Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 25 ayat untuk yang sebenarnya terjadi AND book:[40 TO 66] AND book:41 (0.003 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mrk 1:40) (sh: Menentang tradisi (Sabtu, 18 Januari 2003))
Menentang tradisi

Pada masa Yesus hidup, sudah merupakan tradisi bila orang yang berpenyakit kusta diasingkan masyarakat. Selain takut tertular - - menurut hukum Musa -- orang kusta itu najis dan dikutuk Allah (bdk. Im. 13:45-46). Bagaimana sikap Yesus ketika berhadapan dengan orang kusta? Yesus tidak mengusir atau menjauh. Yesus justru menggerakkan tangan-Nya ke arah orang kusta itu lalu menyentuhnya. Dapat kita bayangkan kegemparan yang terjadi karena reaksi orang-orang yang melihat perbuatan ini. Mengapa Yesus mau menyentuhnya? Karena belas kasihan (ayat 41). Belas kasihan Yesus menyembuhkan dan mengalahkan segala-galanya.

Ketika orang kusta sembuh Yesus memberikan dua bentuk perintah padanya. Pertama, ia harus melakukan hukum Musa, yaitu menghadap imam agar imam dapat menyatakannya sebagai orang sehat. Tanpa pernyataan resmi ini sulit baginya diterima masyarakat. Kemudian, ia harus memberikan persembahan syukur seperti yang diatur hukum Musa (Im. 14:1-32). Kedua, Yesus melarangnya untuk memberitakan kesembuhannya kepada orang lain. Sebenarnya orang yang mengenalnya, tanpa diberitahu pun menyadari perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu melakukan ritus seperti yang dituntut hukum Musa, sebenarnya merupakan pernyataan terbuka bahwa ia telah sembuh dan tahir. Jadi, mengapa harus dilarang? Karena Yesus tidak ingin dikenal sebagai tabib penyembuh. Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Namun, orang kusta ini tidak taat. Akibatnya pekerjaan dan pelayanan Yesus menjadi terhalang. Ketidaktaatan selalu menghambat pelayanan Yesus. (ayat 45).

Renungkan: Belas kasihan Yesus membawa orang-orang pinggiran ke tengah- tengah peradaban manusia. Tanpa memiliki belas kasihan Yesus kita tidak akan pernah menyentuh orang-orang yang terbuang dan terasing oleh masyarakat.

(0.97) (Mrk 13:14) (sh: O Yerusalem, riwayatmu dulu (Rabu, 9 April 2003))
O Yerusalem, riwayatmu dulu

Plesetan lirik lagu karya Gesang ini juga cocok dengan sejarah Yerusalem. Apalagi bila diteruskan dengan: "sedari dulu jadi rebutan bangsa-bangsa." Kota ini telah kenyang menjadi korban dari pusaran politik antar-bangsa. Tetapi, kota ini juga telah kenyang menjadi korban dari dosa-dosa penghuninya sendiri.

Bagian 13:14-23 khusus menubuatkan apa yang telah terjadi di Yerusalem antara 66-70 M. Saat itu orang Yahudi memberontak melawan Roma, yang berakhir pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M oleh pasukan Romawi. Perintah Yesus pada nas ini adalah: lari bila melihat kekejian yang tak terkatakan hadir di Bait Allah (ayat 14). "Pembinasa keji" di sini tidak menunjuk kepada kehadiran Roma di sana, tetapi kepada kaum zelot yang menguasai Bait Allah dan melakukan hal-hal cemar di sana pada + 67-68 M. Sedemikian parahnya tindakan mereka, sehingga mantan Imam Besar Ananus sambil menangis berkata: "Seandainya saya mati ketimbang hidup melihat Bait Allah dipenuhi kekejian seperti ini dan ruang-ruang kudusnya dipenuhi oleh kaki para pembunuh." Juga muncul beberapa orang yang dianggap sebagai Mesias. Menurut tradisi gereja, karena inilah orang Kristen di Yerusalem dan Yudea mengungsi ke daerah Pella di pegunungan, mengikuti kata- kata Yesus, dan luput dari malapetaka 70 M.

Mengapa para murid harus lari? Supaya mereka tidak terkena penghukuman. Sebenarnya, penghukuman itu tidak ditujukan kepada para murid. Jemaat-jemaat mula-mula di Yerusalem dan Yudea memberikan sebuah teladan, ketika mereka tetap mengingat nubuat Yesus ini dan peka terhadap apa yang terjadi. Inilah salah satu bentuk dari sikap berjaga-jaga dan waspada dalam ketaatan kepada Yesus Kristus.

Renungkan: Ketidaktaatan kepada Allah adalah kekonyolan sejarah, baik sejarah pribadi maupun sejarah pada skala makro.

(0.96) (Mrk 11:20) (sh: Memindahkan gunung (Selasa, 1 April 2003))
Memindahkan gunung

Bagi orang Kristen, ini mungkin sudah biasa. Iman yang sanggup memindahkan gunung adalah slogan dari banyak orang Kristen. Sayang, kadang iman dimengerti secara sangat simpel, "percaya saja!" Nas ini mengajak kita untuk merenungkan, iman seperti apa yang sanggup memindahkan gunung.

Pohon ara yang mengering karena kutukan Yesus menjadi batu loncatan bagi diskusi tentang apa arti dari kepercayaan kepada Allah. Pertama tentu saja adalah kepercayaan penuh kepada kuasa Allah. Bahkan, iman ini (Yun.: pistis) dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi bagi orang yang meminta dan berdoa kepada Allah.

Tetapi ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Seseorang yang beriman kepada Allah juga harus mempunyai hubungan yang baik pula dengan sesamanya. Iman yang dapat memindahkan gunung tidak terpisahkan dari perbuatan yang dapat meruntuhkan tembok- tembok pemisah. Yesus dengan spesifik menunjuk kepada mengampuni kesalahan sesama. Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini, kadang sungguh-sungguh lebih mudah memindahkan sebuah bukit ke dalam laut untuk menguruk sebuah teluk ketimbang meruntuhkan tembok maya berupa kebencian antara sesama manusia. Karena itu, pengampunan kepada sesama sebenarnya merupakan salah satu tanda iman yang penting. Bahkan bisa dikatakan, seseorang belum benar- benar beriman kepada Allah, dan kepada karya pengampunan-Nya, bila ia belum dapat mengampuni sesamanya. Ingin memindahkan gunung, dan melakukan hal-hal besar lain bagi Allah dalam iman dan ketaatan kepada kehendak-Nya? Saling mengampunilah karena Allah.

Renungkan: Hal terpenting bukan bahwa gunung pindah, tetapi demi rencana kasih dan kemuliaan Siapa sang gunung pindah karena iman?

(0.95) (Mrk 7:1) (sh: Cuci tangan sebelum makan (Rabu, 12 Maret 2003))
Cuci tangan sebelum makan

Salah satu cara untuk berbicara mengenai keseluruhan sistem makna disebut sistem kemurnian, sistem murni (pada tempatnya) dan tidak murni (tidak pada tempatnya) atau sistem tahir/halal (pada tempatnya) dan najis/haram (tidak pada tempatnya). Hal-hal ini bisa dikenakan ke individu, kelompok, benda, waktu, dan tempat.

Kontroversi yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi (dan juga ahli-ahli kitab dalam Markus) mengenai norma-norma kemurnian dapat kita perhatikan di keseluruhan Injil. Yesus tidak menaati peta waktu (Sabat, 3:1-6), atau peta tempat (ayat 11:15-16). Ia melanggar peta individu juga: menyentuh orang kusta (ayat 1:41), wanita yang menstruasi (ayat 5:25-34), dan mayat (ayat 5:41). Yesus melampaui peta hal ketika ia menolak upacara pembasuhan tangan (ayat 7:5). Bertentangan dengan peta makan, Yesus makan dengan pemungut cukai dan para pendosa (ayat 2:15). Dengan menolak peta-peta ini, Yesus menunjukkan penyangkalan-Nya terhadap sistem kemurnian yang berlaku waktu itu.

Hampir tidak mungkin bagi orang-orang nomad seperti Yesus dan murid- murid-Nya untuk senantiasa mematuhi hukum-hukum ketat ini, apalagi sebenarnya hukum pemurnian itu awalnya hanya untuk para imam. Yesus melihat bahwa esensi hukum bukanlah hukum itu sendiri, tetapi cinta kepada Allah dengan sepenuh hati (ayat 7:6; Ul. 6:4). Orang-orang Farisi lebih mementingkan tradisi oral daripada tunduk kepada Allah sepenuhnya -- karena itulah mereka disebut munafik. Kemunafikan mereka juga ditunjukkan dengan membiarkan hukum oral mengenai persembahan lebih berkuasa daripada hukum ke-5 (ayat 7:10). Mereka kehilangan esensi keagamaan mereka.

Renungkan: Esensi keagamaan bukan hukum, tetapi relasi yang penuh kasih dengan Allah. Legalisme membuat manusia tersesat dalam peta-peta kehidupan!

(0.73) (Mrk 13:35) (full: MENJELANG MALAM, ATAU TENGAH MALAM, ... ATAU PAGI-PAGI BUTA. )

Nas : Mr 13:35

Kristus menegaskan bahwa kedatangan-Nya untuk orang yang setia dari gereja-Nya dapat terjadi pada empat waktu selama malam atau pagi-pagi benar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kedatangan-Nya kembali untuk mereka dapat terjadi setiap saat dan menekankan bahwa saat tahap pertama dari kedatangan-Nya yang kedua kali itu tidak terduga dan tak diketahui (yaitu saat keangkatan gereja;

lihat art. KEANGKATAN GEREJA).

Karena kedatangan-Nya itu sudah dekat dan tidak terduga, semua orang percaya harus waspada dan setia secara rohani

(lihat cat. --> Mat 24:42;

lihat cat. --> Mat 24:44;

[atau ref. Mat 24:42; 24:44]

bd. Luk 12:35-36,38-40,46; 21:34-36).

(0.73) (Mrk 2:11) (full: MENYEMBUHKAN ORANG LUMPUH. )

Nas : Mr 2:11

Tuhan tidak pernah bermaksud manusia menderita sakit-penyakit dan kelemahan. Semua hal itu adalah akibat dosa umat manusia dan perbuatan Iblis dalam dunia. Karena itu, setiap kesembuhan yang terjadi melalui Kristus berarti bahwa Allah harus menyerbu daerah kekuasaan Iblis dan membinasakan pekerjaannya (1Yoh 3:8;

lihat art. PENYEMBUHAN ILAHI.)

(0.73) (Mrk 14:12) (jerusalem) Menurut Matius Yesus memberitahukan keputusanNya itu kepada seorang penduduk Yerusalem yang sudah dikenalNya dan Ia mengundang diriNya. Sebaliknya, menurut Markus Yesus menentukan sebuah tanda yang akan memimpin murid-murid yang diutus itu untuk menemukan sebuah ruang yang sudah disiapkan. Mungkin tanda serta persiapan itu terlebih dahulu sudah disepakati oleh Yesus dan tuan rumah itu. Tetapi cerita Markus diinspirasikan oleh 1Sa 10:2-5, sehingga memberi kesan bahwa Yesus secara luar biasa tahu akan apa yang akan terjadi. Selebihnya perlu dicatat bahwa cara peristiwa itu diceritakan mengingatkan cara Yesus menyiapkan masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mar 11:1-6.
(0.72) (Mrk 12:40) (full: MENELAN RUMAH JANDA-JANDA. )

Nas : Mr 12:40

Beberapa pemimpin agama Yahudi telah mengambil keuntungan dari janda-janda yang tidak menaruh curiga dan sendirian. Pemimpin ini akan meminta dan menerima persembahan dalam jumlah besar dari mereka, dengan memanfaatkan kesediaan para janda untuk menolong tokoh-tokoh yang dianggap hamba Allah. Dengan kebohongan dan penipuan pemimpin ini membujuk janda-janda untuk mempersembahkan lebih daripada kemampuan mereka, lalu para pemimpin itu hidup mewah dengan persembahan itu. Pola yang sama telah terjadi sepanjang sejarah gereja hingga hari ini. Setiap zaman mempunyai ahlinya di bidang pemerasan agamais.

(0.72) (Mrk 11:1) (full: MINGGU PENDERITAAN. )

Nas : Mr 11:1

Mulai dengan pasal ini, dimulailah peristiwa yang terjadi pada Minggu Penderitaan (pasal Mr 11:1-15:47) yang diikuti dengan kisah kebangkitan-Nya (pasal Mr 16:1-20).

(0.72) (Mrk 11:1) (jerusalem) Urutan bagian-bagian ini dalam injil-injil sinoptik berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan perkembangan tradisi. Masuknya Yesus ke Yerusalem dan penyucian Bait Allah (Mar 11:15-19) menurut Matius dan Lukas terjadi pada satu hari, sedangkan menurut Markus ada dua hari. Markus memisahkan kedua peristiwa dengan menyisipkan peristiwa pohon ara yang dikutuk Yesus (Mar 11:12-14). Peristiwa pohon ara yang mengering (Mar 11:20-25)(dan menurut Matius juga pengutukannya) oleh Markus disisipkan antara penyucian Bait Allah dan pertikaian mengenai kuasa Yesus (Mar 11:27-33), meskipun aslinya pertikaian itu menyusul penyucian Bait Allah, bdk Yoh 2:14-22.
(0.71) (Mrk 15:42) (sh: Penguburan Yesus (Sabtu, 19 April 2003))
Penguburan Yesus

Kematian Yesus bukan cerita fiktif, tetapi kematian yang sungguh-sungguh terjadi, yang tidak bisa dibantah. Kematian Yesus dibuktikan dengan dikabulkannya permintaan Yusuf, orang Arimatea itu untuk mengambil dan menguburkan jenazah Yesus.

Siapakah Yusuf orang Arimatea? Informasi mengenai orang ini, terlalu sedikit. Alkitab hanya mengatakan bahwa pertama, ia adalah seorang anggota Majelis Besar yakni anggota Sanhedrin -- ini berarti bahwa ia adalah seorang pemimpin agama Yahudi. Kedua, dikatakan bahwa ia "juga menanti-nantikan Kerajaan Allah" (ayat 43). Informasi ini menunjukkan walaupun Yusuf seorang anggota Majelis Besar yang turut memutuskan hukuman mati bagi Yesus, adalah seorang yang secara sembunyi-sembunyi mengikut Yesus dan menerima pengajaran-Nya. Tidak ada informasi yang menjelaskan kapan ia menjadi pengikut Yesus, namun yang jelas adalah bahwa kematian Yesus memunculkan iman yang tersembunyi ke permukaan. Iman yang memberanikan dirinya menghadap wakil pemerintah Romawi agar diperbolehkan membawa jenasah Yesus untuk dikuburkan. Ketika kemuridan para murid Yesus telah suram dan lari meninggalkan Gurunya, justru ada tampil sebagai seorang murid sejati yang mengapani jenazah Yesus dan menguburkan-Nya.

Peran Yusuf ini memberikan gambaran kepada kita bahwa menjadi murid Yesus tidak hanya di saat senang, aman dan damai, sebagaimana yang terjadi pada murid-murid Yesus. Kemuridan seorang murid mestinya juga tetap ditampilkan pada saat-saat yang sulit dan menyedihkan. Sebab dalam situasi yang demikianlah kemuridan kita sebagai pengikut Yesus diuji.

Renungkan: Dalam keadaan aman dan damai mungkin setiap orang Kristen bisa berkata: "saya adalah murid Yesus!" Tetapi apakah kemuridan itu tetap dipertahankan ketika berada dalam situasi kritis?

(0.71) (Mrk 13:14) (full: PEMBINASA KEJI. )

Nas : Mr 13:14

Pembinasa keji ini menunjuk kepada kekuatan yang merusak atau mencemarkan segala sesuatu yang kudus (lih. Dan 9:25-27).

  1. 1) Pernyataan Kristus dapat secara nubuat menunjuk baik pada penyerbuan tentara Roma ke Yerusalem ketika Bait Allah dibinasakan (70 M) maupun kepada patung antikristus yang akan ditempatkan di Yerusalem sesaat sebelum Kristus datang untuk menghakimi orang fasik (lih. 2Tes 2:2-3; Wahy 13:14-15; 19:11-21).
  2. 2) Pernyataan ini sering disebut "nubuat yang memberi pertanda," yaitu istilah yang dipakai apabila dua atau lebih peristiwa dipandang sebagai satu peristiwa. Satu contoh ialah nubuat yang menggabungkan kedatangan Kristus yang pertama untuk memberitakan Injil dengan kedatangan yang kedua dengan hukuman dalam Yes 11:1-4; 61:1-2, dan Za 9:9-10

    (lihat cat. --> Mat 24:44).

    [atau ref. Mat 24:44]

    Demikian pula, peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta dan "hari Tuhan yang hebat dan dahsyat" digabung dan disebut sebagai satu peristiwa dalam Yoel 2:28-31. Dalam ayat ini Kristus melukiskan penghancuran Yerusalem sebagai lambang kesengsaraan besar yang akan terjadi pada akhir zaman

    (lihat art. KESENGSARAAN BESAR).

(0.71) (Mrk 6:14) (sh: Peringatan! (Minggu, 9 Maret 2003))
Peringatan!

Pelayanan pemberitaan kebenaran yang sungguh-sungguh dapat membawa akibat buruk bagi kesehatan Anda. Apalagi memberitakan kebenaran di suatu dunia yang nilai-nilainya terbalik. Apa yang terjadi pada Yohanes Pembaptis adalah buktinya. Walaupun Herodes Antipas tahu bahwa tindakannya membunuh Yohanes Pembaptis itu salah dan menyedihkan hatinya, ia tetap melakukannya demi harga diri politis (ayat 26, bdk. 20).

Nasib Yohanes membuatnya sejajar dengan para nabi yang dibunuh oleh bangsa mereka sendiri (bdk. Mat 5:12, 23:29-36 dll.). Identifikasi oleh Herodes tentang Yesus sebagai Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali menjadi petunjuk dini dari narasi Markus tentang sisi kelam dari pelayanan Yesus dan para murid- Nya: Yesus akan mati terbunuh dan para murid akan menderita.

Memberitakan kebenaran Allah di tengah dunia yang berkuasa dengan nilai-nilai kebenaran dari kekuasaan yang terbalik dan salah kaprah. Itulah keadaan yang dihadapi gereja di Indonesia, dan menjadi panggilan kita, jika kita masih ingin menjadi murid- murid dan utusan-utusan-Nya yang setia. Risiko yang dihadapi nyata. Mungkin bukan kehilangan kepala, tetapi kesempatan promosi dalam kerja, status sosial di masyarakat, rasa aman dll. Semua jadi penentu kaliber kita, seorang Herodes, atau Yohanes Pembaptis?

Renungkan: "... barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (Mrk. 8:35).

(0.70) (Mrk 9:14) (sh: Sebuah kebergantungan (Sabtu, 22 Maret 2003))
Sebuah kebergantungan

Pengalaman hidup kerohanian kita, doktrin yang kita miliki, prestasi yang telah kita capai kadang membuat kita tidak peka lagi terhadap kerohanian yang sesungguhnya. Kehidupan rutin keagamaan sering kali menumpulkan kita, dan kita terhanyut oleh rutinitas yang hampa, namun berjubah mengkilap.

Para murid mengalami keadaan seperti ini. Mereka bingung karena gagal mengusir setan dari seorang yang kelihatannya diserang ayan, tetapi akibat kerasukan. Mereka merasa bahwa otoritas dan kuasa ada dalam genggaman mereka, sama dengan sang pengutus, dalam hal ini Kristus. Tetapi, yang terjadi adalah mereka dipermalukan -- mereka gagal, dan akibatnya otoritas dan kuasa Yesus pun dipertanyakan oleh banyak orang.

Apa yang keliru di sini? Yang keliru adalah bahwa para murid hanya bersandarkan kekuatan diri mereka sendiri. Mereka mengingat kejadian-kejadian lampau ketika mereka berhasil mengusir setan, dan merasa bahwa mereka bisa melakukannya lagi. Namun, tentu saja mereka tidak begitu pasti dengan apa yang mereka lakukan. Maka, di sana terdapat keraguan juga -- dan para murid tidak berdoa kepada Allah untuk mendapatkan kekuatan. Mereka bergantung kepada diri mereka sendiri.

Reaksi para murid sangat kontras dengan apa yang dikatakan oleh ayah sang anak (ayat 24). Ia menyatakan dengan jujur bahwa ia ingin percaya kepada Yesus, dan ia menyerahkan ketidakpercayaannya kepada Yesus. Iman yang seperti ini merupakan iman yang hidup, iman yang peka, iman yang jujur kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada Tuhan. Inilah permulaan dari spiritualitas yang sejati: suatu pemilahan yang jelas akan kemurnian hubungan kita dengan Tuhan.

Renungkan: Periksalah hubungan Anda dengan Tuhan. Apakah suatu kebergantungan mutlak atau sekadar memori yang indah.

(0.70) (Mrk 14:50) (full: SEMUA MURID ITU MENINGGALKAN DIA. )

Nas : Mr 14:50

Kita tidak boleh membandingkan kegagalan Petrus dan murid lain itu pada waktu penangkapan Yesus dengan kegagalan rohani dan moral dari para hamba Tuhan sesudah kematian dan kebangkitan Kristus. Hal ini karena alasan-alasan berikut ini:

  1. 1) Petrus dan kawan-kawannya pada saat kegagalan belum berada di bawah perjanjian yang baru. Perjanjian itu belum berlaku sampai darah Kristus tercurah di kayu salib (Ibr 9:15-20).
  2. 2) Petrus dan murid lain belum mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus dalam pengertian PB. Roh Kudus belum diberikan kepada mereka dalam kehadiran-Nya yang mendiami dan menguduskan. Hal itu baru terjadi pada hari kebangkitan Kristus ketika Ia mengembusi mereka dan berkata, "Terimalah Roh Kudus" (Yoh 20:22). Kegagalan para murid merupakan kegagalan akibat kelemahan dan bukan kejahatan.
  3. 3) Ketika Petrus dan murid lain itu meninggalkan Kristus, mereka tidak memiliki keuntungan seperti yang dimiliki orang yang menyadari berbagai pengertian moral dari kematian Yesus di kayu salib (lih. Rom 6:1-23). Mereka juga belum mempunyai iman yang tabah yang dibangunkan oleh kebangkitan-Nya dari orang mati. Dengan kata lain, bagian ini tidak dapat dipergunakan sebagai landasan untuk menerima kembali para pekerja Tuhan yang, karena dosa dan kelalaian moral mereka sendiri, dengan rela telah mengesampingkan semua syarat bagi penilik jemaat di dalam kehidupan pribadi dan rohani mereka

    (lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).

(0.70) (Mrk 2:1) (sh: Yesus mengampuni dosa (Minggu, 19 Januari 2003))
Yesus mengampuni dosa

Saat Yesus mengajar orang banyak, tiba-tiba datang sekelompok orang menggotong seorang lumpuh (ayat 3). Tetapi, orang banyak menjadi penghalang bagi mereka untuk sampai ke hadapan Yesus (ayat 4). Ada jalan lain? Ada. Melalui atap rumah. Upaya untuk sampai ke depan Yesus dipandang sebagai ekspresi iman (ayat 5).

Dalam ayat 6,8, narator memberi informasi kepada kita bahwa Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Menurut pemahaman orang Yahudi, hanya Allah yang tahu isi hati manusia (ayat 1Raja 8:39). Jadi, informasi narator dalam ayat 6,8 ini menginformasikan dan menyatakan bahwa Yesus adalah Allah.

Yesus tidak hanya tahu isi hati manusia. Yesus juga tahu kebutuhan dasar manusia. Orang lumpuh dibawa teman-temannya ke hadapan Yesus untuk disembuhkan. Mengejutkan bagi yang hadir, sebab perkataan pertama yang diucapkan Yesus kepada si lumpuh bukan soal kesembuhan, melainkan soal pengampunan dosa. Penyakit yang diderita si lumpuh disebabkan oleh dosanya. Tanpa pengampunan dosa, tidak mungkin kesembuhan terjadi. Perlu juga dicatat bahwa dalam ajaran Yesus, tidak selalu penyakit disebabkan dosa (bdk. Yoh. 9:2-3).

Renungkan: Pengampunan dosa semata-mata adalah anugerah Allah, bukan hasil usaha atau prestasi manusia.

(0.70) (Mrk 5:1) (sh: Akibat berjumpa Yesus (Rabu, 5 Maret 2003))
Akibat berjumpa Yesus

Hampir seluruh stasiun tv di Indonesia saat ini menyuguhkan tontonan seram yang dikemas sedemikian rupa kepada para pemirsa. Dari tontonan tersebut diketahui bagaimana keadaan orang yang selalu berhubungan dengan roh-roh setan: liar, tak terkendali, bahkan membahayakan orang lain. Karena itu kita dapat memahami alasan mengapa masyarakat di Gerasa menjauhi orang yang dirasuk setan. Tidak ada usaha mereka untuk menolong atau mengendalikannya. Digambarkan bahwa orang yang dirasuk selegion roh jahat itu telanjang, berkeliaran di kubur-kubur, tidak dapat dikendalikan, dan membahayakan keselamatan orang lain (ayat 3,4). Keadaan seperti ini hanya akan dialami oleh orang-orang yang "bergaul akrab" dengan kuasa kegelapan seperti mempercayai dukun, ramalan, dlsb.

Apakah begitu berkuasanya setan sehingga tidak ada kuasa apa pun yang dapat mengendalikan dan menguasainya? Anggapan seperti itu tidak boleh ada dalam iman orang Kristen, sebab roh-roh jahat itu ternyata tidak tahan menghadapi Yesus. Di hadapan Tuhan Yesus yang penuh kuasa dan kekudusan Allah, roh-roh jahat itu segera membongkar nasib akhir mereka: dihukum Tuhan dan binasa (ayat 7). Cukup dengan hardikan, Tuhan Yesus mengusir mereka. Orang yang dilepaskan dari kuasa roh jahat itu berubah, kembali menjadi waras, berpakaian, duduk di kaki Yesus, dan memuliakan Allah. Yesus menginginkan agar melalui perubahan yang terjadi atas dirinya ia menjadi saksi kemuliaan Allah, memberitakannya kepada orang-orang lain. Dia yang dulu hidup dikuasai iblis, telah diubahkan menjadi manusia baru oleh Yesus. Tidak ada kuasa apa pun yang tak dapat tidak dikuasai Yesus. Tak ada hidup yang serusak apa pun yang tak dapat ditata ulang oleh Yesus.

Renungkan: Orang Kristen harus memiliki sikap tegas untuk menolak semua bentuk kejahatan dan keterlibatan dengan kuasa-kuasa kegelapan.

(0.70) (Mrk 1:14) (sh: Yesus berkhotbah dan memanggil murid-murid (Rabu, 15 Januari 2003))
Yesus berkhotbah dan memanggil murid-murid

Narasi ini menceritakan dua hal penting yang dilakukan Yesus, yaitu berkhotbah dan memanggil murid-murid. Tertangkapnya Yohanes Pembaptis merupakan awal khotbah Yesus. Isi khotbah Yesus diringkas oleh Markus dengan frasa 'Injil Allah' (ayat 14). Dikatakan bahwa Allah akan memerintah umat-Nya. Ini adalah kabar baik. Namun, sebelum ini terlaksana, persyaratan penting yang harus terlebih dahulu terjadi di tengah-tengah umat Allah - - sebagai syarat menjadi umat-Nya -- yaitu, bertobat dan percaya kepada Yesus (ayat 15).

Yesus memanggil empat orang murid dengan cara yang hampir sama. Simon dan Andreas dipanggil ketika mereka sedang bekerja. Tampaknya, mereka segera memberi respons dengan meninggalkan pekerjaan untuk mengikut Yesus (ayat 18). Inisiatif tidak datang dari mereka, melainkan dari Yesus. Hal ini kontras dengan tradisi Yahudi di mana murid-muridlah yang memilih seorang rabi menjadi gurunya. Begitu pula dengan Yakobus dan Yohanes. Mereka pun dipanggil dengan cara yang sama. Keempatnya dipanggil Yesus ketika sedang bekerja (ayat 19). Menarik untuk diperhatikan adalah bahwa murid-murid tersebut masih bersaudara, dan berasal dari kalangan orang-orang "biasa", bukan dari kalangan bangsawan.

Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes adalah orang-orang biasa, namun dipanggil oleh Yesus, yang luar biasa untuk tugas yang luar biasa. Dari cara pemanggilan-Nya, ada indikasi bahwa sebelumnya mereka telah mengenal Yesus. Peristiwa inilah yang dicatat oleh Yohanes 1:40. Mereka dipanggil untuk mengikut Yesus (ayat 17,20). Mereka dipanggil untuk tugas membawa orang lain untuk mengikut Yesus.

Renungkan: Yesus memanggil orang-orang biasa dan menjadikan mereka luar biasa. Yesus mampu menjadikan orang biasa seperti kita menjadi luar biasa di mata Allah.

(0.70) (Mrk 5:21) (sh: Tidak ada masyarakat kelas dua (Kamis, 6 Maret 2003))
Tidak ada masyarakat kelas dua

Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Bagi perempuan normal (=sehat) keadaan ini sudah merupakan siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan dikucilkan dari masyarakat karena setiap orang yang menyentuhnya juga menjadi najis.

Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, juga kita saat ini, bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Yesus membiarkan diri-Nya disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan setelah perempuan itu berhasil menerobos kerumunan orang banyak hanya untuk menyentuh jubah-Nya. Ajaibnya, perempuan itu menjadi sembuh. Tidak ada seorang pun yang menyadari peristiwa ajaib tersebut -- selain Yesus dan perempuan itu -- kalau Yesus tidak mengklarifikasinya. Dalam klarifikasi itu Yesus menyatakan sekaligus menegaskan bahwa perempuan yang mereka anggap "najis" itu telah menjadi tahir, suci sehingga harus diterima di ingkungan sosialnya; dan bahwa kesembuhan itu terjadi karena ia beriman kepada Yesus. Dengan imannya perempuan itu tidak menyerah pada kendala yang dihadapinya untuk memperoleh jamahan kuasa Allah.

Melalui peristiwa ini Markus mengajak jemaat, juga kita untuk melihat tiga hal: pertama, bahwa perempuan bukan masyarakat kelas dua, yang dapat diperlakukan seenaknya. Yesus melakukan ini sebagai upaya mendobrak tradisi waktu itu. Kedua, bahwa diri-Nya adalah Mesias. Dialah yang berkuasa atas segala penyakit. Ketiga, kesembuhan dan keselamatan dikerjakan oleh Firman dan iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat.

Renungkan: Yesus bisa memakai berbagai cara untuk menolong kita mengatasi berbagai pergumulan hidup, selama kita percaya dan berkeyakinan sungguh pada kuasa-Nya.

(0.70) (Mrk 13:1) (sh: Permulaan dari akhir (Selasa, 8 April 2003))
Permulaan dari akhir

Sudah menjadi kebiasaan di tiap kapal PELNI untuk memberi pengumuman tiap satu jam sebelum kapal merapat. Pada saat itu, suasana kapal terasa agak berubah. Mereka yang akan turun mulai bersiap-siap, sementara beberapa orang berdiri di luar mencoba mengamati darat yang biasanya belum terlihat. Kapal masih melaju dan belum mengurangi kecepatan, tetapi tahap akhir dari perjalanan sudah dimulai.

Dari sudut pandang Markus, akhir perjalanan sejarah dunia telah dimulai. Masa antara penderitaan dan kematian Yesus sampai dengan parousia/kedatangan-Nya yang kedua kali adalah fase akhir dari sejarah, sebelum dimulainya zaman baru ketika Anak Manusia datang dengan segala kemuliaan-Nya. Zaman akhir mempunyai tanda- tanda yang spesifik dan bisa diamati. Zaman yang dimulai oleh penderitaan Kristus itu akan menyaksikan penderitaan gereja, yaitu para pengikut Kristus (ayat 9-11). Zaman ini juga akan memunculkan para penyesat yang bahkan mencatut nama Yesus (ayat 5-6), juga peperangan, bencana alam, malapetaka dan lainnya (ayat 7-8). Bahkan, pada zaman ini juga akan terjadi bagaimana keluarga-keluarga terpecah dan saling berkhianat, bahkan membunuh anggota keluarga lain karena kebencian terhadap Kristus.

Karena itu jelaslah, bagi Markus dan bagi kita semua, kita sedang berada di zaman akhir. Ciri-ciri di atas telah kita saksikan. Untuk itu, Yesus menegaskan beberapa hal. Pertama, Yesus, melalui Roh-Nya, tetap menyertai Kristen pada zaman ini sehingga kita tidak perlu kuatir (ayat 11). Kedua, Yesus mengingatkan para murid (termasuk kita) untuk terus berjaga-jaga dan waspada (ayat 5,9). Ketiga, Yesus mengingatkan kita bahwa mereka yang bertahan sampai akhir zaman itu akan diselamatkan (ayat 13).

Renungkan: Terus ingat bahwa kita sedang hidup pada zaman akhir. Penghiburan kita adalah janji kedatangan-Nya, arah hidup kita adalah memberitakan Injil-Nya dan tetap setia sampai akhir.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA