Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 119 dari 119 ayat untuk merusak (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17) (Mat 8:1) (sh: Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? (Senin, 17 Januari 2005))
Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?

Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua kelompok dalam kesan mereka tentang mukjizat. Ada yang memercayai dan menggandrungi mukjizat dan ada yang meragukan kemungkinan terjadinya mukjizat.

Dalam bacaan kita hari ini, Matius mencatat tiga peristiwa mukjizat yang Yesus lakukan. Maksud Matius bukan ingin memaparkan sikap orang terhadap mukjizat melainkan memaparkan siapakah Yesus melalui sikap-Nya terhadap masalah orang dan melalui tindakan-Nya membuat mukjizat. Masalah pertama yang Yesus selesaikan adalah penyakit kusta (ayat 1-4). Dalam hukum Musa, menderita kusta berarti terkucil dari masyarakat sebab hal tersebut diartikan kutukan Allah. Ucapan Yesus terhadap permohonan si kusta memperlihatkan sikap-Nya terhadap masalah terkutuk dan terkucil. Yesus mau orang itu bebas dari keadaan terkutuk dan terkucil. Itu sebabnya, Ia tidak saja menyembuhkan, tetapi mengirim orang itu menjumpai para imam.

Penyembuhan budak perwira di Kapernaum sekaligus menekankan dua hal (ayat 5-13). Yesus menginginkan orang memiliki iman penuh kepada Dia sebab Dia memang yang berdaulat untuk memerintah atau menuntut orang beriman mutlak kepada-Nya. Sayang orang Israel yang seharusnya memiliki iman malah dipermalukan oleh seorang kafir (ayat 10). Penyembuhan ibu mertua Petrus dan banyak lagi masalah lainnya kembali menekankan kedaulatan Yesus atas kekuatan-kekuatan yang merusak hidup manusia (ayat 16). Maksud dari semua perbuatan mukjizat itu adalah memperagakan bahwa Yesus sungguh adalah Dia "yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (ayat 17). Mukjizat adalah tanda yang membuat orang melihat kedudukan Yesus seharusnya dalam hidup dan atas dunia ini.

Renungkan: Mukjizat atas segala mukjizat adalah ketika Anda diberi-Nya iman untuk meninggikan Dia di atas segala masalah dan menjadikan-Nya Tuhan dalam hidup Anda.

(0.17) (Mat 20:17) (sh: Kamu tidak tahu apa yang kamu minta (Minggu, 25 Februari 2001))
Kamu tidak tahu apa yang kamu minta

Ketika seorang anak kecil meminta sebuah palu sebagai mainan, maka dengan tegas kita melarangnya dan mengatakan bahwa ia belum tahu apa yang dimintanya. Apakah pernyataan ini hanya diberlakukan kepada anak- anak? Ternyata Yesus mengatakan hal ini kepada murid-murid-Nya yang tidak mengerti apa yang mereka minta.

Ketika penderitaan Yesus semakin dekat, Ia kembali mengatakan tentang penderitaan dan kebangkitan- Nya. Mereka tidak sedih seperti respons pertama, mereka justru mempersoalkan kedudukan dalam Kerajaan Sorga dimana Yesus bertakhta. Kita dapat membayangkan betapa hancur hati Yesus melihat ketidakmengertian mereka tentang konsep Kerajaan Sorga, padahal Yesus telah menyatakan berulang kali konsep yang benar melalui pengajaran dan beberapa perumpamaan. Ibu Zebedeus yang memikirkan anak-anaknya, datang dan sujud kepada Yesus serta memohon agar Ia menempatkan mereka di sebelah kanan dan kiri-Nya. Ibu, anak-anaknya, dan murid- murid-Nya yang lain tidak tahu arti sesungguhnya `duduk di sebelah kiri atau kanan Yesus'. Mereka hanya menginginkan kedudukan dan tidak tahu bagaimana seseorang harus sampai ke takhta itu.

Sesungguhnya hanya Yesus yang akan duduk di sebelah kanan Allah, karena Dialah satu-satunya pengantara Allah dan manusia. Ia harus mengalami penderitaan yang memalukan, menyakitkan, merusak hubungan-Nya dengan Bapa ketika Ia menanggung murka Allah atas dosa manusia. Inilah cawan penderitaan amat pahit dan mengerikan yang harus diminum-Nya, dan tidak seorang pun lainnya yang memenuhi syarat meminumnya (ayat 22), karena hanya Dialah Anak Allah dan Manusia sejati.

Renungkan: Tak ada pilihan lain, kemuliaan hanya dicapai melalui penderitaan memikul salib dan mencurahkan darah tebusan dosa.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 1

Kejadian 9:8-15

I Petrus 3:18-22

Markus 1:12-15

Mazmur 25:3-9

Lagu: Kidung Jemaat 157

PA 8 Matius 19:16-30

Penilaian `orang itu baik' dapat berdasarkan beberapa alasan. Misalnya: orang baik adalah orang yang senantiasa cepat tanggap terhadap kesulitan orang lain, orang baik adalah orang yang senantiasa membuka telinganya bagi pergumulan orang lain, orang baik adalah orang yang ringan tangan memberi bantuan terhadap kaum lemah, orang baik adalah orang yang mau merendahkan hati memikirkan dan memperjuangkan kepentingan rakyat jelata, dan masih banyak lagi alasan lainnya. Namun bila kita mengamati semua alasan ini, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa orang baik adalah orang yang melakukan sesuatu bagi sesamanya.

Pemuda kaya yang menemui Yesus menganggap diri sempurna, karena telah menaati seluruh perintah Allah. Mungkin tepat bila ia menyandang pujian `pemuda yang baik' karena ia telah melakukan kebaikan bagi orang-tua dan sesamanya. Benarkah demikian? Kita akan lihat dalam bagian ini apakah standar kesempurnaan menurutnya sama dengan standar sempurna menurut Yesus.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Mengapa banyak orang beranggapan bahwa hidup kekal dapat diperoleh melalui perbuatan baik? Apakah pendapat ini muncul karena manusia memikirkan kehidupan kekal menurut standar neraca dunia: dosa dan kebaikan? Mengapa demikian? Sampai titik manakah pendapat ini akan gugur?

2. Ketika pemuda ini menanyakan: apa yang masih kurang?, bagian manakah dari 2 hukum utama yang Yesus tanyakan kepada pemuda ini (lihat Mat.22:37- 40)? Dapatkah seseorang hanya melakukan salah satu dari hukum yang terutama ini? Mengapa demikian?

3. Ketika Yesus menuntut untuk menjual harta dan membagikannya kepada orang miskin, bagaimana responsnya? Mengapa hal ini sulit baginya? Ketika ia melakukan seluruh perintah Allah, bagi siapa ia melakukannya: Allah atau diri sendiri? Apakah yang menduduki posisi tertinggi dalam hidupnya, sehingga ia tidak mau kehilangan hartanya?

4. Bagaimana pemahaman Anda tentang hidup kekal? Dapatkah Anda menaati seluruh perintah Allah bukan dalam rangka mewujudkan hukum yang terutama dan yang pertama? Apakah yang seharusnya Anda tanggalkan agar Allah menjadi prioritas dalam hidup Anda?

(0.17) (Mat 23:1) (sh: Yesus membongkar kepalsuan (Jumat, 4 Maret 2005))
Yesus membongkar kepalsuan


Tuhan Yesus kini mempertentangkan orang Farisi dan para pemimpin agama dengan fakta-fakta kebobrokan mereka. Ia sebenarnya menghargai posisi ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bahkan menganjurkan para murid-Nya untuk menerima dan melakukan ajaran mereka (ayat 3). Yang Ia persoalkan di sini adalah sikap hidup mereka. Pengajar yang benar di hadapan Tuhan adalah mereka yang bukan hanya mengajar orang lain melainkan juga mengajar diri sendiri, sehingga totalitas kehidupan mereka menjadi pengajaran yang hidup. Pengajar yang baik bersedia menanggung beban yang berat di atas bahu sendiri, bukan justru meletakkannya pada bahu orang lain.

Orang-orang Farisi itu bukan hanya tidak melakukan apa yang mereka ajarkan (ayat 4), mereka menjalankan segala kegiatan rohani bukan untuk Allah, melainkan untuk dipuji manusia (ayat 5-7). Di balik kegiatan rohani mereka terselubung keinginan untuk beroleh hormat dan pujian (ayat 8). Sikap demikian merusak hakikat agama. Kerohanian dan kegiatan ibadah masih mereka lakukan, namun motivasinya adalah penyembahan diri sendiri. Seharusnya keagamaan yang sejati adalah hidup di hadapan Allah, entah dilihat manusia atau tidak. Hidup demikian menghasilkan penghormatan sejati kepada Allah. Orang demikian tidak akan menyesuaikan kerohanian dengan pendapat manusia.

Pemimpin rohani tidak boleh menuntut disebut Rabi (ayat 8) dan orang yang dipimpin harus menjauhi pemberian hormat berlebihan kepada pemimpin (ayat 9). Pemimpin sejati harus belajar menjadi murid, rendah hati, serta tunduk ke bawah otoritas Allah sebagai kekuatan kepemimpinannya. Kultus individu tidak saja mengancam dunia politik, lebih lagi ia merupakan bahaya laten dalam kerohanian.

Renungkan: Baik pemimpin maupun umat harus menjaga bahwa kehormatan adalah milik Tuhan dan pengaruh dalam kepemimpinan adalah karunia Allah yang harus dijalani dalam sikap hamba bukan sikap tuan.

(0.17) (Rm 7:13) (sh: Perbuatan daging atau Allah? (Minggu, 24 Mei 1998))
Perbuatan daging atau Allah?

Hukum Taurat hanya berguna untuk menunjukkan dosa manusia. Bila kita mengandalkan Taurat, justru sifat dosa di dalam kita akan dirangsangnya. Jadi, apakah Taurat itu jahat? Bukan, kenyataan itu hanya membuktikan dosa telah sedemikian rupa merusak manusia hingga Taurat yang baik itu malah berbalik membuat manusia justru terpancing untuk melakukan yang dilarang Taurat. Jadi yang salah adalah sifat dosa di dalam tiap manusia yang merangsang timbulnya perbuatan-perbuatan daging. Jadi sifat dosa telah membuat dirinya tak tertolong oleh Taurat baik untuk beroleh keselamatan atau pun untuk menjalani hidup yang telah diselamatkan itu dalam kekudusan. Dari awal, seterusnya sampai pada kesempurnaan kelak, kita harus sepenuhnya bergantung pada karya Kristus oleh kuat Roh Kudus.

Pengalaman siapa? Pengalaman siapakah yang Paulus tuturkan ini? Paulus memang menggunakan sebutan "aku" dan dalam bentuk waktu sedang berlangsung. Namun itu dipakainya bukan karena ia sedang menyaksikan pengalaman rohaninya, tetapi karena ia sedang menempatkan diri di dalam pengalaman banyak Kristen yang ingin dibimbingnya untuk lepas. Banyak Kristen yang sudah lahir baru (ayat 19: menghendaki yang baik, 22: suka akan hukum Allah) namun masih terus menerus kalah melawan dosa, bahkan "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 15). Artinya Paulus sedang bicara tentang Kristen yang sudah diperbarui Kristus namun kurang menyadari dan bertindak konsisten dengan kebenaran anugerah Injil Yesus Kristus. Maksud Tuhan menebus kita bukan agar kita sekadar diampuni namun jatuh bangun terus dalam dosa. Ia ingin agar kita sepenuhnya menikmati kesukaan hidup Kristen di dalam Yesus Kristus. Bukan seperti Kristen yang masih sebagian berprinsip Taurat dalam kondisi perbudakan tetapi merdeka penuh dalam Kristus.

Doa: Aku ingin melayaniMu dan kebenaranMu hanya oleh kuasa kemenanganMu, ya Tuhan Yesus.

(0.17) (1Kor 5:1) (sh: Berdukacitalah! (Minggu, 24 Agustus 1997))
Berdukacitalah!

Kondisi jemaat di Korintus sangat memprihatinkan! Ada di antara warga jemaat itu yang melakukan dosa memalukan yang bahkan orang kafir pun tidak melakukannya. Dosa yang dilakukan ialah zinah dengan ibu tiri sendiri. Para pelakunya memang menyebut diri orang Kristen dan anggota jemaat, tetapi pasti mereka tidak mengasihi Tuhan dan jemaat-Nya. Perbuatan yang merusak kesaksian dan melemahkan iman jemaat itu tentu tidak dilakukan orang yang sungguh mengasihi Tuhan. Paulus sangat terpukul oleh kebobrokan tersebut, namun jemaat Korintus sendiri malah berbangga (ayat 2). Mereka bangga karena menganggap bahwa sikap menerima orang-orang yang melakukan percabulan dalam persekutuan sebagai suatu kemajuan. Bangga akan dosa adalah suatu kemunduran. Seharusnya jemaat berdukacita dan bertindak!

Basmi Dosa! Bila dibiarkan, dosa akan seperti ragi yang berpengaruh cepat ke seluruh jemaat. Dosa bukan hanya membinasakan pelakunya tetapi seluruh jemaat juga akan tercemar. Mereka akan terbiasa dengan dosa sehingga akhirnya tidak takut lagi berbuat dosa. Karena itu dosa harus dibenci, orang yang berdosa harus didisiplin. Disiplin yang dijatuhkan kepada orang berdosa itu adalah bukti bahwa jemaat mengasihinya. Disiplin gerejawi dijalankan demi menjaga kekudusan warga jemaat secara pribadi dan seluruh jemaat. Tidak mudah memang menjalankan disiplin, terlebih masa kini, tetapi tindakan itu harus karena penting. Tuhan menghukum bukan untuk menghancurkan tetapi untuk memulihkan dan memurnikan orang yang dikasihi-Nya.

Renungkan: Hanya hidup yang tanpa ragi dosa yang bisa mengalami suasana pesta rohani dalam hadirat Allah yang kudus, murni, tanpa cela.

Doa: Tuhanku, tolong kami untuk saling memperhatikan dan mengasihi sedemikian rupa hingga kami berani menolak dosa sahabat kami dan membawa mereka balik kepadaMu.

(0.17) (Gal 2:11) (sh: Tolak standar ganda! (Selasa, 7 Juni 2005))
Tolak standar ganda!


Joni adalah salah seorang simpatisan Kristen yang akhirnya menolak untuk dibaptiskan karena melihat kelakuan dari seorang pemimpin Kristen. "Munafik," ujar Joni ketika ditanyakan alasannya. Lanjutnya, "Dia berkata Yesus mengasihi tanpa membeda-bedakan suku, bangsa, ras, dan bahasa. Namun, ia (menyebut nama pemimpin itu) menghina suku kami sebagai suku yang rendah dan tidak pantas beribadah di gerejanya."

Sungguh menyedihkan, sikap yang dilihat Joni dan yang menjadi penyebab ia mundur dari memercayai Yesus, justru diperlihatkan oleh Petrus (ayat 12). Petrus masih menganggap tradisi Yahudi (=sunat) lebih penting daripada Injil. Sebaliknya Paulus menyatakan konsistensi imannya dengan berani menegor keras dan terbuka kepada Petrus yang tergolong seniornya (ayat 11,14). Pertama, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan manusia berdosa. Hanya kasih karunia dalam Kristus yang membenarkan seseorang. Kasih karunia dalam Kristus inilah yang mengubah inti kehidupan orang yang percaya. Hidup Kristus ada di dalam hidupnya (ayat 16-20). Kedua, sikap Petrus sebagai salah seorang pemimpin gereja mempengaruhi orang-orang lain sehingga mereka juga terseret dalam kemunafikannya (ayat 13). Kalau hal ini dibiarkan dapat mengacaukan dan merusak persekutuan Injil yang sudah Paulus rintis dan bina selama ini di Antiokhia.

Gereja harus menyadari bahwa peran penting mereka dalam pemberitaan Injil bukan hanya dengan menjadi juru bicara Tuhan, tetapi juga dengan menyaksikan kasih Allah melalui kehidupan. Pertama, gereja harus menolak segala ajaran yang menegakkan peraturan atau tradisi tertentu lebih tinggi daripada ajaran kasih karunia. Kedua, gereja harus mendidik umat Tuhan untuk tidak bersikap membeda-bedakan suku, bahasa, status sosial, pendidikan, dll. Sikap antidiskriminasi ini harus dimulai dari para pemimpin gereja!

Camkan: Jangan rusak kesaksian Injil kasih Allah dengan tindakan diskriminatif umat Allah.

(0.17) (Gal 5:1) (sh: Tetap merdeka atau menjadi hamba? (Rabu, 15 Juni 2005))
Tetap merdeka atau menjadi hamba?


Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat sebagai jalan keselamatan yang membuat orang berpaling dari Injil anugerah? Jawabannya: Gengsi. Menerima anugerah berarti mengaku tidak berdaya. Sebaliknya dengan melakukan Taurat berarti bisa membanggakan diri telah mengerjakan keselamatan untuk diri sendiri!

Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak injil palsu yang mau memperhamba diri mereka pada Taurat (ayat 1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sbb. Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (ayat 2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati secara sempurna hukum tersebut (ayat 3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (ayat 6-9). Namun, Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (ayat 10).

Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.

Camkan: Setiap ajaran yang menekankan perbuatan menambahi atau bahkan menggantikan kasih karunia hanya akan membuahkan kesombongan dan perpecahan dalam gereja!

(0.17) (Gal 5:19) (sh: Kemerdekaan dalam pimpinan Roh (Jumat, 17 Juni 2005))
Kemerdekaan dalam pimpinan Roh


Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya menyerahkan diri dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang merasa diri bebas melakukan apa saja, termasuk berbuat dosa, sebenarnya masih diperbudak dosa!

Di nas ini, Paulus mengontraskan hidup yang dikendalikan daging dan hidup yang dipimpin oleh Roh. Orang yang dikendalikan daging adalah orang yang mengikuti hasrat dan hawa nafsu dosa serta keinginan-keinginan duniawi yang bersifat merusak, seperti yang didaftarkan Paulus pada ayat 19-21. Orang-orang yang melakukannya pasti bukan anggota kerajaan Allah (ayat 21b). Sebaliknya orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh akan membuahkan sifat-sifat ilahi seperti yang dicantumkan Paulus pada ayat 22-23. Bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang dipimpin oleh Roh? Yaitu, dengan menyerahkan diri menjadi milik Kristus. Menjadi milik Kristus berarti menyerahkan kendali diri pada pimpinan Roh. Hal itu berarti juga menyangkal diri, hawa nafsu kedagingan, dan hal-hal duniawi (ayat 24). Orang Kristen harus secara aktif dan terus menerus menyangkal diri, supaya Roh Kudus senantiasa aktif dan tak henti-henti memimpin hidup orang percaya (ayat 25).

Latihlah diri Anda untuk menyangkal diri setiap hari atas setiap sifat kedagingan yang masih mengganggu kekudusan hidup Anda. Caranya adalah dengan menerapkan dan mengembangkan sifat-sifat ilahi yang sudah dikaruniakan Roh Kudus kepada Anda. Usaha Anda hanya akan berhasil bila Anda memelihara hubungan pribadi yang dekat dan intens dengan Tuhan melalui saat teduh. Jadikan gereja sebagai sarana untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan mempraktikkan saling menolong dan saling meneguhkan antarsaudara seiman.

Camkan: Tak seorang pun, termasuk Anda sendiri, yang berhak mengatur hidup Anda, kecuali Dia yang adalah pemilik dan penebus hidup Anda.

(0.17) (Ef 6:10) (sh: Perlengkapan rohani untuk hidup suci (Sabtu, 19 Oktober 2002))
Perlengkapan rohani untuk hidup suci

Paulus mengingatkan bahwa ada kuasa-kuasa yang tidak kelihatan yang berusaha merusak kesatuan umat dan menyelewengkan kesucian umat. Pemerintah, penguasa dan roh jahat di u dara (ayat 12); Roh-roh jahat ini sangat berkuasa dan licik penuh tipi muslihat. Manusia tidak mampu melawan mereka.

Jadi apa yang harus diperbuat? Ada dua sikap ekstrim yang harus dihindari. [1]. Terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus. [2]. Mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. Manusia lemah dan tidak mungkin menghadapi roh-roh. Karenanya orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan. Karenanya orang Kristen harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13).

Ada 6 jenis perlengkapan: kebenaran, pembenaran, berita Injil damai sejahtera, iman, keselamatan, dan firman Allah. Kebenaran adalah kebenaran isi Alkitab atau hidup kristiani yang benar (ayat 14). Baju zirah pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Yesus yang melindungi orang percaya dari semua tuduhan iblis (ayat 14). Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia dari cengkeraman roh-roh jahat (ayat 15). Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis berbentuk keraguan dan kebimbangan. Orang Kristen telah menerima keselamatan dari Allah dan sedang menanti sepenuhnya pada saat Yesus datang kedua kali; masa kini Allah menyelamatkannya dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh (ayat 17). Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (Mat. 4:1-10). Kita tidak tahu kapan dan bagimana iblis menyerang. Itulah sebabnya kita harus siap sedia, dengan setiap hari menjadikan firman Allah santapan kita dan setiap hari kita wujudkan dalam hidup.

Renungkan: Kita adalah milik Tuhan; Tuhan sudah menjadikan semua hal yang perlu agar kita suci seperti Kristus.

(0.17) (1Yoh 2:12) (sh: Cinta dunia atau cinta Allah? (Senin, 1 Desember 2003))
Cinta dunia atau cinta Allah?

Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat 16). Dunia yang dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (ayat 17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang bersifat sementara.

Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri khas cinta dunia:

[1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah daging dalam ayat 16 menunjuk pada semua hal yang menentang Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya boleh dilakukan dalam koridor perkawinan;

[2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa perselingkuhan;

[3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya.

Renungkan: Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda bahwa kita sudah mengasihi dunia ini.

(0.17) (Why 2:12) (sh: Bahata pembusukan (Jumat, 25 Oktober 2002))
Bahata pembusukan

Tuhan jelas tidak menafikan pergulatan hebat sidang jemaat Pergamus – yang diam di takhta iblis, yakni pusat penyembahan berhala Greko-Roman, Zeus alias Jupiter. Sidang jemaat tidak menyangkal nama Tuhannya di tengah gelombang aniaya. Lagi, kita baca tentang kesetiaan yang tabah-takwa. Bahkan salah seorang warga jemaatnya mati martir karena kesetiaan kepada Tuhannya. Tuhan, Raja Gereja senantiasa menghargai perjuangan Gereja-Nya.

Namun, pembusukan sedang terjadi di jemaat Pergamus. Ini jauh lebih berbahaya daripada badai aniaya sehebat apapun. Pembusukan terjadi dari dan atau di dalam jemaat Pergamus. Yang dimaksud adalah berkembangnya ajaran sesat yang memiliki implikasi dan konsekuensi moral yang sangat merusak jemaat bahkan meruntuhkannya. ‘Ajaran Bileam’ rupanya semacam ajakan untuk berkompromi dengan tuntutan-tuntutan duniawi, dan tentu saja menggemakan semangat permisif dalam moralitas. Inilah waktunya menjadi serupa dengan dunia, sehingga suatu saat Gereja dan orang percaya tidak lagi ada bedanya dengan dunia. Sementara itu ‘pengikut Nikolaus’ mengajarkan Kristus versi baru, sejenis Kristus-Gnosis, yang mengajarkan bukan Kristus yang historis, melainkan Kristus kosmis yang hanya dicapai lewat jalan mistik oleh orang-orang yang telah menerima terang atau pencerahan batin. Bagi para pengikut Nikolaus, Injil Salib dan Kebangkitan merupakan barang remeh yang hanya cocok bagi para pemula dalam Agama Kristen. Bagi mereka, Injil Salib dan Kebangkitan merupakan omong kosong. Kristus-Gnosis yang mistika-historis itulah yang mereka puja.

Renungkan: Awasi pembusukan dalam ajaran dan moral dalam Gereja! Tuhan Yesus menyerukan supaya warga jemaat yang telah termakan faham-faham sesat tersebut bertobat. Firman-Nya membongkar tuntas sehingga yang benar dan yang salah, yang sejati dan yang palsu, menjadi nampak sejelas-jelasnya, sehingga pertobatan dirasakan menjadi sesuatu yang sangat mendesak, tidak bisa ditawar, apalagi ditunda!

(0.15) (Ul 14:26) (full: ANGGUR ATAU MINUMAN YANG MEMABUKKAN ... ENGKAU DAN SEISI RUMAHMU. )

Nas : Ul 14:26

Ayat ini berkenaan dengan kesempatan khusus untuk ibadah dan ucapan syukur yang diikuti seluruh rumah tangga, termasuk laki-laki, wanita, pemuda dan anak-anak. Kata Ibrani yang dipakai di sini untuk "anggur" (_yayin_) dapat menunjuk pada sari anggur beragi dan sari anggur tidak beragi. Kata Ibrani untuk "minuman yang beragi" (_shekar_) dapat diterjemahkan "minuman yang manis"

(lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN LAMA

untuk keterangan terinci mengenai arti kedua kata Ibrani ini). Terjemahan ini meniadakan kesulitan yang mengusulkan bahwa orang dewasa dan anak-anak diperintahkan untuk menyembah Allah dengan minum minuman yang membuat kecanduan dan memabukkan. Setiap usaha untuk menafsirkan ayat ini dengan benar harus mempertimbangkan hal-hal berikut.

  1. 1) Tujuan dari kebaktian penyembahan itu ialah agar "belajar untuk selalu takut akan Tuhan, Allahmu" (ayat Ul 14:23). Supaya menyembah Allah dengan tepat dan belajar takut akan Dia, kita perlu senantiasa waspada dan menguasai diri

    (lihat cat. --> Ef 5:18;

    lihat cat. --> 1Tes 5:6;

    [atau ref. Ef 5:18; 1Tes 5:6-8]

    lihat art. TAKUT AKAN TUHAN).

    Perhatikan bahwa Allah menuntut pantangan mutlak dari minuman-minuman memabukkan supaya membedakan yang kudus dengan yang cemar, untuk mengajarkan perintah-perintah-Nya dengan benar (Im 10:9) dan memastikan bahwa kita tidak melupakan hukum Allah dan melakukan kesalahan

    (lihat cat. --> Ams 31:4-5).

    [atau ref. Ams 31:4-5]

  2. 2) Para imam Lewi harus hadir pada kebaktian penyembahan ini (ayat Ul 14:27-29). Allah memerintahkan para imam ini untuk berpantang minum minuman yang memabukkan (dengan ancaman hukuman mati) sementara bertugas sebagai imam (Im 10:9). Sangatlah bertentangan dengan sifat kudus Allah untuk membiarkan para penyembah meminum minuman memabukkan ketika bersama dengan para imam.
  3. 3) Sifat dari perayaan ini ialah perayaan panen ketika dipergunakan hasil bumi yang masih segar (versi Inggris NIV -- "anggur baru") (ayat Ul 14:23); hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sari anggur segar.
  4. 4) Penemuan modern bahwa minuman beralkohol merusak janin kiranya juga harus dipertimbangkan sebelum beranggapan bahwa Allah yang mahatahu memberkati, mengizinkan, atau memerintahkan ayah, ibu, dan anak-anak Israel untuk "bersukaria" di hadapan-Nya sambil minum minuman yang memabukkan

    (lihat cat. --> Ams 23:31;

    [atau ref. Ams 23:31]

    lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2)).

(0.15) (Ezr 9:3) (full: KETIKA AKU MENDENGAR PERKATAAN ITU. )

Nas : Ezr 9:3

Tanggapan Ezra yang sedih dan doanya adalah contoh yang baik sekali dari keprihatinan dan kekhawatiran yang seharusnya dialami oleh semua hamba Allah yang benar ketika menyaksikan umat Allah menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan fasik.

  1. 1) Ezra terkejut, malu, dan sangat sedih karena kesalahan umat itu (ayat Ezr 9:3-6; lih. 1Sam 15:35; Yer 9:1-26; 2Kor 11:29).
  2. 2) Ezra memiliki suatu perasaan yang dalam mengenai kemuliaan, kebenaran, dan kasih Tuhan, yang ditolak umat itu (ayat Ezr 9:4,8-10). Ia tidak bisa menerima apa yang sedang dilakukan umat itu (ayat Ezr 9:3,5; 10:1; juga lih. doa Nehemia dalam Neh 9:1-38 dan Daniel dalam pasal Dan 9:1-27).
  3. 3) Ezra berdoa kepada Allah dalam kerendahan hati dan dengan air mata (ayat Ezr 9:3,5; 10:1).
  4. 4) Ezra menyatukan dirinya dengan mereka yang didoakan olehnya dengan menyebut "dosa-dosa kami" dan "kejahatan-kejahatan kami" (ayat Ezr 9:6-15); ia merasakan rasa malu dan kesalahan nasional lebih dalam daripada mereka (bd. Yes 53:12).
  5. 5) Ezra memahami bahwa kasih karunia dan kemurahan Allah, yang ditunjukkan kepada kaum sisa yang kembali dengan membangkitkan harapan dan visi tentang masa depan, membangun kembali bait Allah dari puing-puing dan memberikan mereka tembok perlindungan, kini diancam oleh ketidaktaatan umat itu kepada firman Allah (ayat Ezr 9:8-15).
  6. 6) Ezra sangat sadar akan kasih karunia dan kemurahan Allah sehingga mengharapkan akan melihat pengampunan dan pemulihan umat itu (ayat Ezr 9:8-9,12-14).
  7. 7) Akhirnya, penyesalan Ezra yang dalam menarik perhatian orang lain yang gemetar "karena firman Allah Israel" (ayat Ezr 9:4) dan memahami dampak-dampak merusak dari dosa untuk umat itu dan keluarga mereka (ayat Ezr 9:7,13-15).
(0.15) (Kol 2:8) (full: FILSAFATNYA YANG KOSONG ... TIDAK MENURUT KRISTUS. )

Nas : Kol 2:8

Paulus mengingatkan kita untuk berwaspada terhadap segala filsafat agama, dan tradisi yang menekankan usaha manusia terlepas dari Allah dan penyataan-Nya dalam Alkitab. Sekarang ini salah satu ancaman filsafat yang terbesar terhadap kekristenan yang berdasarkan Alkitab adalah "humanisme sekular". Paham ini telah menjadi filsafat yang mendasar dan agama yang diterima dalam kebanyakan pendidikan sekular, pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya. Paham ini juga merupakan segi pandangan yang tetap dari kebanyakan media berita dan hiburan di seluruh dunia.

  1. 1) Apakah yang diajarkan oleh filsafat humanisme?
    1. (a) Filsafat ini mengajar bahwa umat manusia, alam semesta, dan segala sesuatu yang ada hanya terdiri atas zat dan tenaga yang terbentuk secara kebetulan dalam wujudnya yang sekarang.
    2. (b) Manusia tidak diciptakan oleh Allah yang berkepribadian, tetapi adalah hasil suatu proses evolusi yang untung-untungan.
    3. (c) Paham ini menolak kepercayaan kepada Allah yang berkepribadian dan tak terbatas serta menyangkal bahwa Alkitab adalah penyataan yang diilham oleh Allah kepada umat manusia.
    4. (d) Ditegaskannya bahwa pengetahuan tidak ada terlepas dari penemuan manusia dan bahwa nalar manusialah yang menentukan etika yang tepat bagi masyarakat, dan dengan demikian menjadikan manusia sebagai otoritas yang tertinggi.
    5. (e) Paham ini berusaha untuk mengubah atau memperbaiki perilaku manusia melalui pendidikan, redistribusi ekonomi, psikologi modern atau hikmat manusia.
    6. (f) Diajarkannya bahwa standar moral tidaklah mutlak, melainkan nisbi, ditetapkan oleh apa yang membahagiakan orang, membuatnya senang, atau dianggap baik untuk masyarakat sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditentukan oleh para pemimpinnya; nilai-nilai dan moralitas alkitabiah ditolak.
    7. (g) Rasa nyaman-diri, kepuasan, dan kesenangan dianggapnya sebagai keuntungan yang tertinggi dalam hidup.
    8. (h) Ditegaskannya bahwa manusia harus belajar untuk menanggulangi kematian dan segala kesukaran dalam hidup tanpa percaya kepada atau bergantung pada Allah.
  2. 2) Filsafat humanisme mulai dengan Iblis dan merupakan perwujudan kebohongan Iblis bahwa manusia dapat menjadi seperti Allah (Kej 3:5). Alkitab menyebut para penganut humanisme sebagai orang yang telah "menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya ... " (Rom 1:25).
  3. 3) Semua pemimpin, pendeta, dan orang-tua Kristen harus berusaha sekuat-kuatnya untuk melindungi anak-anak mereka dari indoktrinasi humanisme dengan menyingkapkan kesalahannya serta menanam di dalam mereka sikap penghinaan terhadap pengaruhnya yang merusak (Rom 1:20-32; 2Kor 10:4-5; 2Tim 3:1-10; Yud 1:4-20;

    lihat cat. --> 1Kor 1:20;

    lihat cat. --> 2Pet 2:19).

    [atau ref. 1Kor 1:20; 2Pet 2:19]

(0.15) (Yak 1:21) (full: BUANGLAH SEGALA SESUATU YANG KOTOR. )

Nas : Yak 1:21

Firman Allah, baik yang dikhotbahkan maupun yang tertulis, tidak dapat menguasai seorang dengan efektif kalau orang itu belum terpisah dari kekotoran dan kejahatan moral.

  1. 1) Allah memerintahkan orang percaya untuk mengesampingkan semua kekotoran berdosa yang meresapi suatu masyarakat yang rusak sambil berusaha mempengaruhi mereka dan keluarganya. Kotoran ini menajiskan jiwa dan merusak kehidupan mereka (bd. Ef 4:22,25,31; Kol 3:8; 1Pet 2:1).
  2. 2) Alkitab memberitahukan kita apa yang tidak layak bagi umat Allah yang kudus. Oleh karena itu, jangan kita terlibat dalam bentuk percabulan dan kecemaran apa pun juga (Ef 5:3-4). Kita harus menyadari bahwa mengizinkan jenis kekotoran moral apa pun ke dalam kehidupan atau rumah-tangga kita, termasuk bahasa yang tidak senonoh atau kecabulan melalui video atau televisi, mendukakan Roh Kudus dan melanggar standar Allah yang kudus bagi umat-Nya. Firman Allah memperingatkan kita, "Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah ... Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka" (Ef 5:6-7).
  3. 3) Sebagai orang percaya, kita harus bersungguh-sungguh dalam kebenaran dan kekudusan. Rumah kita hendaknya dibersihkan dari kecemaran dan dipenuhi dengan Firman Allah dan kekudusan Kristus (bd. Mat 12:43-45;

    lihat art. PENGUDUSAN).

(0.15) (1Raj 11:1) (sh: Dosa dan konsekuensinya (Rabu, 16 Februari 2000))
Dosa dan konsekuensinya

Dalam perikop ini dosa puncak Salomo digambarkan tanpa penjabaran kejayaannya. Ia tidak hanya mempunyai banyak istri (walaupun ia tahu bahwa hal ini dilarang Allah), namun hatinya pun telah terpaut kepada allah-allah lain karena istri-istrinya. Perjalanan akhir hidupnya sangat ironis dan kemunafikan. Dahulu ia memanjatkan doa berkat untuk rakyatnya, ia mengharapkan hati seluruh umat dan dirinya dicondongkan kepada Tuhan agar hidupnya selalu menurut dan setia pada firman-Nya. Namun kenyataannya sekarang, hati Salomo condong ke allah lain.

Inilah puncak dosa Salomo. Hati adalah pusat segala kehendak manusia. Jika kehendak Salomo tidak lagi berpusat pada Allah melainkan kepada dirinya sendiri, maka bisa dipastikan segala tindakan-tindakan yang direncanakan dan dilakukan juga tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Bahkan ia sudah berani secara terang-terangan mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk semua istrinya.

Dampak dosa yang dilakukan Salomo tidak dapat dilokalisir hanya pada lingkungan istana, tetapi telah menjadi preseden yang sangat buruk bagi seluruh bangsa Israel. Akibatnya mereka pun akan melakukan apa yang dilakukan oleh rajanya. Dengan kata lain dampak dosa Salomo sudah menasional dan sudah merusak kehendak seluruh bangsa Israel juga.

Dampak terberat bagi Salomo adalah kejayaan yang telah ia bangun dengan susah payah akan memudar. Hanya karena komitmen penuh Allah kepada Daud, semua itu baru akan terjadi setelah Salomo meninggal. Dengan kata lain, jika secara penampakannya hingga akhir hidup Salomo, ia sendiri tidak mengalami hukuman atas dosanya, ini tidak berarti bahwa ia terbebas dari segala hukuman dosa atau Allah tidak tegas terhadap dosa yang sudah memuncak. Hanya anugerah Allah semata, konsekuensi itu akan dijatuhkan dan menghantam masa depan seluruh keluarga Salomo.

Renungkan: Bila kita melihat seorang yang telah melakukan dosa namun hidupnya nampak tenang dan masih menikmati kedudukan dan kekuasaannya, jangan beranggapan bahwa ia terbebas dari konsekuensi dosa. Hanya karena kasih karunia-Nya, Allah menunda hukuman-Nya, tetapi kelak pasti akan dijatuhkan setimpal dengan dosanya, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya.

(0.15) (Ams 20:1) (sh: Manusia memang tidak pernah berbeda (Kamis,10 Agustus 2000))
Manusia memang tidak pernah berbeda

Amsal yang ditulis oleh raja Salomo hampir 3000 tahun yang lalu memperingatkan dan membicarakan sikap, perangai, dan hakikat manusia pada zamannya yang ternyata tidak berbeda dengan manusia abad 21. Ia memperingatkan manusia agar tidak dikuasai oleh zat-zat adiktif seperti anggur dan minuman keras karena orang yang dikuasainya akan merugikan masyarakat dan merusak tubuhnya serta menghancurkan masa depannya sendiri (1). Peringatan Salomo ini masih relevan untuk zaman ini karena banyak orang yang sudah dikuasai oleh narkoba, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dari orang sipil hingga para pejabat, dari pegawai rendahan hingga para eksekutif. Praktek ketidakjujuran dalam perdagangan sama-sama dilakukan oleh penjual dan pembeli (10, 14).

Zaman sekarang praktek semacam itu dilakukan dengan bentuk yang lebih canggih seperti: nilai proyek yang direkayasa demi mengeruk uang rakyat, prosedur tender yang tertutup dan pemenangnya adalah `konco-konco'nya sendiri, monopoli dilakukan terhadap proyek-proyek dan barang-barang penting bagi seluruh rakyat. Itu semua adalah kekejian bagi Tuhan karena menyengsarakan rakyat banyak seperti yang terjadi di negara kita. Kemalasan juga termasuk `penyakit' abadi manusia. Mereka membuang kesempatan yang ada demi kenikmatan sementara padahal ada kebutuhan utama yang harus selalu dipenuhi (4, 13). Zaman sekarang penyakit itu sedikit berbeda. Dahulu, orang malas menjadi miskin. Sekarang miskin menjadi malas. Sebab penanganan secara tuntas untuk memberantas kemiskinan tidak bijak. Selalu ada pihak yang bersedia memberi ikan bukan pancing. Akibatnya tanpa pancing pun mereka dapat makan ikan. Dengan demikian kemalasan dan kemiskinan sama-sama dilanggengkan. Dan yang tidak pernah berubah adalah tidak ada orang setia, tidak ada orang yang bersih hatinya dan tahir dari dosa (7, 9). Semua orang telah berbuat dosa seperti kata Paulus (Rm. 3:23).

Renungkan: Bagaimana Kristen meresponi manusia yang tidak pernah berbeda dari zaman ke zaman? Kita diberi telinga untuk mendengar keluhan, teriakan, dan jeritan mereka minta tolong untuk disembuhkan, dibebaskan, dientaskan, dan diselamatkan, diberi mata untuk melihat bahwa mereka semua sedang antri berbaris menuju kebinasaan kekal (12). Temukanlah mereka!

(0.13) (Mat 9:17) (full: ANGGUR YANG BARU ... KE DALAM KANTONG KULIT YANG TUA. )

Nas : Mat 9:17

Ada bermacam-macam tafsiran mengenai ayat ini. Dua pandangan adalah:

  1. 1) "Anggur yang baru" adalah sari buah anggur yang segar. Pada saat sari buah itu mulai memuai, maka kantong kulit yang baru akan mengembang namun tidak akan koyak, sedangkan kantong kulit yang lama akan pecah. "Anggur yang baru" melambangkan Injil yang mengembang dan mengadakan perubahan yang tidak dapat ditahan oleh Yudaisme kuno. Akan tetapi pandangan ini kurang dapat diterima karena mereka yang mengenal proses fermentasi sari buah anggur mengatakan bahwa kantong kulit yang terbaru dan yang terkuat sekalipun apabila ditutup tetap akan pecah akibat kehebatan proses fermentasi itu (lih. Ayub 32:19).
  2. 2) Penafsiran yang kedua mengatakan bahwa perumpamaan ini menekankan pentingnya memelihara baik anggur yang baru maupun kantong kulit yang baru.
    1. (a) "Anggur yang baru" merupakan sari buah anggur segar yang belum beragi, yang melambangkan berita keselamatan yang asli dari Yesus Kristus dan kuasa Roh Kudus yang disalurkan pada hari Pentakosta. Perhatian terutama Yesus ialah bahwa Injil yang asli dan kuasa penebusan Roh Kudus tetap terpelihara dari semua perubahan atau pencemaran. Penafsiran ini didukung oleh perhatian Kristus agar Injil (anggur yang baru) tidak diubah oleh ajaran (ragi) orang Farisi dan Yudaisme (ragi merupakan zat yang mengadakan fermentasi atau perubahan; bd. Mat 16:6,12; Kel 12:19; 1Kor 5:7).
    2. (b) Pada zaman dahulu, untuk menjaga agar sari buah anggur tetap manis untuk jangka waktu tertentu, orang akan menyaring atau mendidihkan sari buah tersebut, memasukkannya ke dalam botol lalu menempatkannya di suatu tempat yang sejuk

      (lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (1)

      lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2).

      Kantong kulit yang baru diperlukan karena kantong itu bebas dari semua bekas unsur fermentasi, mis. sel-sel ragi yang sudah matang. Apabila sari buah anggur yang baru dimasukkan ke dalam kantong kulit yang lama, maka sari buah itu akan lebih cepat meragi karena sudah ada sel-sel ragi di dalam kantong kulit yang lama itu. Fermentasi yang terjadi dengan demikian akan merusak baik sari anggur yang baru maupun kantong kulitnya (yang akan pecah karena tekanan proses peragian). Columella, seorang Romawi yang ahli di bidang pertanian pada abad I, menulis bahwa untuk menjaga agar sari buah anggur "tetap manis", maka sari buah tersebut harus dimasukkan ke dalam suatu wadah baru yang tertutup rapat-rapat (On Agriculture, 12.29).
(0.13) (Rm 6:1) (full: BOLEHKAH KITA BERTEKUN DALAM DOSA? )

Nas : Rom 6:1

Dalam pasal Rom 6:1-23 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai "dalam Kristus" oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada alam hidup -- bersama Kristus (ayat Rom 6:2-12). Karena orang percaya sejati telah memisahkan diri secara pasti dari dosa, mereka tidak akan terus hidup dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus, mereka bukan orang percaya sejati (bd. 1Yoh 3:4-10). Sepanjang pasal ini Paulus menekankan bahwa mustahil seseorang menjadi hamba dosa dan hamba Kristus sekaligus (ayat Rom 6:11-13,16-18). Jikalau mereka menyerahkan diri kepada dosa, hasilnya adalah hukuman dan kematian kekal (ayat Rom 6:16,23).



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA