki wewenang, tetapi juga menerima tugas dari Allah untuk memperbaiki perilaku anak-anak mereka bila perlu. Ia juga telah memerintahkan kepada anak-anak untuk menerima teguran seperti itu. Bersikap keras kepala dan tidak puas terhadap teguran seperti itu merupakan kesalahan ganda, sebab teguran itu menunjukkan adanya kesalahan yang telah diperbuat melawan kekuasaan orangtua untuk memerintah, dan semakin memperparah kesalahan melawan kekuasaannya untuk mendidik. Oleh sebab itu,
- (2) Rasul Paulus menganjurkan perilaku rendah hati dan tunduk terhadap Bapa sorgawi kita pada waktu menerima teguran dari-Nya. Dan ini dilakukannya dengan membandingkan yang lebih kecil dengan yang lebih besar.
- [1] Ayah kita yang di bumi hanyalah ayah jasmani, tetapi Allah adalah Bapa segala roh. Ayah kita di bumi ini sekadar alat dalam menghasilkan tubuh kita yang tidak lebih dari daging, yakni tubuh yang rendah, fana, dan jahat, yang terbentuk dari debu tanah, sama seperti halnya tubuh hewan. Walaupun demikian, tubuh ini dibentuk dengan cara ajaib sehingga menjadi bagian bagian dari diri kita, tempat tinggal yang layak bagi jiwa dan sarana bagi jiwa untuk melakukan tindakan. Dan untuk itu kita patut menaruh hormat dan kasih sayang kepada mereka yang menjadi sarana keberadaan kita. Namun, terlebih lagi kita harus menaruh hormat dan kasih yang lebih besar kepada Dia yang adalah Bapa segala roh. Jiwa kita tidak terbuat dari bahan yang kasatmata atau dari jenis bahan yang paling halus. Jiwa kita tidak termasuk ex traduce – sesuatu yang dapat dijabarkan. Berusaha menegaskan hal ini merupakan falsafah yang buruk dan bahkan ilmu ketuhanan yang lebih buruk lagi. Jiwa adalah keturunan langsung dari Allah, yang setelah membentuk badan manusia dari debu tanah, kemudian mengembuskan roh hidup ke dalamnya, sehingga menjadi jiwa yang hidup.
- [2] Orangtua kita di bumi mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik. Adakalanya mereka melakukan hal itu untuk memuaskan gejolak hati mereka dan bukan untuk memperbaiki perilaku kita. Inilah kelemahan yang sering dilakukan ayah kita, dan mereka harus berhati-hati terhadap kecenderungan ini. Sebab melalui kelemahan itu, mereka tidak menghormati wewenang sebagai orangtua yang telah ditaruh Allah atas mereka dan sangat menghalangi keberhasilan ganjaran mereka. Sebaliknya, Bapa roh kita tidak pernah gemar membuat anak-anak manusia sedih atau menderita, apalagi anak-anak-Nya sendiri. Teguran senantiasa diberikan untuk kebaikan kita. Keuntungan yang dimaksudkan-Nya bagi kita melalui teguran itu tidak lain adalah supaya kita bisa mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan menyembuhkan semua perilaku dan perbuatan tidak tertib yang berdosa yang membuat kita tidak menyerupai Allah, serta untuk memperbaiki dan meningkatkan kasih karunia yang merupakan gambaran Allah di dalam diri kita, supaya kita lebih menyerupai dan bertindak seperti Bapa sorgawi kita. Allah mengasihi anak-anak-Nya supaya mereka bisa semirip mungkin dengan diri-Nya, dan untuk tujuan inilah Ia menghajar mereka apabila diperlukan.
- [3] Ayah jasmani kita memperbaiki perilaku kita dalam waktu yang pendek, ketika kita masih kecil dan belum dewasa. Meskipun kita berada di pihak lemah dan merasa kesal, kita harus menaruh hormat kepada mereka. Dengan begitu, ketika kita sudah menjadi dewasa, kita akan semakin mencintai dan menghormati mereka atas ganjaran mereka itu. Seluruh kehidupan kita di bumi ini bagaikan keadaan kanak-kanak yang belum dewasa dan tidak sempurna. Oleh sebab itu kita harus takluk kepada berbagai ganjaran untuk menertibkan kita yang berlaku dalam keadaan tersebut. Setelah kita tiba pada tahap sempurna, kita akan diperdamaikan sepenuhnya dengan semua tindakan ganjaran itu yang ditentukan Allah bagi kita sekarang ini.
- [4] Teguran Allah bukanlah penghukuman. Mula-mula anak-anak-Nya boleh jadi merasa takut kalau-kalau kemalangan menyertai maksud ganjaran yang mengerikan itu, dan kita pun berseru, Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara dengan aku (Ayb. 10:2). Namun, hal ini sama sekali tidak merupakan rencana Allah bagi umat-Nya, sehingga Ia menghajar mereka sekarang supaya tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia (1Kor. 11:32). Ia melakukan hal itu untuk mencegah kematian dan kebinasaan jiwa mereka, supaya mereka dapat hidup bagiNya, menyerupai Dia, dan tinggal bersama-Nya sampai selama-lamanya.
- 5. Di tengah kemalangan, anak-anak Allah tidak boleh menilai penanganan-Nya terhadap mereka berdasarkan perasaan belaka, tetapi berdasarkan akal sehat, iman, dan pengalaman: Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai (ay. 11). Amatilah di sini,
- (1) Penilaian berdasarkan perasaan dalam hal ini. Kemalangan memang tidak menyenangkan bagi perasaan, tetapi men datangkan dukacita. Daging akan merasakannya dan berdukacita karenanya, sehingga mengerang di bawah tekanannya.
- (2) Penilaian berdasarkan iman, yang meralat penilaian berdasarkan perasaan, serta menyatakan bahwa penderitaan yang kudus menghasilkan buah-buah kebenaran. Buah-Buah ini membawa rasa damai, serta menenangkan dan menghibur jiwa. Penderitaan menghasilkan damai sejahtera dengan cara menghasilkan lebih banyak kebenaran, karena buah kebenaran adalah damai sejahtera. Dan jika kepedihan jasmani memberikan damai kepada pikiran, dan penderitaan singkat sekarang ini menghasilkan buah-buah berkat yang bertahan lama, maka tidak ada alasan untuk menggerutu atau menjadi putus asa di bawah tekanannya. Yang sangat perlu diperhatikan orang Kristen adalah bahwa ganjaran yang sedang mereka alami itu dapat ditanggung melalui kesabaran, dan ditingkatkan ke taraf kekudusan yang lebih tinggi.
- [1] Bahwa penderitaan mereka dapat ditanggung melalui kesabaran, yang merupakan tujuan utama pembicaraan Rasul Paulus mengenai pokok ini. Ia kembali menasihati mereka dengan alasan yang telah disebutkan sebelum ini bahwa mereka harus menguatkan tangan yang lemah dan lutut yang goyah (ay. 12). Beban penderitaan mudah membuat orang Kristen lemah dan goyah, serta mematahkan semangat dan membuatnya berputus asa. Namun, ia harus melawan hal ini karena dua alasan:
- Pertama, supaya ia dapat menjalani perlombaan rohani dengan lebih baik. Iman, kesabaran, serta keberanian dan ketetapan hati yang kudus, akan membuatnya melangkah lebih mantap, berjalan lebih lurus, serta mencegahnya menjadi bimbang dan menyimpang.
- Kedua, supaya ia dapat menyemangati dan tidak malah mematahkan semangat orang-orang lain yang sedang mengalami hal yang sama dengannya. Banyak orang sedang dalam perjalanan menuju sorga, tetapi berjalan dengan langkah lemah dan timpang. orang-orang seperti ini mudah saling melemahkan dan menghambat. Karena itu, tugas mereka adalah bersikap tabah dan bertindak dengan iman, sehingga dengan demikian saling membantu sesamanya untuk terus maju menuju sorga.
- [2] Bahwa penderitaan mereka dapat ditingkatkan ke taraf kekudusan yang lebih baik. Mengingat ini adalah rencana Allah, maka sudah sepatutnyalah menjadi rencana dan perhatian anak-anak-Nya juga, bahwa dengan kekuatan dan kesabaran baru mereka dapat hidup damai dengan semua orang dan mengejar kekudusan (ay. 14). Apabila anak-anak Allah menjadi tidak sabar di tengah kemalangan, mereka tidak akan mampu hidup tenang dan damai dengan orang lain, atau hidup saleh di hadapan Allah seperti seharusnya. Sebaliknya, iman dan kesabaran akan memampukan mereka hidup damai dan kudus juga, seperti orang yang mengikuti panggilannya, terus-menerus, dengan tekun, dan dengan senang hati. Amatilah,
- Pertama, sudah merupakan kewajiban orang-orang Kristen, bahkan di dalam penderitaan, untuk hidup damai dengan semua orang. Ya, bahkan dengan mereka yang mungkin saja menjadi penyebab penderitaan mereka itu.
- Kedua, damai sejahtera dan kekudusan saling berkaitan. Tidak ada damai sejahtera sejati tanpa kekudusan. Memang ada juga kebijaksanaan dan kesabaran berhikmat, serta sikap bersahabat dan dukungan yang diberikan kepada semua orang, tetapi sikap suka berdamai Kristen sejati tidak pernah terpisah dari kekudusan. Janganlah kita, dengan alasan ingin hidup berdamai dengan semua orang, lalu meninggalkan jalan kekudusan. Sebaliknya, peliharalah kedamaian dengan cara kudus.
- Ketiga, tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Kesempatan untuk melihat Allah Juruselamat kita di sorga disediakan sebagai pahala bagi kekudusan, dan keselamatan kita hanya terletak pada kekudusan kita, meskipun tabiat suka damai dan tenang sangat membantu kelayakan kita untuk masuk ke sorga.
- 6. Apabila kemalangan dan penderitaan demi Kristus tidak dianggap manusia sebagai didikan Bapa sorgawi dan dimanfaatkan dengan baik, maka akan ada perangkap dan godaan berbahaya untuk jatuh ke dalam kemurtadan. Dan kemurtadan ini harus diperhatikan dengan sangat hati-hati oleh orang Kristen: Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, dst. (ay. 15-16).
- (1) Di sini Rasul Paulus memberi peringatan yang sungguh-sungguh mengenai kemurtadan, dan menyokong peringatannya itu dengan sebuah contoh yang buruk.
- [1] Ia memberi peringatan yang sungguh-sungguh mengenai kemurtadan (ay. 15). Di sini dapat diamati,
- Pertama, sifat kemurtadan itu: yakni menjauhkan diri dari kasih karunia Allah. Ini berarti jatuh miskin dalam hal agama karena tidak adanya dasar yang kokoh, perhatian, dan ketekunan yang diperlukan. Menjauhkan diri dari kasih karunia Allah berarti tidak punya asas kasih karunia sejati di dalam jiwa, meskipun ada sarana kasih karunia dan pengakuan terhadap agama, sehingga dengan demikian tidak mendapatkan kasih dan perkenan Allah di sini dan juga di kehidupan sesudah ini.
- Kedua, akibat dari kemurtadan: ketika orang menjauhkan diri dari kasih karunia Allah yang sejati, akan muncul akar kepahitan, dan kebinasaan akan menang serta menyeruak. Akar pahit, yang menghasilkan buah-buah pahit bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Hal ini akan menghasilkan asas-asas cemar bagi diri mereka sendiri yang mengarah kepada kemurtadan dan sangat diperkuat serta dipancarkan oleh kemurtadan itu sendiri, yakni segala kekeliruan-kekeliruan yang mencelakakan (yang merusak pengajaran dan ibadah jemaat Kristen) dan perbuatan-perbuatan cemar. Perilaku orang-orang murtad pada umumnya akan semakin buruk, dan mereka akan jatuh ke dalam kejahatan yang paling keji, yang biasanya berakhir dengan atheisme atau keputusasaan. Akar pahit juga menghasilkan buah-buah pahit bagi orang-orang lain dan bagi gereja-gereja tempat mereka berjemaat. Melalui asas-asas dan perilaku cemar mereka, banyak orang dibuat resah, kedamaian jemaat terusik, ketenteraman pikiran orang terganggu, dan ini tentu saja mencemarkan banyak orang. Mereka ini dikotori asas-asas yang buruk dan ditarik kepada perilaku cemar. Dengan demikian, jemaat menderita, baik dalam kesucian maupun kedamaian. Namun, pada akhirnya orang-orang murtad itu sendiri akan paling menderita.
- [2] Rasul Paulus menyokong peringatannya dengan sebuah contoh buruk, yakni tentang Esau, yang meskipun terlahir di lingkungan rohani dan memperoleh hak kesulungan sebagai anak pertama, sehingga dengan demikian berhak menjadi nabi, imam, dan raja di dalam keluarganya, telah bertindak begitu duniawi sampai menghina hak-hak istimewa yang kudus ini. Sampai-Sampai ia menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan. Amatilah di sini,
- Pertama, dosa Esau. Dengan nafsu rendahnya ia telah menghina dan menjual hak kesulungannya berikut semua keuntungan yang menyertainya. Itu jugalah yang dilakukan orang-orang murtad, yang demi menghindari penganiayaan dan menikmati kesenangan penuh hawa nafsu, meskipun menyandang tabiat anak-anak Allah dan memiliki hak nyata untuk menerima berkat serta warisan dari-Nya, malah memuaskan seluruh keinginan mereka yang cemar itu.
- Kedua, hukuman atas Esau yang setimpal dengan dosanya. Hati nuraninya menyadari dosa dan kebodohannya itu ketika sudah terlambat: kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, dst. Hukumannya terdiri atas dua hal:
- 1. Ia dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Sekarang ia menyadari bahwa berkat yang diremehkannya itu sebenarnya layak dimiliki dan layak dicari, meskipun dengan susah payah dan dengan mencucurkan air mata.
- 2. Ia ditolak oleh Allah: ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, baik di hadapan Allah maupun ayahnya. Berkat itu diberikan kepada orang lain, yaitu orang yang kepadanya ia telah menjual haknya demi sepiring makanan. Esau, dalam kejahatannya yang luar biasa itu, telah membuat keputusan itu, dan Allah dalam penghakimanNya yang adil mengesahkan dan meneguhkannya, dan tidak membiarkan Ishak mengubahnya.
- (2) Dari sini kita bisa belajar,
- [1] Bahwa murtad dari Kristus merupakan buah dari perbuatan yang lebih menginginkan pemuasan hawa nafsu daripada berkat Allah dan warisan sorgawi.
- [2] Orang-orang berdosa tidak akan terus memiliki pikiran yang rendah seperti itu tentang berkat dan warisan ilahi seperti yang mereka lakukan sekarang. Sebab, akan tiba saatnya juga mereka menyadari betapa tidak akan ada jerih payah yang terlalu berat, tidak akan ada upaya dan air mata yang terlampau banyak untuk memperoleh kembali berkat yang telah hilang itu.
- [3] Ketika masa anugerah itu telah berlalu (seperti yang adakalanya terjadi dalam hidup ini), mereka tidak akan menemukan tempat untuk bertobat: mereka tidak mampu segera bertobat atas dosa mereka. Allah tidak akan menyesali hukuman yang telah dijatuhkan-Nya atas mereka karena dosa mereka. Oleh sebab itu, sebagai rencana yang berlaku bagi semua, orang-orang Kristen janganlah sekali-kali membuang hak dan pengharapan mereka akan berkat serta warisan Bapa mereka. Janganlah mereka memperhadapkan diri terhadap murka dan kutuk-Nya yang tidak dapat dibatalkan, dengan meninggalkan agama mereka yang kudus demi menghindari penderitaan. Meskipun penderitaan ini mungkin saja berupa aniaya yang melibatkan orang-orang keji, itu hanyalah merupakan tongkat untuk memperbaiki kesalahan dan menghajar mereka, oleh Bapa Sorgawi mereka, untuk membawa mereka dekat kepada-Nya supaya menyerupai dan bersekutu dengan Dia. Inilah kekuatan pernyataan Rasul Paulus, yang memakai hakikat penderitaan umat Allah sebagai dasarnya, bahkan ketika mereka menderita demi kebenaran. Dan pemikirannya ini sangatlah kuat.
SH: Ibr 12:12-17 - Hidup Kristen bagi dirinya dan komunitasnya (Selasa, 9 Mei 2000) Hidup Kristen bagi dirinya dan komunitasnya
Hidup sebagai umat Allah secara individu adalah hidup yang penuh
vitalitas, bukan hidup dengan tanga...
Hidup Kristen bagi dirinya dan komunitasnya
Hidup sebagai umat Allah secara individu adalah hidup yang penuh vitalitas, bukan hidup dengan tangan dan lutut yang tidak berfungsi (12). Ini menggambarkan kelumpuhan rohani. Individu Kristen harus segera berbenah dan bertindak. Kesatuan jemaat Kristus harus senantiasa diutamakan. Sebagai jemaat yang utuh, mereka harus saling menolong. Yang kuat menolong yang lemah sehingga bersama-sama bersiap untuk hidup sebagai umat Allah menurut firman Tuhan. Dengan bertindak demikian, jemaat dapat bersaksi tentang keharmonisan dan kekudusan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa kekudusan tidak akan ada keharmonisan di antara umat Tuhan, sebab orang yang kudus selalu berusaha hidup damai dengan orang lain. Jika dikatakan tanpa kekudusan tidak dapat melihat Allah, artinya jika tidak ada keharmonisan dalam umat Allah, maka mereka tidak akan mungkin melihat Allah.
Demonstrasi keharmonisan umat Allah dapat diperlihatkan dengan sangat efektif bukan melalui tidak adanya perbedaan ataupun perselisihan pendapat, namun melalui: pertama hidup yang saling menjaga satu dengan yang lain, sehingga tidak ada seorang pun yang akan undur dari perlombaan dan menolak 'hadiah' yang sudah tersedia baginya. Kedua saling menjaga agar tidak timbul akar kepahitan yaitu seseorang yang setelah mendengarkan firman Tuhan lalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya akan selamat. Namun kemudian berjalan di dalam kebebalan hatinya. Orang yang demikian membawa pengaruh destruktif kepada komunitas Kristen secara keseluruhan.
Tokoh Esau diketengahkan untuk mempertegas 2 buah peringatan. Yaitu bahwa ketidaktaatan (percabulan) seseorang dapat memberikan efek negatif kepada sebuah komunitas dimana ia tinggal. Esau mengambil 2 orang istri dari bangsa kafir. Tindakannya menimbulkan kepedihan kepada komunitasnya (Kej. 26:34-35; 27:46). Lalu tindakan menolak atau membuang berkat yang sudah menjadi miliknya sebagai ganti pemuasan nafsunya, menyebabkan ia kehilangan berkat itu untuk selama-lamanya.
Renungkan: Dosa yang Anda lakukan setelah percaya kepada Kristus tidak hanya mempunyai dampak negatif bagi Anda sendiri, namun juga bagi komunitas Ilahi dimana Anda menjadi bagiannya. Karena itu perhatikanlah bagaimana Anda hidup.
SH: Ibr 12:12-17 - Di mana hati Anda berada? (Rabu, 16 November 2005) Di mana hati Anda berada?
Penulis Ibrani sudah menjelaskan kepada para pembaca kitab Ibrani,
bahwa anak-anak Tuhan memiliki pengharapan surgaw...
Di mana hati Anda berada?
Penulis Ibrani sudah menjelaskan kepada para pembaca kitab Ibrani, bahwa anak-anak Tuhan memiliki pengharapan surgawi karena karya Kristus yang sempurna. Itu sebabnya, ia mendorong para pembacanya untuk menguatkan hati mereka agar mereka tetap bertahan dalam iman dan menang sampai akhirnya (ayat 12-13).
Supaya mampu bertahan dalam iman maka orientasi hidup yang duniawi harus diganti total. Orientasi hidup yang diarahkan kepada dunia ini hanya akan mengecewakan dan menumbuhkan akar pahit (ayat 15b). Kisah Esau menjual hak kesulungan sebagai ganti semangkuk sup kacang merah menggambarkan sikap yang memandang rendah berkat-berkat rohani demi pemuasan nafsu badani semata (ayat 16; lih. Kej. 25:29-34). Akibatnya fatal! Esau tidak menerima berkat dan tidak mendapatkan kesempatan memperbaiki dirinya (Ibr. 12:17). Cerita Esau ini dan bagian lain dalam Ibrani 6:4-6 dan 10:26-29 merupakan peringatan keras bagi anak-anak Tuhan yang membiarkan orientasi hidupnya bukan pada Tuhan. Sebaliknya, orang Kristen yang hidupnya tertuju pada Tuhan akan menjalani hidup kudus, berdamai dengan semua orang, dan berlimpah dengan ucapan syukur karena kasih karunia Allah yang telah diterimanya (ayat 12:14-15a).
Jangan biarkan akar kepahitan tumbuh subur menghalangi pertumbuhan pohon ucapan syukur Anda sehingga akhirnya Anda menolak kasih karunia-Nya. Yesus berkata, "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Mat. 6:21). Dengan memfokuskan diri pada Allah dan kehendak-Nya, kita sedang mengumpulkan harta di surga. Kita akan menikmati relasi yang dekat dengan Allah sehingga hati kita dipenuhi sukacita, terlepas dari kekuatiran akan keinginan dunia, dan dimampukan menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Camkan: Kita memang ada di dunia, tetapi bukan dari dunia. Oleh karena itu, jangan biarkan dunia menjebak dan membinasakan iman kita!
SH: Ibr 12:12-17 - Duta Perdamaian (Sabtu, 2 September 2017) Duta Perdamaian
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Indonesia terdiri dari beranekaragam suku, budaya, etnis, agama, bahasa, dan adat. Bagai...
Duta Perdamaian
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Indonesia terdiri dari beranekaragam suku, budaya, etnis, agama, bahasa, dan adat. Bagaimana menyatukan keanekaragaman masyarakat Indonesia? Para pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan dasar negara, yaitu Pancasila. Salah satu cita-cita para pendiri bangsa ini adalah untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
Hal senada juga dikatakan oleh penulis Kitab Ibrani agar orang-orang percaya mengusahakan hidup berdamai dengan semua orang (14a). Hidup dalam suasana damai dapat mendorong seseorang mempraktikkan hidup kudus (14b). Perdamaian memampukan masing-masing anggotanya saling memerhatikan, menolong, dan menguatkan. Perdamaian juga berfungsi mencegah munculnya bibit kekerasan dan kerusuhan dalam bermasyarakat (15).
Sayangnya perdamaian tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan, dihadirkan, dirawat, dan dilestarikan. Artinya, perlu komitmen dan pengurbanan, baik secara materi maupun emosi. Langkah toleransi dan negosiasi harus menjadi makanan sehari-hari. Memang sungguh ironis karena banyak orang menginginkan hidup dalam suasana damai justru perbuatannya menimbulkan konflik dan perpecahan.
Kunci hadirnya perdamaian terletak pada kasih karunia Allah. Mewujudkan perdamaian melalui tindakan kasih bukan berarti kita menjadi orang yang gampangan berkata 'iya' dan menyenangkan semua pihak. Jangan bertindak bodoh dan ceroboh seperti Esau yang menjual hak kesulungannya demi memuaskan rasa lapar sesaat (16). Karena itu, penulis Kitab Ibrani memotivasi orang percaya dengan kalimat, "Kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah dan luruskan jalan bagi kakimu" (12-13).
Mewujudkan perdamaian butuh upaya konkret. Dalam Kristus ada damai sejahtera dan damai itu sudah diberikan-Nya kepada orang percaya (Yoh. 14:22). Maukah kita menjadi duta Kristus yang membawa damai-Nya bagi dunia? [PPH]
Baca Gali Alkitab 1
Sebagian orang mulai sadar bahwa kesehatan itu penting. Karena itu mereka mulai disiplin berolahraga, hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat, dan lain sebagainya. Tetapi banyak orang lupa bahwa kerohanian juga membutuhkan latihan dan disiplin. Tanpa komitmen akan sulit untuk mengasah kepekaan rohani akan Tuhan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang mesti ditanggalkan oleh orang percaya dan apa tujuannya (1)?
2. Apa fokus hidup kita dan apa dampaknya dalam kerohanian kita (2)?
3. Siapakah yang harus kita ingat agar tetap kuat dan teguh dalam hidup ini (3)?
4. Apa nasihat yang diberikan oleh penulis Kitab Ibrani (4-6)?
5. Apa kaitannya ganjaran dengan status orang percaya sebagai anak Allah (7-9)?
6. Apa perbedaan didikan orangtua dengan Tuhan (10)?
7. Apa manfaat dari sebuah ganjaran (11)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa orang percaya membutuhkan ganjaran dari Tuhan?
2. Mengapa Tuhan hanya mendisiplin orang yang dikasihi-Nya?
Apa respons Anda?
1. Latihan rohani seperti apa yang sedang Anda lakukan saat ini? Apa bentuk konkretnya?
2. Ketika Tuhan melakukan pendisiplinan atas hidup Anda, apa respons Anda akan hal itu?
Pokok Doa:
Bersyukur bahwa kita mengalami pendisiplinan dari Tuhan karena semuanya itu untuk kemajuan kerohanian kita.
SH: Ibr 12:1-17 - Bertekun Sampai Akhir (Minggu, 9 Juli 2023) Bertekun Sampai Akhir
Ada yang berkata bahwa hidup ini bagaikan perlombaan. Digambarkan bahwa semua orang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan hidu...
Bertekun Sampai Akhir
Ada yang berkata bahwa hidup ini bagaikan perlombaan. Digambarkan bahwa semua orang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan hidup. Ketika banyak orang bekerja keras demi tujuan itu, di manakah kita?
Penulis Surat Ibrani juga menggambarkan kehidupan orang beriman sebagai suatu lintasan lomba. Kita perlu berlari di lintasan itu karena sejak dahulu sudah banyak orang percaya yang melewatinya.
Supaya kita dapat berlomba dengan baik seperti mereka, kita perlu menanggalkan beban dosa dan mengarahkan fokus hidup kita kepada Yesus (1-2a).
Mengapa Yesus? Ialah yang memimpin dan menyempurnakan iman kita, memikul salib sekalipun dihina, tekun menanggung perbantahan orang-orang berdosa, serta yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (2b-3).
Sebagai pelari, kita harus sungguh-sungguh melawan dosa (4), menghargai didikan Tuhan sekalipun keras (5-11), menjaga iman kita tetap kuat (12-13), serta hidup dalam damai dan mengejar kekudusan (14). Janganlah kita seperti Esau yang tergoda oleh "nafsu yang rendah" sehingga pada akhirnya tidak mendapatkan berkat yang telah disediakan (16-17).
Perjalanan kerohanian kita adalah lintasan lomba yang tak jarang terasa melelahkan. Keinginan duniawi dan ejekan dari dunia dapat membuat kita berhenti berlari. Namun, ketika kita berpikir demikian, dengarkanlah kesaksian di sekeliling kita dari para tokoh Alkitab, tokoh sejarah gereja, dan yang terutama, Yesus.
Selama perlombaan panjang ini, kita perlu bertekun seperti Yesus. Ia menjalani misi-Nya sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan cara yang berat, Ia tiba di garis akhir dan menerima kemuliaan yang telah ditetapkan bagi-Nya. Yesus telah menang, dan kini Ia menyediakan kemenangan itu bagi setiap orang percaya.
Ada kemenangan di garis akhir bagi mereka yang bertekun. Oleh karena itu, teruslah hidup benar sekalipun mendapat cemooh; teruslah hidup kudus sekalipun disebut "aneh" oleh dunia. Senikmat-nikmatnya nafsu dunia, itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Allah sediakan. Bertekunlah sampai akhir! [JMH]
Utley -> Ibr 12:14-17
Utley: Ibr 12:14-17 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 12:14-1714 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan m...
NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 12:14-17
14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. 15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. 16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. 17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Ibr 12:14-17 ini adalah peringatan yang terakhir (lih. Ibr 2:1-4; 3:7-4:11; 5:11-6:12; 10:19-39; 12:14-17).
Ibr 12:14 "Berusahalah hidup damai" Ini adalah suatu PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Dalam konteks
- 1. penganiayaan dari luar
- 2. ketidak percayaan diantara sesama rekan (orang Yahudi tak percaya rekan seibadatan orang Yahudi percaya)
- 3. keraguan dari dalam (bahaya dari "mengundurkan diri" (lih. Ibr 10:38)
diskusi tentang damai ini sangat penting, Ada beberapa bagian yang berhubungan mengenai "damai."
- 1. Mazm 34:14, "carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya"
- 2. Mr 9:50, "berdamai yang seorang dengan yang lain"
- 3. Rom 12:18, "Sedapat-dapatnya,… hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang"
- 4. 1Kor 7:15, "Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai… Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai"
- 5. 2Tim 2:22, "kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni."
□ "kejarlah kekudusan" Istilah "pengudusan" ini pasti berhubungan dengan ay. Ibr 12:10 dan terkait dengan "disiplin." Allah mendisiplin orang percaya untuk kekudusan. Tujuan dari keselamatan adalah keserupaan dengan Kristus.
Ini bukan pengudusan posisional (seketika), tetapi pengudusan pengalaman (progresif). Injil menyajikan keselamatan dan kehidupan Kristen di dua cara yang penuh ketegangan. Di satu sisi adalah karunia dari Allah yang telah selesai, gratis, sekali-untuk-semua (INDIKATIVVE), tetapi juga merupakan kehidupan iman, ketaatan, pelayanan, dan ibadah (IMPERATIVE). Banyak orang percaya menekankan satu aspek dengan mengesampingkan yang lain (Agustinus vs Pelagius; Calvin vs Arminius). Hubungan orang percaya dengan Allah dimulai pada suatu titik waktu, titik keyakinan, yang berpuncak pada pertobatan dan iman, tetapi juga harus bergerak melalui waktu ke puncak pada saat kematian atau Kedatangan Kedua, kesetiaan, kebenaran, ketekunan merupakan bukti-bukti yang penting dan menentukan dari keselamatan sejati.
Bandingkan naskah-naksah mengenai pengkudusan berikut ini.
Posisional (INDICATIVE) |
Progresif (IMPERATIVE) |
□ "tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan" Ini bersiafat paradoks: (1) orang percaya akan melihat Tuhan satu hari nanti (lih. Ayub 19:25-27; Mazm 17:15; Mat 5:8; 1Yoh 3:2; Wahy 22:4) dan (2) orang percaya tidak bisa melihat Tuhan sekarang (lih. Kel 33:20; Yoh 1:18; 1Tim 6:16; 1Yoh 4:12).
Ini mungkin menunjuk pada mata rohani seseorang, dalam pengertian menanggapi injil. Dalam konteks ini mungkin merupakan penggambaran dari "pemahaman."
Ibr 12:15 "Jagalah" Secara harfiah "periksalah" (episkopountes) adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan dalam suatu pengertian IMPERATIVE. Istilah ini dibangun di atas bentuk salah satu istilah untuk pendeta (secara harfiah uskup, episkopos, lih. Fili 1:1; 1Tim 3:2; Tit 1:7 dan dari Yesus dalam 1Pet 2:25). Di sini istilah ini dapat merujuk kepada para pemimpin gereja atau ke orang percaya yang dewasa yang harus peduli orang lain. Kemurtadan harus dihadapi dengan kedewasaan. Kelompok orang percaya ini amat sangat perlu untuk bertindak dengan cara yang dewasa (lih. Ibr 5:11-14).
Tidak ada orang Kristen yang merupakan sebuah pulau (lih. 1Kor 12:7). Kekristenan adalah tim olahraga! Istilah "orang kudus" selalu berbentuk jamak (kecuali satu kali dalam Fili 4:21, yang di sini digunakan dalam pengertian kelompok). Kita adalah penjaga saudara-saudara kita. Kita harus tidak boleh tidak harus berusaha untuk mendorong satu sama lain. Kita diberi dan dikaruniai untuk kesehatan dari keseluruhannya.
□ "supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan dalam pengertian IMPERATIVE yang berarti "menjauhkan diri dari kasih karunia Allah." Kata ini digunakan dalam Ibr 4:1 dalam arti "gagal mencapai," tetapi dalam ayat ini KATA DEPAN nya "pergi" (apo) membentuk frase preposisional yang menyiratkan "jatuh dari sesuatu yang sebelumnya dimiliki" (lih. Ibr 6:4-6; 10:23,38-39; 12:25). Kemurtadan adalah kemungkinan yang nyata dalam situasi budaya ini. Lihat Topik Khusus: Kemurtadan pada Ibr 3:12.
Atau, seperti yang telah saya dipertahankan, ada dua kelompok yang ditujukan: (1) orang percaya Yahudi yang ada dalam bahaya "mengundurkan diri" (ay. 15) dan (2) orang tidak percaya Yahudi yang telah secara jelas memahami Injil dalam kehidupan dan kesaksian dari rekan seibadat mereka di sinagoga yang percaya, menolak Yesus (ay. 25). Teori manapun yang benar, kebenarannya tetap yaitu bahwa keselamatan bukan merupakan produk, tetapi hubungan. Ini lebih dari sekedar tanggapan awal. Peringatan ini serius, menantang, dan nyata. Dalam konteks ini adalah panggilan untuk membantu orang percaya yang dalam bahaya "mengundurkan diri" (lih. Ibr 10:38).
□ "jangan tumbuh akar yang pahit" Ini mungkin adalah singgungan kepada Ul 29:18 dalam Septuaginta, yang memperingatkan umat Allah akan bahaya dari penyembahan berhala, baik secara individu maupun bersama. Sekuruh Israel tidak pernah benar di hadapan Allah, kecuali hanya sekelompok kecil yang setia yang percaya. Frasa "akar kepahitan" dalam Ulangan berparalel dengan "yang hatinya berbalik hari ini dari Tuhan Allah kita."
□ "yang mencemarkan" Adanya satu orang yang bersungut-sungut mempengaruhi keseluruhan kelompok. Kepercayaan, tindakan, dan sikap kita sungguh mempengaruhi orang lain. Sungguh suatu tanggung jawab yang indah!
Ibr 12:16 "Esau" Ia menjadi suatu sosoj yang sangat jahat dalam tradisi Yudaisme kerabian (lih. Yobel Ul 25:1,8 dan Rabba Kejadian 70d,72a). Namun demikian, konteks ini, menggunakannya karena ia mengenal janji Allah namun tidak bertindak atasnya.
Ibr 12:17 "berkat" Berkat nenek moyang tak bisa ditarik kembali. Ini melibatkan konsep Ibrani mengenai kuasa dari kata-kata/firman yang diucapkan (lih. Kej 1 dan Yes 55:10-12).
□ "sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya" Dalam konteks Plnya ini menunjuk pada penderitaannya setelah Ishak, bapanya, memberkati adiknya, Yakub, dan berkat itu tak bisa ditarik kembali. Si penulis menggunakan ini sebagai suatu peringatan kepada para penerima surat ini. Ia menginginkan mereka untuk membuat suatu keputusan bagi Kristus sekarang ketika masih ada waktu dan kemudian bertekun dalam hubungan yang baru dengan Kristus tersebut karena tidak ada kesempatan yang kedua (lih. Ibr 6:6; 10:26).
"dengan mencucurkan air mata" Ini berasal dari Kej 27:34,38.
Topik Teologia -> Ibr 12:15
Topik Teologia: Ibr 12:15 - -- Pengudusan
Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz...
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
TFTWMS -> Ibr 12:14-15; Ibr 12:12-17
TFTWMS: Ibr 12:14-15 - Mengejar Hal-hal Positif Yang Mulia MENGEJAR HAL-HAL POSITIF YANG MULIA (Ibrani 12:14, 15)
14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan ti...
MENGEJAR HAL-HAL POSITIF YANG MULIA (Ibrani 12:14, 15)
14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. 15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
Hal-hal positif yang mulia bagi orang Kristen adalah menjaga setiap anak Allah dalam kasih karunia-Nya, menikmati kedamaian dengan semua orang, dan mendapat tingkat pengudusan yang lebih besar. Semua ini harus diinginkan dengan sungguh-sungguh dan dijaga sebagai tujuan utama kita.
Kata "kejarlah" (dari diw/kw, dioko) adalah kata yang kuat dan mengungkapkan hasrat dalam bekerja menuju tujuan.4Ini mungkin menjadi jawaban untuk pertanyaan yang pernah timbul di dalam gereja mengenai penganiayaan baru-baru ini dan bagaimana menyikapinya.
Orang Kristen harus berjuang untuk tiga hal: kedamaian, kasih karunia, dan kekudusan (ay. 14). Rahab mengikuti kebijakan seperti itu dengan melindungi mata-mata Israel (11:31). Ia mencari perdamaian dengan umat Allah dan, sebagai hasilnya, menjadi salah satu dari mereka. Kita harus berusaha membawa orang kepada Kristus, mengubah hidup mereka kepada iman seperti Rahab dimenangkan untuk Yudaisme.
Istilah Perjanjian Lama "damai" (<olv*, shalom)) sering digunakan dalam Kitab Suci untuk menghadirkan kesejahteraan dalam segala hal. Panggilan kepada "damai" (ei˙rh/nh, eirene) di dalam nas ini tampaknya sama pentingnya dengan panggilan kepada kekudusan. Gagasan mengejar kedamaian ditekankan di seluruh Perjanjian Baru (lihat Roma 14:19 dan 1 Petrus 3:11). Gagasan membuat damai dan kemurnian sering ditemukan bersama-sama (Matius 5:8, 9). Dua hal ini adalah kualitas penting untuk dikembangkan oleh semua orang Kristen.
Kita harus dengan rajin berusaha untuk lebih dikuduskan atau kudus (ay. 14). Kata "pengudusan" (aJgiasmo/s, hagiasmos) berarti "dikhususkan" dan mencakup gagasan menjadi murni dan berbeda. Tanpa mengembangkan kemurnian, kita tidak bisa menjadi seperti Allah. Hagiasmos sering digunakan dalam surat-surat Paulus mengenai keadaan orang yang berada dalam Kristus (1 Korintus 6:11). Kita harus punya karakter ini oleh karena hubungan kita dengan Kristus; tanpa itu, kita tidak akan melihat Tuhan. Terlalu banyak orang, bahkan dalam gereja, gagal menjauhkan diri dari kemesuman dan gagal mencari kekudusan. Esau adalah contoh yang salah, seperti yang terlihat dalam ayat 16 dan 17; solusi yang tepat untuk masalah ini ditemukan dalam 1 Tesalonika 4:1-8, di mana Paulus bersikap sangat jelas sekali tentang dosa percabulan.
Bagian tentang mengikuti "jalan yang lurus" (ay. 13) adalah mencoba untuk membuat jalan "damai" di antara saudara-saudara. Sangatlah penting bahwa pihak-pihak yang bertikai tidak dibolehkan memecah-belah gereja dalam perjalanan menuju keselamatan kekal. Ini merupakan bahaya yang konstan, dan Allah mengizinkan hal itu terjadi jika kita tidak mengikuti jalan-Nya. Saudara-saudara harus belajar hidup damai dan mengatasi perbedaan di antara mereka sendiri. Paulus mengajarkan prinsip ini dalam 1 Korintus 6:1-8. "Kita harus memerangi dosa, tetapi jangan memerangi manusia; memerangi nafsu buruk dan keinginan bejad, tapi jangan memerangi sesama ulat kita."5
Namun begitu, perdamaian dengan mengompromikan kebenaran bukanlah jalan yang boleh diikuti. Yesus mengajarkan bahwa jika doktrin seseorang salah, maka ibadahnya sia-sia. Ketika guru-guru palsu membujuk orang lain untuk melakukan apa yang mereka lakukan dan katakan, mereka jatuh bersama-sama ke dalam lubang (Matius 15:8-14). Pada akhirnya, kedamaian yang nyata dan abadi harus datang dari Allah, karena Ia adalah "Allah damai sejahtera" yang sesungguhnya (lihat Ibrani 13:20).
Orang yang menimbulkan perselisihan tidak akan "melihat Tuhan." Janji ini membuat perselisihan semakin mengerikan untuk direnungkan. Tidak "melihat Tuhan" menyiratkan salah orang itu sehingga ia dibuang ke neraka, "dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya" (2 Tesalonika 1: 9). Ini jelas peringatan terhadap kemurtadan.
Semua orang akan berdiri di hadapan Allah dalam penghakiman, tapi "melihat" Dia artinya menjadi satu dengan Dia dan menikmati hadirat-Nya. Tidak ada orang yang pernah, atau akan pernah, diterima masuk ke sorga dalam keadaan najis—yaitu, selagi masih dalam dosa-dosanya (Yohanes 8:21-24; Wahyu 21:27).
Dalam ayat 15 "jagalah" (e˙piskopouvntes, episkopountes; ay. 15) berbentuk present participle dari kata benda e˙piskope÷w (episkopeo). Ini adalah kata yang digunakan dalam 1 Petrus 5:2 untuk fungsi para penatua. Itu mengacu kepada pekerjaan seorang penilik atau pengawas.6Tindakan untuk mencegah beberapa orang agar jangan hanyut dari Kristus menunjukkan bahwa "seluruh komunitas itu harus tetap waspada."7"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri" tidak mengacu kepada mereka yang di dalam dunia, sebab semua orang yang berada di luar Kristus pasti menjauhkan diri. Oleh karena itu, ini adalah peringatan lain bahwa bahkan orang Kristen yang setia kadang-kadang "menjauhkan diri." Setiap orang Kristen harus "berjaga," atau "mengawasi" jiwanya sendiri dan membantu "mengawasi" orang lain. Para penatua adalah gembala, tetapi Kristus adalah gembala agung (1 Petrus 5:1-4). Jika masing-masing orang Kristen dapat dengan sempurna mengawasi dirinya sendiri, maka penggembalaan oleh para penatua akan jauh lebih sederhana daripada yang terjadi kini. Namun begitu, tidak ada gereja yang sempurna karena gereja terdiri dari manusia-manusia. Karena tidak ada orang yang bisa sepenuhnya mengawasi dirinya sendiri, maka memang perlu memiliki para penatua sebagai gembala yang bisa membantu untuk memberi makan dan memimpin kita (Ibrani 13:17). Mereka yang berjaga-jaga atas jiwa kita memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga jiwa, dan mereka akan memberikan pertanggungjawaban! Sebagai pemimpin kita, mereka harus mencoba untuk "berjaga" agar jangan ada orang yang "menjauhkan diri."
Gambaran yang digunakan di sini adalah tentang seorang pejalan yang ketinggalan dari pejalan lainnya. Ketika ini terjadi secara rohani, orang seperti itu "menjauhkan diri dari kasih karunia Allah" (ay. 15). Ketika dalam perjalanan konvoi ada orang yang ketinggalan, maka orang itu terancam dikuasai oleh perampok, kelemahan, atau sakit. Jika itu terjadi, ia mungkin tidak akan mencapai tujuannya atau dapat pulang ke rumah. Demikian juga, Iblis bisa menguasai orang yang ketinggalan di jalan rohani. Moses Stuart memberikan penafsiran ini tentang nas itu: "Perhatikanlah baik-baik, jangan ada orang yang gagal mendapatkan kebaikan Ilahi yang merupakan hasil kekudusan."8Terlepas dari semua tindakan pencegahan dan bantuan yang diberikan, beberapa orang menjauhkan diri dari kasih karunia Allah. Ketika ini terjadi, "itu bukan karena kasih karunia-Nya tidak dapat diakses, tetapi karena mereka tidak mau memanfaatkannya, dan karena itu mereka gagal mencapai tujuan yang bisa dicapai hanya oleh kasih karunia-Nya.…"9
"Akar pahit" (ay. 15) bisa melambangkan dosa kotor tertentu. "Empedu pahit" Simon disebabkan oleh keserakahan (Kisah 8:23). Kemurtadan karena menyembah berhala disinggung dalam Ulangan 29:18 sebagai "akar yang menghasilkan racun atau ipuh." Waktu itu kaum laki-laki dan perempuan Israel mengikuti ilah-ilah lain dan memalingkan hati mereka dari Tuhan. Dalam Ibrani 3:12 konsep yang sama digambarkan sebagai hati yang "jahat," yang tidak percaya. Ini bisa melibatkan apa saja di dalam hati yang merusak pikiran dan jiwa. Implikasinya mengerikan:
… satu orang yang hatinya pahit dan memberontak di tengah-tengah mereka dapat memiliki efek buruk pada komunitas itu secara keseluruhan, sehingga banyak yang menjadi najis—sama seperti satu akar beracun dapat meracuni seluruh tanaman, yang menyebabkan, dalam kata-kata Musa, "dilenyapkannya baik tanah yang kegenangan maupun yang kekeringan" (Ula. 29:19).10
Kita harus mencoba untuk mencegah anggota gereja "dinajiskan" sedemikian rupa. Masalahnya adalah bahwa "satu akar" dapat menajiskan banyak orang. Satu guru palsu , hanya dengan beberapa kalimat, bisa menanamkan keraguan dalam pikiran banyak orang, membuat mereka "najis."
TFTWMS: Ibr 12:12-17 - Panggilan Untuk Berteku Panggilan Untuk Berteku (Ibrani 12:12-17)
Kepada para pembacanya yang percaya penulis itu memberi mereka berbagai nasihat yang meminta ketekunan. Unt...
Panggilan Untuk Berteku (Ibrani 12:12-17)
Kepada para pembacanya yang percaya penulis itu memberi mereka berbagai nasihat yang meminta ketekunan. Untuk menjamin pertumbuhan dan keberlangsungan dalam iman, dan untuk mencegah siapa saja murtad, sikap dan cicir-ciri hidup tertentu harus dikembangkan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang...
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
- (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Full Life: Ibrani (Garis Besar) Garis Besar
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18)
...
Garis Besar
- I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18) - A. Dalam Penyataan
(Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
kepada Manusia - 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
(Ibr 1:1-3) - 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
(Ibr 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian
(Ibr 2:1-4) - 3. Lebih Unggul dari Musa
(Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
(Ibr 3:7-19) - 4. Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13) - B. Dalam Renungan
(Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi - 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
(Ibr 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
(Ibr 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan
(Ibr 6:4-20) - 2. Lebih Unggul Watak-Nya
(Ibr 7:26-28) - 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
(Ibr 8:1-10:18) - a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
(Ibr 8:1-5) - b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
(Ibr 8:6-13) - c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
(Ibr 9:1-22) - d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
(Ibr 9:23-10:18) - II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
(Ibr 10:19-13:17) - A. Dalam Bidang Keselamatan
(Ibr 10:19-38) - B. Dalam Bidang Iman
(Ibr 10:39-11:40) - 1. Sifat-Sifat Iman
(Ibr 10:39-11:3) - 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
(Ibr 11:4-38) - 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
(Ibr 11:39-40) - C. Dalam Bidang Ketabahan
(Ibr 12:1-13) - D. Dalam Bidang Kekudusan
(Ibr 12:14-13:17) - 1. Pengutamaan Kekudusan
(Ibr 12:14-29) - 2. Pelaksanaan Kekudusan
(Ibr 13:1-17) - Penutup
(Ibr 13:18-25)
Matthew Henry: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang memper...
- Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
- I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang mempertanyakannya, yaitu orang-orang yang merasa pandangan mereka terganggu karena tidak sanggup menahan terang yang terpancar dari surat tersebut, atau orang-orang yang merasa bahwa pernyataan-pernyataan mereka yang salah terbukti dapat dibantah oleh surat ini. Termasuk di dalamnya orang-orang seperti para pengikut Arianisme (diajarkan oleh Arius pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat – pen.), yang menyangkal keilahian dan keberadaan Kristus oleh diri-Nya sendiri, dan juga kaum pengikut Socinianisme (diajarkan oleh Faustus Socinus pada abad kelima belas dan keenam belas untuk menyerang pengajaran Trinitas – pen.) yang menyangkal karya penebusan dosa oleh Kristus. Namun, bagaimanapun juga, sekalipun adanya upaya-upaya orang-orang seperti itu untuk meremehkan surat kerasulan ini, sumber keilahian dari surat ini tetap saja memancarkan cahaya yang berkas-berkas sinarnya demikian kuat dan terang sehingga dengan membaca sepintas saja orang dapat memahami bahwa surat ini merupakan bagian dari kanon kitab suci. Keilahian dari isi surat, keagungan gaya penulisan, kemuliaan rancangannya, keserasian isi surat ini dengan bagian-bagian lain kitab suci, dan penerimaan umum dari jemaat-jemaat Allah di segala abad, semua ini membuktikan adanya otoritas ilahi di dalam surat ini.
- II. Mengenai siapa yang menyalin atau menulis surat ini, kita tidak begitu pasti. Surat ini tidak mencantumkan nama siapa pun di bagian depannya, sebagaimana biasanya di dalam surat-surat kerasulan lainnya, dan ada perbedaan pendapat di antara para cendekiawan Alkitab mengenai siapa yang dapat dianggap sebagai penulisnya. Beberapa orang menunjuk kepada Clemens dari Roma, yang lain menunjuk kepada Lukas, dan banyak juga yang menunjuk kepada Barnabas, mengingat bahwa gaya dan cara pengungkapannya sangat cocok dengan temperamen Barnabas yang penuh semangat, meyakinkan, dan penuh kasih sayang, seperti yang dicatat mengenai dirinya di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selain itu, ada seorang bapa gereja di zaman dulu yang mengutip suatu pernyataan dari surat kerasulan ini dan menyebutnya sebagai kata-kata Barnabas. Namun, secara umum banyak yang menunjuk kepada Rasul Paulus sebagai penulis surat ini, dan beberapa salinan naskah dan terjemahan yang muncul kemudian memang mencantumkan nama Paulus pada bagian judulnya. Di zaman gereja mula-mula, pada umumnya yang dianggap sebagai penulis surat ini adalah Rasul Paulus, mengingat akan gaya penulisan dan ruang lingkupnya yang sangat cocok dengan semangatnya, yang berpikiran jernih dan berhati hangat, yang tujuan dan upaya utamanya adalah untuk memuliakan Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa Rasul Petrus merujuk kepada surat kerasulan ini, dan membuktikan bahwa Paulus adalah penulis surat ini, dengan memberitahukan kepada orang-orang Ibrani di dalam suratnya kepada mereka, bahwa Paulus pernah juga menulis kepada mereka (2Ptr. 3:15). Kita membaca bahwa tidak ada lagi surat kerasulan lain yang pernah Paulus tulis kepada mereka selain surat ini. Banyak pihak yang merasa keberatan mengenai hal ini, karena biasanya Rasul Paulus selalu mencantumkan namanya di dalam semua surat kerasulannya yang lain, jadi tentunya dia tidak akan menghilangkannya di dalam surat ini. Namun, ada pihak-pihak lain yang menjawab keberatan itu dengan baik, dan menyatakan bahwa karena Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, maka akan sangat bijaksana untuk menyembunyikan namanya, supaya jangan sampai prasangka mereka kepada Rasul Paulus akan membuat mereka enggan membacanya dan tidak mau mempertimbangkan isi surat itu sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan.
- III. Mengenai ruang lingkup dan rancangan surat kerasulan ini, sangat jelas bahwa surat ini memberitahukan dengan terus terang pemikiran-pemikiran, dan dengan yakin menegaskan pertimbangannya kepada orang-orang Ibrani mengenai keunggulan luar biasa dari Injil di atas hukum Taurat. Dan selanjutnya, untuk membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban upacara hukum Taurat yang begitu menambat hati mereka, dan yang begitu mereka sukai dan bahkan sayangi. Orang-orang Ibrani yang telah menjadi Kristen ternyata masih menyimpan terlampau banyak ragi lama, dan mereka perlu dibersihkan dari ragi itu. Rancangan surat kerasulan ini adalah untuk mengajak dan mendesak orang-orang Ibrani yang sudah mengaku percaya supaya tetap melekat erat kepada iman Kristen, dan tetap bertekun di dalamnya, walaupun harus menghadapi banyak penderitaan ketika menjalankan kebenaran itu. Untuk mencapai maksud itu, Rasul Paulus banyak berbicara tentang keunggulan Sang Pengarang Injil ini, yakni Yesus yang Mulia, yang kemuliaan-Nya dia tinggikan, dan dia utamakan melebihi siapa pun, dengan menunjukkan bahwa Dia menjadi segalanya, dan hal ini dilakukan dengan gaya penulisan yang menakjubkan dalam bahasa indah yang kudus. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang sulit dimengerti di dalam surat kerasulan ini, namun kemanisan yang akan kita temukan di dalamnya akan membuat kita memperoleh ganti rugi yang berlimpah-limpah atas semua usaha yang kita lakukan untuk memahaminya. Dan sesungguhnya, jika kita membandingkan semua surat kerasulan di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan dapat menemukan surat lain yang lebih dilengkapi dengan pokok-pokok yang bersifat ilahi dan sorgawi dibandingkan dengan surat kepada orang-orang Ibrani ini.
Jerusalem: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada n...
SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada naskah- naskah tertua, dari abad-kedua. Dewasa itu jang dinamakan orang Ibrani umumnja orang Jahudi jang menetap di Palestina untuk membedakan mereka dari orang Jahudi jang hidup dalam pertebaran diperasingan dan berbahasa serta berkebudajaan Junani. Dan memang, dalam membatja surat ini kita mendapat kesan-kesan bahwa ia. ditudjukan kepada orang-orang, golongan-golongan atau umat-umat serani bangsa Jahudi, jang hidup ditengah-tengah orang Junani kolot jang fanatik, misalnja di Jerusalem dan Judea. Terang pula, bahwa orang-orang jang dimaksudkan sebagai pembatja langsung, ialah orang-orang agak tjerdas dan mahir sekali dalam kitab Kudus, seperti ahli-ahli taurat atau bekas imam-imam, jang barangkali djuga berfungsi pemimpin dalam umat-umat atau merupakan golongan besar dan terkemuka dalam umat-umat. Mengenai imam-imam misalnja kita ketahui dari Kis. Ras. 6:7 bahwa sudah pada permulaan "banjak sekali" imam-imam bertobat. Ada ahli-ahli jang mengira-ngirakan djumlah mereka beratusan malah lebih dari seribu.
Dari surat terang pula, bahwa orang-orang jang ditudjui surat, hidup dalam banjak sengsara dan kesukaran-kesukaran berat karena agamanja, sehingga ada jang hampir putus asa. Mereka sudah lama serani (5:12) dan telah bertahan dalam penganiajaan-penganiajaan jang hebat (10:32-54). Pengadjar-pengadjar dan pemimpin-pemimpin mereka sudah banjak jang dibunuh. Tentang Jakobus, pemimpin (uskup) umat Jerusalem kita tahu bahwa ia dibunuh oleh pemberontak-pemberontak dalam tahun 62. Umat Jerusalem terpaksa mengungsi, hidup bertebaran diperasingan, tanpa penghidupan jang wadjar, dan djuga disana dihinakan dan dianiaja oleh orang-orang Jahudi kolot. Waktu pemberontakan di Jerusalem, mendjelang dan pada awal perang Jahudi-Roma umat disitu diumpat sebagai murtad dan pengchianat lagi dikedjar, sehingga mereka melarikan diri sampai keseberang Jordan. Dan menurut dugaan kira-kira waktu itu (antara 60 dan 70) surat ini ditulis.
Nasib umat-umat tersebut memang berat sekali dan kita mengerti bahwa itu mendjadi alasan untuk banjak penggodaan jang hebat, sebab djalan keluar ada, dan gampang sekali djuga, jaitu berbalik kepada agama jang lama. Rupanja ada jang sudah kehilangan semangat dan mulai mendjauhkan diri dari umat dan tidak hadir lagi pada ibadat umum. Lih. 6:11-13; 12:25; 5:11-14; 10:32-39. Kita berkesan lagi, bahwa ada, dan hal ini kita mudah mengerti kalau memang bagian besar dari umat terdiri dari bekas imam dari orang-orang bangsa Levi, jang sangat merasa tertarik kepada perajaan-perajaan ibadat jang gemilang dan meriah di Kenisah Jerusalem, dan masih terlalu tinggi menilaikan ibadat itu. Dan bahwa bahaja murtad bukan chajalan, tjukup terang dari 3:12-15; 12:25 dan 10:23-31.
Dari beberapa tjoretan diatas sudah djelas apakah maksud dan tudjuan surat ini. Penulis hendak mengingatkan dan menginsjafkan pembatja-pembatjanja akan keagungan Kristus dan nilai-nilai abadi Indjil, jang djauh melebihi tokoh-tokoh besar dari Perdjandjian Lama dan hukum taurat dengan segala upatjara ibadatnja jang sebenarnja hanja bajangan dari ibadat abadi Perdjandjian Baru. Ia menundjukkan pula, betapa buruk nasib mereka, kalau mereka murtad dari Kristus jang satu-satunja penjelamat, dan sebagai Imam agung disurga tahu dan turut merasa. sengsara mereka, dan dengan tak hentinja mempersembahkan darahnja kepada Allah BapaNja, supaja mereka bertekun dan achirnja mentjapai keselamatan mulia jang tersedia bagi mereka dalam Rumah-Allah jang abadi.
Siapa pengarang surat ini
Digeredja Timur dari semula tidak ada kesangsian, bahwa surat ini berasal dari Rasul Paulus. Tetapi menilik perbedaan bahasa dan seluruh bentuk surat ini dengan surat-surat Paulus jang lain, dewasa itu sudah ada penafsir jang menerangkan bahwa isi berasal dari Paulus, tetapi bentuk dikerdjakan oleh seorang pengarang jang lain, Digeredja Barat sampai abad keempat surat ini tidak dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus, sebab tidak terang siapa pengarangnja. Mengenai isi ada banjak kesamaan surat ini dengan surat-surat Paulus (jang lain). Terdapat djuga tjukup banjak istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan jang sama. Mengenai isi bandingkanlah misalnja Ibr. 1:1-14; dengan 11 Kor. 4:4; Kol. 1:15-16; 2:10; 3:1; Ef. 1:20-21. Kesamaan jang demikian ada lebih banjak lagi.
Jang serba baru dan belum pemah ditemukan dalam karangan-karangan Kitab Kudus jang lain, belum pernah djuga disentuh oleh Paulus dalam surat-suratnja, ialah gagasan utama surat irii jang mendjadi dasar hampir segala uraiannja, ialah bahwa Kristus adalah Imam Agung kita jang abadi, dan djuga berfungsi sebagai Imam Agung bagi kita dalam kemuliaannja disurga. Tetapi bahwa pandarigan ini tidak terdapat dalam surat-surat Paulus (jang lain), belum merupakan bukti bahwa Paulus tidak kenal akan adjaran ini, atau tak mungkin adjaran itu dalam surat ini berasal dari padanja. Tetapi mengenai hal bentuk dan bahasanja surat ini, harus dikatakan, bahwa susuannja, tatabahasa jang rapi dan elok, pemilihan kata-kata dan gaja bahasa, tidak tjotjok dengan bakat dan watak Paulus jang kita kenal. Dan sebab bentuk suatu karangan jang bermutu sastra tinggi seperti surat ini tidak dapat dipisahkan dari isi, isipun tidak mungkin datang langsung dari Paulus, dan sudah lama mendjadi darah-daging penulis. Mungkin pengarang adalah seorang murid dan kemudian pembantu Paulus, jang telah mengasimilasikan (mentjernakan) adjaran-adjaran Paulus dengan sepenuh-penuhnja. Mungkin pula bahwa gagasan-gagasan dan bahan-bahan berasal dari penulis, tetapi dibitjarakan dengan pandjang lebar dengan Paulus, lalu Paulus .setudju dan menjuruh mengolah surat ini. Ada dugaan-dugaan lain lagi, jang mentjoba menerangkan bagaimana mungkin Paulus mempunjai bagian utama dalam mengerdjakan karya ini. Tetapi bagaimanapun djuga, persoalan-persoalan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, jang membatja surat ini untuk mengetahui, mengerti dan melaksanakan adjaran-adjaran jang disampaikan Allah dalam wahjunja kepada kita. Dan siapapun pengarang surat ini sebetulnja, kita tahu bahwa ia menulis dengan ilham Roh Kudus dan itu tjukup bagi kita.
Metodos pengarang
Sebab surat ini ditulis bagi orang-orang lbrani jang tulen, sudah sewadjarnja pengarang mendasarkan uraian-uraiannja pada dunia pemikiran mereka, jang masih berakar dalam-dalam dihati sanubarinja, dan sebagian mendjadi pokok kerusuhan pikiran-pikiran dan perasaan mereka djuga. Dunia pemikiran itu ialah dunia Perdjandjian Lama. Sebab itu tjara mejakinkan dan mengasjikkan para pembatjanja, ialah menundjukkan bagaimana dari pernjataan wahju Allah -- dalam Perdjandjian Lama terang sekali, bahwa Kristus satu-satunja Penjelamat, dan IndjilNja benar- benar landjutan dan penjelesaian jang sempurna dari Perdjandjian Lama. Dewasa itu sudah umum pandangan dalam umat-umat bahwa Perdjandjian Lama bernilai tinggi, djuga dalam arti, bahwa ia memperkenalkan Kristus dan KeradjaanNja. Dan itu bukan sadja dengan nubuat-nubuat jang langsung, melainkan djuga dalam arti bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa Perdjandjian Lama dimaksudhan sebagai lambang-lambang, untuk mendjelashan dan memperdalam pengertian akan peristiwa- peristiwa, dan adjaran-adjaran Indjil. Seluruh Perdjandjian Lama dianggap sebagai bersifat atau mengandung nubuat-nubuat untuk Keradjaan Allah jang baru.
Tertindjau dari sudut itu pula penulis menundjukkan bagaimana keunggulan Kristus dan agamanja, sebagai bernilai mutlak, telah diwahjukan oleh Allah dalam Perdjandjian Lama, lagi bagaimana ketaatan kepada Kristus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai keselamatan abadi.
Dalam mengutip dan menafsirkan Kitab Kudus penulis ini lebih teliti dari Paulus, ]ang memang dengan insjaf menggunakan unsur Kitab Kudus lebih bebas. Penulis surat ini menggunakan teks Septuaginta.
Isi surat
Isi surat ini terdiri dari dua atjara pokok jang terdjalin satu dengan jang lain dan bersisipkan peringatan-peringatan, adjakan-adjakan dan andjuran- andjuran untuk praktek hidup.
Atjara pertama ialah: Hidup umat Allah jang baru adalah terlambang dalam perdjalanan umat Israel dari Mesir ketanah jang didjandjikan kepada mereka; dan atjara kedua: Kristus adalah Imam Agung abadi bagi kita.
Hagelberg: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. M...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. Misalnya, di Mesir, kota-kota pantai Afrika bagian utara, Propinsi Asia Kecil, Italia, dan di pantai Eropa bagian selatan. Pada zaman dahulu orang-orang Yahudi sering ditindas dan dianiaya. Di dalam KPR 2:9-11 ada beberapa tempat yang disebut di mana ada orang-orang Yahudi. Waktu Rasul Paulus membuka jemaat di tempat yang belum pernah diinjili, dia mulai dengan menginjili orang-orang Yahudi di tempat itu, baru kemudian melanjutkan pelayanan dengan orang-orang bukan Yahudi.
Penerima Surat Ibrani
Surat ini dikirim kepada jemaat Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Mesias mereka, yaitu Tuhan Yesus. Jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Yahudi, karena hal-hal yang dibicarakan sudah biasa untuk orang-orang yang terbiasa dengan tema-tema dari Perjanjian Lama. Jelas juga bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang percaya karena si penulis selalu beranggapan bahwa pembacanya adalah orang-orang percaya, saudara-saudara seiman. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya:
2:1-3 supaya kita jangan hanyut dibawa arus
3:1 hai saudara-saudara yang kudus
5:11-14 sudah seharusnya menjadi pengajar
6:4-5 diterangi hatinya... mengecap karunia sorgawi... pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus...
6:10 pekerjaanmu dan kasihmu... yang masih kamu lakukan sampai sekarang
6:19 sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan...
10:19 oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
10:32 sesudah kamu menerima terang...
10:35 janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu...
10:36 memerlukan ketekunan
12:1 perlombaan yang diwajibkan bagi kita
13:1 kasih persaudaraan
13:15-16 korban syukuran... dan... bantuan
13:17 pemimpin-pemimpinmu... berjaga atas jiwamu...
Nats-nats ini membuktikan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya untuk menguatkan mereka, dan bukan untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, karena perkataan-perkataan ini tidaklah sesuai kalau ditujukan kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Para pembaca pertamanya adalah orang-orang percaya, dan menurut pasal 10:32-34 dan 12:4 mereka pernah dianiaya karena iman mereka. Menurut pasal 5:11-14 diperkirakan mereka sudah agak mundur dalam iman mereka. Rupanya mereka digodai untuk meninggalkan iman mereka. Mungkin ada orang-orang di antara mereka yang berpikir bahwa mereka lebih baik kembali mengikuti agama Yahudi saja, karena lebih aman. Rupanya penulis surat ini terdorong untuk menulis kepada mereka karena keadaan rohani mereka, yaitu walaupun sudah percaya, tetapi mereka juga kemunduran, dan mau memperingatkan mereka supaya mereka tidak terlalu jauh mengalami kemunduran.
Pada masa kini terdapat banyak kesamaan antara penerima asali dari surat ini dengan mereka yang pindah dari agama suku mereka dan masuk agama Kristen. Sama seperti orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, mereka didesak untuk kembali pada agama yang dulu pernah mereka anut.
Penulis Surat Ibrani
Identitas si penulis tidak diketahui, tetapi hampir semua tokoh gereja zaman itu sudah disebut-sebut sebagai penulisnya oleh sarjana-sarjana Alkitab. Origen pernah mengatakan bahwa Allah sajalah yang tahu identitas penulis Surat Ibrani. Ada kesan berdasarkan pasal 13:23-24 bahwa penulis sudah sangat mengenal mereka.
Tanggal Penulisan Surat Ibrani
Kemungkinan besar surat ini ditulis sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat ini:
8:4 ...di sini ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat
8:13 perjanjian yang telah menjadi tua... telah dekat kepada kemusnahannya
9:6-9 masa sekarang... dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan...
10:1-3 korban... yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan...
Kalau ayat-ayat tersebut direnungkan, maka tanggal penulisan sesudah Bait Allah dimusnahkan dan kegiatan-kegiatan di sana ditiadakan sulit untuk dapat diterima.
Tafsiran Surat Ibrani
Walaupun ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan-kesulitan tafsiran Surat Ibrani, tetapi dalam bahasan ini penulis menawarkan pengertian yang diperolehnya dari Zane Hodges.
Hagelberg: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR
ibrani
I. Pendahuluan (1:1-4)
II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
A. Raja/An...
GARIS BESAR
ibrani
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
- A. Raja/Anak Allah Disanjung (1:5-14)
- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
- C. Raja/AnakAllah sebagai Perintis yang Sempurna (2:5-18)
- 1. Dialah Perintis bagi manusia yang lain (2:5-9)
- 2. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain (2:10-18)
- D. Peringatan Kedua (pasal 3-4)
- III. Bagian Kedua: Anak Allah adalah Imam Besar dari Allah (pasal 5-10)
- A. Pendahuluan: Imam yang memenuhi persyaratan (5:1-10)
- B. Peringatan Ketiga (5:11-6:20)
- 1. Masalah Ketidak dewasaan (5:11-14)
- 2. Jalan keluarnya (6:1-3)
- 3. Kalau tidak maju.... (6:4-8)
- 4. Dorongan semangat sebagai kata akhir pada peringatan (6:9-20)
- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
- 1. Imam yang lebih baik (pasal 7)
- a. Bobotnya Melkisedek (7:1-10)
- b. Imamat yang lama diganti dengan imamat yang baru (7:11-19)
- c. Imam yang baru lebih baik dari imam yang lama (7:20-28)
- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11-12)
- A. Kehidupan Iman (pasal 11)
- 1. Pendahuluan (11:1-3)
- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
- 3. Pengalaman Kehidupan Iman yang bermacam-macam (11:17-40)
- B. Peringatan Terakhir (pasal 12)
- V. Penutup (pasal 13)
Hagelberg: Ibrani DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, ...
DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, 1982.
Hodges, Zane, "Hebrews," hal. 777-813 dalam The Bible Knowledge Commentary, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, red., Victor Books, Wheaton, hak cipta 1983. (Hampir semua dari bahan ini merupakan terjemahan atau sintesis dari karya Zane Hodges. Ijin sudah diperoleh.)
Mauro, Philip, God's Pilgrims: Help from Hebrews, Christian Publications, Harrisburg, dicetak 1969.
Ryrie, Charles, The Ryrie Study Bible, Moody Press, Chicago, hak cipta 1978.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) KEHILANGAN KASIH KARUNIA ALLAH (Ibrani 12:15-17)
Bahkan orang yang telah memasuki kerajaan sorga dapat "kehilangan kasih karunia Allah" (ay...
KEHILANGAN KASIH KARUNIA ALLAH (Ibrani 12:15-17)
Bahkan orang yang telah memasuki kerajaan sorga dapat "kehilangan kasih karunia Allah" (ay. 15). Jika ini mustahil terjadi, maka nasihat itu akan tidak bermakna.
Jika pada akhirnya orang gagal untuk memperoleh kasih karunia Allah, hal itu terjadi karena ia membuat pilihan yang salah , bukan karena dari kekekalan ia secara individu sudah ditakdirkan akan sesat. Bahkan jika kata "gagal" dalam Alkitab KJV berarti sekedar memiliki "kekurangan," Alkitab NASB memiliki ide yang tepat di sini dengan "kehilangan kasih karunia Allah." Kata yang sama ditemukan dalam Roma 3:23, di mana kata itu diartikan sebagai"tidak memiliki kemuliaan Allah." (Huruf miring oleh saya.) Orang bisa kehilangan kemuliaan itu bila ia tidak masuk ke dalam hadirat Allah. Ayat 16 dan 17 menjelaskan lebih lanjut bahwa orang dapat berdosa sedemikian rupa sehingga kehilangan "hak kesulungan"nya.
ESAU, ORANG YANG CABUL DAN FASIK (Ibrani 12:15-17)
Esau adalah fasik karena ia mencampakkan kepedulian rohaninya untuk kelegaan jasmani sejenak. Orang-orang Kristen Ibrani mungkin hampir mencampakkan janji Allah demi meringankan ketidaknyamanan mereka di hadapan penganiayaan.
Rupanya, Esau juga mesum ("orang cabul"; NKJV). Nafsunya menuntun dia ke jalan menurun tanpa ujung. Perintah Allah "Jangan berzinah "(Keluaran 20:14) sudah berlaku jauh sebelum Musa naik ke Gunung Sinai. Tidak ada yang bisa membenarkan dosa "percabulan," yang artinya setiap jenis aktivitas seksual yang tidak benar. Kata yang mengecam praktik itu adalah pornei÷a (porneia), yang mencakup semua jenis seksual yang kotor: pelacuran, kegiatan inses, dan homoseksual, serta hubungan heteroseksual di luar ikatan pernikahan. Beberapa versi menerjemahkan porneia sebagai "kemesuman seksual" atau hanya "kemesuman." Leksikon mendefinisikannya sebagai "hubungan seksual yang terlarang." Kata itu diterjemahkan sebagai "percabulan" lebih dari dua puluh kali dalam Alkitab KJV. Alkitab NASB menerjemahkannya sebagai "perbuatan tidak bermoral" dalam Matius 5:32 dan sebagai "kemesuman" dalam Matius 19:9.
Beberapa orang membenarkan kemesuman dengan mengatakan, "Namun kedua pihak setuju." Jika seorang karyawan yang tidak jujur setuju untuk membantu seorang penjahat untuk merampok bank, itu tidak membuat benar perampokan itu. Seseorang selalu ditipu ketika percabulan terjadi. Paulus menyatakan itu sebagai fakta (1 Tesalonika 4:3-8). Bahkan jika tidak ada pihak yang merasa dirugikan, ada jiwa benar yang sedang dirampas dari Allah. Dosa seperti itu dapat merintangi seseorang untuk sisa hidupnya dan menghalangi dia untuk naik ke tingkat tinggi yang ia mungkin sudah bisa capai dalam kerajaan itu. Ini memang benar meski ia dapat diampuni sepenuhnya oleh Allah, seperti yang diperlihatkan oleh kisah hidup Daud (lihat 2 Samuel 12). Yusuf menyadari percabulan sebagai dosa dan melarikan diri dari istri Potifar (Kejadian 39: 9). Dosa seksual adalah melawan Allah, melawan tubuh seseorang (1 Korintus 6:18), melawan gereja, melawan perkawinan seseorang, dan sangat destruktif sehingga Allah bahkan membolehkan perceraian karena dosa itu (Matius 19: 9). Itu adalah dosa terhadap kesejahteraan bangsa dan melawan jiwa orang itu sendiri (Amsal 6:32).14
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) TIGA HUBUNGAN DALAM DUNIA INI (Ibrani 12:14-17)
Teks kita memberitahukan tentang tiga hubungan berharga yang orang Kristen harus kejar. Pertama, kita...
TIGA HUBUNGAN DALAM DUNIA INI (Ibrani 12:14-17)
Teks kita memberitahukan tentang tiga hubungan berharga yang orang Kristen harus kejar. Pertama, kita bisa memiliki hubungan "pengudusan" dengan Allah (ay. 14). Hanya Allah yang secara sempurna kudus, jadi ini harus menjadi esensi hubungan kita dengan Dia. "Pengudusan" adalah konsep yang sama seperti "kekudusan," yang berarti menjadi "berbeda," "terpisah," atau bahkan "lengkap." Perintah "hendaklah kamu menjadi kudus … sama seperti Dia yang kudus" (1 Petrus 1:14, 15)13mungkin merupakan perintah yang paling sulit di dalam Alkitab. Bagaimanakah kita menjadi kudus? Dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah.
Kedua, kita harus berusaha hidup damai dengan semua orang (ay. 14). Hubungan kita dengan orang-orang di luar Kristus dapat mempengaruhi mereka untuk datang kepada Dia (lihat Roma 12:18). Butuh dua orang untuk bertengkar; tetapi jika kita bekerja menuju perdamaian, kita tidak akan terlibat dalam argumentasi sepele. Setiap kepenatuaan setidaknya butuh satu orang di antara mereka yang sangat peduli dengan perdamaian. Tentu saja, setiap penatua—dan setiap orang Kristen—harus membela kebenaran Allah tanpa kompromi; tapi orang dapat mencintai kebenaran dan masih punya kepedulian yang besar terhadap orang-orang yang tidak patuh.
Ketiga, kita harus membantu sesama kita orang Kristen dengan "[ber]jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah" (ay. 15a). Kita harus membantu untuk menanggung beban orang Kristen lainnya (Galatia 6:2). Kesuksesan kita sebagai umat Allah tergantung pada tiga hubungan ini.
TFTWMS: Ibrani (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alkitab NIV memuat ungkapan ini dalam tanda kutip, sedangkan Alkitab NASB tidak.
2 Neil R. Lightfoot, Jesus Christ Today: A Comm...
Catatan Akhir:
- 1 Alkitab NIV memuat ungkapan ini dalam tanda kutip, sedangkan Alkitab NASB tidak.
- 2 Neil R. Lightfoot, Jesus Christ Today: A Commentary on the Book of Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1976), 234.
- 3 Ray C. Stedman, Hebrews , The IVP New Testament Commentary Series (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 141.
- 4 Donald Guthrie, The Letter to the Hebrews: An Introduction and Commentary, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 257.
- 5 Albert Barnes, Notes on the New Testament: Hebrews to Jude (London: Blackie & Son, 1884-85; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1985), 301.
- 6 Para komentator denominasi memasukkan gagasan bahwa ini adalah "pastor" atau "bishop" gereja, mengabaikan fakta bahwa para penilik di dalam Perjanjian Baru selalu diacukan dalam bentuk jamak. Syarat-syarat seorang penatua diberikan dalam bentuk tunggal (Kisah 14:23; 20:17, 28; Filipi 1:1; Titus 1:5-9; 1 Petrus 5:1-5), tetapi tidak ada penatua yang melayani sendirian di dalam sebuah jemaat.
- 7 Craig R. Koester, Hebrews: A New Translation with Introduction and Commentary, The Anchor Bible, vol. 36 (New York: Doubleday, 2001), 541.
- 8 Moses Stuart, A Commentary on the Epistle to the Hebrews (London: William Tegg & Co., 1856), 510.
- 9 F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 365.
- 10 Philip Edgcumbe Hughes, A Commentary on the Epistle to the Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 539.
- 11 Barnes, 303-4.
- 12 Bruce, 368.
- 13 Dalam 1 Petrus 1:14, 15, Petrus mengutip dari Imamat 11:44, 45; 19:2; 20:7.
- 14 James Burton Coffman, Commentary on Hebrews (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1971), 300.
Pengarang: Martel Pace
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Garis Besar Kitab Ibrani Merinci 12:1-13:25
I. Kristus Dan Karya-Nya (1:1-10:18)
A. Kristus, Sang Anak (1:1-4:13)
B. Imamat Besar Kristus (...
Garis Besar Kitab Ibrani Merinci 12:1-13:25
- I. Kristus Dan Karya-Nya (1:1-10:18)
- A. Kristus, Sang Anak (1:1-4:13)
- B. Imamat Besar Kristus (4:14-10:18)
- II. Perjalanan Iman (10:19-13:25)
- A. Iman, "Jalan Yang Baru Dan Yang Hidup" (10:19-12:29)
- 1. Akses Superior Menuju Allah (10:19-39)
- 2. Iman Yang Bekerja (11:1-40)
- 3. Kuasa Iman Yang Luar Biasa (12:1-29)
- a. Kristus, Penyempurna Iman Kita (12:1-3)
- b. Disiplin Sebagai Anak-Anak Allah (12:4-11)
- c. Dorongan Untuk Mencari Kasih Karunia Allah Dan Menjalani Kehidupan Iman (12:12-17)
- d. Perbedaan Kemuliaan Sinai Dan Kemuliaan Sion/" Yerusalem Sorgawi" Yang Lebih Besar (12:18-24)
- e. Peringatan Terakhir: Bahaya Menolak Allah (12:25-29).
- B. Dorongan Terakhir (13:1-25)
-Meninjau Kembali Kitab Ibrani 12; 13-
Pasal 12, menyusul pelbagai teladan iman yang mulia dan visi yang jelas tentang Yesus, mendesak kita untuk bertahan dalam menghadapi konflik (ay. 1-3). Teks itu menyajikan penderitaan sebagai suatu manfaat dari Allah, yang penuh belas kasihan kepada umat-Nya (ay. 4-13). Pelbagai hak istimewa ilahiyat ditunjukkan datang bersama tanggung jawab rohani bagi gereja (ay. 14-17). Kita telah dibawa ke dalam terang injil dan perse-kutuan dengan Allah dan menjadi bagian masyarakat sorga serta gereja di bumi (ay. 18-24). Peringatan yang kelima dan yang terakhir menutup pasal ini (ay. 25-29).
Pasal 13 berisi pesan yang mirip dengan bagian-bagian surat kiriman ini sebelumnya. Surat itu sering memulai hal baru dengan gagasan yang sebelumnya sudah diperkenalkan (seperti halnya jabatan Imam Besar Yesus sudah disinggung dalam 4:14 dan kemudian mulai dijelaskan dalam 5:11). Ibadah, atau pelayanan yang menyukakan Allah, adalah tema pasal penutup ini. Topik itu disinggung dalam 12:28, 29 namun dikembangkan dalam 13:1-21. Nasihat penutup khas abad pertama ini berfokus pada merawat saudara-saudari dalam Kristus, dengan menunjukkan keramahan dan belas kasihan, tetap setia dalam perkawinan, dan menghindari keserakahan. Suatu diskusi tentang pengorbanan Kristus bagi orang lain dilanjutkan dengan nasihat bagi orang-orang Kristen untuk bertindak serupa, dengan memberikan diri mereka sebagai korban pujian dan pelayanan sebagai responnya (ay. 15, 16). Itu menawarkan kekuatan yang memampukan para pendengar untuk melaksanakan apa yang selama ini mereka didorong untuk melakukannya (ay. 21).
Himbauan penting terakhir bagi orang Kristen adalah "pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya" (ay. 13). Sekali lagi, penulis itu mendesak para pembaca untuk meninggalkan Yudaisme-yang dilambangkan dengan Yerusalem, yang akan segera dihancurkan (ay. 14)-dan berfokus pada "kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah" (11:10).
Jenis kesimpulan ini, dalam dunia kuno, mengimbau para pembaca untuk mematuhi pesan itu. Penulis itu mencapai ini dengan mengingat orang-orang Kristen yang menderita, para pemimpin masa lalu, dan penderitaan Kristus (ay. 3, 7, 12). Ia menyiratkan bahwa integritasnya pernah dipertanyakan secara salah (ay. 18, 19). Kesimpulan yang dirancang dengan baik itu memperingatkan adanya pelbagai bahaya di luar, seperti halnya bahaya berteman dengan orang "yang melayani kemah" tetapi tidak memiliki bagian dalam persekutuan baru sorgawi (ay. 10).
Istilah teknis untuk jenis kesimpulan ini adalah "penutup pidato," dari kata Latin peroratio.1Dalam penutup pidato, seorang penulis atau pembicara meringkas argumentasinya dan menghimbau kepada perasaan. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa pasal ini ditambahkan oleh penulis yang belakangan.
Kita sedang menyimpulkan pelajaran yang mendebarkan tentang kitab yang penuh kuasa. Marilah kita jangan pernah "hanyut di bawa arus" (2:1), sebaliknya "berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita" (12: 1)!
Martel Pace
Catatan Akhir:
- 1 Penjelasan ini didasarkan pada Craig R. Koester, Hebrews: A New Translation with Introduction and Commentary, The Anchor Bible, vol. 36 (New York: Doubleday, 2001), 554-56, n. 453.
BIS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen,
yang karena terus-menerus mengalami tek
SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah -- Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara- upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11 Ibr 11:1-40), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 (Ibr 12:1-29) ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
Isi
- Pendahuluan: Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna
Ibr 1:1-3 - Kristus lebih tinggi dari malaikat
Ibr 1:4-2:18 - Kristus lebih tinggi dari Musa dan Yosua
Ibr 3:1-4:13 - Keistimewaan pekerjaan Kristus sebagai imam
Ibr 4:14-7:28 - Keistimewaan perjanjian Kristus
Ibr 8:1-9:28 - Keistimewaan kurban Kristus
Ibr 10:1-39 - Pentingnya iman
Ibr 11:1-12:29 - Nasihat dan penutup
Ibr 13:1-25
Ajaran: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Hanya Tuhan yang tahu (kemungkinan Rasul Paulus).
Tahun : Sekitar tahun 64-68 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang percaya yang berlatar belakang Yahudi. Mereka sedang mengalami penganiayaan dan ejekan karena iman Kristen. (Dan juga kepada semua jemaat Kristen di dunia).
Isi Kitab: Kitab Ibrani terbagi atas 13 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran penguatan iman Kristen bagi orang-orang yang sudah mulai mundur dari imannya, yang disebabkan oleh penganiayaan dari orang-orang yang bukan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ibrani
Pasal 1-6 (Ibr 1:1-6:12).
Pengajaran tentang Yesus yang memiliki kedudukan tertinggi
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa semua yang mau kita ketahui tentang Allah dapat diketahui melalui Tuhan Yesus, karena Ia adalah Cahaya Kemuliaan Allah, Penyuci dosa. Ia adalah Pencipta, dan juga lebih tinggi dari para malaikat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 1:2-4. Kalau Yesus lebih tinggi dari pada para malaikat dan Ia adalah Pencipta, penyuci dosa, maka hendaknya setiap orang Kristen berhati- hati dalam kehidupannya sehari-hari, karena Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima Penebusnya.
- Bacalah pasal Ibr 5:11-14; 6:4-6. Berikanlah pendapat saudara mengenai bagian ini.
Pasal 6-10 (Ibr 6:13-10:18).
Pengajaran tentang Yesus sebagai imam besar yang paling berkuasa
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus adalah Jalan ke tempat kudus, karena Ia telah membebaskan orang percaya dari Iblis dan maut serta ketakutan dari hukuman dosa.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 7:25-27. _Tanyakan_: Apakah yang sanggup dilakukan oleh Yesus dalam hidup saudara? Adakah imam yang memenuhi syarat dalam ayat 26; Ibr 7:26, selain Tuhan Yesus? Apakah yang membedakan Tuhan Yesus dari imam-imam yang lain? Siapakah imam saudara untuk dapat datang kepada Allah?
- Bacalah pasal Ibr 10:3-4,11-18. _Tanyakan_: Apakah darah hewan (domba) dapat menebus dosa manusia? Domba apakah yang menjadi korban orang Kristen? Apakah persembahan korban yang dilakukan oleh imam-imam dunia dapat menghapuskan dosa? Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi orang Kristen (manusia)? (lihat ayat 12-18; Ibr 10:12-18)
Pasal 10-13 (Ibr 10:19-13:25).
Pengajaran yang berupa nasehat bagi orang-orang Kristen
- Peringatan untuk mengingat masa yang lalu.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 10:13-39. Karena itu tetaplah setia, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.
- Peringatan untuk mengingat Bapa-bapa beriman pada jaman dahulu.
Pendalaman
Bacalah pasal 11; Ibr 11:1-40. Dengan mengingat Bapa-bapa beriman, diharapkan agar setiap orang Kristen dikuatkan, karena hal itu membuktikan bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar.
- Peringatan untuk mengingat pengharapan iman.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 12:28; 13:5. Karena ada janji yang pasti dari Allah akan jaminan masa yang akan datang dan sekarang, maka hendaknya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita jangan mundur.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ibrani?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Ibrani?
- Apakah yang dimaksudkan dengan iman?
- Apakah kelebihan Tuhan Yesus dari manusia lain?
Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diak
Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?
Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diakhiri dengan salam hangat, tetapi tidak terdapat alamat pada awal tulisan! Secara umum orang berpendapat bahwa Paulus yang menulis surat ini, tetapi Ibrani 2:3 mengatakan bahwa penulis mendengar Injil dari orang lain yang mendengar sendiri ajaran Yesus. Paulus menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak pernah mendengar Injil dari orang lain (Gal 1:12). Penulisnya boleh jadi orang Lewi yang bernama Barnabas (Kis 4:36) yang mengetahui seluk beluk para imam dan pekerjaan mereka. Lukas merupakan kemungkinan ketiga; gaya penulisan Ibrani mirip dengan gaya penulisan Injil Lukas dan Kisah para Rasul. Yang keempat, Apolos mengenal Timotius dengan baik (13:23). Pula, Kisah 18:24 menyatakan bahwa Apolos adalah 'seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci'. Siapa pun penulis Ibrani, ia pasti seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci! Dan masih ada banyak pendapat lain. Pada akhirnya kita harus mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui siapa penulis surat ini!
SIAPA PENERIMA SURAT INI?
Karena tidak ada alamat pada surat ini, maka kita tidak tahu siapa penerimanya. Penulis menyatakan suratnya sebagai 'nasihat' (13:22). Tetapi, siapa yang ia nasihati? Mereka adalah orang-orang yang telah dianiaya (Ibr 10:32-34 ). Penulis mengenal mereka secara pribadi dan berharap untuk segera mengunjungi mereka (13:19 dan 23). Mereka mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi tidak mengalami kemajuan (5:12). Mereka adalah orang-orang berbahasa Yunani; surat ini ditulis mungkin dalam bahasa Yunani terbaik dari seluruh Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan mereka bukanlah orang Yahudi yang tinggal di Yudea. Tetapi, sama pasti pula mereka adalah orang Yahudi. Orang bukan Yahudi tidak mungkin dapat mengerti hukum Yahudi secara rinci. Mereka mungkin hidup di Roma. Hal ini dapat menjelaskan salam yang terdapat dalam 13:24 dari orang Kristen Italia.
MENGAPA SURAT IBRANI DITULIS?
Ada dua kemungkinan. Jika kelompok penerima surat ini adalah Kristen, surat ini merupakan peringatan bagi mereka tentang bahaya kemurtadan, meninggalkan Kristus. Tetapi, mungkin kelompok ini adalah orang Yahudi yang masih belum dapat memutuskan, merasa ragu-ragu antara keputusan mengikuti Kristus atau kembali kepada cara-cara ibadat mereka yang lama.
WAKTU PENULISAN.
Clemen dari Roma mengetahui surat ini, maka surat ini pasti ditulis sebelum tahun 95 M. Dan karena Ibr 10:1-3 menyatakan bahwa korban masih dipersembahkan, maka mungkin surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, ketika Bait Suci dihancurkan. Jika penganiayaan yang disebut dalam pasal 10 dilakukan oleh Nero, maka surat ini ditulis sesudah kebakaran di Roma, yaitu tahun 64 M.
Pesan
1. Nasihat.
Ibrani merupakan suatu imbauan yang mengingatkan bahwa kita harus maju terus, bertumbuh dan menjadi dewasa. Kristen selalu tergoda untuk bertahan dalam suatu titik, untuk memperkuat diri dan tidak berani menanggung risiko untuk lebih maju dalam kehidupan iman.
2. Peringatan.
Nasihat untuk maju terus selalu diikuti dengan suatu peringatan akan adanya akibat yang serius apabila tetap berdiam diri atau mundur. Khususnya perhatikan lima pasal yang berisi peringatan:
o Berpegang teguh! Ibr 3:7-19
o Tidak ada mundur! Ibr 6:1-20
o Tidak ada korban lain! Ibr 10:19-39
o Tidak bisa luput! Ibr 12:25-29
3. Perbandingan.
Penulis ingin sekali menunjukkan kepada kita nilai Perjanjian Lama untuk dapat memahami Perjanjian Baru. Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengabaikan Perjanjian Lama. Ibrani menunjukkan kepada kita kesinambungan dan perbedaan antara kedua perjanjian tersebut.
4. Sebuah kemah dan bukan Bait Allah.
Walaupun Bait Suci di Yerusalem hampir dapat dipastikan masih berdiri, penulis di sini memakai istilah kemah, seperti digambarkan dalam Keluaran 25:1-27:21, sebagai gambaran penyembahan yang murni yang darinya dapat dipakai untuk memberikan gambaran penyembahan Kristen. Kemah sangat cocok untuk mereka yang berpindah-pindah, Bait Allah cocok untuk orang yang menetap. Ibrani menantang pola kehidupan kita yang menetap dan nyaman dengan corak kehidupan musafir sebagai gantinya (Ibr 11:16).
Penerapan
Ibrani memunculkan pertanyaan tentang jaminan keselamatan Kristen. Dapatkah Kristen diselamatkan hari ini dan terhilang di kemudian hari? Ayat-ayat seperti Yohanes 10:29 tampaknya mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Namun demikian, kita sering menemukan orang-orang yang dahulu tampaknya Kristen, tetapi sekarang menyangkal Kristus. Pasal-pasal peringatan dalam Ibrani seolah-olah menyarankan bahwa orang Kristen masih tetap bebas untuk kembali kepada cara hidup mereka yang lama: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:14). "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya... tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat..." (Ibr 6:4-6). "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman" (Ibr 10:26-27). Jika surat ini dikirim kepada orang Yahudi yang telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen, tetapi tidak mau menyerahkan diri mereka kepada Kristus, maka pengajarannya jelas: terus atau tinggalkan! Tetapi, jika surat ini ditulis kepada orang Kristen, surat ini tampaknya menegaskan bahwa sekalipun telah menjadi Kristen kita tetap diberi kesempatan untuk memilih keluar lagi. Yang terakhir ini sukar diterima sebagai ajaran Ibrani, sebab bertentangan dengan kata-kata Yesus sendiri (seperti dalam Yoh 10:29), berlawanan dengan berbagai analogi keselamatan (dapatkah seorang Kristen dibatalkan kelahiran kembalinya?) dan menentang kuasa Tuhan yang mampu menjaga keselamatan domba-domba-Nya.
Oleh karenanya, ajaran Ibrani adalah:
o Tidak ada kekristenan yang setengah-setengah. Terus atau keluar!o Iman selalu menjadi kunci dari kehidupan yang dituntut oleh Allah.
Bagaimanapun juga, iman bukanlah semata-mata percaya tentang sesuatu, tetapi
merupakan perbuatan ketaatan.
o Perjanjian Lama dapat secara sah digunakan untuk menjelaskan ajaran
Perjanjian Baru. Seluruh isi Alkitab adalah firman Allah.
Tema-tema Kunci
1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.
2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?
3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?
4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?
Garis Besar Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) [1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14Suatu perbedaan
Ibr 2:1-4Suatu peringatan
Ibr 2:5-18Kerendahan hati
[1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14 | Suatu perbedaan |
Ibr 2:1-4 | Suatu peringatan |
Ibr 2:5-18 | Kerendahan hati Putra Allah |
[2] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA MUSA Ibr 3:1-19
Ibr 3:1-6 | Putra Allah dan hamba |
Ibr 3:7-19 | Peringatan |
[3] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA YOSUA Ibr 4:1-13
[4] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA IMAM BESAR Ibr 4:14-10:39
Ibr 4:14-5:14 | Lebih tinggi daripada Harun |
Ibr 6:1-20 | Peringatan dan imbauan |
Lebih tinggi daripada Melkisedek:
Ibr 7:1-10 | Kebesaran Melkisedek |
Ibr 7:11-19 | Keimaman yang baru |
Ibr 7:20-25 | Keimaman yang tetap |
Ibr 7:26-28 | Putra Allah yang sempurna |
Ibr 8:1-13 | Perjanjian yang unggul |
Pengorbanan yang terbaik:
Ibr 9:1-10 | Keterbatasan yang lama |
Ibr 9:11-28 | Kesempurnaan yang baru |
Ibr 10:1-18 | Tubuh Kristus |
Ibr 10:19-39 | Imbauan dan peringatan |
[5] KEHIDUPAN IMAN Ibr 11:1-13:17
Ibr 11:1-3 | Definisi iman |
Ibr 11:4-22 | Dari Habel sampai Keluaran |
Ibr 11:23-31 | Dari Mesir sampai Kanaan |
Ibr 11:32-38 | Hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi |
Ibr 11:39-40 | Hari depan yang lebih baik |
Ibr 12:1-2 | Contoh: lihat pada Yesus |
Ibr 12:3-11 | Hidup sebagai keluarga Allah |
Ibr 12:25-29 | Peringatan |
Ibr 12:12-24 | Kekudusan: bukan suatu pilihan tambahan |
Ibr 13:1-6 | Kekudusan dalam praktek |
Ibr 13:7-17 | Kepemimpinan dan kemuridan |
[6] KESIMPULAN Ibr 13:18-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi