Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 301 - 318 dari 318 ayat untuk mendapatkan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.19) (Luk 11:14) (sh: Mereka yang berpihak kepada Yesus. (Kamis, 23 Maret 2000))
Mereka yang berpihak kepada Yesus.

Mukjizat dalam perikop ini sesungguhnya untuk mendemonstrasikan eksistensi Allah dan    Kerajaan-Nya. Juga untuk memberitakan bahwa Allah sudah datang    untuk membebaskan manusia dari ikatan belenggu kuasa Setan.    Terompet peperangan sudah ditiup dan peperangan rohani sudah    dimulai.

Sikap netral sangat mustahil dalam peperangan ini. Seperti    mereka yang sudah menyaksikan penyataan kuasa Roh Kudus yang    langsung dan nyata, kemudian mereka dituntut untuk menentukan    sikap terhadap Kerajaan-Nya (ayat 23). Demikian juga setiap pengikut-    Nya. Untuk itu apa yang harus dialami oleh mereka yang berada di    pihak-Nya? Mereka harus mengalami pembaharuan total di mana Roh    Kudus tinggal dalam hidupnya. Tidak seperti keadaan orang yang    didatangi kembali roh-roh lain yang lebih jahat karena hidupnya    dibiarkan kosong (ayat 24-26). Di samping itu mereka harus juga    mempunyai hubungan rohani secara pribadi dengan Kristus bukan    hubungan secara fisik karena menjadi ibu dari Yesus (ayat 27). Dan    hubungan ini  harus dipelihara dengan jalan senantiasa    mendengarkan dan memelihara firman-Nya (ayat 28).

Selain itu ada hal-hal yang harus dihindari oleh pengikut-Nya,    di dalam menjalani kehidupan beribadahnya selama di dunia.    Mereka tidak boleh menekankan simbol-simbol dan ritual agama,    sehingga mengabaikan realita dan kewajiban moral  yang    dinyatakan oleh simbol-simbol keagamaan (ayat 38). Mereka juga tidak    boleh menggantikan moralitas kehidupan dengan ketaatan terhadap    tata ibadah lahiriah. Hal ini seperti orang farisi yang yakin    kekudusan hidupnya karena mencuci cawan dan pinggannya (ayat 39).    Dalam menaati perintah-perintah-Nya haruslah seimbang. Janganlah    melakukan satu hal yang kecil dengan ekstrimnya, namun justru    mengabaikan perintah-perintah yang lebih hakiki (ayat 42). Orang    percaya tidak boleh menjalankan kehidupan agamanya hanya untuk    mendapatkan kemuliaan dirinya, kecuali untuk kemuliaan-Nya (ayat 43).

Renungkan: Karena itu dalam peperangan rohani zaman ini,    mereka yang berpihak kepada-Nya adalah orang-orang yang hidup    dipimpin oleh Roh Kudus, yang hidup mengagungkan dan menjalankan    firman-Nya. Dan semua itu dimanifestasikan dalam kehidupan moral    yang sesuai dengan standar Allah, bukan standar pribadi ataupun    standar masyarakat.

(0.19) (Luk 17:20) (sh: Sifat manusia yang tidak pernah berubah. (Selasa, 4 April 2000))
Sifat manusia yang tidak pernah berubah.

Jawaban Yesus atas pertanyaan orang Farisi tentang kapankah Kerajaan Allah    akan datang (ayat 20-21) tidak dimaksudkan untuk mengingkari apa yang    nantinya diajarkan-Nya kepada murid-murid-Nya, yaitu tentang    penampakan Kerajaan-Nya di masa mendatang (ayat 24). Ia menyatakan    bahwa walaupun Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,    namun sesungguhnya sudah hadir di antara mereka dalam pribadi    Yesus Kristus (ayat 21). Orang-orang Farisi tidak mampu melihat    Kerajaan Allah karena pikiran mereka sebetulnya sudah    terkontaminasi  oleh gemerlapnya dunia yang mereka kejar,    sehingga pemahaman mereka tentang Kerajaan Allah pun menjadi    salah.

Kesalahan orang-orang Farisi itu terus berulang pada generasi    selanjutnya, walaupun berbeda wujudnya. Yesus sudah menegaskan    bahwa kedatangan Kerajaan-Nya akan tergenapi. Ketika itu, banyak    orang akan  terkejut karena tidak siap. Mereka terlalu sibuk    dengan urusan-urusan sendiri dan tidak bisa melepaskan diri dari    perkara duniawi, seperti yang terjadi pada zaman Nuh dan Sodom    Gomora. Sikap manusia terhadap harta di sepanjang segala zaman    tidak pernah berubah. Bila kita melihat di sekitar kita sekarang    ini, manusia-manusia terlalu sibuk dengan urusan, kepentingan,    keuntungan, dan kepuasan pribadi yang semuanya berhubungan    dengan harta. Mereka berlomba-lomba untuk mempunyai harta    sebanyak-banyaknya dalam waktu dan dengan tenaga yang sekecil-    kecilnya. Salah satu penyebabnya adalah merebaknya budaya    konsumerisme dewasa ini. Hal ini semakin ditumbuhsuburkan dengan    kemajuan media cetak dan elektronik. Akibatnya kehidupan mereka    sehari-hari hanya dipenuhi bagaimana mendapatkan harta,    menikmati, dan mempertahankan apa yang sudah dimilikinya; karena    mereka tidak bisa membayangkan kehidupan tanpa segala kenikmatan    dan kemewahan. Akibatnya mereka tidak dapat membayangkan bahwa    Kerajaan Allah atau "Dunia yang lain" sudah di ambang pintu dan    akan segera masuk ke dalam realita manusia dan menghapus segala    ilusi yang ditawarkan dunia.

Renungkan: Kedatangan-Nya kelak akan menempatkan "harta benda"    dalam perspektif yang sesungguhnya. Ini dapat dipergunakan untuk    kekekalan namun juga dapat menghancurkan manusia karena membuat    mereka buta dan melupakan perkara-perkara rohani.

(0.19) (Luk 20:20) (sh: Yesus dan kekuasaan-Nya. (Selasa, 11 April 2000))
Yesus dan kekuasaan-Nya.

Dalam renungan hari ini Yesus memperlihatkan betapa besar kekuasaan yang Ia miliki dan    bagaimana Ia menggunakan kekuasaan-Nya. Yesus bukan hanya    keturunan Daud (ayat 41-44). Dia pun tunas dan sekaligus keturunan    Daud (Why.  22:16). Dia sudah ada sebelum Abraham (Yoh. 8:58).    Dia adalah Allah sendiri. Allah yang sudah ada sejak kekekalan    hingga kekekalan. Dia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah    Yakub, dan Allah semua yang hidup (ayat 37-38). Betapa besar    kekuasaan dan wewenang-Nya atas seluruh alam semesta dan isinya.    Di tangan-Nya terletak kekuasaan yang mutlak. Di tangan-Nya    seluruh kekuasaan yang ada berasal.

Ketika Penguasa yang mutlak itu datang ke dalam dunia, Ia tidak    merebut kekuasaan Kaisar atas Israel (ayat 20-26). Sebaliknya ia    menegaskan bahwa Kaisar sudah bertindak sesuai dengan legitimasi    yang dimiliki. Karena itu ia berhak menarik pajak atas seluruh    masyarakat Israel. Pajak adalah milik Kaisar. Karena Allah jauh    lebih berkuasa dari Kaisar, maka Ia berhak atas sesuatu yang    jauh lebih bernilai daripada sekadar pajak yaitu kasih,    penyembahan, dan hidup manusia yang untuknya Kristus telah mati.    Kristus telah memberikan teladan bahwa kekuasaan itu tidak    serakah, tidak merebut apa yang menjadi hak orang lain,    kekuasaan tidak korupsi dan kekuasan itu menyatakan dirinya    berdasarkan kebenaran bukan berdasarkan kepentingan kekuasaan    itu sendiri.

Selanjutnya Yesus memberikan contoh sekali lagi tentang    kekuasaan yang dipakai untuk mendatangkan kemuliaan bagi dirinya    sendiri, mencari gengsi di mata masyarakat, dan mengeksploitasi    rakyat kecil demi keuntungan pribadi (ayat 45-47). Tidak demikian    halnya dengan penggunaan kekuasaan Yesus. Ia tidak mencari    gengsi dan kemuliaan pribadi apalagi keuntungan diri sendiri.    Sebaliknya kekuasaan yang Yesus miliki adalah kekuasaan yang    menghormati hak orang lain walaupun lebih rendah dari-Nya.    Kekuasaan-Nya dipakai demi kesejahteraan orang lain. Kekuasaan-    Nya dipakai untuk memuliakan Allah dan bukan diri-Nya sendiri.    Kekuasaan yang tidak berpusat pada diri sendiri. Inilah konsep    penggunaan kekuasaan yang benar.

Renungkan: Bila setiap orang memahami konsep penggunaan    kekuasaan yang benar dan bertekad untuk menerapkannya, maka    tidak banyak orang yang berambisi untuk mendapatkan kekuasaan.

(0.19) (Luk 23:1) (sh: Sikap Kristen terhadap ketidakadilan. (Rabu, 19 April 2000))
Sikap Kristen terhadap ketidakadilan.

Ketidakadilan dalam pengadilan dunia dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-    rencana-Nya. Pilatus dan Herodes adalah orang-orang yang    mempunyai wewenang mutlak untuk mengadili Yesus. Itulah sebabnya    para imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua membawa Yesus kepada    mereka untuk diadili. Tuduhan-tuduhan palsu dan berat ditimpakan    kepada Yesus. Meskipun demikian Pilatus tetap tidak dapat    menemukan kesalahan apa pun dalam diri Yesus. Segala tuduhan    yang dilemparkan kepada Yesus tidak merupakan bukti yang    otentik. Namun demikian, Pilatus tidak membebaskan, malah    mengirim-Nya ke Herodes. Herodes pun tidak menemukan kesalahan.    Sekali lagi, ia tidak membebaskan Yesus malahan mengirim balik    ke Pilatus.

Kedua penguasa ini sangat identik. Sama-sama berkuasa    mengadili, membebaskan, atau menghukum terdakwa. Sama-sama tidak    mendapati kesalahan Yesus. Namun juga sama-sama tidak    membebaskan-Nya. Inilah ketidakadilan itu: Yesus tidak    mendapatkan kebebasan yang menjadi hak-Nya, karena para penguasa    tidak menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Hak Yesus    dirampas demi kedudukan para penguasa, demi menghindari konflik    atau permasalahan yang timbul jika Yesus dibebaskan.  Dengan    kata lain mereka mengorbankan kebenaran demi kebohongan. Namun    demikian, tanpa mereka sadari ketidakadilan yang mereka jalankan    itu dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana agung-Nya, yakni    menyelamatkan umat manusia dari dosa.

Di zaman kita sekarang ini, ketidakadilan juga banyak terjadi    di sekitar kita. Hak rakyat kecil dirampas. Kebebasan beragama    hanyalah kata-kata dusta. Tidak ada pengadilan bagi mereka yang    membakar gereja, padahal sudah berapa ratus gereja yang dibakar    di Indonesia. Namun demikian, janganlah kita memandang    ketidakadilan itu sebagai tanda dari ketidakberkuasanya Tuhan    atas negara Indonesia. Ia adalah Allah yang tetap berkuasa untuk    menggenapkan segala rencana dan janji-Nya.

Renungkan: Dalam negara yang penuh ketidakadilan Dia akan    tetap berkarya, karena Ia mampu memakai setiap kesempatan bagi    kebaikan umat-Nya. Marilah kita memandang kepada Dia yang sedang    menggenapkan rencana-Nya  di bumi Indonesia tercinta ini.    Milikilah peran sebagai pelaku dan penegak kebenaran-Nya.

(0.19) (Luk 24:36) (sh: Kebangkitan dan misi Kristen. (Rabu, 26 April 2000))
Kebangkitan dan misi Kristen.

Yesus menampakkan diri kembali kepada murid-murid-Nya. Tujuan penampakan-Nya ini adalah    untuk meyakinkan mereka sekali lagi bahwa Yesus yang sudah    bangkit itu adalah Yesus yang memiliki tubuh, daging, dan tulang    sama seperti dulu, walaupun sekarang sudah dalam bentuk yang    mulia. Karena itu Ia mampu hadir di tengah-tengah murid-murid-    Nya secara tiba-tiba. Yesus yang sekarang adalah Yesus yang sama    ketika masih bersama-sama dengan mereka.

Untuk mencapai tujuan-Nya Yesus pertama-tama menyatakan    identitas-Nya secara lisan yaitu "Akulah Dia" (ayat 39). Identitas    ini bukan hanya menunjuk pada roh Yesus, namun juga fisik dan    tubuh Yesus. Karena itu Yesus mengundang murid-murid agar    menggunakan indra peraba mereka untuk meyakini bahwa setelah    kebangkitan-Nya, Yesus masih mempunyai daging dan tulang. Ia pun    meminta sesuatu untuk dimakan. Tindakan ini untuk memperlihatkan    lebih jauh lagi bahwa dalam satu segi Ia sudah tidak bersama-    sama mereka, walaupun sekarang Ia berdiri di tengah-tengah    mereka (ayat 44). Ia sudah berada di dalam "dunia" yang lain, karena    itu tidak terpengaruh lagi dengan hukum alam yang ada di dunia    ini, maka Ia bisa muncul secara tiba-tiba.

Peneguhan kebangkitan-Nya bukan untuk kepentingan mereka    pribadi saja namun untuk kepentingan misi para murid dunia.    Injil  Kristus bukan berdasarkan logika filsafat namun    berdasarkan peristiwa sejarah yang dinubuatkan di dalam    Perjanjian Lama dan yang digenapi oleh Yesus di dalam sejarah    manusia melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Ini    adalah inti Injil. Injil ini harus diberitakan kepada semua    orang, supaya mereka yang bertobat mendapatkan pengampunan    secara khusus di dalam nama Yesus yang sudah mati dan bangkit    kembali (ayat 47), bukan di dalam nama kemurahan dan kasih Allah    secara umum. Walaupun berdasarkan atas fakta sejarah, namun    Injil yang diberitakan harus dibarengi dengan kuasa Roh Kudus.    Setelah semua itu dikatakan maka selesailah karya Yesus di bumi    sebagai Manusia, dan Ia naik ke surga. Murid-murid menyembah dan    memuliakan Dia (ayat 52-53).

Renungkan: Kebangkitan Kristus bukan saja merupakan berkat    terbesar bagi hidup Kristen,  namun  juga  memberikan dasar,    arah dan kekuatan kehidupan bagi Kristen dan pelayanannya di    dunia.

(0.19) (Yoh 12:37) (sh: Lebih suka kehormatan manusia daripada kehormatan Allah (Sabtu, 9 Maret 2002))
Lebih suka kehormatan manusia daripada kehormatan Allah

Perikop yang kita baca kali ini seluruhnya mengutip dari PL, nubuatan nabi Yesaya tentang kedegilan hati baik pemimpin Yahudi maupun orang Yahudi secara umum. Mereka memilih mendapatkan kehormatan dari manusia alih-alih percaya pada perkataan Yesus sebagai sabda Allah. Rasul Yohanes mengungkapkan kembali kebenaran nubuatan itu tatkala situasi makin memanas, mendekati hari raya Paskah.

Walau Yesus sudah membuat banyak mukjizat di depan mata mereka, tetap mereka tidak bisa percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias bagi mereka. Ini membuat penolakan dan kedegilan mereka tragis dan tidak dapat dimaafkan. Kita melihat pola yang sama tentang kekerasan hati manusia, dari zaman Musa, zaman itu, sampai sekarang (Ul. 29:3-4). Yesaya bicara tentang kesulitan beriman kepada Kristus sebab kekuatan Allah dinyatakan di dalam Mesias yang ditolak, disiksa, dibunuh. Peringatan keras diberikan di sini. Allah membutakan dan mengeraskan orang atau bangsa yang terus mengeraskan hati (ayat 40). Kristen di Indonesia akhir- akhir ini diperhadapkan dengan situasi yang sulit: disalahmengerti, dituduh dengan tuduhan yang tidak benar. Kebaikan apa pun selalu dicurigai. Bahkan, lebih jauh, sudah sangat banyak korban berjatuhan, entah materiil bahkan sampai ke nyawa. Mengapa banyak orang tidak bisa melihat kasih Tuhan Yesus melalui hidup dan perbuatan kita? Apakah mereka sudah ditulikan dan dibutakan oleh Tuhan supaya mereka tidak mendengar dan melihat kebaikan Tuhan kepada mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu akan terus mengiang di benak kita semua. Sampai kapan Tuhan menjawab doa-doa kita? Dari perikop ini kita belajar juga bahwa ada kelompok yang percaya kepada Yesus, tetapi takut kepada para penguasa (orang-orang Farisi) supaya mereka tidak dikucilkan. Inilah golongan orang yang lebih memilih kehormatan dari manusia daripada kehormatan dari Allah. Jangan-jangan ada di antara kita, Kristen di Indonesia ini, yang berperilaku seperti itu. Mungkin kita lebih memilih kompromi dengan dosa daripada melakukan yang benar karena merasa bahwa dalam keadaan terjepit, lebih baik menyangkali iman daripada harus menderita.

Renungkan: Akar segala keguncangan iman adalah sikap ingin lebih menyukakan manusia daripada Allah.

(0.19) (Kis 19:21) (sh: Pertobatan sejati (Jumat, 23 Juni 2000))
Pertobatan sejati

Di dalam dunia magis purba, mengenal nama adalah sangat vital, karena dengan mengenal nama sebuah pribadi yang sangat berkuasa maka ia bisa mendapatkan dan menggunakan kuasa dari si empunya nama itu. Karena itulah tukang jampi Yahudi sangat dipandang tinggi oleh mayarakat. Mereka tenar karena dianggap mengenal nama rahasia dari Allah yang Maha Kuasa. Ketenaran ini bersumber dari rasa hormat orang Yahudi terhadap nama pribadi Allah, YAHWEH, yang tidak pernah diucapkan secara terbuka oleh orang Yahudi yang saleh.

Nampaknya, keluarga Skewa mempunyai kehidupan ekonomi yang baik sebagai tukang jampi. Ketika Paulus datang dan mulai membuat mukjizat penyembuhan dan pengusiran setan dengan memakai nama Yesus, keluarga Skewa memutuskan untuk memihak kepada nama yang dipandangnya lebih berkuasa dan dapat memberikan keuntungan lebih besar. Namun tindakan itu tidak menghasilkan apa-apa karena kuasa supranatural bukanlah dalam pengucapan nama Yesus. Berdasarkan jawaban orang yang dirasuk setan itu dapat ditegaskan bahwa hanya seseorang yang mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus dan yang dengan rendah hati menyebut nama-Nya, yang mempunyai posisi yang tepat untuk melihat Allah berkarya mengusir roh-roh jahat.

Hubungan pribadi dengan Kristus harus diwujudnyatakan melalui pertobatan sejati. Ciri-ciri pertobatan sejati adalah pengakuan dosa secara terbuka (18-19), perubahan yang konkrit walaupun itu harus dibayar dengan harga yang mahal termasuk di dalamnya harga diri yang mungkin dilecehkan karena mengakui aib di depan umum dan kehilangan materi dalam jumlah yang cukup besar (50.000 uang perak setara dengan 35.000 dollar). Dampak yang dihasilkan dari pertobatan sejati adalah firman Tuhan makin tersiar dan makin berkuasa. Pertobatan sejati seseorang mempunyai dampak nyata bagi masyarakat karena di dalamnya terkandung kekuatan dan merupakan sarana yang tepat bagi firman Tuhan untuk berkarya di dalam masyarakat.

Renungkan: Banyak orang yang ingin ikut Kristus karena motivasi seperti anak-anak Skewa. Test paling dasar untuk mengetahui apakah Anda sudah bertobat dengan benar adalah apakah Anda rela untuk membayar dengan harga yang mahal sebagai konsekuensi atas tindakan Anda untuk meninggalkan cara hidup Anda yang lama.

(0.19) (Kis 27:33) (sh: Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup (Senin, 21 Agustus 2000))
Gereja adalah tangan Allah yang memelihara hidup

Karena Paulus, seluruh penumpang kapal yang berjumlah 276 jiwa selamat mencapai daratan tanpa cacat sedikit pun (34). Pengharapan yang disuarakan Paulus menjadi kenyataan. Yang menjadi pusat dari peristiwa itu adalah bagaimana Allah bekerja melalui Paulus dan bagaimana Allah bekerja bagi Paulus sehingga banyak orang diberkati.

Setelah berhasil meyakinkan dan menenangkan para penumpang kapal yang panik, Paulus melanjutkan pelayanannya kepada mereka dengan memperhatikan kebutuhan fisik mereka. 14 hari puasa (terpaksa karena badai) membuat fisik mereka sangat lemah. Fisik yang lemah akan melemahkan hati dan semangat. Padahal kekuatan fisik sangat diperlukan untuk membawa kapal ke daratan terdekat. Walau Paulus sengaja tidak mendahulukan masalah rohani, namun ia tetap memperlihatkan kepada mereka tentang iman dan keyakinannya kepada Allah (35). Dan ini memberikan dampak yang besar bagi hati dan semangat mereka (36).

Di samping itu, Allah juga bekerja secara tidak kentara bagi Paulus sehingga tidak hanya Paulus yang selamat dan dapat melanjutkan perjalanannya ke Roma, namun orang-orang lain pun mendapatkan berkat (42-43). Paulus adalah teladan yang indah tentang kehidupan yang dipakai Allah tidak hanya untuk memelihara kehidupan dan keselamatan fisik bagi sesama manusia namun juga menyelamatkan jiwa-jiwa terlepas dari kuasa dosa karena Injil Yesus Kristus yang ia wartakan. Hidupnya mempunyai kuasa dan makna bagi masa kini dan masa depan serta bagi kesejahteraan fisik dan rohani bagi umat manusia.

Renungkan: Gereja-gereja yang berada di tengah masyarakat Indonesia yang masih terpuruk dalam kemelut ekonomi yang berkepanjangan, seharusnya mempunyai kuasa dan makna seperti Paulus. Karena itu sangat ironis jika gereja yang dimampukan untuk membangun gedung yang megah, mendirikan sekolah bergengsi, menyelenggarakan perayaan gerejawi secara mewah, dan jemaatnya hidup dalam kelimpahan berkat, sementara itu masyarakat di sekitarnya masih harus bergumul untuk sesuap nasi dan pendidikan dasar bagi anak- anaknya. Adalah sangat egois jika gereja hanya datang dengan sebuah ayat emas penginjilan kepada masyarakat yang berteriak dan menangis karena kemiskinan yang menghimpit. Hai Gereja, jadilah perpanjangan tangan Allah!

(0.19) (Kol 1:3) (sh: Bersyukur untuk pertumbuhan jemaat yang konkrit (Senin, 2 Juli 2001))
Bersyukur untuk pertumbuhan jemaat yang konkrit

Mengucap syukur bukanlah hal yang mudah bagi jemaat, terlebih lagi bila jemaat tidak dapat melihat dengan jelas hal-hal konkrit apa yang akan disyukuri. Seringkali kita hanya menyatakan bersyukur untuk hal-hal yang bersifat global dan terkesan “basa- basi” sebagai pembuka doa. Mempelajari bagian ini kita akan mendapatkan teladan Paulus, ketika ia mengucap syukur untuk pertumbuhan jemaat Kolose, yang merupakan buah pelayanan Epafras, rekan sepelayanannya (ayat 8).

Paulus memiliki dasar pengenalan yang up to date tentang jemaat ini, sehingga ia dapat menaikkan syukur untuk hal-hal yang konkrit. Perhatian Paulus nampak pula dalam kerutinannya mengingat jemaat ini dalam doanya (ayat 3). Yang menjadi perhatian Paulus bukanlah hal-hal yang bersifat materi, tetapi hal-hal rohani yang begitu mendasar bagi sebuah jemaat yang bertumbuh, yakni: iman, kasih, dan pengharapan; semuanya berdasarkan kebenaran Injil dan kasih karunia Allah (ayat 4-6). Paulus begitu jeli mengamati jemaat ini dan dengan dasar teologinya yang benar, ia menilai secara spesifik terhadap pertumbuhan jemaat yang berakar dari pendengarannya akan Injil dan responsnya terhadap kasih karunia Allah. Injil adalah kekuatan Allah yang tidak pernah padam gemanya, dari sejak zaman Perjanjian Baru telah tersiar, bertumbuh, dan berbuah di seluruh dunia. Injil inilah yang menjadi fondasi kokoh bagi sebuah jemaat yang bertumbuh dan berbuah.

Bercermin pada ucapan syukur Paulus tentang jemaat Kolose, bagaimana kualitas jemaat dimana kita beribadah? Pertumbuhan apakah yang selama ini menjadi fokus ucapan syukur kita? Seringkalikah kita bersyukur untuk: kemegahan gedung gereja, peralatan sound system yang canggih, peralatan multimedia yang modern, dan penambahan jumlah jemaat yang hadir dalam ibadah; ataukah kita bersyukur untuk respons jemaat terhadap kebenaran Injil yang diberitakan, kehidupan jemaat yang rindu dan haus firman Tuhan, kehidupan antar jemaat yang saling memperhatikan, menguatkan, mengasihi, dan mendoakan.

Renungkan: Melihat dan mengamati keberadaan jemaat sampai saat ini, pikirkan hal-hal konkrit apakah yang dapat menjadi dasar ucapan syukur Anda! Bersyukurlah untuk pertumbuhan jemaat Anda dengan ucapan syukur yang konkrit, berdasarkan pengenalan Anda!

(0.19) (Kol 1:17) (sh: Penguasa waktu dan zaman dalam sejarah manusia (Kamis, 5 Juli 2001))
Penguasa waktu dan zaman dalam sejarah manusia

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada orang-orang dari aliran atau golongan tertentu yang meyakini bahwa Yesus Kristus ada dalam dunia sejak Dia dilahirkan. Dan mereka tidak segan untuk menyebarkan keyakinan tersebut agar diyakini juga oleh orang-orang di luar aliran atau golongan mereka. Seperti orang-orang dari aliran Gnostik, yang terus menyebarkan keyakinan-keyakinan itu kepada jemaat Kolose. Namun, tentu saja keyakinan ini berbeda dengan yang seharusnya diyakini oleh jemaat Kolose, yaitu bahwa Yesus Kristus ada sebelum segala sesuatu diciptakan. Bahkan sebelum Adam diciptakan, Kristus sudah ada.

Dalam rangka memperteguh iman jemaat Kolose, Paulus menegaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dan diyakini kebenarannya yaitu bahwa: (ayat 1) Yesus bukan saja pelaku penciptaan sejak awal dan tujuan penciptaan pada akhirnya, melainkan di antara yang pertama (Alfa) dan yang terakhir (Omega), Dialah yang menguasai seluruh dunia, karena Dialah penguasa waktu dan zaman dalam sejarah manusia. (ayat 2) Yesus adalah kepala tubuh (= jemaat). Artinya, jemaat harus hidup dan bergerak hanya di dalam Dia. Tanpa Dia jemaat tidak dapat memikirkan kebenaran, tidak dapat bertindak benar. (ayat 3) Yesus yang karena kebangkitan-Nya tetap hidup untuk selama-lamanya, dan membuktikan bahwa Ia telah menaklukkan setiap kuasa yang menentang. (ayat 4) tidak ada yang lain dalam kehidupan ataupun dalam kematian yang dapat mengalahkan-Nya.

Paulus mengungkapkan kepada kita empat fakta penting mengenai Yesus Kristus yang harus selalu kita yakini dan imani dalam hidup bergereja. Harus diakui bahwa Yesus sebagai Kepala Gereja memiliki relasi khusus dengan jemaat, maka jemaat mendapatkan perlakuan khusus di hadapan-Nya.

Renungkan: Dia adalah Tuhan yang hidup, Dia adalah sumber dan dasar Gereja, Dialah yang terus-menerus menjadi pemandu Gereja, Dialah Tuhan segala sesuatu melalui kemenangan-Nya atas kematian. Gereja Tuhan harus menyadari bahwa Dialah yang harus menjadi pusat ibadah, pemberitaan firman, penyembahan, persekutuan, pengakuan dosa, ucapan syukur, dan doa permohonan. Tiada “pusat” lain yang coba menggeser Sang Kepala Gereja

(0.19) (Ibr 12:18) (sh: Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat? (Rabu, 10 Mei 2000))
Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat?

Ketika bangsa Israel berkumpul di gunung Sinai untuk menerima 10 Hukum Taurat, kilat dan petir menyambar-nyambar dan bunyi guntur berguruh secara mengerikan. Bangsa Israel segera mundur dan tidak mampu menghampiri hadirat-Nya karena ketakutan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak mampu dan takut? Dosa merekakah yang telah membuat mereka tidak mampu dan takut akan hadirat Allah?

Betapa berbedanya keadaan di Bukit Zion, gunung anugerah Allah dimana umat manusia dipanggil untuk datang ke hadirat Allah dengan penuh keberanian. Namun penerima surat Ibrani sedang dalam bahaya karena mereka berkeinginan untuk kembali ke Sinai. Mereka memilih sistem pengorbanan yang tidak sempurna daripada pengorbanan Kristus yang sekali dan untuk selamanya, memilih legalisme yang sia-sia daripada Injil kasih karunia. Di Bukit Zion, Kristen bertemu dengan Yesus sang Pengantara. Melalui-Nya Kristen dimampukan untuk mendatangi hadirat Allah dan mengalami hubungan yang akrab dan intim. Kristen tidak tiba pada perbatasan waktu dan kekekalan. Di dalam Yesus kekekalan sudah menginvasi waktu. Kristen telah tiba pada tujuan hidup yang kekal dan penuh kemuliaan. Itu semua hanyalah 'impian' dari bangsa Israel yang hidup pada masa Perjanjian Lama.

Namun ada tuntutan yang harus dibayar oleh Kristen yang sudah mendapatkan anugerah yang luar biasa. Yaitu janganlah kita menolak Dia yang berbicara langsung dari surga, karena mereka yang menolak Allah yang berbicara dari bumi saja menerima hukuman yang mengerikan. Jika kita tidak mau mengikuti-Nya, jika kita tidak mengasihi-Nya, dan jika kita tidak berserah kepada-Nya, apa artinya? Tidak ada kesempatan emas untuk kedua kali. Kelak Allah akan menggoncangkan langit dan bumi hingga musnah, sebab seluruh alam semesta ini bukanlah realita yang sesungguhnya. Hanya kerajaan-Nya dimana Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, terdapat realita yang sesungguhnya.

Renungkan: Karena itu hai Kristen berhati-hatilah, jangan sampai Anda 'menolak' Dia yang Anda begitu kenal ketika Ia berbicara melalui firman-Nya. Jika mereka yang tidak begitu mengenal Dia dihukum karena menolak firmanNya, betapa penghukuman yang lebih besar akan menimpa Anda, karena Anda mengenal Dia begitu akrab dan intim.

(0.19) (Ibr 13:7) (sh: Kristen dan para pemimpinnya (Jumat, 12 Mei 2000))
Kristen dan para pemimpinnya

Ingatlah pemimpinmu yang telah berhasil di dalam hidup, pelayanan, dan mengakhiri 'perlombaan iman' dengan baik. Kenanglah mereka namun jangan mengidolakan. Karena mereka pun pasti mengakui bahwa mereka mendapatkan semua itu dari Yesus Kristus. Mereka sudah mati, tapi Yesus tetap sama: kemarin, hari ini, maupun selama-lamanya.

Di dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang telah menyatakan diri-Nya kepada setiap generasi. Demikian pula Tuhan Yesus Kristus. Siapa Dia bagi Paulus, bagi Luther, bagi Calvin, adalah juga siapa Dia bagi kita. Kita tidak perlu meminta kepada Allah untuk mengirim balik keindahan masa lalu. Bila kita melihat hidup mereka, melihat kemenangan akhir mereka, kita dapat bersyukur kepada-Nya, sebab kita tetap mempunyai sumber kekuatan yang tidak pernah berubah yaitu Yesus Kristus. Karena itu senantiasa datanglah langsung kepada Yesus. Janganlah terkecoh dengan ajaran-ajaran asing yang hanya akan merendahkan kemutlakan karya keselamatan Kristus seperti jemaat penerima surat Ibrani yang ingin kembali kepada Yudaisme. Mereka lupa bahwa makanan-makanan yang ada dalam upacara persembahan di altar Perjanjian Lama hanyalah simbol dari kasih karunia Allah yang menguatkan. Segala kepercayaan dan bentuk ritual yang ada di dalam Perjanjian Lama hanyalah merupakan simbol-simbol yang sudah digenapi di dalam Kristus. Kristus sudah menderita untuk menguduskan umat-Nya sekali untuk selamanya, itu sudah cukup. Apakah itu cukup? Tidak! Kita harus bersaksi tentang Allah dan karya keselamatan-Nya. Kesaksian yang hidup adalah kesaksian melalui penyembahan Allah yang benar. Penyembahan yang benar ini meliputi 2 hal. Pertama penyembahan dengan mulut-bibir. Kedua penyembahan kehidupan yang baik yaitu berkorban bagi orang lain, menghormati, bertanggung jawab, dan tunduk kepada para pemimpin rohani dan berdoa untuk para pendeta, penginjil, dan hamba Tuhan lainnya.

Renungkan: Di dalam Kekristenan semua membutuhkan semua. Para jemaat membutuhkan pemimpin sebagai teladan, pemimpin sebagai pembimbing dan penuntun. Namun pemimpin juga membutuhkan doa para jemaat. Dan semuanya membutuhkan Yesus yang selalu sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya.

(0.19) (Yak 3:1) (sh: Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu! (Kamis, 7 Juni 2001))
Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu!

Jemaat mula-mula menempatkan seorang pengajar dalam posisi penting dan terhormat. Dari para pengajar ini jemaat mendapatkan banyak pengajaran-pengajaran tentang kehidupan - norma-norma etika yang berlaku, tentang hukum, dlsb. Sesuai dengan kedudukannya, para pengajar itu mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Karena ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap isi ajaran yang diajarkannya, tetapi juga harus mampu mencerminkannya dalam sikap hidupnya.

Di masa sekarang ini, kita mengenal banyak sekali orang yang menekuni profesi pengajar. Misalnya, guru, dosen, pendeta, dlsb. Seperti halnya jemaat mula-mula, kita juga tahu bahwa profesi ini tidak hanya memikul tanggung jawab dalam isi pengajaran, tetapi juga bertanggungjawab untuk memperlihatkan sikap yang sesuai dengan pengajarannya, harus menjadi teladan, harus memperlihatkan sikap hidup yang sesuai dengan norma- norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Namun, sebenarnya tanggung jawab terhadap pengajaran itu juga menjadi tanggung jawab semua orang. Dalam hal ini semua orang dapat berfungsi sebagai pengajar karena hal yang paling penting adalah benar atau tidaknya pengajaran itu. Karena itu peringatan Yakobus tentang penguasaan lidah tidak hanya berlaku bagi jemaat penerima surat, tetapi berlaku juga bagi kita saat ini. "Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata" . Kalimat ini mengingatkan kita tentang fungsi lidah, ibarat api kecil yang dapat membakar hutan besar. Lidah juga dapat menodai seluruh tubuh, dan membakar roda kehidupan kita. Lidah dapat mengubah kawan menjadi lawan. Bahkan lidah bisa mengakibatkan tercetusnya perang saudara, perang antarnegara, berjuta-juta manusia terbunuh, berjuta-juta manusia kehilangan tempat tinggal, berjuta- juta manusia mengarahkan hidupnya pada kesesatan, dlsb. Lihatlah akibat yang ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya, kebinasaan menjadi bagiannya! Sebenarnya, lidah adalah alat saja.

Renungkan: Waspadai dan kendalikan lidah Anda dan lakukan perkara- perkara besar melalui bagian kecil dalam tubuh Anda tersebut. Dari kemurnian hati pancarkanlah mutiara- mutiara kata yang memuliakan Tuhan, membangun diri, dan menjadi berkat bagi orang lain!

(0.19) (1Yoh 5:13) (sh: Kepastian hidup yang kekal (Selasa, 12 Desember 2000))
Kepastian hidup yang kekal

Seorang sales pasti menjamin bahwa barang yang ditawarkan bermutu tinggi, harga bersaing, dan tahan lama. Namun banyak realita yang ternyata tidak seperti yang dijanjikan. Seorang sales menjamin barang tersebut bukan karena ia tahu benar kualitas barang tersebut, tetapi ia memang harus menjualnya untuk mendapatkan bonus. Berbeda halnya dengan jaminan yang diberikan oleh sang pembuat produk itu, ia dapat menyatakan dengan pasti kualitas produknya. Jadi kepastian jaminan bukan terletak pada kata- katanya, tetapi siapa yang mengatakannya.

Kepastian kehidupan kekal bagi anak-anak Allah hanya dapat dipercaya kebenarannya di dalam Yesus Kristus, karena Dialah sumber kehidupan kekal. Sebagai anak-Nya kita percaya bahwa Ia telah memberikan segala-galanya kepada kita, dan yang terbesar adalah diri-Nya sendiri bagi hidup kita. Bila yang terbesar telah dinyatakan-Nya bagi kita, maka hal-hal yang lain pun akan menjadi bagian kita, artinya sebelum kita memintanya pun, hal itu telah disediakan-Nya bagi kita, yaitu segala sesuatu menurut rencana- Nya; inilah iman (15). Semakin kita dekat dengan Dia, permintaan kita akan semakin sesuai dengan rencana-Nya, karena kita tidak lagi meminta apa yang berkenan bagi diri sendiri tetapi yang berkenan bagi-Nya.

Kepastian jaminan lain yang diberikan Allah adalah bahwa Ia akan melindungi anak-anak Allah dari kuasa si jahat. Tak ada kuasa apa pun atau siapa pun yang dapat merampas kita dari genggaman tangan Allah yang Maha Kuasa. Memang benar bahwa selama kita masih di dunia, kita akan mengalami banyak tantangan dari si jahat, namun ketika jatuh dalam dosa, tidak membawa kita kepada maut. Penulis mengatakan ada dosa yang membawa maut dan ada dosa yang tidak membawa maut (16). Kalimat ini tidak bermaksud membedakan dosa, karena kejahatan apa pun tetap dosa (17). Orang percaya yang sungguh-sungguh menjaga kekudusan hidupnya, namun suatu kali berdosa tidak membawanya kepada kematian kekal, karena ia tetap memiliki hidup kekal. Yang menjamin kehidupan kekal bukan dirinya sendiri, tetapi Yesus Kristus yang ada di dalamnya.

Renungkan: Kegagalan, pergumulan, dan tantangan, seringkali membuat kita kecewa dan lelah dalam perjuangan iman. Namun ingatlah bahwa Allah sendiri yang menjamin kepastian kehidupan kekal!

Pengantar Kitab Mikha Latar belakang. Mikha hidup sezaman dengan Yesaya, ia menjadi nabi pada pemerintahan Yotam (750-735 sM); Ahaz (735-715 sM); dan Hizkia (715-686 sM). Saat itu Asyur mulai melakukan ekspansi dan menaklukkan kerajaan- kerajaan di sekitarnya. Israel ditaklukkan oleh raja Salmaneser dari Asyur (722 sM). Ahaz raja Yehuda menjadi sekutu Asyur dan mengadopsi dewa-dewanya (2Raj. 16:7-18). Kemudian Hizkia, anak Ahaz, memberontak terhadap Asyur (2Raj. 18:17-19:37). Allah membangkitkan Asyur untuk menghukum umat-Nya (Yes. 10:5-11). Seperti dinubuatkan oleh Mikha (1:2-7), Samaria dihancurkan oleh Asyur. Bangsa Yehuda sudah dapat merasakan dahsyatnya penghukuman itu ketika Sanherib bergerak menuju pintu gerbang Yerusalem seperti yang dinubuatkan oleh Mikha (1:8-16).

Karakteristik dan tema utama. Mikha merangkai 19 nubuatnya menjadi 3 seri. Masing-masing seri dimulai dengan nubuat penghukuman (1:2; 3:1; 6:1) dan berakhir dengan nubuat keselamatan. Sang nabi menyatakan bahwa Allah yang kudus dan adil tidak dapat mentolerir dosa umat-Nya (1:3). Mereka berdosa dalam hal penyembahan berhala (5:12-14), penipuan, dan kecurangan (6:10, 11). Namun Mikha secara khusus mengutuk mereka yang menindas orang miskin dengan cara merampas tanah yang diberikan Allah (2:1-5; Bil. 27:1-11). Pemimpin politik dan agama Yehuda dikutuk karena mereka pun menindas orang-orang miskin dan tidak mengindahkan keadilan dan kebenaran (3). Yang sangat fundamental dalam pemberitaan Mikha adalah masalah perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Allah tetap setia kepada perjanjian- Nya namun umat-Nya mengkhianati perjanjian itu, sehingga mereka akan menerima penghukuman yang sudah terkandung dalam perjanjian itu (6:13-16). Mikha juga menyuarakan pemulihan dan berkat di masa yang akan datang berdasarkan perjanjian. Allah akan menggenapi janji kepada nenek moyang Israel (7:20) dengan memelihara umat-Nya yang tersisa (2:12; 4:7; 5:3,7,8) dan akan membangkitkan Seorang Pemerintah dari Betlehem - sang Mesias (5:1- 5). Keselamatan ini berdasarkan kemurahan pengampunan dan kedaulatan Allah (7:18, 19).

Penulis Mikha 1:1 mengidentifikasikan dengan jelas bahwa Mikha dari Moresyet adalah penulis kitab ini.

(0.19) (2Yoh 1:4) (sh: Tinggal di dalam ajaran Kristus (Jumat, 7 Desember 2001))
Tinggal di dalam ajaran Kristus

Yohanes mengawali isi suratnya dengan ungkapan sukacita (ayat 4) karena sebagian jemaat tetap hidup dalam kebenaran. Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa sebagian dari jemaat tidak lagi hidup dalam kebenaran. Sangat mungkin mereka terpengaruh oleh ajaran sesat dan telah meninggalkan jemaat (bdk. 1Yoh. 4:1-3). Keadaan ini memprihatinkan, namun Yohanes tetap bersukacita karena masih ada yang setia. Tema kembar "kebenaran" dan "kasih" tampil kembali di sini. Kedua unsur inilah yang membedakan antara anggota jemaat yang setia pada ajaran Kristus dan yang tidak.

Ajaran sesat yang ditentang Yohanes adalah "docetisme" (dari Yun. dokeo, "seakan-akan"). Menurut ajaran ini, Kristus tidak sungguh-sungguh datang sebagai manusia dalam daging (ayat 1Yoh. 4:2,3; 2Yoh. 7). Ia tidak memiliki tubuh fisik, jadi Ia hanya seakan-akan mati. Oleh karena itu, Kristus bukan Juruselamat yang mati bagi orang berdosa. Terhadap ajaran yang menyangkal Kristus inilah, yang penyebarnya telah "pergi ke seluruh dunia", Yohanes memperingatkan jemaat, agar waspada dan tetap tinggal di dalam ajaran Kristus (ayat 8, 9). Tinggal di dalam ajaran Kristus berarti tinggal di dalam Kristus sendiri (ayat 1Yoh. 2:6). Juga, dapat berarti bertekun dalam ajaran tentang Kristus, yang diwariskan oleh para rasul, yang telah didengar dan dilihat "sejak semula" (ayat 1Yoh. 1:1; 2Yoh. 5). Para penyesat tidak membawa ajaran Kristus (ayat 10).

Menyadari seriusnya bahaya ajaran sesat, yang dapat menghancurkan iman pada Kristus serta karya penebusan-Nya, Yohanes memberikan peringatan kedua, yaitu agar jemaat jangan menerima, bahkan jangan menyalami mereka yang membawa ajaran tersebut (ayat 10). Dalam budaya Yahudi, memberikan salam (bahasa Ibrani shalom, "damai") bukan sekadar formalitas, tapi juga memberkati yang disalami (bdk. Mat. 10:13; Luk. 10:6) dan menjalin persekutuan dengan orang tersebut. Yohanes memperingatkan bahwa menyalami penyesat berarti "mendapatkan bagian dalam perbuatannya yang jahat" (ayat 11).

Renungkan: Hidup dalam kebenaran dan dalam kasih, dengan tinggal di dalam ajaran Kristus, itulah senjata gereja Tuhan dalam segala zaman untuk menghadapi lawan-lawan imannya.

(0.18) (Kis 23:23) (sh: Negara dan warga negara kristennya (Rabu, 5 Juli 2000))
Negara dan warga negara kristennya

Bagaimanakah hubungan yang ideal antara negara dengan Kristen? Apa yang telah dilakukan dan yang dikatakan oleh Kladius Lisias merupakan model sebuah hubungan yang seharusnya terjadi antara Kristen dan negara di mana pun Kristen berada, termasuk di Indonesia.

Kepala pasukan itu mempersiapkan pengawalan yang ketat dan kuat serta fasilitas yang memadai bagi Paulus agar ia dapat tiba dengan selamat di hadapan Feliks, sang wali negri di Kaisarea (33). Tindakannya ini menandakan bahwa pemerintah Romawi melihat ancaman yang ditujukan kepada Paulus sangat serius, dan Paulus adalah seorang warga negara yang berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintahnya. Ia bersusah-payah mengirim Paulus ke wali negri atau pemerintah propinsi, karena ia menghormati hukum yang berlaku bahwa ia tidak berwenang mengadili Paulus. Selain itu, apa yang ia tuliskan kepada Feliks tentang prosedur yang telah ia lakukan dan kesaksian tentang Paulus memperlihatkan bahwa ia benar-benar seorang pejabat yang menjunjung tinggi supremasi hukum. Tidak sedikit pun ia berusaha memutarbalikkan fakta yang ada. Dengan tegas ia menyatakan bahwa tuduhan yang dijatuhkan oleh orang-orang Yahudi terhadap Paulus adalah teologis, bersumber dari perdebatan agama. Ia telah memberikan penilaian yang positif terhadap Paulus bahwa ia tidak bersalah di mata hukum Romawi.

Ada tiga hal yang harus sungguh-sungguh dipahami dan diamalkan oleh Kristen di Indonesia. Pertama, peran yang tepat bagi negara adalah melindungi setiap hak warga negaranya untuk mendapatkan perlindung-an dan perlakuan yang sama. Karena itu Kristen harus senantiasa mendorong dan memberikan masukan terus-menerus kepada pemerintah agar dapat melakukan perannya dengan benar dan sesuai hukum. Kedua, negara tidak mempunyai kompeten untuk mengadili perkara-perkara yang berhubungan dengan teologis atau pun agama. Jika ini terjadi, maka negara sudah melewati batas-batas yang telah ditegaskan oleh Yesus (Luk. 20:25). Ketiga, Kristen harus mengikuti teladan Yesus dalam mempertahankan ketidakbersalahannya di hadapan hukum yang berlaku.

Renungkan: Karena itu kalaupun gereja harus dibakar biarlah itu karena Injil dan bukan karena tidak sesuai dengan prosedur-prosedur pembebasan tanah dan pembangunan atau hukum yang berlaku.

**Pengantar 2Raja-raja 17-25**

Pasal 17:

Kerajaan Israel menemui kehancurannya karena mereka menyimpang dari perintah Tuhan Allah mereka dan membuat berhala. Raja Salmaneser dari Asyur menghancurkan negara itu. Tidak hanya itu, raja Asyur mengadakan asimilasi dengan menempatkan orang-orang asing di tanah Israel, supaya keberadaan bangsa Israel benar-benar musnah.

Pasal 18-20:

Pemaparan tentang riwayat Hizkia disusun berdasarkan tema bukan kronologi waktu. Penyembuhan illahi yang ia alami (2Raj. 20) terjadi sebelum penyerangan raja Asyur (2Raj. 18-19). Tahun-tahun pertama pemerintahannya, tahun 715-705 sM., digunakan untuk pembaharuan rohani. Kemudian ia menyerang dan mengalahkan Asyur dan Filistin dan memperkuat benteng pertahanan Yehuda. Pada tahun 701 sM., raja Asyur yang baru, Sanherib, bergerak ke barat untuk berperang melawan koalisi bangsa-bangsa yang dipimpin oleh Yehuda dan didukung oleh Mesir. Kisah mundurnya Sanherib dari Yerusalem yang begitu dramatis dipaparkan di dalam 2Raj. 19-20, 2Taw. 32, dan Yes. 36-39. Ia tidak pernah kembali ke Yehuda. Dua puluh tahun kemudian dibunuh oleh kedua anak laki-lakinya.

Pasal 21-25:

Pemerintahan Manasye selama 55 tahun di Yehuda membawa bangsa Yehuda ke dalam kerusakan dan kehancuran moral, spiritual, dan akhlak (21:1-25). Cucunya, Yosia, mengadakan pembaharuan yang luar biasa namun sangat singkat (22:1-23:30). Raja-raja yang jahat kemudian menggantikannya (31-24:20) hingga Yerusalem jatuh ketangan Nebukadnezar dari Babel dan bangsa Yehuda mengalami pembuangan (25:1-30). Pemerintahan Yosia yang berani dan berhasil bertepatan dengan mulai jatuhnya kerajaan Asyur. Pada tahun 620 sM. Babel menggantikan posisi Asyur sebagai negara adidaya. Yosia gugur dalam peperangan tahun 609 ketika berusaha menghalangi Mesir untuk berkoalisi dengan Asyur. Raja-raja Yehuda seringkali berusaha memberontak melawan Babel. Akibatnya, Yehuda harus menderita karena serangan-serangan yang dilancarkan oleh Babel. Serangan puncak terjadi pada tahun 587, dimana Nebukadnezar mengepung Yerusalem. Pada tahun 586 kota itu jatuh dan penduduknya dibuang ke Babel. Beberapa penduduk yang tertinggal di Yerusalem membunuh gubernur Yerusalem yang diangkat oleh Babel.

(0.16) (Mat 6:16) (full: APABILA KAMU BERPUASA. )

Nas : Mat 6:16

Dalam Alkitab berpuasa menunjukkan kepada disiplin berpantang makanan demi maksud rohani. Sekalipun berpuasa sering dikaitkan dengan doa, namun puasa harus dipandang sebagai suatu tindakan rohani tersendiri. Sebenarnya, berpuasa dapat disebut "berdoa tanpa mengucapkan kata-kata".

  1. 1) Ada tiga bentuk puasa yang utama yang dikemukakan dalam Alkitab.
    1. (a) Puasa yang biasa: berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi tidak berpantang air

      (lihat cat. --> Mat 4:2).

      [atau ref. Mat 4:2]

    2. (b) Puasa sepenuhnya: tidak makan dan tidak minum (Est 4:16; Kis 9:9). Pada umumnya puasa semacam ini tidak harus dilaksanakan lebih lama daripada tiga hari. Tubuh seseorang mulai menjadi kering apabila tidak mendapatkan air selama lebih dari dua hari. Memang Musa dan Elia melakukan puasa sepenuhnya selama 40 hari, tetapi saat itu mereka berpuasa dengan keadaan yang adikodrati (Kel 34:28; Ul 9:9,18; 1Raj 19:8).
    3. (c) Puasa sebagian: pembatasan makanan dan bukan tidak makan sama sekali (Dan 10:3).
  2. 2) Kristus sendiri melakukan disiplin ini dan mengajarkan bahwa berpuasa hendaknya menjadi sebagian dari pengabdian orang Kristen kepada Allah dan suatu tindakan persiapan untuk kedatangan-Nya kembali

    (lihat cat. --> Mat 9:15).

    [atau ref. Mat 9:15]

    Gereja PB berpuasa (Kis 13:2-3; 14:23; 27:33).
  3. 3) Berpuasa dengan doa mempunyai beberapa tujuan:
    1. (a) menghormati Allah (ayat Mat 6:16-18; Za 7:5; Luk 2:37; Kis 13:2);
    2. (b) merendahkan diri di hadapan Allah (Ezr 8:21; Mazm 69:11; Yes 58:3) agar lebih banyak mengalami kasih karunia (1Pet 5:5) dan kehadiran Allah yang khusus (Yes 57:15; Yes 58:6-9);
    3. (c) meratapi dosa dan kegagalan pribadi (1Sam 7:6; Neh 9:1-2);
    4. (d) meratapi dosa-dosa gereja, bangsa, dan dunia (1Sam 7:6; Neh 9:1-2);
    5. (e) mencari kasih karunia untuk tugas yang baru dan menetapkan kembali penyerahan kita kepada Allah (Mat 4:2);
    6. (f) mencari Allah dengan mendekati Dia dan bertekun di dalam doa melawan kuasa-kuasa rohani yang menentang (Hak 20:26; Ezr 8:21,23,31; Yer 29:12-14; Yoel 2:12; Luk 18:3; Kis 9:10-19);
    7. (g) menunjukkan pertobatan dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada Allah untuk mengubah maksud-Nya menghukum kita (2Sam 12:16,22; 1Raj 21:27-29; Yer 18:7-8; Yoel 2:12-14; Yun 3:5,10);
    8. (h) menyelamatkan orang dari kuk kejahatan (Yes 58:6; Mat 17:14-21; Luk 4:18);
    9. (i) memperoleh petunjuk dan hikmat mengenai kehendak Allah (Yes 58:5-6,11; Dan 9:3,21-22; Kis 13:2-3);
    10. (j) mendisiplinkan tubuh agar dapat menguasai diri (Mazm 35:13; Rom 13:14; 1Kor 9:27);
    11. (k) membuka jalan bagi pencurahan Roh Kudus dan datangnya Kristus kembali untuk umat-Nya

      (lihat cat. --> Mat 9:15).

      [atau ref. Mat 9:15]

(0.16) (3Yoh 1:2) (full: BAIK-BAIK ... SAJA DALAM SEGALA SESUATU. )

Nas : 3Yoh 1:2

Biasanya, Allah menghendaki bahwa orang percaya itu sehat-sehat dan kehidupan kita disertai berkat-Nya. Dia ingin segala sesuatu beres dengan kita, yaitu bahwa pekerjaan, rencana, maksud, pelayanan, keluarga kita, dsb. berjalan sesuai dengan kehendak dan petunjuk-Nya. Demikianlah, berkat Allah melalui penebusan Kristus dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohani.

Mengenai kemakmuran, baik yang jasmaniah maupun yang rohani, Alkitab mengajarkan hal-hal berikut:

  1. 1) Kata yang diterjemahkan sebagai "baik-baik" (Yun. _euodoo_) secara harfiah berarti "mempunyai perjalanan baik, dipimpin pada jalan yang baik". Menurut pengertian itu, doa pokok Yohanes ialah bahwa sementara orang percaya menempuh jalan keselamatan, mereka dapat berjalan dalam kehendak Allah dan kebenaran-Nya serta menikmati berkat-Nya (bd. ayat 3Yoh 1:3-4).
  2. 2) Allah menghendaki bahwa kita mendapatkan upah cukup untuk menyediakan rumah, makanan, dan pakaian bagi diri dan keluarga kita, dan masih cukup untuk menolong orang lain sambil ikut menyebarluaskan Injil Kristus (Fili 4:15-19). Kita tahu bahwa Allah mampu memberikan cukup untuk kebutuhan kita (2Kor 9:8-12) dan bahwa Dia berjanji untuk memberikan kepada kita "menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya di dalam Kristus Yesus" (Fili 4:19).
  3. 3) Walaupun kita dapat berdoa supaya Allah menyediakan seluruh kebutuhan jasmaniah kita, kita harus mengakui ajaran Alkitab bahwa Allah mungkin mengizinkan anak-Nya mengalami masa-masa kekurangan.
    1. (a) Kita mungkin mengalami kekurangan agar didorong untuk lebih percaya kepada-Nya dan mengembangkan iman, ketabahan rohani dan pelayanan kita (Rom 8:35-39; 2Kor 4:7-12; 6:4-10; 12:7-10; 1Pet 1:6-7).
    2. (b) Kita mungkin mengalami kesusahan yang amat berat ketika kesaksian kita mengenai Kristus dan pelayanan kita kepada-Nya (Luk 6:20-23; Ibr 10:32-34; 1Pet 2:19-21; Wahy 2:9-10;

      lihat art. PENDERITAAN ORANG BENAR)

      mendatangkan penganiayaan dan penindasan dari dunia.
    3. (c) Kita mungkin menderita kemiskinan disebabkan oleh bencana nasional atau alam seperti peperangan, bencana kelaparan, bencana kekeringan, atau keadaan sosio-ekonomi yang parah (Kis 11:28-30; 2Kor 8:2,12-14).
  4. 4) Kehadiran, pertolongan, dan berkat Allah dalam kehidupan jasmaniah kita berkaitan dengan keberhasilan kehidupan rohani kita. Kita harus mencari kehendak Allah (Mat 6:10; 26:39; Ibr 10:7-9), menaati Roh Kudus (Rom 8:14), tetap terpisah dari dunia (Rom 12:1-2; 2Kor 6:16-18); mengasihi Firman Allah (Yak 1:21; 1Pet 2:2), memohon pertolongan-Nya di dalam doa (Mat 6:9-13; Ibr 4:16), bekerja keras (2Tes 3:6-12), mempercayai Dia untuk memenuhi kebutuhan kita (Mat 6:25-34; 1Pet 5:7), dan hidup berdasarkan prinsip mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:33;

    lihat cat. --> Mat 6:11;

    lihat cat. --> Luk 11:3;

    lihat cat. --> Kol 4:12;

    [atau ref. Mat 6:11; Luk 11:3; Kol 4:12]

    lihat art. PENYEMBUHAN ILAHI).

  5. 5) Walaupun jiwa kita dalam keadaan yang cukup baik, itu tidaklah berarti bahwa kita akan otomatis bebas dari kesulitan dalam bidang kehidupan lainnya. Kesengsaraan, kesulitan, dan kebutuhan harus dihadapi dengan doa dan percaya kepada Allah.


TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA