Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 542 ayat untuk keadilan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.35) (Im 25:14) (jerusalem: janganlah kamu merugikan) Maksud hukum ini rangkap dua: ia menjamin keadilan dalam jual beli dan mencegah pernyerobotan tanah, sebagaimana dicela dalam Yes 5:8 dan Mik 2:2.
(0.35) (Ayb 31:16) (jerusalem: menolak keinginan orang kecil...) Ayu 31:4-7,13-15 berbicara mengenai keadilan: Ayu 31:16-23 berbicara tentang kemurahan hati yang berdasarkan rasa syukur kepada Allah.
(0.35) (Mzm 97:6) (jerusalem: memberitakan keadilanNya) Bdk Maz 50:6+; Maz 40:10+
(0.35) (Yer 23:6) (jerusalem: Yehuda.... dan Israel) Bdk Yer 3:18+
(0.35) (Yl 2:23) (jerusalem: hujan pada awal musim dengan adilnya) Maksudnya naskah Ibrani kurang jelas dan terjemahannya tidak pasti. Ungkapan "dengan adilnya" (harafiah: buat keadilan/kebenaran)mungkin sebuah sisipan. Kepada umat yang bertobat Allah akan memberikan hujan "dengan adilnya", artinya: sesuai dengan kesetiaan Tuhan terhadap umat oleh karena perjanjian. Tetapi ungkapan itu juga dapat diartikan sbb: dengan ukuran tepat, atau: mengingat keadilan, sebagai tanda bukti bahwa umat kembali direlai oleh Tuhan. Terjemahan Latin Vulgata menghubungkan ayat ini dengan Mesias, lalu menterjemahkan ungkapan "dengan adilnya" sebagai: buat Guru Keadilan/kebenaran, bdk Hos 10:12 dan Yer 23:6; 33:15. Dalam naskah-naskah Qumran tokoh utama "Jemaat Perjanjian" itu diberi gelar: Guru keadilan kebenaran
(0.35) (Am 6:1) (jerusalem: di Sion) Ini barangkali suatu saduran yang mengetrapkan nubuat Amos pada bangsa Yehuda, bdk Ams 3:1+; Hos 1:7+
(0.35) (Mal 4:2) (jerusalem: surya kebenaran) Pengertian "kebenaran" atau "keadilan" mencakup gagasan kekuasaan dan kemenangan, bdk Yes 41:2+. Sebutan "Surya Kebenaran" menjadi gelar Kristus dan gelar itu mempengaruhi liturgi hari raya natal dan Epifani
(0.35) (Luk 3:10) (jerusalem) Ayat-ayat ini hanya ditemukan dalam Lukas dan menekankan segi manusiawi dan positip dalam pewartaan Yohanes. Tidak ada pekerjaan atau jabatan apapun yang menutup jalan keselamatan, asal orang melakukan keadilan dan kasih.
(0.35) (Why 14:18) (jerusalem: mezbah) Dari mezbah itu naiklah seruan darah para martir, Wah 6:9; 11:1, dan doa para kudus, Wah 8:3-5; 9:13. Malaikat itu membawa seruan dan doa itu ke hadapan Allah minta keadilan.
(0.35) (Mzm 9:1) (sh: Menyaksikan keadilan Allah (Senin, 17 Februari 2003))
Menyaksikan keadilan Allah

Dalam diri orang benar, setiap kali menyaksikan keadaan dirinya dan sekelilingnya, sering kali muncul tanda tanya. Hal yang dipertanyakan adalah: "Kalau Allah adil, mengapa hidupku sengsara, dan justru oleh perbuatan orang yang tidak mengenal Allah?" Orang fasik sebaliknya, merasa aman-aman saja melakukan kejahatan; Tuhan toh tidak peduli atau bahkan Dia tidak pernah ada. Paling tidak pengalaman hidup sehari-hari acap kali membawa kita pada kesimpulan tersebut. Benarkah demikian?

Pemazmur pun sempat mempertanyakan di mana keadilan Tuhan ketika melihat pengalaman sengasaranya sendiri (ayat 9:14), dan mengapa Tuhan begitu jauh darinya (ayat 10:1). Padahal, orang fasik justru bersombong-ria di dalam kejahatan mereka, bahkan merasa tidak ada yang dapat menggagalkan rencana-rencana jahat mereka, termasuk Tuhan tidak dapat menghalangi mereka (ayat 10:2-11). Namun, di dalam pertanyaan dan pergumulannya, si pemazmur tidak kehilangan iman. Ia meyakini bahwa Tuhan tetap adil dan tetap melindungi orang benar (ayat 9:5) karena Dia hakim yang adil (ayat 9:8-11; 10:16-18). Dia yang akan membalaskan orang jahat dengan keadilan-Nya (ayat 9:6-7, 16-19). Oleh sebab itu, si pemazmur menutup doa pengucapan syukurnya (ayat 9:2-3) dengan permohonan sekali lagi supaya keadilan Tuhan ditegakkan, orang fasik dibinasakan (ayat 10:12-15).

Boleh-boleh saja kita seperti si pemazmur berseru mempertanyakan keadilan Tuhan. Namun, seruan tersebut harus juga disertai iman, bahkan ucapan syukur bahwa Tuhan memang adil. Keadilan-Nya akan dinyatakan di dalam hidup ini, terhadap orang benar pembelaan dan terhadap orang fasik pembalasan.

Renungkan: Kapan terakhir Anda mengucap syukur justru pada saat ketidakadilan sepertinya berjaya atas hidup Anda. Ucapkan syukur dan naikkan doa permohonan penuh iman supaya Tuhan bertindak dan menyatakan keadilan-Nya segera!

(0.35) (Pkh 3:16) (sh: Bergumul tentang keadilan. (Kamis, 28 Mei 1998))
Bergumul tentang keadilan.

Kenyataan dunia peradilan membuat kita cenderung menyimpulkan bahwa keadilan adalah sesuatu yang sangat relatif. Memang ada ukuran dalam bentuk hukum atau undang-undang. Tetapi dalam prakteknya seringkali keadilan dan ketidakadilan menjadi rancu. Mengapa? Karena justru di pengadilan keadilan bisa diputuskan tidak adil dan ketidakadilan bisa diputuskan adil.

Pengkhotbah tidak tawar hati. Ada pengadilan yang pasti adil tidak mungkin tidak adil, sebab Hakimnya ialah Allah sendiri. Keadilan itu bukan saja kelak akan diberlakukannya, bahkan sekarang pun Ia jalankan. Fakta kematian pantas menjadi peringatan akan pengadilan Allah itu.

Menggumuli soal penindasan. Dunia ini tidak mungkin maju bila orang-orangnya tidak bekerja. Sayangnya kerja yang merupakan panggilan terhormat dari Allah itu dinodai oleh berbagai hal. Oleh kerja yang dilandasi iri hati dan oleh penindasan. Kerja baru berarti dan mampu memberikan kebahagiaan bagi hidup bila dijalani dalam kehendak Tuhan. Karena fakta ketimpangan-ketimpangan itulah, pengkhotbah seolah pesimis mengatakan bahwa yang paling baik ialah orang mati atau orang yang tidak pernah dilahirkan.

Renungkan: Bahagia kita dalam Tuhan baru lengkap bila kita juga rindu agar orang lain pun bahagia menemukan hidup bermakna dalam Yesus Kristus.

(0.33) (Ams 21:1) (sh: Kejernihan hati (Senin, 23 Oktober 2000))
Kejernihan hati

Siapa dapat menduga hati seseorang? Orang yang terdekat dengannya atau dirinya sendiri? Harus diakui betapa misteriusnya hati seseorang, diri sendiri pun kadang-kadang tidak mengerti hatinya. Oleh karena itu perlu ada yang mengontrol hati manusia, yang benar-benar dapat menguji hati manusia, tiada lain adalah Sang Pencipta yang Maha Tahu, Dialah yang menguji hati manusia.

Penulis Amsal mengatakan bahwa hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan yang gerakan mengalirnya air senantiasa dikontrol oleh Tuhan (1). Raja yang berkuasa memiliki kesempatan melakukan apa saja yang dianggapnya baik dan benar. Tetapi raja yang hatinya condong kepada Tuhan tidak seperti hati orang fasik yang sombong (4) dan mengingini kejahatan (10), tidak akan melakukan tindakan dan mengambil keputusan yang merugikan rakyat dan kerajaannya. Bila Tuhan yang mengontrol hatinya maka ia hanya melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Tuhan memegang pusat hidup seorang pemimpin, maka pikirannya, perilakunya, perasaannya, keputusannya, tindakannya tertuju kepada-Nya. Betapa sejahteranya kehidupan rakyatnya yang hati pemimpinnya ada di dalam tangan Tuhan.

Melakukan kebenaran dan keadilan berkenan kepada Tuhan dan merupakan kesukaan bagi orang benar (15). Persembahan sebesar apa pun tak berarti bila tidak didasari kehidupan yang penuh dengan kebenaran dan keadilan (3). Orang fasik akan mengalami penganiayaannya sendiri karena mereka tidak mau melakukan keadilan (7). Mereka tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya karena hatinya tertutup terhadap jeritan orang lain (10). Apakah melakukan kebenaran dan keadilan sama dengan memeratakan penghasilan atau membagikan kepada semua orang jumlah yang sama? Tentu saja bukan demikian pengertiannya. Melakukan kebenaran dan keadilan adalah menyatakan benar kepada orang benar dan salah kepada yang bersalah, membagikan sesuai kebutuhan masing-masing, dan tidak menindas hak orang lain.

Renungkan: Suara kebenaran dan keadilan semakin lemah di tengah merebaknya realita ketidakbenaran dan ketidakadilan. Bagaimana Anda memegang peran sebagai pelaku kebenaran dan keadilan dalam profesi Anda masing-masing? Adakah hal-hal konkrit yang dapat Anda lakukan, agar keduanya bukan sekadar slogan semu?

(0.32) (Yes 1:26) (jerusalem: kota yang setia) Nama diri seseorang atau sesuatu menentukan hakekat orang atau barang itu dan juga menentukan hal ihwalnya kelak, bdk nama Yakub, Kej 25:26; 27:36, dan nama anak-anak Yakub, Kej 29:31-30:24, dll. Berubah nama berarti berubah panggilan, bdk Abraham, Kej 17:5, Israel, Kej 32:29, dll. Nama yang oleh seorang nabi diberikan merupakan sebuah pertanda berdaya, misalnya Yesaya, Yes 7:3 bdk Yes 10:21; 7:14; 18:1-3 (bdk Yes 8:18), dan Hosea, Yes 1:4,6,9,10-11; 2:22. Di masa mendatang kota Yerusalem akan mendapat nama-nama lain lagi yang berupa nubuat pula, Yes 60:14; 62:4,12; Yeh 48:35. Di sini Yerusalem yang baru (yang menyinggung Yes 1:21) ialah "Kota keadilan" dan "Kota kesetiaan". Menurut pandangan nabi Yesaya (dan Amos) keadilan pertama-tama berarti: mempertahankan hukum dan hak orang. Tetapi pengertian "keadilan/kebenaran" lebih luas artinya dari itu saja. Keadilan manusia adalah suatu penyertaan dalam keadilan Allah yang terkandung dalam kekudusanNya, bdk Yes 5:16+.
(0.32) (Mzm 7:1) (sh: Mazmur korban ketidakadilan (Minggu, 16 Februari 2003))
Mazmur korban ketidakadilan

Mazmur ini dapat kita lihat sebagai: [1] mewakili suara hati banyak orang di Indonesia, di mana kadang keadilan bisa dibeli, [2] mazmur ini adalah wadah yang baik untuk bercermin dan menilik diri, di sisi manakah diri kita berada: di sisi keadilan atau yang bertindak menentang keadilan?

Tidak ada penjelasan mengenai apa yang terjadi antara Daud dan Kusy, orang Benyamin. Apa pun itu, jelas pemazmur telah difitnah dan dianiaya. Pemazmur meminta Allah untuk menyelamatkannya (ayat 2- 3). Yang tidak biasa, doa pemazmur ini tidak berbau nepotisme (teologi nepotis Allah akan membela "umat"-Nya apa pun duduk perkaranya, tanpa menghakimi dengan adil mana yang benar dan yang salah). Tetapi, pemazmur memohon kepada Allah untuk menjadi hakim dan menghakimi dengan adil (ayat 7-8). Pemazmur menyadari hukuman yang akan dijatuhkan Allah kepada pihak yang bersalah (ayat 4-6,13-17), dan tahu jelas bahwa dirinyalah yang akan menerima hukuman itu jika ternyata ia yang bersalah. Jelas pemazmur menyadari bahwa keadilan pertama-tama adalah kebenaran dan integritas yang bersih dan tulus di hadapan Allah, sehingga ia berani meminta Allah juga untuk menguji dirinya (ayat 9-12). Hanya dengan demikian sang pemazmur, dan juga Kristen masa kini, dapat mensyukuri dan memuji Allah karena keadilan-Nya (ayat 18).

Renungkan: "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat. 5:11).

(0.31) (Rm 3:25) (ende: Tempat perdamaian)

Istilah asli mengingatkan akan tempat sutji, diatas "peti perdjandjian" jang dipandang sebagai tachta Allah didalam "kemah kudus", dimana Ia bisa menjatakan kehendakNja kepada Moses. Tempat itu diretjiki dengan darah kurban-kurban untuk memperdamaikan kaum Israel dengan Allah, kalau mereka telah melanggar sjarat-sjarat perdjandjian, tetapi bertobat. Demikian Jesus dalam arti jang djauh lebih tinggi mendjadi tempat perdamaian dengan menumpahkan darahNja.

(0.30) (1Raj 13:1) (sh: Kasih dan keadilan seharusnya berjalan seiring (Minggu, 20 Februari 2000))
Kasih dan keadilan seharusnya berjalan seiring

Kasih dan keadilan bisa dikatakan seperti minyak dan air yang tidak dapat disatukan dalam kehidupan manusia. Di mana kasih berbicara keadilan diamputasi. Tampaknya kedua nilai itu saling bertentangan. Namun di dalam Allah, kedua nilai itu menyatu tanpa salah satunya mengalami distorsi (penyimpangan) makna.

Insiden yang terjadi dalam perikop ini merupakan suatu bukti bahwa kedua nilai itu dapat dinyatakan oleh Allah secara bersamaan tanpa distorsi nilai. Allah begitu membenci dosa Yerobeam. Allah secara tegas melarang abdi-Nya untuk makan atau minum apa pun di tempat Yerobeam. Sikap ini menunjukkan keadilan Allah bahwa yang berdosa tidak akan menerima konsekuensinya.

Allah pun memanifestasikan kasih-Nya dengan mengirim abdi-Nya dari Yehuda dan memberikan tanda-tanda seperti mezbah yang pecah dan tangan Yerobeam yang menjadi kejang. Sebenarnya Yehuda saja membatalkan persiapan untuk menyerang Yerobeam, tetapi sekarang Allah justru mengirim abdi-Nya dari Yehuda untuk memperingatkan Yerobeam agar bertobat. Itu semua dilakukan sesudah Yerobeam melakukan dosa yang begitu menjijikan di hadapan Allah.

Allah secara obyektif menempatkan setiap nilai pada porsinya, dan tetap melihat manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang Ia kasihi dan tidak membiarkan adanya nafsu, emosi, dan unsur subyektifitas yang menjadi katalisator bagi membaurnya kedua nilai itu sehingga keduanya menjadi bias. Dalam diri manusia, unsur emosi dan subyektifitas selalu berperan paling dominan dalam mengambil sikap terhadap orang yang melakukan dosa, sehingga berakibat salah satu nilai itu harus dikorbankan.

Renungkan: Setiap orang adalah makhluk ciptaan Allah yang juga sebagai obyek kasih Allah, jadi selaraskan tindakan kasih dan keadilan bagi siapa pun.

(0.30) (Mzm 140:1) (sh: Gambaran tentang dunia (Minggu, 19 September 1999))
Gambaran tentang dunia

Sejak ribuan tahun yang lalu, sudah ada pembunuhan, kekerasan, penindasan, kecemburuan, kedengkian, dan segala macam kejahatan lain, yang menjadi bagian dari tingkah laku manusia. Hal ini menggambarkan keadaan dunia tempat kita hidup dan bersosialisasi. Demikianlah keadaan yang dialami pemazmur. Pemazmur mengungkapkan betapa situasi hidupnya sangat tertekan ketika ia harus bersembunyi dari kejaran dan ancaman Saul. Tetapi pada akhirnya pemazmur menemukan cara mengatasinya. Ia berdoa memohon perlindungan dan keluputan (ayat 2-6), dan ia memohon kemenangan (ayat 9-12). Ia mohon agar Tuhan membalik situasinya dan membalik situasi mereka yang membencinya.

Allah berdaulat atas orang fasik. Dari sudut pandang manusia, nampaknya kehidupan orang fasik lancar, sukses dan bahagia. Mereka "bebas" melakukan kecemaran, kejahatan, kekerasan, dan penindasan; seolah-olah tak ada yang mengendalikan rencana dan perbuatan mereka. Apakah benar demikian? Tidak! Allah berdaulat atas mereka. Mungkin nampaknya Allah berdiam diri dan membiarkan kejahatan semakin merajalela. Namun sesungguhnya Allah membatasi; Ia tahu saat-Nya bertindak menyatakan keadilan-Nya. Bila Allah bertindak, tak seorang pun dapat menghalangi Allah untuk menyatakan keadilan dan hukuman-Nya bagi orang fasik. Serahkan penghakiman kepada Allah atas orang-orang yang menindas kita. Keadilan Tuhan akan dinyatakan kepada orang yang tertindas dan perkara orang miskin akan dibela. Ketika kita mengalami kesesakan karena ancaman dan perlakuan orang yang membenci kita sulit bagi kita untuk melihat keadilan Tuhan. Namun Daud pada akhirnya mengimani keadilan-Nya yang dinyatakan dalam hidupnya. Dengan demikian, orang benar akan memuji Tuhan dan orang jujur akan diam di hadapan-Nya. Artinya, orang benar akan menyaksikan keadilan Tuhan dengan sukacita. Inilah doa dan pengharapan Kristen.

Doa: Tuhan, aku percaya bahwa Engkau akan bertindak sebagai pembelaku.

(0.30) (Mrk 14:53) (sh: Kesaksian palsu (Selasa, 15 April 2003))
Kesaksian palsu

Peristiwa penangkapan dan pengadilan Yesus di hadapan Mahkamah Agama, menunjukkan bahwa keadilan sedang dikesampingkan. Dorongan untuk merekayasa suatu kesaksian palsu dipandang sebagai upaya yang sah-sah saja. Dalam situasi yang demikian yang benar bisa diubah menjadi yang salah. Keadilan sebagai cita-cita luhur suatu pengadilan, diselewengkan, dan tindakan balas dendam dipakai sebagai norma.

Ucapan Yesus mengenai Bait Allah dalam Yohanes 2:19 diangkat sebagai isu karena dianggap sangat sensitif di kalangan orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, Bait Allah adalah tempat di mana Allah bersemayam. Oleh sebab itu Bait Allah adalah tempat yang sangat sakral, dan juga sebagai pusat ibadah orang Yahudi. Sehingga siapa pun yang mau menghancurkan Bait Allah konsekuensinya adalah hukuman mati. Hal lainnya lagi yang memberatkan Yesus adalah ucapan Yesus yang akhirnya membuat Imam Kepala mengoyakkan pakaiannya. Mengapa Ia melakukan tindakan yang mengisyaratkan perkabungan itu? Karena jawaban Yesus yang mengakui bahwa diri-Nya adalah Mesias, bahkan Putra dari Yang Terpuji (ayat 62). Ini dianggap sebagai tindakan menghujat Allah. Mengapa mereka tidak mampu melihat kebenaran ucapan Yesus? Karena hati dan akal sehat mereka telah dibutakan oleh kebencian.

Dari proses pengadilan Yesus ini kita belajar tentang beberapa hal: pertama, apabila suatu upaya mencari suatu kebenaran dilakukan dengan suatu prasangka buruk, atau dengan perasaan benci dan dendam maka orang sulit melihat secara jernih suatu persoalan. Kedua, jika suatu upaya mencari suatu keadilan telah dicemari oleh suatu prasangka buruk terhadap sesama maka keadilan bisa dihempaskan lalu kebencian dan dendam dipandang sebagai suatu keadilan.

Renungkan: Memberlakukan keadilan dan kebenaran adalah panggilan setiap orang yang mencintai damai sejahtera.

(0.30) (Ul 15:13) (full: JANGANLAH ENGKAU MELEPASKAN DIA DENGAN TANGAN HAMPA. )

Nas : Ul 15:13

Bangsa Israel tidak diperbolehkan untuk melepaskan budak-budak mereka tanpa perbekalan yang memadai (bd. ayat Ul 15:12). Kasih akan sesama (bd. Im 19:18) menuntut bahwa makanan dan perbekalan cukup diberikan kepada mereka sehingga mereka bisa bertahan hidup hingga memperoleh pekerjaan baru. Demikian pula, prinsip kasih dan keadilan di bawah perjanjian yang baru menuntut bahwa kita memperlakukan pegawai kita dengan belas kasihan, kejujuran, dan keadilan.

(0.30) (Mzm 82:6) (full: KAMU ADALAH ALLAH. )

Nas : Mazm 82:6

Istilah "allah" (Ibr. _elohim_) mungkin mengacu kepada tokoh-tokoh pemimpin dan hakim Israel yang ditugaskan sebagai wakil Allah dalam melaksanakan keadilan, melindungi yang lemah, dan menolong membebaskan mereka dari para penindas. Istilah ini sama sekali tidak berarti bahwa manusia berkemungkinan menjadi allah, tetapi hanya bahwa mereka dapat menjadi wakil Allah dengan kuasa dan wibawa untuk menjatuhkan hukuman dan melaksanakan keadilan

(lihat cat. --> Yoh 10:34).

[atau ref. Yoh 10:34]



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA