Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 2152 ayat untuk mau menerima nasihat (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.33) (1Kor 6:12) (full: SEGALA SESUATU HALAL BAGIKU. )

Nas : 1Kor 6:12

Jelas sekali bahwa pernyataan ini merupakan sebuah kutipan dari pandangan teologis para penentang Paulus. Mereka menyangka bahwa mereka berhak untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan.

(0.33) (3Yoh 1:5) (sh: Kasus Diotrefes (Minggu, 9 Desember 2001))
Kasus Diotrefes

"Hidup dalam kebenaran" diwujudkan secara kongkret oleh Gayus dengan menerima para penginjil dan membantu mereka dalam perjalanannya (ayat 5-6). Kesaksian yang baik juga diberikan bagi Demetrius (ayat 12), yang mungkin diutus oleh Yohanes untuk mengunjungi jemaat yang sedang dalam krisis ini.

Tindakan Diotrefes sangat kontras dengan apa yang dilakukan Gayus (ayat 9-10). Tampaknya, ia memiliki keinginan kuat untuk berkuasa. Sebagai pemimpin jemaat, ia cukup berpengaruh dan tidak mau mengakui otoritas Yohanes. "Surat" yang dikirimkan penulis sebelumnya (ayat 9), mungkin berisi permintaan pada Diotrefes untuk menyambut dan membantu para penginjil yang berkunjung ke jemaat ini. Tetapi, karena Diotrefes menolak, Yohanes lalu meminta bantuan Gayus.

Konflik antara Diotrefes dengan Yohanes berkisar pada masalah penerimaan para penginjil. Demi membela Injil, Diotrefes mungkin terlalu berhati-hati dalam menerima "orang asing", sehingga utusan Yohanes pun ditolaknya. Tetapi, Diotrefes tidak berhenti sampai di situ. Ia "meleter dan melontarkan kata-kata kasar" terhadap Yohanes, ia mencegah jemaat menerima para penginjil, bahkan ia mengucilkan anggota jemaat yang menerima mereka (ayat 10). Semua tindakan ini jelas melanggar hukum kasih. Motivasi Diotrefes tidak lagi murni. Di balik semangat membela Injil tersembunyi egoisme yang haus kekuasaan. Tuhan Yesus memperingatkan murid-murid-Nya tentang hal ini (Mrk. 9:33-37; Mat. 20:25-28; 23:5-12; bdk. 1Pet. 5:2-3).

Renungkan: Kebenaran dan kasih adalah kunci untuk menguji, bukan hanya ajaran sesat, tetapi juga motivasi pelayanan orang Kristen.

PA 5: 2 Yohanes

Menjalankan tugas sebagai gereja bukanlah hal mudah. Dengan mengidentifikasikannya sebagai ibu, gereja harus mengasuh, membimbing, memelihara, melindungi, dan memenuhi kebutuhan anggotanya. Gereja yang dimaksudkan di sini adalah kumpulan orang percaya; persekutuan umat. Yang menjadi pertanyaan adalah, sudahkah kita menyadari bahwa hanya kualitas penghayatan bergereja kita sajalah yang mampu membuat gereja berfungsi sebagai ibu?

Ada 2 tugas penting yang harus umat pahami sebagai pelaksana fungsi tersebut. Tugas-tugas penting apa sajakah itu? Kita akan menemukan jawabannya dalam PA di bawah ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang telah mengenal kebenaran (ayat 1b)? Apakah yang menjadi ciri-ciri dari kebenaran tersebut (ayat 1b-2)? Jelaskan! Menurut Anda, siapakah Kebenaran itu (bdk. Yoh. 14:6)?

2. Mengapa Yohanes, si penatua, menekankan bahwa kebenaran dan kasih merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (ayat 4-5)? Berikan contoh kongkret yang akan terjadi bila kedua hal tersebut terpisah! Mengapa Allah sungguh menekankan supaya orang percaya melakukannya? Menurut Anda, sikap hidup seperti apakah yang akan terpancar dari orang percaya jika menaati perintah tersebut?

3. Apakah Anda setuju jika dikatakan bahwa hidup saling mengasihi merupakan karakter hakiki kekristenan? Lalu, mengapa hal ini seringkali tidak Kristen berlakukan dalam kehidupan kekristenannya? Jelaskan pendapat Anda!

4. Mengapa kebenaran tentang Yesus Kristus, Sang Kebenaran yang datang sebagai manusia itu ditentang oleh para penyesat (ayat 7)? Hal apa yang mendasari sikap tersebut? Apa yang harus Kristen lakukan terhadap mereka (ayat 8)?

5. Risiko apa yang akan Kristen hadapi jika membenarkan pengajaran para penyesat? Sebaliknya, anugerah apa yang akan Kristen dapatkan jika tetap mempertahankan keyakinan tersebut (ayat 9)? Jelaskan pendapat Anda!

(0.33) (Ayb 15:1) (sh: Nasihat atau tuduhan? (Jumat, 10 Desember 2004))
Nasihat atau tuduhan?

Acapkali orang memaksakan pandangannya tentang kebenaran pada orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan orang tersebut. Padahal, belum tentu pandangan si penasihat itu yang paling benar. Tidak jarang nasihat kebenaran menjadi sindiran yang kasar serta membabi buta yang jelas-jelas berlawanan dengan kebenaran sesungguhnya.

Seperti itulah nasihat Elifas. Ia mengajukan pertanyaan retoris (ayat 2-3, 7-9, 11-14) dan kata-kata kasar serta tajam (ayat 4-6, 16). Rupanya Elifas tersinggung dengan pernyataan Ayub (ayat 12:3; 13:2). Itu sebabnya Elifas membalas Ayub dengan menggunakan kata-kata Ayub sendiri (ayat 9). Pertanyaan-pertanyaan retoris Elifas sebenarnya bermaksud menyindir Ayub yang mengaku diri berhikmat (ayat 2), memiliki pengetahuan ilahi (ayat 7-8) dan merasa diri benar (ayat 14-16) padahal bodoh dan berdosa. Sedangkan kata-kata kasar serta tajam Ayub, hanya menyamakannya dengan orang fasik. Perhatikan, misalnya "kesalahanmulah yang menghajar mulutmu, dan bahasa yang licik yang kaupilih" (ayat 5), juga "lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat, yang menghirup kecurangan seperti air" (ayat 16).

Mulai ayat 20-35 Elifas kemudian menguraikan panjang lebar tentang nasib orang fasik. Orang fasik sepanjang hidupnya akan menderita, ketakutan (ayat 20-24, 28-30), dan akhirnya binasa (ayat 31-35) oleh karena hidup mereka yang menentang Allah (ayat 25-27). Ucapan Elifas ini menciptakan `tembok pemisah' antara Ayub dengan ketiga temannya (ayat 10). Perkataan Elifas ini mempertajam suasana yang tidak enak menjadi konflik terbuka. Yang ada bukan nasihat lemah lembut, tetapi tuduhan yang penuh kemarahan. Sikap menghukum menggantikan kasih.

Memang kita harus berhati-hati dalam menasihati orang lain. Jangan gegabah memutlakkan pandangan kebenaran kita. Jangan pula menuduh tanpa bukti-bukti yang jelas, apalagi dengan kata-kata keras dan kasar. Bila nasihat disampaikan dengan kesombongan, hasilnya adalah pertengkaran, kemarahan, dan sakit hati. Kebenaran harus disampaikan dalam kasih.

Camkan: Nasihat yang baik membawa kebangunan dan transformasi. Tuduhan hanya menjatuhkan dan menghancurkan.

(0.33) (Mat 21:23) (sh: Maju terus dalam kesesatan (Rabu, 28 Februari 2001))
Maju terus dalam kesesatan

Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang menantikannya.

Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan.

Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk tidak mau berbalik arah kepada kebenaran.

Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman Tuhan.

Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan orang lain.

(0.32) (Ayb 2:10) (full: TIDAK MAU MENERIMA YANG BURUK? )

Nas : Ayub 2:10

Orang percaya sejati harus mempersiapkan diri untuk diuji oleh Allah melalui kesengsaraan dan juga menerima yang baik dari tangan-Nya. Mempercayai Allah tidaklah berarti bahwa Dia senantiasa akan membebaskan kita dari kesulitan, demikian pula kesetiaan kepada Allah tidak menjamin kemakmuran dan keberhasilan

(lihat cat. --> Ayub 2:3;

lihat cat. --> 3Yoh 1:2).

[atau ref. Ayub 2:3; 3Yoh 1:2]

Ketika kesukaran datang, orang percaya yang tidak merasa ada dosa atau pemberontakan melawan Allah dalam hatinya, harus menyerahkan jiwanya kepada Allah. Beriman kepada Allah sebagai Tuhan yang pengasih di tengah-tengah pencobaan dan penindasan mengungkapkan kemenangan sempurna dari iman (1Pet 1:3-9).

(0.32) (2Raj 24:18) (sh: Kebodohan pembawa kehancuran (Jumat, 21 Juli 2000))
Kebodohan pembawa kehancuran

Tahukah Anda arti pepatah 'keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama'? Binatang sebodoh keledai diyakini tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena ia dapat dan mau belajar dari kesalahan yang lampau. Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, mempunyai kepandaian jauh di atas keledai. Dengan kata lain seharusnya manusia tidak akan begitu mudah melakukan kesalahan karena ia dapat berpikir, menganalisa, bahkan mengevaluasi setiap tindakan yang akan dilakukan. Apalagi jika ia sudah dibekali dengan petunjuk dan nasihat.

Zedekia ternyata lebih bodoh dari keledai. Tentunya ia sudah melihat sebuah contoh hidup mengapa Allah menghukum Yoyakim, saudara kandungnya. Namun anehnya, ia mengulangi apa yang Yoyakim lakukan (19). Ketika, ia bersekongkol dengan Mesir dan bangsa-bangsa lainnya untuk menentang Babel, bukankah Allah sudah memberikan petunjuk dan nasihat untuk tidak melakukannya (Yer. 27:3-8; Yeh. 17:11-21). Contoh hidup dan petunjuk dari Allah sebenarnya merupakan bekal yang cukup bagi Zedekia untuk tidak melakukan kesalahan. Namun inilah kebodohan Zedekia yang melebihi keledai.

Akibatnya sebagai pribadi ia harus membayar dengan harga yang sangat mahal (7). Sebuah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan selama ia hidup dan sebuah penghukuman yang sangat kejam hingga perlu untuk disebutkan secara khusus dalam kitab tentang raja-raja Israel dan Yehuda. Sebagai bangsa, Yehuda semakin terpuruk dan tersungkur (9-17). Yehuda sudah hancur-lebur. Kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tidak mungkin dibangun lagi karena yang dibiarkan hidup bukan lagi orang lemah namun orang-orang miskin, itu pun hanya beberapa saja (12 bandingkan dengan 24:14). Kalau pun yang tersisa berhasrat bangkit dan mulai membangun dari kehidupan rohani mereka, itu juga tidak mungkin sebab para pemimpin rohani mereka juga dibunuh (18-21). Tidak ada yang tersisa. Tidak ada lagi yang berharga.

Renungkan: Bukankah kebodohan Zedekia adalah gambaran kebodohan manusia pada umumnya? Ia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita atau mungkin dalam diri kita sendiri. Misalnya, tahu narkoba berbahaya tetapi mengapa peminatnya semakin meningkat? Mampukah kita memeranginya?

(0.31) (Yoh 7:37) (sh: Respons panggilan (Minggu, 17 Januari 1999))
Respons panggilan

Banyak orang mengikut Tuhan Yesus, menikmati mukjizat-Nya dan mendengar ajaran-Nya, namun mereka masih terus bertanya: "Siapakah Dia sebenarnya?" Mereka tidak mau mendengar dan menerima jawaban Tuhan Yesus, karena telah merumuskan jawaban berdasarkan pengertian mereka sendiri. Undangan penuh kasih sayang dari Tuhan Yesus (37) mendapatkan respons dari berbagai kalangan. Respons pertama pertama (40): ada yang mulai meyakini Dia adalah Mesias. Kedua (41a): ada yang berani mengungkapkan keyakinan bahwa Dia adalah Mesias. Ketiga (41b, 42): ada yang masih ragu karena salah menduga tempat kelahirannya di Galilea. Keempat (43): mereka yang berdiskusi dan berdebat tentang Dia. Kelima (44): ada yang berhasrat kuat untuk menangkap Dia, meski tidak berani. Keenam (46): sikap para penjaga Bait Allah yang mengagumi dan menghormati Tuhan Yesus, sehingga berani untuk tidak mematuhi perintah menangkap Dia. Ketujuh (47-49): kelompok Farisi yang berkeras hati dan sombong, tetap menolak Dia. Kedelapan (50): Nikodemus, yang berani menyatakan keyakinan pribadi melawan mayoritas, menunjukkan kerinduan mengenal Tuhan Yesus.

Hati yang mengalirkan air hidup. Masih ada satu kelompok lagi, yakni kelompok kesembilan, mereka yang menerima panggilan-Nya dan datang kepada-Nya. Mereka yang haus akan kasih Allah dan merindukan kebenaran-Nya. Betapa indah menerima panggilan Tuhan Yesus, yang mengundang kita secara pribadi. Dia memanggil kita supaya kita menerima kasih dan penghiburan-Nya. Dalam keterikatan kuasa dosa, hidup tanpa arti, kekeringan rohani, Sang Juruselamat menganugerahkan hidup yang mengalirkan sukacita dan damai. Betapa pun kita telah jatuh dan tenggelam dalam dosa, bila kita mau datang kepada-Nya dengan penyesalan tulus, undangan kasih dan pengampunan-Nya tersedia bagi kita.

Renungkan: Seandainya saya berada di "sana" pada waktu itu, apakah respons saya terhadap panggilan Tuhan Yesus?

(0.31) (Mat 7:21) (full: MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU. )

Nas : Mat 7:21

Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga merupakan suatu syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga (bd. ayat Mat 7:22-27; 19:16-26; 25:31-46). Sekalipun demikian, ini tidak berarti bahwa kita dapat memperoleh keselamatan dengan usaha kita sendiri. Hal ini benar karena berbagai alasan yang berikut:

  1. 1) Pengampunan Allah diberikan kepada kita melalui iman dan pertobatan yang dimungkinkan oleh kasih karunia dan kematian Kristus sebagai korban karena dosa kita

    (lihat cat. --> Mat 26:28;

    [atau ref. Mat 26:28]

    Luk 15:11-32; 18:9-14).
  2. 2) Ketaatan pada kehendak Allah memang merupakan syarat yang tetap berlaku untuk keselamatan, namun Kristus juga menyatakan bahwa ketaatan itu merupakan kasih karunia yang berkaitan dengan keselamatan dalam Kerajaan Allah. Dengan demikian kita harus senantiasa berdoa untuknya, menerimanya, dan mengamalkannya dengan iman dan usaha yang sungguh-sungguh. Perhatikanlah doa Bapa Kami (Mat 6:9-13) dan banyak nasihat lainnya yang ditujukan kepada orang percaya agar mematikan dosa dan mempersembahkan diri mereka sebagai persembahan yang hidup kepada Allah (bd. Rom 6:1-23; 8:1-17; 12:1-2;

    lihat cat. --> Mat 5:6;

    [atau ref. Mat 5:6]

    lihat art. KEHENDAK ALLAH).

  3. 3) Kita mampu melakukan kehendak Allah dan menjalankan hidup benar oleh karena kasih karunia, kuasa Allah dan hidup rohani yang terus-menerus diberikan kepada kita melalui Kristus (Ef 2:5). Alkitab menyatakan bahwa "karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah ... karena kita ini buatan Allah" (Ef 2:8-10).
  4. 4) Allah senantiasa menyediakan kemampuan untuk menaati Dia sebagaimana hal itu dikehendaki oleh-Nya. Penyediaan kemampuan tersebut termasuk tindakan penebusan Allah. "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya"

    (lihat cat. --> Fili 2:13).

    [atau ref. Fili 2:13]

    Namun, kasih karunia yang diberikan Allah ini tidaklah membatalkan tanggung jawab atau tindakan manusia. Kita harus menanggapi dengan positif penyediaan ketaatan itu dari Allah (Ef 4:22-32; Yud 1:20-21,24;

    lihat cat. --> Fili 2:12)

    [atau ref. Fili 2:12]

    karena kita tetap bebas untuk menolak kasih karunia Allah, menolak untuk menghampiri Allah melalui Kristus

    (lihat cat. --> Ibr 7:25),

    [atau ref. Ibr 7:25]

    dan menolak untuk berdoa memohon dan menerima kehidupan yang taat

    (lihat cat. --> Mat 5:6;

    [atau ref. Mat 5:6]

    lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

(0.31) (Mat 21:28) (sh: Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran (Kamis, 1 Maret 2001))
Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran

Seorang pengembara asing begitu yakin dengan pengamatannya sendiri yang dianggapnya paling benar, sehingga ia tidak lagi mempedulikan nasihat orang-orang yang mengatakan bahwa ada seekor singa yang telah menelan banyak korban dalam hutan tersebut. Betapa terkejutnya ketika ia benar-benar berhadapan dengan seekor singa, suatu kebenaran yang tidak pernah dianggapnya benar. Selama ini ia mengandalkan kebenarannya sendiri, sehingga ia tidak mempercayai kebenaran yang sesungguhnya benar.

Perumpamaan dua orang anak (28-32) menggambarkan perbedaan sikap anak sulung (orang Yahudi) dan anak bungsu (orang tersisih) dalam menyambut Yesus. Orang Yahudi menganggap bahwa ritual agama yang dipertahankan sudah cukup membawa mereka kepada kebenaran. Inilah kebenaran yang mereka pertahankan sehingga mereka tidak percaya dan tidak mau menyambut Sang Kebenaran, yakni Yesus Kristus. Berbeda dengan orang-orang yang tersisih di mata orang beragama, karena mereka menyadari ketidakbenaran diri dan akhirnya menyambut kebenaran itu. Sesungguhnya orang yang merasa diri benar justru kehilangan kebenaran sejati dan orang yang merasa salah akan bertemu Kristus karena menyesali dan menyatakan kebutuhannya akan kebenaran.

Perumpamaan kedua tentang sikap para penggarap terhadap para utusan tuan tanah (33-48) menunjukkan betapa tertutupnya mereka terhadap segala cara pendekatan yang diusahakan tuan tanah, sampai anak kandung tuan tanahnya pun menjadi korban pembunuhan. Semua cara tidak dapat menembus kekerasan dan kebebalan hati mereka terhadap kebenaran. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar dan tidak perlu menanggapi pendekatan tuan tanah. Pilihan mereka menolak kebenaran berakibat fatal (43). Di akhir bacaan, kita melihat betapa ironisnya ketika para pemuka agama yang mengerti perumpamaan ini, namun mereka tetap pada kebenaran sendiri dan berusaha membungkam kebenaran (45-46).

Renungkan: Kebenaran yang terus diperdengarkan akan singgah dan menetap di hati yang penuh penyesalan dosa dan mau menyatakan kerinduan hadirnya Sang Kebenaran dalam hidupnya. Sudah saatnya menganggap sampah kebenaran diri yang berakibat hancur dan binasa.

(0.30) (Mi 7:8) (sh: Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan (Jumat, 22 Desember 2000))
Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan

Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (9). Orang saleh juga akan menderita ketika masyarakat yang bobrok dimana ia tinggal menjadi porak poranda. Walaupun ia tidak ikut serta dalam kejahatan masyarakat, ia tetap harus memikul tanggung jawab tertentu atas apa yang telah terjadi di dalam masyarakat.

Mikha menerima semua yang menimpanya sebagai suatu keadilan. Ia tidak putus harapan pada saat orang di sekitarnya mencemooh dia karena amarah Tuhan yang sedang menimpanya. Ia tidak takut sekalipun ia jatuh dan duduk dalam kegelapan. Ia hidup di dalam zaman dimana bangsanya di ambang kehancuran. Masyarakat Israel yang korup akan segera dihancurkan dan mereka yang masih hidup akan diangkut sebagai tawanan ke negara Asyur. Segala sesuatu di sekitar Mikha tampaknya hancur berantakan. Sangat sulit bagi Mikha untuk percaya bahwa suatu hari kelak pagar tembok kotanya akan dibangun kembali dan wilayah negaranya akan menjadi lebih luas (11). Namun ia tetap yakin bahwa Allah sang Hakim Agung akan menjadi pengacara dia dan membela perkaranya dan bangsanya. Pada akhirnya ia akan menang bersama Tuhan. Kemurahan Allah dan kesadaran Mikha sebagai orang berdosa yang membutuhkan anugerah pengampunan-Nya akan menjadikan ia orang yang menang karena Tuhan. Ia tidak hanya akan menerima pengampunan dari Allah namun para musuhnya pun nantinya akan mengakui kebenarannya (12).

Renungkan: Tetaplah setia dan yakin kepada Allah ketika kegelapan menimpa kita. Ketika Ia tampil semua kerajaan di dunia akan menjadi kerajaan Allah dan Kristus menjadi Rajanya. Pengharapan kita adalah walaupun sekarang kegelapan meliputi kita, ada kepastian bahwa kerajaan Allah akan segera hadir. Biarlah kita seperti Mikha yang berkata dalam pengharapannya `akan datang suatu hari bahwa pagar tembokmu akan dibangun kembali'.

(0.30) (Kis 8:17) (ende: Merekapun menerima Roh Kudus)

Sebenarnja Roh Kudus sudah diterima ketika dipermandikan, tetapi oleh peletakkan tangan dan doa Rasul-rasul orang jang sudah dipermandikan menerima kekuatan Roh Kudus jang istimewa, biasanja dewasa itu kurnia-kurnia jang njata.

(0.30) (1Raj 3:2) (ende)

Menurut suatu hukum, jang baru dikemudian hari muntjul, orang boleh mempersembahkan kurban hanja dalam Bait Allah di Jerusalem. Pengarang kitab radja tahu akan hukum itu dan karenanja menolak kurban2 ditempat sutji (bukit2 angkar) lain, sebagaimana ada adat djuga waktu itu masih diperbolehkan. Ia menegur semua radja jang tidak menghantjurkan tempat2 sutji tadi. Tetapi ia mengira, bahwa Sulaiman dapat dimaafi, oleh sebab Bait Allah belum didirikan. Ajat ini dan jang berikut mau menerangkan peristiwa jang berikut, bahwa Sulaiman sendiri mempersembahkan kurban atas suatu bukit angkar dan malah menerima penglihatan Allah sendiri.

(0.30) (1Taw 1:24) (ende)

Pengarang disini mengenakan suatu metodos, jang sudah dipakai oleh Kitab Kedjadian, untuk sampai kepada apa jang lebih2 menarik perhatiannja, jakni: Ia meninggalkan ketiga tjabang umat manusia untuk meneruskan hanja tjabang Sjem (asal-usul bangsa terpilih), dari tjabang2 Sjem diteruskan hanja tjabang jang menudju ke Ibrahim. Dari keturunan Ibrahim lalu diteruskan hanja keturunan Ishak liwat Jakub. Demikian ia sampai kepada umat Jahwe, satu2nja jang menerima djandjiNja, dan itu mau dibitjarakan, dahulu hanja dalam silsilahnja, lalu djuga dalam hal-ichwalnja.

(0.30) (Am 5:4) (full: CARILAH AKU, MAKA KAMU AKAN HIDUP. )

Nas : Am 5:4

Jikalau umat itu mau mencari Tuhan, sekelompok sisa dapat diselamatkan dari malapetaka yang dibicarakan Amos (lih. ayat Am 5:15). Di dalam hidup ini, mencari Tuhan setiap hari diperlukan untuk menerima kasih karunia dan kasih sayang-Nya. Saudara seharusnya khawatir jikalau mulai mengabaikan doa dan perenungan Firman Allah.

(0.30) (Kis 16:15) (jerusalem: seisi rumahnya) Karena Lidia masuk Kristen, maka seluruh familinya masuk pula; bdk Kis 10:44; 16:31,34; 18:8; 1Ko 1:16
(0.30) (Kej 18:3) (ende)

Disini digambarkan sifat ramah-tamah suka menerima tamu seperti mendjadi adat-kebiasaan pada suku-suku setengah nomadis.

(0.30) (Kej 30:20) (ende)

Zabulon, dari "zabal" = memuliakan, mempertinggikan. Tafsiran lain: "menerima", atau "memperlakukan sebagai isteri jang sjah" (dari kata Assiria: "Zabalu").

(0.30) (Mzm 15:5) (ende: menerima hadiah)

ialah uang suap (hakim2 dan pegawai2).

(0.30) (Pkh 5:6) (ende: berdosa terhadap dirimu sendiri)

jakni dengan melalaikan kaul, hingga ditimpa hukuman.

(0.30) (1Ptr 2:12) (ende: Berkat teladanmu)

Teladan orang kristen dan membuka hati kaum kafir untuk menerima rahmat Tuhan pada suatu saat.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA