Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 270 dari 270 ayat untuk teladan (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.19) (Yoh 13:12) (sh: Mengikuti dorongan kasih (Selasa, 12 Maret 2002))
Mengikuti dorongan kasih

Peristiwa pembasuhan kaki yang mengejutkan para murid dapat menjadi sia-sia bila artinya tidak dijelaskan oleh Yesus sendiri. Karena itu, Yesus bertanya sejauh mana mereka mengetahui makna perbuatan-Nya itu (ayat 12). Istilah tahu yang dipakai di sini bukan sekadar pemahaman akali. Yesus menginginkan pengetahuan yang diiringi oleh tindakan sesuai dengan pengetahuan tersebut. Penjelasan Yesus dimulai dengan penegasan kembali bahwa diri-Nya adalah Guru dan Tuhan. Karena itulah Ia kembali mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya, “kembali” ke status-Nya semula sebagai Guru dan Tuhan. Ia ingin para murid memahami bahwa dari status-Nya itulah Ia telah merendahkan diri demi memungkinkan mereka beroleh bagian di dalam-Nya. Kini mereka diajar untuk mewujudkan keikutsertaan mereka dalam Tuhan itu dengan jalan mengikuti teladan-Nya, saling mengasihi dan melayani di dalam kerendahan hati.

Dalam bagian ini, Yesus menggunakan frasa “Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu ….” Kalimat sesudah frasa tersebut, di ayat 16, harus diperhatikan dengan cermat. Di situ Yesus membandingkan antara hamba dan tuan, antara utusan dan pengutus. Semestinya para murid sudah mengetahui tentang hierarki dari hubungan- hubungan ini – hamba pasti lebih rendah daripada tuannya. Lalu mengapa Yesus mengatakannya lagi? Konteks di sini adalah mengenai kasih Kristus melalui penderitaan-Nya. Yesus ingin mengatakan bahwa penderitaan yang akan dialami para murid ketika mengasihi tidak akan sebesar penderitaan-Nya. Jadi, tak ada alasan untuk tidak mengasihi. Di dalam mengasihi, para murid akan mengalami kebahagiaan — suatu istilah yang menunjuk pada kebahagiaan meski keadaan sulit. Kristus akan meninggalkan para murid. Mereka harus belajar untuk mengasihi — itulah misi Kristus ke dunia, mewujudnyatakan kasih.

Mulai dari ayat 18, Yesus menubuatkan pengkhianatan Yudas terhadap diri-Nya dengan lebih jelas. Namun demikian, Yesus bukanlah korban yang tak berdaya — semuanya harus terjadi agar ke-Allah- an-Nya bersinar cerlang dan manusia percaya kepada-Nya (ayat 19- 20).

Renungkan: Cinta hanya dapat dipahami jika aktif. Berbahagialah mereka yang hidup di dalam cinta Ilahi!

(0.19) (Yoh 16:16) (sh: Saat-saat menentukan (Kamis, 21 Maret 2002))
Saat-saat menentukan

Dalam arti umum, penderitaan yang akan para murid alami memang bisa juga dilihat sebagai penderitaan yang menimpa semua orang beriman dari zaman ke zaman sebagai risiko iman. Yesus mengumpamakan penderitaan para murid waktu itu seperti sakit beranak yang singkat dan kemudian diikuti oleh sukacita besar. Penderitaan, tangisan, ratapan yang Yesus maksudkan akan para murid alami adalah terutama akibat apa yang mereka lihat terjadi pada diri Yesus (ayat 20) dan karena untuk sesaat mereka akan kehilangan Dia (ayat 16). Berarti yang Yesus maksud di sini adalah momen-momen menentukan dalam proses penyataan dan pewujudan keselamatan yang Yesus lakukan melalui penderitaan-Nya. Betapa pun kurangnya pengertian mereka, para murid mau tidak mau akan terlibat di dalam penderitaan yang Tuhan alami dan menyaksikan dahsyatnya peperangan ketika Yesus hendak dihabisi oleh si jahat. Itulah sebabnya di sini digunakan kata “meratap”, yaitu menangisi kematian orang yang kita kasihi. Tetapi, penderitaan dan ratapan itu hanya sekejap sebab mereka juga akan menyaksikan kemenangan Yesus. Ketika Yesus bangkit, naik ke surga, Roh dicurahkan, ratapan dan derita itu seolah sakit beranak saja. Sakit itu adalah proses mulainya suatu zaman baru, hidup baru, penggenapan janji-janji Allah terwujud sempurna.

Kesukaan bagi para murid akan terbit, menggantikan kedukaan. Pertama, karena mereka akan kembali berjumpa Yesus. Hubungan yang ada akan diperbarui, bahkan akan terjadi perubahan dalam hubungan itu. Kelak ketika Yesus telah bangkit dan Roh Kudus telah dicurahkan, mereka tidak perlu lagi menanyakan hal-hal yang selama ini mereka tanyakan (ayat 23). Semua ucapan Yesus yang sulit dimengerti dan semua penderitaan Yesus yang sulit diterima, akan mereka pahami sesudah Yesus bangkit. Lebih dari itu, mereka akan dipimpin oleh Roh sehingga mereka tahu apa yang menjadi kehendak Allah yang harus diminta dalam doa-doa mereka (ayat 23b-24). Selesai Yesus menyatakan itu, selangkah lebih jauh para murid alami dalam pengenalan mereka (ayat 29-33).

Renungkan: Bila banyak orang sedia berkorban atau menderita untuk alasan yang salah, mengapa para pengikut Kristus yang memiliki Kristus yang telah lebih dulu menderita cenderung enggan mengikuti teladan-Nya?

(0.19) (Kis 27:33) (sh: Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup (Senin, 21 Agustus 2000))
Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup

Karena Paulus, seluruh penumpang kapal yang berjumlah 276 jiwa selamat mencapai daratan tanpa cacat sedikit pun (34). Pengharapan yang disuarakan Paulus menjadi kenyataan. Yang menjadi pusat dari peristiwa itu adalah bagaimana Allah bekerja melalui Paulus dan bagaimana Allah bekerja bagi Paulus sehingga banyak orang diberkati.

Setelah berhasil meyakinkan dan menenangkan para penumpang kapal yang panik, Paulus melanjutkan pelayanannya kepada mereka dengan memperhatikan kebutuhan fisik mereka. 14 hari puasa (terpaksa karena badai) membuat fisik mereka sangat lemah. Fisik yang lemah akan melemahkan hati dan semangat. Padahal kekuatan fisik sangat diperlukan untuk membawa kapal ke daratan terdekat. Walau Paulus sengaja tidak mendahulukan masalah rohani, namun ia tetap memperlihatkan kepada mereka tentang iman dan keyakinannya kepada Allah (35). Dan ini memberikan dampak yang besar bagi hati dan semangat mereka (36).

Di samping itu, Allah juga bekerja secara tidak kentara bagi Paulus sehingga tidak hanya Paulus yang selamat dan dapat melanjutkan perjalanannya ke Roma, namun orang-orang lain pun mendapatkan berkat (42-43). Paulus adalah teladan yang indah tentang kehidupan yang dipakai Allah tidak hanya untuk memelihara kehidupan dan keselamatan fisik bagi sesama manusia namun juga menyelamatkan jiwa-jiwa terlepas dari kuasa dosa karena Injil Yesus Kristus yang ia wartakan. Hidupnya mempunyai kuasa dan makna bagi masa kini dan masa depan serta bagi kesejahteraan fisik dan rohani bagi umat manusia.

Renungkan: Gereja-gereja yang berada di tengah masyarakat Indonesia yang masih terpuruk dalam kemelut ekonomi yang berkepanjangan, seharusnya mempunyai kuasa dan makna seperti Paulus. Karena itu sangat ironis jika gereja yang dimampukan untuk membangun gedung yang megah, mendirikan sekolah bergengsi, menyelenggarakan perayaan gerejawi secara mewah, dan jemaatnya hidup dalam kelimpahan berkat, sementara itu masyarakat di sekitarnya masih harus bergumul untuk sesuap nasi dan pendidikan dasar bagi anak- anaknya. Adalah sangat egois jika gereja hanya datang dengan sebuah ayat emas penginjilan kepada masyarakat yang berteriak dan menangis karena kemiskinan yang menghimpit. Hai Gereja, jadilah perpanjangan tangan Allah!

(0.19) (Kol 1:3) (sh: Bersyukur untuk pertumbuhan jemaat yang konkrit (Senin, 2 Juli 2001))
Bersyukur untuk pertumbuhan jemaat yang konkrit

Mengucap syukur bukanlah hal yang mudah bagi jemaat, terlebih lagi bila jemaat tidak dapat melihat dengan jelas hal-hal konkrit apa yang akan disyukuri. Seringkali kita hanya menyatakan bersyukur untuk hal-hal yang bersifat global dan terkesan “basa- basi” sebagai pembuka doa. Mempelajari bagian ini kita akan mendapatkan teladan Paulus, ketika ia mengucap syukur untuk pertumbuhan jemaat Kolose, yang merupakan buah pelayanan Epafras, rekan sepelayanannya (ayat 8).

Paulus memiliki dasar pengenalan yang up to date tentang jemaat ini, sehingga ia dapat menaikkan syukur untuk hal-hal yang konkrit. Perhatian Paulus nampak pula dalam kerutinannya mengingat jemaat ini dalam doanya (ayat 3). Yang menjadi perhatian Paulus bukanlah hal-hal yang bersifat materi, tetapi hal-hal rohani yang begitu mendasar bagi sebuah jemaat yang bertumbuh, yakni: iman, kasih, dan pengharapan; semuanya berdasarkan kebenaran Injil dan kasih karunia Allah (ayat 4-6). Paulus begitu jeli mengamati jemaat ini dan dengan dasar teologinya yang benar, ia menilai secara spesifik terhadap pertumbuhan jemaat yang berakar dari pendengarannya akan Injil dan responsnya terhadap kasih karunia Allah. Injil adalah kekuatan Allah yang tidak pernah padam gemanya, dari sejak zaman Perjanjian Baru telah tersiar, bertumbuh, dan berbuah di seluruh dunia. Injil inilah yang menjadi fondasi kokoh bagi sebuah jemaat yang bertumbuh dan berbuah.

Bercermin pada ucapan syukur Paulus tentang jemaat Kolose, bagaimana kualitas jemaat dimana kita beribadah? Pertumbuhan apakah yang selama ini menjadi fokus ucapan syukur kita? Seringkalikah kita bersyukur untuk: kemegahan gedung gereja, peralatan sound system yang canggih, peralatan multimedia yang modern, dan penambahan jumlah jemaat yang hadir dalam ibadah; ataukah kita bersyukur untuk respons jemaat terhadap kebenaran Injil yang diberitakan, kehidupan jemaat yang rindu dan haus firman Tuhan, kehidupan antar jemaat yang saling memperhatikan, menguatkan, mengasihi, dan mendoakan.

Renungkan: Melihat dan mengamati keberadaan jemaat sampai saat ini, pikirkan hal-hal konkrit apakah yang dapat menjadi dasar ucapan syukur Anda! Bersyukurlah untuk pertumbuhan jemaat Anda dengan ucapan syukur yang konkrit, berdasarkan pengenalan Anda!

(0.19) (Ibr 13:7) (sh: Kristen dan para pemimpinnya (Jumat, 12 Mei 2000))
Kristen dan para pemimpinnya

Ingatlah pemimpinmu yang telah berhasil di dalam hidup, pelayanan, dan mengakhiri 'perlombaan iman' dengan baik. Kenanglah mereka namun jangan mengidolakan. Karena mereka pun pasti mengakui bahwa mereka mendapatkan semua itu dari Yesus Kristus. Mereka sudah mati, tapi Yesus tetap sama: kemarin, hari ini, maupun selama-lamanya.

Di dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang telah menyatakan diri-Nya kepada setiap generasi. Demikian pula Tuhan Yesus Kristus. Siapa Dia bagi Paulus, bagi Luther, bagi Calvin, adalah juga siapa Dia bagi kita. Kita tidak perlu meminta kepada Allah untuk mengirim balik keindahan masa lalu. Bila kita melihat hidup mereka, melihat kemenangan akhir mereka, kita dapat bersyukur kepada-Nya, sebab kita tetap mempunyai sumber kekuatan yang tidak pernah berubah yaitu Yesus Kristus. Karena itu senantiasa datanglah langsung kepada Yesus. Janganlah terkecoh dengan ajaran-ajaran asing yang hanya akan merendahkan kemutlakan karya keselamatan Kristus seperti jemaat penerima surat Ibrani yang ingin kembali kepada Yudaisme. Mereka lupa bahwa makanan-makanan yang ada dalam upacara persembahan di altar Perjanjian Lama hanyalah simbol dari kasih karunia Allah yang menguatkan. Segala kepercayaan dan bentuk ritual yang ada di dalam Perjanjian Lama hanyalah merupakan simbol-simbol yang sudah digenapi di dalam Kristus. Kristus sudah menderita untuk menguduskan umat-Nya sekali untuk selamanya, itu sudah cukup. Apakah itu cukup? Tidak! Kita harus bersaksi tentang Allah dan karya keselamatan-Nya. Kesaksian yang hidup adalah kesaksian melalui penyembahan Allah yang benar. Penyembahan yang benar ini meliputi 2 hal. Pertama penyembahan dengan mulut-bibir. Kedua penyembahan kehidupan yang baik yaitu berkorban bagi orang lain, menghormati, bertanggung jawab, dan tunduk kepada para pemimpin rohani dan berdoa untuk para pendeta, penginjil, dan hamba Tuhan lainnya.

Renungkan: Di dalam Kekristenan semua membutuhkan semua. Para jemaat membutuhkan pemimpin sebagai teladan, pemimpin sebagai pembimbing dan penuntun. Namun pemimpin juga membutuhkan doa para jemaat. Dan semuanya membutuhkan Yesus yang selalu sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya.

(0.19) (Yak 3:1) (sh: Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu! (Kamis, 7 Juni 2001))
Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu!

Jemaat mula-mula menempatkan seorang pengajar dalam posisi penting dan terhormat. Dari para pengajar ini jemaat mendapatkan banyak pengajaran-pengajaran tentang kehidupan - norma-norma etika yang berlaku, tentang hukum, dlsb. Sesuai dengan kedudukannya, para pengajar itu mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Karena ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap isi ajaran yang diajarkannya, tetapi juga harus mampu mencerminkannya dalam sikap hidupnya.

Di masa sekarang ini, kita mengenal banyak sekali orang yang menekuni profesi pengajar. Misalnya, guru, dosen, pendeta, dlsb. Seperti halnya jemaat mula-mula, kita juga tahu bahwa profesi ini tidak hanya memikul tanggung jawab dalam isi pengajaran, tetapi juga bertanggungjawab untuk memperlihatkan sikap yang sesuai dengan pengajarannya, harus menjadi teladan, harus memperlihatkan sikap hidup yang sesuai dengan norma- norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Namun, sebenarnya tanggung jawab terhadap pengajaran itu juga menjadi tanggung jawab semua orang. Dalam hal ini semua orang dapat berfungsi sebagai pengajar karena hal yang paling penting adalah benar atau tidaknya pengajaran itu. Karena itu peringatan Yakobus tentang penguasaan lidah tidak hanya berlaku bagi jemaat penerima surat, tetapi berlaku juga bagi kita saat ini. "Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata" . Kalimat ini mengingatkan kita tentang fungsi lidah, ibarat api kecil yang dapat membakar hutan besar. Lidah juga dapat menodai seluruh tubuh, dan membakar roda kehidupan kita. Lidah dapat mengubah kawan menjadi lawan. Bahkan lidah bisa mengakibatkan tercetusnya perang saudara, perang antarnegara, berjuta-juta manusia terbunuh, berjuta-juta manusia kehilangan tempat tinggal, berjuta- juta manusia mengarahkan hidupnya pada kesesatan, dlsb. Lihatlah akibat yang ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya, kebinasaan menjadi bagiannya! Sebenarnya, lidah adalah alat saja.

Renungkan: Waspadai dan kendalikan lidah Anda dan lakukan perkara- perkara besar melalui bagian kecil dalam tubuh Anda tersebut. Dari kemurnian hati pancarkanlah mutiara- mutiara kata yang memuliakan Tuhan, membangun diri, dan menjadi berkat bagi orang lain!

(0.16) (1Kor 11:1) (full: MENJADI PENGIKUT KRISTUS. )

Nas : 1Kor 11:1

Orang percaya, seperti Paulus, dipanggil untuk mengikut teladan Kristus dan menjadi seorang yang seperti Kristus (bd. Rom 13:14; Gal 3:27). Apakah artinya menjadi serupa dengan Kristus?

  1. 1) Serupa dengan Kristus ialah, pertama-tama dan terpenting, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat 22:37-39; Luk 10:27). Kasih orang percaya kepada Allah mendorong dan mengarahkan kasihnya kepada orang lain (1Yoh 4:20-21), sebagaimana kasih Kristus kepada Allah selalu menjadi yang utama sedangkan kasih-Nya kepada orang lain didasarkan pada kasih-Nya kepada Sang Bapa (bd. Mat 22:37-39; Yoh 17:23-24).
  2. 2) Kasih Kristus kepada Bapa-Nya dinyatakan dalam perhatian-Nya terhadap kemuliaan Allah (Mat 6:9; Yoh 12:28; 17:4), terhadap kehendak-Nya (Mat 26:42; Yoh 4:34; Ibr 10:7-12), terhadap Firman-Nya (Mat 26:54; Yoh 8:28; Mat 17:14,17), dan terhadap dekatnya kehadiran-Nya (Luk 5:16; Yoh 17:21). Kita melihat kasih ini dalam kesetiaan-Nya kepada Allah (Ibr 3:2) dan kesediaan-Nya untuk melaksanakan kehendak Allah dengan mempersembahkan diri-Nya demi penebusan kita (Mat 26:42; Yoh 3:16-17; Ibr 10:4-9). Kasih Kristus kepada Bapa-Nya dinyatakan lebih lanjut dalam kasih-Nya akan kebenaran dan kebencian-Nya akan dosa

    (lihat cat. --> Ibr 1:9).

    [atau ref. Ibr 1:9]

  3. 3) Kasih Kristus kepada umat manusia dilihat dalam belas kasihan-Nya (Mat 9:36; 14:14; 15:32; 20:34; bd. Luk 15:11-24), dalam kebaikan hati-Nya (Mat 8:3,16-17; 9:22), air mata-Nya (Yoh 11:35), kerendahan hati-Nya (Mat 11:29), perbuatan-Nya yang baik (Kis 10:38), kelembutan-Nya (Mat 11:29), pengampunan-Nya (Luk 23:34), kesabaran-Nya (Luk 13:34) dan dalam rahmat-Nya (Mat 15:22-28; Yud 1:21). Dia juga menunjukkan kasih ketika Dia menegor dosa (Mat 16:23; Mr 9:19; 10:13-14), mengungkapkan kemarahan kepada orang yang kejam dan tak berperasaan atau tidak peka terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain

    (lihat cat. --> Mr 3:5),

    [atau ref. Mr 3:5]

    mengingatkan kita terhadap neraka (Mat 5:29-30; Luk 12:5) dan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai suatu korban (Mat 26:38; Yoh 10:11,17-18; 13:1).
(0.16) (Mat 5:3) (jerusalem: Berbahagialah) Ucapan selamat bahagia seperti yang dipakai Matius ini oleh Perjanjian Lama kadang-kadang dipakai sehubungan dengan orang yang saleh, yang berhikmat dan yang sejahtera, Maz 1:1-2; Maz 33:12; Maz 127:5; Ams 3:3; Sir 31:8; dll. Sama seperti para nabi Yesus mengatakan bahwa juga orang miskin yang mengambil bagian dalam kebahagiaan itu. Ketiga ucapan bahagia yang pertama, Mat 5:3-5; Luk 6:20-21+, mengatakan bahwa orang yang dianggap malang dan terkutuk sebenarnya berbahagia karena layak menerima berkat Kerajaan. Ucapan-ucapan bahagia yang menyusul lebih-lebih mengenai akhlak manusia. Ucapan-ucapan bahagia Yesus yang lain, Mat 11:6; Mat 13:16; Mat 16:17; Mat 24:46; Luk 11:27-28, dll. Lihat juga Luk 1:45; Wah 1;3; Wah 14:13, dll
(0.16) (Kis 17:1) (sh: Hukum, politik, dan kuasa Allah (Sabtu, 17 Juni 2000))
Hukum, politik, dan kuasa Allah

Di Indonesia, banyak Kristen yang buta permasalahan hukum dan politik. Konsekuensinya: (1)Kristen seringkali dilecehkan oleh pihak lain, (2) Gereja tidak berdaya untuk memberdayakan jemaatnya berkiprah di bidang ini, (3) Gereja 'mengagungkan' kuasa Tuhan secara ekstrim sehingga mengharamkan segala bentuk pemberdayaan intelektual demi kepentingan gereja. Paulus memberikan teladan bagi gereja dalam mengkombinasikan kuasa Allah yang menyertainya dengan hukum dan politik yang ia kuasai.

Paulus dan Silas dijebloskan ke dalam penjara di Filipi karena kelicikan para tuan hamba perempuan yang sudah bertobat itu, yang mengangkat hukum sebagai isu utama untuk menutupi isu ekonomi (21). Dakwaan yang dijatuhkan sudah memenuhi aspek legal, karena hukum Romawi melarang warga negaranya menjalankan tata ibadah sebuah agama yang belum disahkan oleh pemerintah setempat, namun biasanya ada toleransi sejauh agama itu tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik (20-21). Di penjara, Paulus dan Silas tetap berdoa seperti yang diajarkan oleh Yesus (Luk. 18:1) dan memuji Tuhan sebagai tanda sukacita. Kesukacitaan di tengah penderitaan yang tidak seharusnya dialami, memanifestasikan keselamatan sejati yang selalu mengatasi segala keadaan. Kuasa kesaksian mereka diperkuat oleh Allah dengan gempa bumi yang mendobrak pintu penjara dan belenggu mereka. Peristiwa ini dan firman Tuhan yang diberitakan Paulus membawa kepala penjara dan seluruh keluarganya kepada keselamatan.

Mengapa mereka tidak segera keluar dan mengapa baru sekarang mereka menggugat (37)? (1) mereka ingin menegaskan bahwa kuasa Allah melebihi segala kekuatan hukum yang dimilikinya sebagai warga negara Romawi, yang tidak boleh didera dan dipenjara tanpa proses pengadilan. (2) ia ingin mengajar para pejabat pemerintah bahwa orang Kristen tidak bisa diremehkan dan dilecehkan begitu saja secara hukum dan politik karena mereka 'melek' hukum. (3) agama Kristen bukanlah agama 'murahan' karena dianut oleh warga negara Romawi yang terhormat.

Renungkan: Nyatakanlah bahwa Kristen Indonesia tidak bisa dilecehkan secara hukum dan politik. Wartakanlah bahwa agama Kristen bukanlah agama kelas 'kacangan' yang dianut oleh orang-orang yang mudah dilecehkan.

Budaya instant dan Alkitab. Budaya 'instant' (mau serba cepat) nampaknya tidak hanya merambah bidang pangan (fast food) dan keuangan (ATM), namun juga sudah merambah ke dalam Kekristenan. Salah satu manifestasinya dapat dilihat dari cara Kristen membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kecenderungan yang terjadi adalah mereka enggan membaca, merenungkan, dan memahami Alkitab sampai menemukan kebenaran-kebenaran Ilahi. Mereka lebih memilih buku renungan yang tersedia banyak di toko buku kristen, membaca uraian yang ada di dalamnya, yang biasanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya. Secara singkat dan tanpa susah payah mereka telah menemukan 'kebenaran'. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar menemukan kebenaran itu? Apakah cerita dan kesaksian orang lain mempunyai kuasa sama seperti firman Tuhan? Jika demikian, apakah orang Kristen dapat menghadapi pergumulan hidup?

Bagaimana orang-orang Tesalonika bertobat dan bagaimana mereka sebagai jemaat yang masih muda bertahan terhadap penyiksaan? Hanya ada satu jawaban yaitu firman Tuhan. Selama tiga hari Sabat berturut-turut Paulus menerangkan dan menunjukkan kepada mereka kebenaran firman Tuhan. Hingga akhirnya mereka percaya dan memutuskan untuk bertobat. Keyakinan dan keputusan mereka tidak berdasarkan pemahaman firman yang dangkal dan tanpa pemikiran. Sebaliknya mereka bersusah-payah dan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Firman Tuhan yang dipahami dengan cara demikian ternyata juga bermanfaat sebagai sumber kekuatan dan kemampuan yang menguatkan dan memampukan Kristen menghadapi segala tantangan dan ancaman, sehingga mereka tetap kokoh dalam iman.

Yason adalah seorang Kristen yang mengalami kuasa firman Tuhan. Ketika ia menghadapi penduduk kota yang sedang makar dan ingin menghabisi Paulus dan Silas, ia rela bertindak sebagai penjamin Paulus dan Silas. Mungkin ia akan mengalami hukuman yang berat jika Paulus dan Silas tidak keluar Tesalonika. Sikap dan tindakan Yason merupakan manifestasi dari kuasa firman yang bekerja di dalam dirinya.

Renungkan: Rindukah Anda mengalami kuasa itu? Tinggalkan cara baca Alkitab Anda yang mempraktekkan budaya 'instant' dan dapatkanlah kebenaran firman Tuhan melalui penggalian dan pemahaman.

(0.12) (Kis 23:23) (sh: Negara dan warga negara kristennya (Rabu, 5 Juli 2000))
Negara dan warga negara kristennya

Bagaimanakah hubungan yang ideal antara negara dengan Kristen? Apa yang telah dilakukan dan yang dikatakan oleh Kladius Lisias merupakan model sebuah hubungan yang seharusnya terjadi antara Kristen dan negara di mana pun Kristen berada, termasuk di Indonesia.

Kepala pasukan itu mempersiapkan pengawalan yang ketat dan kuat serta fasilitas yang memadai bagi Paulus agar ia dapat tiba dengan selamat di hadapan Feliks, sang wali negri di Kaisarea (33). Tindakannya ini menandakan bahwa pemerintah Romawi melihat ancaman yang ditujukan kepada Paulus sangat serius, dan Paulus adalah seorang warga negara yang berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintahnya. Ia bersusah-payah mengirim Paulus ke wali negri atau pemerintah propinsi, karena ia menghormati hukum yang berlaku bahwa ia tidak berwenang mengadili Paulus. Selain itu, apa yang ia tuliskan kepada Feliks tentang prosedur yang telah ia lakukan dan kesaksian tentang Paulus memperlihatkan bahwa ia benar-benar seorang pejabat yang menjunjung tinggi supremasi hukum. Tidak sedikit pun ia berusaha memutarbalikkan fakta yang ada. Dengan tegas ia menyatakan bahwa tuduhan yang dijatuhkan oleh orang-orang Yahudi terhadap Paulus adalah teologis, bersumber dari perdebatan agama. Ia telah memberikan penilaian yang positif terhadap Paulus bahwa ia tidak bersalah di mata hukum Romawi.

Ada tiga hal yang harus sungguh-sungguh dipahami dan diamalkan oleh Kristen di Indonesia. Pertama, peran yang tepat bagi negara adalah melindungi setiap hak warga negaranya untuk mendapatkan perlindung-an dan perlakuan yang sama. Karena itu Kristen harus senantiasa mendorong dan memberikan masukan terus-menerus kepada pemerintah agar dapat melakukan perannya dengan benar dan sesuai hukum. Kedua, negara tidak mempunyai kompeten untuk mengadili perkara-perkara yang berhubungan dengan teologis atau pun agama. Jika ini terjadi, maka negara sudah melewati batas-batas yang telah ditegaskan oleh Yesus (Luk. 20:25). Ketiga, Kristen harus mengikuti teladan Yesus dalam mempertahankan ketidakbersalahannya di hadapan hukum yang berlaku.

Renungkan: Karena itu kalaupun gereja harus dibakar biarlah itu karena Injil dan bukan karena tidak sesuai dengan prosedur-prosedur pembebasan tanah dan pembangunan atau hukum yang berlaku.

**Pengantar 2Raja-raja 17-25**

Pasal 17:

Kerajaan Israel menemui kehancurannya karena mereka menyimpang dari perintah Tuhan Allah mereka dan membuat berhala. Raja Salmaneser dari Asyur menghancurkan negara itu. Tidak hanya itu, raja Asyur mengadakan asimilasi dengan menempatkan orang-orang asing di tanah Israel, supaya keberadaan bangsa Israel benar-benar musnah.

Pasal 18-20:

Pemaparan tentang riwayat Hizkia disusun berdasarkan tema bukan kronologi waktu. Penyembuhan illahi yang ia alami (2Raj. 20) terjadi sebelum penyerangan raja Asyur (2Raj. 18-19). Tahun-tahun pertama pemerintahannya, tahun 715-705 sM., digunakan untuk pembaharuan rohani. Kemudian ia menyerang dan mengalahkan Asyur dan Filistin dan memperkuat benteng pertahanan Yehuda. Pada tahun 701 sM., raja Asyur yang baru, Sanherib, bergerak ke barat untuk berperang melawan koalisi bangsa-bangsa yang dipimpin oleh Yehuda dan didukung oleh Mesir. Kisah mundurnya Sanherib dari Yerusalem yang begitu dramatis dipaparkan di dalam 2Raj. 19-20, 2Taw. 32, dan Yes. 36-39. Ia tidak pernah kembali ke Yehuda. Dua puluh tahun kemudian dibunuh oleh kedua anak laki-lakinya.

Pasal 21-25:

Pemerintahan Manasye selama 55 tahun di Yehuda membawa bangsa Yehuda ke dalam kerusakan dan kehancuran moral, spiritual, dan akhlak (21:1-25). Cucunya, Yosia, mengadakan pembaharuan yang luar biasa namun sangat singkat (22:1-23:30). Raja-raja yang jahat kemudian menggantikannya (31-24:20) hingga Yerusalem jatuh ketangan Nebukadnezar dari Babel dan bangsa Yehuda mengalami pembuangan (25:1-30). Pemerintahan Yosia yang berani dan berhasil bertepatan dengan mulai jatuhnya kerajaan Asyur. Pada tahun 620 sM. Babel menggantikan posisi Asyur sebagai negara adidaya. Yosia gugur dalam peperangan tahun 609 ketika berusaha menghalangi Mesir untuk berkoalisi dengan Asyur. Raja-raja Yehuda seringkali berusaha memberontak melawan Babel. Akibatnya, Yehuda harus menderita karena serangan-serangan yang dilancarkan oleh Babel. Serangan puncak terjadi pada tahun 587, dimana Nebukadnezar mengepung Yerusalem. Pada tahun 586 kota itu jatuh dan penduduknya dibuang ke Babel. Beberapa penduduk yang tertinggal di Yerusalem membunuh gubernur Yerusalem yang diangkat oleh Babel.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA