Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 185 ayat untuk rela hati AND book:40 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mat 16:24) (ende: Menjangkal diri)

Arti ungkapan ini sangat luas. Dapat disadurkan sebagai: menguasai dan mentjegah segala ketjenderungan, jang bertentangan dengan kepentingan-kepentingan hidup abadi dan dengan Keradjaan Allah umumnja. Lagi pula berdjuang dan rela berkurban untuk mewudjudkan tjita-tjita Keradjaan Allah pada dirinja sendiri dan orang lain.

"Mengangkat salibnja". Jaitu bukan dengan paksa, melainkan dengan rela hati menerima segala kesusahan dan pengurbanan jang perlu atau berharga untuk Keradjaan Allah dan kehidupan abadi.

(0.94) (Mat 5:27) (sh: Kristen dan kemerosotan moral masyarakat (Jumat, 5 Januari 2001))
Kristen dan kemerosotan moral masyarakat

Kristen dan kemerosotan moral masyarakat. Sehari- harinya masyarakat Indonesia disuguhi sinetron- sinetron yang bertemakan perselingkuhan, seks bebas, pengagungan harta, dan kekerasan, demi tercapainya suatu tujuan; perempuan muda dengan pakaian super ketat di jalanan dan situs pornografi di internet; fakta pelecehan hukum demi melindungi kepentingan penguasa dan orang kaya: orang yang salah menjadi benar; dan penindasan rakyat kecil demi keuntungan bisnis. Semua itu membuat hal-hal yang tabu menjadi halal. Tindakan main hakim sendiri dan demonstrasi yang destruktif dipilih sebagai sarana pelampiasan hidup yang tertindas. Kemerosotan moral telah melanda masyarakat.

Kristen sebagai garam dan terang dunia harus mempunyai kualitas moral sesuai standar Allah, karena itu Kristen harus menolak segala bentuk dosa secara radikal (ayat 29-30). Dalam hukum masyarakat, berzinah adalah dosa sebab ia menggunakan orang lain hanya sebagai obyek seks. Bagi Allah imajinasi seksual pun termasuk zinah sebab ia memandang orang hanya sebagai obyek seksual. Padahal Kristen harus memandang manusia sebagai pribadi yang berharga. Perceraian yang disahkan secara hukum sebenarnya adalah penyimpangan terhadap ketetapan Allah dan pengkhianatan janji kesetiaan antara suami istri. Dalam masyarakat dimana hukum dilecehkan dan penguasa sulit dipercaya, kejujuran Kristen dalam perkataan harus tetap ditegakkan. Bagi Kristen, perkataan adalah hutang yang harus dibayar. Walaupun prinsip mata ganti mata dalam PL menetapkan batas pembalasan sebagai peraturan yang adil. Namun standar Yesus adalah tidak memperlakukan orang lain berdasarkan apa yang adil namun berdasarkan apa yang baik. Bahkan Kristen harus mengasihi musuhnya dan berdoa bagi mereka yang menganiaya, seperti Allah juga memberikan berkat kepada orang jahat (ayat 45). Dengan kata lain Kristen harus meneladani Allah.

Renungkan: Kemerosotan moral dalam masyarakat bukan merupakan peluang bagi Kristen untuk berkompromi ataupun merendahkan standar moralnya. Sebaliknya Kristen harus semakin giat memperlihatkan kepada masyarakat standar moral yang sesuai dengan kehendak Allah melalui kehidupan Kristennya, agar masyarakat sadar bahwa apa yang disuguhkan kepada mereka bukan sesuatu yang wajar dan biasa, namun suatu dosa yang dibenci Allah.

(0.89) (Mat 23:29) (sh: Yesus menghakimi (Minggu, 6 Maret 2005))
Yesus menghakimi

Yesus menghakimi
Rencana untuk membunuh diri-Nya (ayat rela+hati+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">26:3-4) sudah lebih dulu dilihat Yesus (ayat rela+hati+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">21:33-46). Dalam bagian ini Tuhan Yesus langsung membuka keadaan hati mereka yang sesungguhnya, meski mereka menganggap diri lebih baik daripada nenek moyang mereka yang telah membunuh nabi-nabi pada masa lampau. Secara munafik mereka menunjukkan sikap merasa diri lebih baik itu dengan membangun makam para nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (ayat 29). Bahkan ibadah dan ritual keagamaan dipergunakan untuk menutupi kejahatan diri dan mengelabui banyak orang. Tuhan langsung memojokkan mereka bahwa justru itu merupakan pengakuan bahwa mereka adalah keturunan pembunuh (ayat 31).

Sesungguhnya mereka sama sekali tidak lebih baik daripada nenek moyang mereka yang telah menganiaya para nabi. Andaikan mereka menerima nabi-nabi yang diutus Tuhan pada zaman lampau itu, mereka pasti juga akan menerima Yesus Kristus. Namun, kebencian mereka yang begitu nyata kepada Anak Allah, yang tentang Dia para nabi bernubuat, membuat jelas bahwa mereka layak menerima hukuman neraka! (ayat 33). Melalui ucapan-ucapan ini Tuhan Yesus tidak saja membongkar kepalsuan dan kegelapan hati mereka, kini Tuhan Yesus gilang gemilang mendudukkan diri-Nya sebagai Yang Benar dan yang patut didengar serta ditaati.

Kecaman serius Tuhan Yesus ini ditutup dengan kerinduan terdalam hati-Nya, yaitu agar orang-orang itu rela masuk ke dalam rangkulan anugerah-Nya (ayat 37). Sayang sekali rupanya mereka akan tetap meneruskan kebencian mereka (ayat 38,39). Apabila orang menolak anugerah Allah, maka tinggal kengerian saja yang akan menjenguk mereka. Berbagai peringatan sudah Tuhan perdengarkan, kelanjutannya hanya berita-berita hukuman yang terkait dengan berita kedatangan-Nya kedua kelak (pasal rela+hati+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">24). Orang yang terus melawan Yesus, kelak menghadap Dia sebagai terpidana.

Renungkan: Menolak Yesus berarti menolak hidup dan mengundang hukuman kekal.

(0.88) (Mat 26:36) (sh: Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis (Minggu, 8 April 2001))
Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis

Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis. Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir. Maka pada doa yang kedua dan ketiga Ia lebih siap melaksanakan kehendak Bapa- Nya. Ia rela minum cawan itu sebab Ia tahu dengan pasti bahwa itulah kehendak Bapa bagi-Nya. Di saat yang begitu menegangkan, Yesus meminta ketiga murid-Nya untuk berdoa bagi diri mereka. Sekalipun tubuh lemah, murid-murid harus berdoa menghadapi pencobaan yang berat. Sayang 3 murid yang diharapkan untuk menjadi teman doa di saat yang paling berat ini justru tidur. Yesus bergumul seorang diri. Akhirnya, Ia menang, Ia siap, Ia taat melaksanakan kehendak Bapa.

Pergumulan berat dilalui Yesus dengan berdoa dan hati yang siap dan rela melaksanakan kehendak Bapa sekalipun sangat bertentangan dengan kemauan dan kehendak diri- Nya. Persekutuan dengan Bapa membuat Yesus sanggup menghadapi sengsara dan derita yang harus ditanggung- Nya. Begitu waktu-Nya tiba, Ia bersiap menyongsong para musuh yang sudah mendekat.

Renungkan: Kesedihan, kepedihan, dan kegentaran untuk meminum itu diabaikan oleh Tuhan Yesus sebab Ia tahu bahwa untuk itu Ia datang ke dalam dunia, yakni menanggung murka dan hukuman Allah atas dosa manusia, dosa saya dan Anda.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 157

(0.88) (Mat 25:31) (sh: Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus (Rabu, 4 April 2001))
Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus

Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus. Memberikan perhatian, pertolongan, atau harta kepada saudara Tuhan Yesus yang hina, miskin, dan perlu pertolongan menyebabkan seseorang dapat masuk dalam kerajaan Allah. Penghargaan dan hak masuk ke dalam kemuliaan diberikan Raja kepada mereka yang melakukan perbuatan baik, bukan karena motivasi untuk mendapatkan pahala. Bahkan mereka melakukan semua itu karena kasih tanpa pamrih. Mereka melakukan kepada orang-orang yang paling hina tanpa memikirkan untuk keuntungan atau kemuliaan diri. Akan tetapi mereka rela berkorban, rela berbagi harta, terbuka melihat kesulitan dan kekurangan orang lain, dan tidak berpusat pada kebutuhan sendiri tetapi peka terhadap kebutuhan yang lain. Hati dan sikap ini jelas tidak akan dimiliki mereka yang tidak mempunyai kasih Allah.

Suatu hari kelak bila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya, Ia akan datang sebagai Raja yang adil. Ia akan memisahkan bangsa-bangsa menjadi dua golongan seperti gembala yang memisahkan domba dan kambing. Domba diberi hak masuk ke dalam kemuliaan Sang Raja sedang kambing dimasukkan ke dalam siksaan kekal. Raja yang adil memperhatikan pola dan gaya hidup para murid-Nya selama di bumi ini. Apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya, sekalipun tidak menjadi motivasi murid-murid untuk mendapatkan pahala, ternyata dihargai dan Raja memberikan kemuliaan dan hidup kekal kepada mereka.

Penggambaran tentang apa yang akan terjadi kelak di hadapan takhta kemuliaan Raja hendaknya menjadi pelajaran yang perlu kita camkan dan lakukan. Perhatian, bantuan, pemberian tidak kita arahkan kepada orang yang dapat membalas kebaikan kita; justru kepada yang paling hina, kepada yang tidak dapat membalas, kepada yang paling membutuhkan. Itu pun kita lakukan bukan untuk menumpuk pahala dalam Kerajaan Allah tetapi dalam ketulusan, kerendahan hati, dan tidak bermotivasi keuntungan atau kemuliaan diri.

Renungkan: Berdasar firman Tuhan hari ini marilah kita memeriksa diri, motivasi apakah yang mendorong kita berbuat baik kepada sesama. Kepada siapakah kita biasanya memberikan bantuan dan pertolongan, yang bisa membalas kebaikan kita ataukah kepada yang paling membutuhkan pertolongan tanpa dapat membalas jasa.

(0.88) (Mat 14:13) (sh: Hati yang peduli (Jumat, 8 Februari 2013))
Hati yang peduli

Judul: Hati yang peduli
Di tengah-tengah dunia yang individualistik, orang Kristen dipanggil untuk menyatakan kepedulian, meneladani Yesus. Sebenarnya Yesus dan murid-murid ingin menenangkan diri di tempat yang sunyi. Namun, melihat antusias orang banyak, Yesus menunjukkan belas kasihan-Nya dan menyembuhkan mereka yang sakit (5, 34-36).

Yesus juga peduli terhadap kebutuhan jasmani orang banyak. Ia mendorong para murid untuk peduli dan bertindak. Saat para murid menganggap diri tidak mungkin melakukan sesuatu yang signifikan dengan sumber daya yang sangat sedikit (17), Yesus membuatnya menjadi mungkin. Mereka belajar menyerahkan yang sedikit itu ke dalam tangan Yesus yang berkuasa. Dia akan memberkati yang sedikit untuk kelimpahan bagi orang banyak. Para murid yang melayani pun mendapat bagian (20).

Yesus bisa memiliki hati peduli karena Ia hidup dekat dengan Bapa (23) dan mengerti tujuan misi-Nya. Ia bukan hanya peduli terhadap orang banyak, tetapi juga murid-murid-Nya yang sedang mengalami kesulitan karena angin badai dan gelombang. Ia menghampiri mereka dengan berjalan di atas air agar mereka tahu bahwa Ia juga berkuasa atas alam, sehingga mereka tidak perlu takut. Ia juga mengajar mereka untuk fokus kepada Dia, melalui mengizinkan Petrus ikut berjalan di atas air. Dengan fokus kepada-Nya mereka akan sanggup mengatasi gelombang kehidupan. Mereka akhirnya mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah (33).

Mari kita belajar meneladani Tuhan Yesus agar selalu peduli terhadap kebutuhan sesama kita. Bila kita merasa potensi dan kekuatan kita tidak seberapa untuk melakukannya, mari kita datang dan serahkan semua itu kepada Tuhan Yesus, maka Ia sanggup melipatgandakan dan memakai kita menjadi saluran berkat. Terlebih lagi, bila kita sendiri mengalami berbagai kesulitan, masalah, dan gelombang kehidupan, janganlah takut, tetapi serahkanlah kepada Tuhan Yesus, maka Ia yang berkuasa atas sakit penyakit dan alam akan menolong dan memberi jalan keluar kepada kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/08/

(0.87) (Mat 11:20) (sh: Bertelinga tetapi tidak mendengar, mempunyai mata namun tidak melihat. (Selasa, 20 Januari 1998))
Bertelinga tetapi tidak mendengar, mempunyai mata namun tidak melihat.

Bertelinga tetapi tidak mendengar, mempunyai mata namun tidak melihat.
Demikianlah dikatakan Yesus tentang kota-kota Betsaida, Khorazim, dan Kapernaum, yang telah menikmati banyak mukjizat Tuhan Yesus. Mereka senang menerima berkat Tuhan, tetapi tidak mau menerima sumber berkat itu sendiri. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengecam dengan pedas, "Celakalah kamu, celakalah kamu, kota yang harus diturunkan ke neraka". Hukuman Sodom akan lebih ringan daripada orang-orang yang menolak Tuhan Yesus.

Air sejuk bagi orang yang haus di padang pasir. Yesus membeberkan keberadaan kota-kota itu, agar mereka menyadari dan mengenali dirinya serta tahu apa dan siapa yang dibutuhkannya. Seseorang yang belum menyadari dirinya mengidap kanker ganas tidak akan pernah sungguh-sungguh mencari dokter. Ketika sinar rontgen membuktikan, barulah ia segera mencari pertolongan. Undangan Yesus itu ibarat air sejuk bagi orang yang akan mati haus di padang gurun. Berbahagialah kita yang telah menikmati kelegaan dan ketenangan dari Tuhan Yesus. Jadilah murid-murid yang mau taat belajar dan rela memikul kuk yang dipasang untuk kita.

Doa: Jauhkanlah kami dari hati yang senantiasa mencari berkat. Tolonglah agar bergantung pada sumber berkat itu sendiri, Amin.

(0.86) (Mat 13:44) (sh: Mencari sebuah nilai (Kamis, 8 Februari 2001))
Mencari sebuah nilai

Mencari sebuah nilai. Nilai suatu benda dapat terletak pada benda itu sendiri atau ada faktor lain di luar benda tersebut yang membuatnya berarti. Sebagai contoh: sebuah cincin emas sangat berarti karena nilai dirinya sendiri; berbeda halnya dengan sebuah cincin imitasi, akan berarti bagi seorang gadis karena cincin tersebut adalah pemberian sang kekasih hati. Cincin emas murni tidak akan luntur nilainya ditelan zaman, namun cincin imitasi mungkin akan berubah tidak bernilai karena kekasih hati sang gadis telah pergi meninggalkannya.

Yesus menekankan betapa bernilainya hal Kerajaan Sorga melalui 2 gambaran: (ayat 1) harta yang terpendam di ladang. Ketika orang menemukan harta terpendam ini, ia sangat bersukacita karena menemukan sesuatu yang sangat bernilai. Maka segala miliknya yang lain menjadi tidak berarti dibandingkan harta tersebut. Ia rela menjual segala miliknya demi mendapatkan harta yang terpendam itu. (ayat 2) seorang pedagang sengaja mencari mutiara karena ia tahu betapa berharganya mutiara itu. Maka setelah ia menemukan mutiara yang dicarinya, ia segera menjual segala miliknya untuk membeli mutiara tersebut. Kedua perumpamaan ini menggambarkan betapa bernilainya hal Kerajaan Sorga, namun tidak setiap orang yang mendengarnya mengerti hal ini. Seorang yang menyadari betapa bernilainya hal Kerajaan Sorga, dengan sukacita akan meninggalkan apa pun dalam dunia ini asalkan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Adakah sesuatu yang lebih bernilai dalam hidup Anda sehingga menghalangi untuk mendapatkan Kerajaan Sorga? Sebagai penutup, Yesus kembali mengingatkan tentang kesudahan zaman dimana akan terjadi pemisahan antara orang benar dan orang fasik. Bila tiba akhir zaman maka tidak ada lagi kesempatan bagi orang fasik untuk menyesali keadaannya, karena semuanya sudah terlambat. Ini pun menjadi peringatan bagi kita bahwa kesempatan ini sangat terbatas.

Renungkan: Nilai apakah yang sedang kita cari? Seperti orang yang menemukan harta terpendam dan seperti seorang yang mencari mutiara, ataukah seperti orang-orang yang menolak Yesus karena mencari kebenaran berdasarkan hikmat manusia? Hikmat manusia tidak dapat menembus nilai kekekalan yang dimiliki Yesus. Seorang yang mau membuka hatinya bagi kebenaran-Nya, akan menggali nilai kekekalan di dalam Diri-Nya.

(0.86) (Mat 3:13) (sh: Menjadi serupa walaupun tidak sama (Minggu, 28 Desember 1997))
Menjadi serupa walaupun tidak sama

Menjadi serupa walaupun tidak sama
Yohanes baru saja menjelaskan bahwa baptisan yang Yesus akan berikan jauh lebih besar dari baptisan yang ia layankan (ayat 11). Tiba-tiba justru sesudah itu Yesus minta dibaptis olehnya. Kalau Dia tidak berdosa (berarti tidak perlu bertobat seperti yang disimbolkan dalam baptisan), mengapa Dia harus dibaptis? Dia dibaptis untuk "menggenapkan seluruh kehendak Allah" (ayat 15). Dia jelas tidak berdosa, tetapi mengambil bagian dalam hal yang seharusnya dijalani dan dilakukan orang berdosa. Tindakan-Nya itu konsekuen dan serasi dengan tindakan-Nya menjelma menjadi manusia. Dia menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal, walau Dia tetap adalah Yang Suci tanpa dosa!

Mewakili manusia. Tindakan yang Yesus lakukan itu secara terbatas telah juga dilakukan oleh para hamba Tuhan, nabi-nabi Perjanjian Lama. Tatkala Musa, Nehemia, Ezra, Daniel berdoa bagi umat Allah yang berdosa, mereka berdiri di hadapan Allah mewakili umat Israel. Mereka berdoa mengakui dosa-dosa umat. Hal yang sama dilakukan juga oleh para imam. Tentu saja ketika mereka mengakui dosa tersebut, mereka bukan saja mewakili umat mengakui dosa publik. Sebagai orang berdosa pun mereka sendiri bertobat dan mengakui dosa-dosa pribadi mereka. Itulah bedanya Yesus sang Hamba Allah dari hamba-hamba Allah lainnya. Ia mewakili manusia dalam kekudusan dan kesempurnaan-Nya. Ia dibaptiskan bukan karena perlu tetapi karena rela. Ia mengambil tempat manusia yang berdosa supaya ketidakberdosaan-Nya dapat memberikan kebebasan bagi manusia dari dosa.

Renungkan: Orang yang merasa diri benar hanya bisa melakukan tindakan agama yang seremonial saja. Tuhan Yesus yang sungguh benar tanpa dosa, sanggup membenarkan kita dari lubuk hati terdalam.

Doa: Agar sungguh menghayati arti baptisan yang kita terima dalam Yesus Kristus.

(0.86) (Mat 19:16) (sh: Kekayaan dapat membawa duka (Jumat, 23 Februari 2001))
Kekayaan dapat membawa duka

Kekayaan dapat membawa duka. Kekayaan seringkali menjadi dambaan insan demi kebahagiaan. Namun seringkali pula realita berbicara sebaliknya, bahwa kekayaan membawa duka: ketidakharmonisan, retaknya persahabatan, rela menjual kejujuran dan ketulusan, dan kehancuran diri. Terlebih lagi bila kekayaan telah menjadi dewa dalam kehidupan seseorang, sehingga segala sesuatu diukur dengan kekayaan. Inilah yang terjadi dalam diri sang pemuda kaya yang malang.

Strategi pemuda kaya dalam mengajukan pertanyaan (ayat 16) menunjukkan bahwa sesungguhnya ia tidak sedang bertanya, tetapi memamerkan kesalehannya (ayat 20). Ketika ia menganggap bahwa semua yang baik telah dilakukannya, Yesus menegaskan bahwa hanya Satu yang baik (ayat 17), yakni Tuhan. Bagaimana pun baiknya manusia tetaplah manusia berdosa, yang tidak mungkin mencapai standar kebaikan Allah. Maka Yesus mengatakan bahwa untuk memperoleh hidup kekal, manusia harus datang kepada Allah (ayat 17), dan tidak mungkin dengan usaha atau perbuatan baik manusia. Namun pemuda tersebut menilai kehidupan kekal hanya sejauh usaha manusia (ayat 20). Mungkinkah seorang dapat melakukan semua perintah Allah dengan sempurna, bukan dengan standar manusia tetapi dengan standar Allah?! Bila benar bahwa pemuda tersebut telah melakukan semuanya demi kasihnya kepada Allah, maka ketika Yesus menyuruhnya menjual segala miliknya dan membagikan kepada orang miskin, tidak akan membuatnya sedih, tetapi dengan sepenuh hati ia akan melakukannya. Namun ia gagal karena kekayaan telah menjeratnya.

Ketidakmengertian murid-murid, menyebabkan Yesus harus menjelaskan bahwa orang kaya sulit masuk surga, bukan karena kekayaannya, tetapi karena pemahaman yang salah, sehingga tidak menyadari bahwa keselamatan adalah anugerah, yang sesungguhnya tidak dapat diukur dan diupayakan dengan materi. Demikian pula pemahaman mereka tentang apa yang didapatkan sebagai balasan dari kerelaan meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus (ayat 27). Mereka pun mengukur segala sesuatu dengan neraca untung-rugi. Bagi mereka kehidupan kekal masih merupakan sesuatu yang abstrak, maka titik tolak pembicaraan mereka berkisar hal materi.

Renungkan: Kekayaan manakah yang lebih berarti, yang bersifat sementara ataukah yang bersifat kekal walau tak nampak wujudnya kini?

(0.86) (Mat 26:14) (sh: Ruang Anda dipenuhi Yesuskah? (Rabu, 16 Maret 2005))
Ruang Anda dipenuhi Yesuskah?

Ruang Anda dipenuhi Yesuskah?
Perjamuan Paskah yang sedang Yesus rayakan sarat makna dan sarat suasana. Makna perjamuan itu bukan saja merayakan pembebasan Israel purba dari penjajahan Mesir, tetapi makna baru, yaitu penyiapan bagi penderitaan sang Anak Manusia. Dengan demikian suasana haru memang menandai perjamuan tersebut. Suasana haru karena kasih Yesus itu menjadi lebih kental ketika perempuan di Betania mencurahkan ungkapan kasihnya kepada Yesus dengan minyak mahal. Sayang sekali bahwa peringatan sarat makna dan suasana itu dinodai oleh rencana pengkhianatan Yudas.

Lawan ternyata tidak saja berasal dari kalangan luar. Orang yang sekian tahun belajar dari Yesus kini pergi mengajukan proposal penyerahan Yesus (ayat 15). Mulai momen itu, ia bukan lagi pengikut Yesus, tetapi tekun merancang siasat untuk menyerahkan Yesus (ayat 16). Meski dalam perjamuan roti tak beragi Yesus berupaya mengembalikan Yudas, namun ia bersikeras meneruskan pengkhianatannya (ayat 25). Pertanyaan Yudas ini menunjukkan sikapnya yang entah tidak paham atau tidak menerima Yesus kecuali sekadar rabi saja. Pertanyaan itu bertujuan menutupi kejahatannya, namun Yesus terus terang membongkar rencana busuk Yudas.

Seperti dalam nas kemarin, kini pun kita menjumpai keterlibatan seorang yang rela meminjamkan ruang rumahnya untuk kepentingan Yesus menyiapkan para murid-Nya menghadapi momen dahsyat yang sedang menjelang. Hidup dan pengurbanan Yesus tanpa pamrih dikaruniakan-Nya bagi semua orang. Namun, di sekitar Yesus tetap saja ada dua macam orang, yaitu mereka yang akan menolak Yesus seperti Yudas dan mereka yang merespons kasih Yesus dengan benar. Kasih dan arti pengurbanan Yesus sampai sekarang tetap tidak berubah. Demikian pun kemungkinan dua macam tanggapan bertolak belakang ini masih bisa terjadi pada masa kini.

Renungkan: Peka dan sudikah kita mengakui bahwa hanya Yesus berhak memenuhi ruang di hati kita?

(0.86) (Mat 27:32) (sh: Menderitaan tak tertanggungkan (Jumat, 13 April 2001))
Menderitaan tak tertanggungkan

Menderitaan tak tertanggungkan. Penyaliban adalah suatu bentuk hukuman yang sangat mengerikan. Bagi orang Roma, penyaliban hanya dikhususkan bagi para budak yang melakukan kesalahan, dan penjahat yang terjahat. Selain itu, penyaliban juga merupakan suatu penganiayaan yang dengan sengaja memperberat penderitaan dan menunda kematian. Melalui pengertian ini kita tahu bagaimana pemerintah Roma dan orang-orang Yahudi menempatkan keberadaan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka bisa saja menempatkan Yesus pada posisi itu, tetapi mereka tidak dapat memahami keberadaan Yesus yang sesungguhnya di tiang itu. Mereka tidak dapat menyamakan Yesus dengan kedua penjahat yang berada di sebelah kanan dan kiri Yesus yang harus disalib karena kejahatan yang mereka lakukan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Yesus. Dia harus menderita di kayu salib untuk menggenapi perjuangan-Nya menghubungkan kembali persekutuan manusia dengan Allah yang terputus karena dosa. Yesus menderita karena kejahatan yang tidak Dia lakukan. Bahkan untuk kejahatan kita Yesus rela disiksa, disakiti, diolok, dihina, ditelanjangi, dibuat tak berdaya, hingga akhirnya di salib.

Kita diingatkan bahwa keterbuangan penderitaan yang dialami-Nya adalah hukuman Ilahi yang seharusnya ditanggung oleh dosa-dosa kita. Dia menenggak "cawan" murka Allah yang seharusnya menjadi bagian kita. Hingga akhirnya Dia harus mengorbankan nyawa- Nya, juga untuk kita. Kematian-Nya diiringi peristiwa dahsyat dimana bumi bergoyang, bukit batu terbelah, gelap gulita, kubur terbuka, orang mati bangkit! Mata dunia terbuka, bahwa kematian yang dialami-Nya bukanlah kematian manusia biasa.

Renungkan: Hendaklah mata hati dan iman kita pun tetap terbuka untuk melihat fakta bahwa persekutuan kita dengan Allah terjalin kembali karena Kristus, melalui kematian-Nya, telah mengangkut seluruh dosa- dosa kita.

Bacaan untuk Jumat Agung

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 167

(0.75) (Mat 23:9) (ende: Bapa)

Disini dimaksudkan sebagai gelar kehormatan. Murid-murid Jesus harus rendah hati, djangan gila-hormat seperti orang parisi.

(0.75) (Mat 26:38) (jerusalem: HatiKu sangat sedih) Ungkapan ini mengingatkan Maz 42:6 dan Yun 4:9.
(0.73) (Mat 20:1) (jerusalem) Dengan mengupah sampai sore hari buruh-buruh yang menganggur dan memberinya upah sehari penuh tuan kebun anggur itu menyatakan kebaikan hati yang melebihi keadilan belaka tanpa memperkosanya. Demikian sikap hati Allah yang mengizinkan masuk ke dalam KerajaanNya orang yang datang terlambat, seperti orang berdosa dan orang bukan Yahudi. Orang yang dipanggil sebagai yang pertama (orang Yahudi yang sudah menikmati perjanjian sejak Abraham) jangan menjadi marah atau berkecil hati karenanya.
(0.73) (Mat 6:7) (ende: Dengan banjak perkataan)

Doa jang terlebih kuat ialah tjetusan hati jang pendek sekali tetapi hangat seperti misalnja doa-doa dalam "Bapa kami".

(0.73) (Mat 5:8) (ende: Murni hati)

Bukan dimaksudkan "sutji" dalam arti umum atau ,sepi dari pertjabulan", melainkan bertjita-tjita luhur, lurus hati, tidak berpura-pura dalam sikap dan tindakan-tindakan, tidak bermuka dua atau disamping udjud luhur, setjara tersembunji menaruh udjud jang tidak baik.

(0.73) (Mat 11:25) (ende: Hal-hal itu)

jakni rahasia-rahasia (nilai-nilai dan kebidjaksanaan) Keradjaan Allah. "Orang-orang ketjil", jaitu orang biasa dan rendah kedudukannja, jang rendah hati pula, menaruh roh kemiskinan, jang berdukatjita, jang lembut hati, dan golongan-golongan lain jang disebut berbahagia dalam Mat 5:2-11.

(0.73) (Mat 1:19) (jerusalem: seorang yang tulus hati) Ketulusan hati Yusuf kiranya nampak dalam hal bahwa di satu pihak tidak mau memberikan namanya kepada seorang anak yang asal-usulnya tidak diketahuinya, dan di lain pihak tidak mau memaksa Maria menjalani pemeriksaan keras, yang diperintahkan oleh Hukum, Ula 22:20 dst, karena yakin tentang kesucian Maria; Yusuf tidak mengerti rahasia ini.
(0.72) (Mat 5:8) (full: ORANG YANG SUCI HATINYA. )

Nas : Mat 5:8

"Yang suci hatinya" adalah mereka yang telah dibebaskan dari kuasa dosa oleh kasih karunia Allah dan kini berusaha tanpa tipu daya untuk menyenangkan hati Allah dan memuliakan Dia dan menjadi sama seperti Dia.

  1. 1) Mereka berusaha untuk memiliki sikap hati yang sama seperti Allah -- mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan

    (lihat cat. --> Ibr 1:9).

    [atau ref. Ibr 1:9]

    Hati mereka (termasuk pikiran, kehendak, dan perasaan;

    lihat art. HATI)

    adalah selaras dengan hati Allah (1Sam 13:14; Mat 22:37; 1Tim 1:5).
  2. 2) Hanya orang yang suci hatinya yang "akan melihat Allah". Melihat Allah artinya menjadi anak-Nya dan tinggal di hadapan-Nya, baik sekarang maupun di masa yang akan datang (Kel 33:11; Wahy 21:7; 22:4).


TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA