
Teks -- Yohanes 10:34 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 10:34
Full Life: Yoh 10:34 - KAMU ADALAH ALLAH?
Nas : Yoh 10:34
Pernyataan Yesus ini bagaimanapun juga tidak mengajar bahwa orang
percaya harus menganggap dirinya allah. Justru sebaliknya, mereka...
Nas : Yoh 10:34
Pernyataan Yesus ini bagaimanapun juga tidak mengajar bahwa orang percaya harus menganggap dirinya allah. Justru sebaliknya, mereka yang menyatakan dirinya allah akan dihukum Allah (Yer 10:11).
- 1) Istilah "kamu adalah 'allah' " ini diucapkan Yesus kepada para
pemimpin Israel yang tidak benar karena membela orang fasik serta kejam
terhadap anak-anak (Mazm 82:1-4). Para pemimpin ini yang menganggap
dirinya allah, akan menerima hukuman dan binasa (Mazm 82:7;
lihat cat. --> Mazm 82:6).
[atau ref. Mazm 82:6]
- 2) Menyatakan diri sebagai allah adalah dosa antikristus
(2Tes 2:4,11;
lihat art. ZAMAN ANTIKRISTUS).
Jerusalem -> Yoh 10:34
Jerusalem: Yoh 10:34 - kamu adalah allah Perkataan itu tertuju kepada para hakim yang disebut "ilah" secara kiasan karena jabatannya. Sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah", Ula 1:1...
Perkataan itu tertuju kepada para hakim yang disebut "ilah" secara kiasan karena jabatannya. Sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah", Ula 1:17; 19:17; Kel 21:6; Maz 58. Dengan sebuah argumentasi "a fortiori", sebagaimana lazim di kalangan para rabi, Yesus mengambil kesimpulan: jangan berteriak: Hojat, mana kala Yang Kudus dari Allah dan UtusanNya menyebut diriNya Anak Allah. Selanjutnya nasib Yesus terkait (bdk Yoh 19:7) pada gelar "Anak Allah" itu, Yoh 10:36; bdk Yoh 5:25; 11:4,27; 20:17,31. Lihat Mat 4:3+.
Jang dimaksudkan ialah seluruh Kitab Kudus P.L.

Ende: Yoh 10:34 - Ilah Istilah bahasa Arab ini berarti: orang-orang jang dianggap Allah
atau jang dihormati sebagai Allah. Sering artinja sama dengan dewa, tetapi
disini tid...
Istilah bahasa Arab ini berarti: orang-orang jang dianggap Allah atau jang dihormati sebagai Allah. Sering artinja sama dengan dewa, tetapi disini tidak. Disini dimaksudkan orang jang mempunjai suatu kekuasaan Ilahi jang diberikan kepada mereka oleh Allah. Istilah itu misalnja terdapat dalam Maz 58:1. Dalam "Kitab Mazmur" kita diterdjemahkan, atau lebih tepat disadur dengan "kaum penguasa". Baik disini maupun ditempat-tempat jang lain para hakimpun disebut "ilah" dalam tanggapan, bahwa mereka berbitjara dan mengambil keputusan-keputusan atas nama Allah, seolah-olah Allah sendiri berbitjara dan bertindak dalam mereka.
Ref. Silang FULL -> Yoh 10:34
Ref. Silang FULL: Yoh 10:34 - kitab Taurat // adalah allah · kitab Taurat: Yoh 8:17; 12:34; 15:25; Rom 3:19; 1Kor 14:21
· adalah allah: Mazm 82:6
· kitab Taurat: Yoh 8:17; 12:34; 15:25; Rom 3:19; 1Kor 14:21
· adalah allah: Mazm 82:6

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 10:34 - -- 10:34 Kata Yesus kepada mereka, "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: 'Aku telah berfirman: Kamu adalah825 allah826?'
Tanggapan-Nya mengarah...
10:34 Kata Yesus kepada mereka, "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: 'Aku telah berfirman: Kamu adalah825 allah826?'
Tanggapan-Nya mengarahkan mereka pada Mazmur 82. Dalam Mazmur 82 TUHAN Allah menegur para pemimpin umat Israel, karena walaupun mereka diberikan jabatan yang mulia, mereka tidak adil. Sebagai hakim-hakim Israel, mereka dapat disebut "allah", dan "anak-anak Yang Mahatinggi". Sebutan tersebut layak karena jabatan yang mulia yang mereka miliki. Mengadili adalah pekerjaan Allah, sehingga mereka dipercayai untuk melakukan suatu pekerjaan ilahi (Ulangan 1:17). Namun mereka manusia biasa, dan mereka harus dihukum. Mereka akan tewas.

Hagelberg: Yoh 10:34 - -- 10:34 Kata Yesus kepada mereka, "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: 'Aku telah berfirman: Kamu adalah825 allah826?'
Tanggapan-Nya mengarah...
10:34 Kata Yesus kepada mereka, "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: 'Aku telah berfirman: Kamu adalah825 allah826?'
Tanggapan-Nya mengarahkan mereka pada Mazmur 82. Dalam Mazmur 82 TUHAN Allah menegur para pemimpin umat Israel, karena walaupun mereka diberikan jabatan yang mulia, mereka tidak adil. Sebagai hakim-hakim Israel, mereka dapat disebut "allah", dan "anak-anak Yang Mahatinggi". Sebutan tersebut layak karena jabatan yang mulia yang mereka miliki. Mengadili adalah pekerjaan Allah, sehingga mereka dipercayai untuk melakukan suatu pekerjaan ilahi (Ulangan 1:17). Namun mereka manusia biasa, dan mereka harus dihukum. Mereka akan tewas.

Hagelberg: Yoh 10:22-39 - -- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
Percakapan ini, yaitu antara Tuhan Yesus dan orang banya...
4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
Percakapan ini, yaitu antara Tuhan Yesus dan orang banyak, merupakan percakapan yang terakhir dengan orang banyak dalam Injil Yohanes. Dalam percakapan ini tema-tema yang telah dikemukakan dan dikembangkan (domba, suara gembala, iman karena mukjizat, hidup yang kekal, hubungan Tuhan Yesus dengan Bapa-Nya) dipakai dengan arti yang jelas, sehingga mereka terpaksa mengambil sikap terhadap Dia. Setelah percakapan ini, tinggal satu mukjizat lagi (kebangkitan Lazarus) untuk meyakinkan mereka bahwa Yesuslah Mesias yang mempunyai hubungan yang unik dengan Allah Bapa. Setelah peristiwa itu, Tuhan Yesus tidak ada urusan lagi dengan orang banyak dalam Injil Yohanes.

Hagelberg: Yoh 8:12--10:42 - -- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 10:22-38
Matthew Henry: Yoh 10:22-38 - Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi (10:22-38)
Di sini diceritakan mengenai perselisihan lain yang terjadi antara Kristus dan orang-orang ...
Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi (10:22-38)
- Di sini diceritakan mengenai perselisihan lain yang terjadi antara Kristus dan orang-orang Yahudi di Bait Allah. Sulit menentukan manakah yang lebih aneh, perkataan mulia yang keluar dari mulut-Nya ataukah perkataan dengki yang terlontar dari mulut mereka.
- I. Di sini diceritakan mengenai waktu terjadinya perdebatan tersebut: Kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, dan ketika itu musim dingin. Hari raya itu diperingati setiap tahun untuk mengenang pentahbisan mezbah baru dan penyucian Bait Allah oleh Yudas Makabe, setelah Bait Allah dan mezbah itu dicemarkan. Lebih jauh mengenai kisah itu bisa kita dapati dalam sejarah keluarga Makabe (lib. 1, cap. 4), tetapi mengenai hal itu telah dinubuatkan sebelumnya (Dan. 8:13-14). Untuk mengetahui lebih lagi tentang hari raya itu, bacalah 2 Makabe 1:18. Kembalinya kebebasan mereka itu laksana hidup yang dianugerahkan kembali setelah kematian, dan untuk mengenangnya, mereka melaksanakan hari raya tahunan pada hari keduapuluhlima di bulan Kislew, yaitu sekitar awal Desember dan tujuh hari setelahnya. Perayaan tersebut tidak dibatasi di Yerusalem saja seperti halnya hari-hari raya suci lainnya, tetapi setiap orang bisa melaksanakannya di daerah mereka masing-masing, dan mereka tidak menganggap hari itu sebagai hari kudus (sebab hanya ketetapan ilahi saja yang dapat menguduskan sebuah hari), melainkan hari gembira, sebagaimana hari-hari perayaan Purim (Est. 9:19). Kristus kini ada di Yerusalem, bukan untuk menghormati hari raya itu, yang tidak mengharuskan-Nya ada di sana, tetapi supaya Ia dapat memanfaatkan delapan hari libur itu untuk tujuan-tujuan baik.
- II. Tempat kejadian itu (ay. 23): Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Begitulah tempat itu disebut (Kis. 3:11), bukan karena Salomo yang membangunnya, tetapi karena tempat itu didirikan di lokasi yang sama dengan serambi pertama yang memakai nama Salomo, sehingga nama itu tetap dipertahankan oleh karena kemasyhurannya. Di sanalah Kristus berjalan-jalan untuk memperhatikan perilaku Mahkamah Agama yang bertempat di sana (Mzm. 82:1). Dia berjalan-jalan, siap untuk bercakap-cakap dengan siapa pun yang ingin berbincang dengan-Nya dan menawarkan bantuan-bantuan-Nya. Sepertinya Ia berjalan-jalan sendirian saja untuk beberapa saat lamanya, seolah-olah Ia telah ditinggalkan orang-orang. Dia berjalan sambil merenungkan kejatuhan Bait Allah yang telah dinubuatkan itu. Orang yang ingin mengatakan sesuatu kepada Kristus akan mendapati-Nya dalam Bait Allah dan dapat berjalan-jalan bersama-Nya di sana.
- III. Perdebatan itu sendiri. Perhatikanlah di dalamnya:
- . Pertanyaan yang sangat penting yang diajukan kepada-Nya oleh orang-orang Yahudi itu (ay. 24). Mereka mengelilingi Dia untuk mencobai-Nya. Ia sedang menantikan kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka malah mengambil kesempatan itu untuk berbuat jahat kepada-Nya. Air susu dibalas air tuba memang bukan hal yang mengherankan dan sering terjadi. Dia tidak pernah dapat menikmati saat-saat berada di Bait Suci, di rumah Bapa-Nya sendiri, tanpa gangguan. Mereka mengelilingi Dia, seolah-olah hendak mengepung-Nya: merubungi-Nya seperti lebah. Mereka mengelilingi Dia seakan-akan mereka itu telah sepakat ingin dipuaskan. Mereka datang sebagai satu kesatuan, berpura-pura menanyakan kebenaran dengan tulus dan gigih, padahal maksud mereka yang sebenarnya adalah untuk menyerang Tuhan Yesus kita. Mereka kelihatannya mewakili suara seluruh bangsa, seakan-akan mereka itu adalah juru bicara dari seluruh orang Yahudi: Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.
- (1) Mereka bertengkar dengan-Nya, seakan-akan Dia telah bersalah karena membuat mereka terombang-ambing dalam kebimbangan. Tēn psychēn hēmōn aireis -- "Berapa lama lagi Engkau mencuri hati kami?" Atau, merampas jiwa kami? Begitulah yang diartikan sebagian orang, yang menunjukkan tuduhan mereka bahwa Ia mendapatkan kasih dan rasa hormat dari orang-orang dengan cara yang curang, seperti Absalom mengambil hati orang-orang Israel, atau seperti para penyesat menipu orang-orang yang tulus hatinya supaya dapat menarik murid-murid untuk mengikut mereka (Rm. 16:18; Kis. 20:30). Akan tetapi, kebanyakan penafsir memahaminya seperti kita: "Berapa lama lagi Engkau membuat kami terombang-ambing? Berapa lama lagi kami harus terus bertanya-tanya apakah Engkau betul-betul Kristus atau bukan, tanpa bisa mengetahui jawaban yang pasti dari pertanyaan itu?"
- Nah:
- [1] Hal itu diakibatkan karena ketidakpercayaan dan prasangka mereka yang begitu berakar, sampai-sampai mereka tetap ragu-ragu bahkan setelah Tuhan Yesus kita telah betul-betul membuktikan bahwa Ia adalah benar Kristus. Mereka justru meragukan hal yang sebetulnya dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan begitu mudahnya. Pergumulan terberat terjadi antara keyakinan mereka yang mengatakan bahwa Ia adalah benar Kristus, melawan kedegilan mereka yang mengatakan sebaliknya, sebab Dia tidak seperti Kristus yang selama ini mereka harap-harapkan. Orang-orang yang memilih untuk bersikap skeptis, kalau mereka mau, bisa saja menyeimbangkan bobot sebuah bukti terkuat dengan keberatan terbesar terhadap bukti itu, sehingga keduanya akan menjadi sama berat.
- [2] Hal itu merupakan sebuah contoh dari kekurangajaran dan kelancangan mereka, yang justru menyalahkan Kristus atas keragu-raguan yang melanda mereka, seakan-akan Dialah yang membuat mereka meragukan-Nya karena ketidakkonsistenan-Nya tentang diri-Nya sendiri. Padahal sebenarnya, prasangka merekalah yang membuat mereka terus-menerus bimbang seperti itu. Jika nasihat yang berhikmat terdengar meragukan, maka kekeliruannya tidaklah terletak pada objek dari hal tersebut, melainkan pada telinga yang mendengarnya, sebab segala sesuatu menjadi jelas bagi orang yang memahaminya. Kristus ingin membuat kita percaya, tetapi kita sendiri membuat diri kita ragu-ragu.
- (2) Mereka menantang-Nya untuk memberi jawaban langsung dan pasti, apakah Ia Mesias atau bukan: "Jikalau Engkau Mesias seperti yang dipikirkan banyak orang, katakanlah terus terang kepada kami. Jangan memakai perumpamaan, seperti Aku adalah terang dunia, atau Gembala yang baik, dan seterusnya, tetapi totidem verbis -- dengan panjang lebar, apakah Engkau adalah Kristus atau bukan, seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis." (1:20). Pertanyaan mereka yang menekan itu memang terdengar baik. Mereka berpura-pura haus dan ingin mengetahui kebenaran, seakan-akan mereka sudah siap untuk mempercayainya. Tetapi sebetulnya, pertanyaan itu amat jahat dan diajukan dengan niat buruk. Sebab, jika Ia mengakui terang-terangan bahwa Ia adalah Kristus, maka mereka tidak perlu lagi bersusah-payah membuat-Nya kelihatan sebagai ancaman bagi pemerintahan Romawi yang kejam itu. Setiap orang tahu bahwa Mesias akan menjadi raja, dan karena itulah, siapa pun yang mengaku-ngaku diri Mesias akan dianiaya sebagai pengkhianat, dan inilah yang diinginkan mereka bagi-Nya. Jika Ia mengaku terang-terangan sebagai Kristus, mereka pasti akan berkata, Engkau bersaksi tentang diri-Mu, seperti yang pernah mereka ucapkan sebelumnya (8:13).
- . Jawaban Kristus terhadap pertanyaan ini, di mana Ia:
- (1) Membenarkan diri-Nya, bahwa Ia sama sekali tidak bersalah terhadap kedegilan hati mereka. Ia mengingatkan mereka:
- [1] Tentang apa yang telah Ia katakan: Aku telah mengatakannya kepada kamu. Dia sudah memberi tahu mereka bahwa Ia adalah Anak Allah, Anak Manusia, dan bahwa Ia memiliki hidup di dalam diri-Nya, dan Ia berwenang untuk melaksanakan penghakiman, dan seterusnya. Bukankah itu berarti Dia adalah Kristus? Dia telah mengatakan hal-hal itu, tetapi mereka tidak percaya. Lalu kenapa mereka harus diberi tahu lagi hanya untuk sekadar memuaskan keingintahuan mereka? Kamu tidak percaya. Mereka berpura-pura hanya merasa ragu, tetapi Kristus membeberkan kepada mereka bahwa yang benar adalah mereka tidak percaya. Keragu-raguan terhadap agama sama sekali tidak lebih baik daripada ketidakpercayaan mutlak. Kita tidak berhak mengajari Allah tentang bagaimana Ia harus mengajari kita, atau memberi petunjuk kepada-Nya bagaimana Ia harus memaparkan pikiran-Nya dengan sejelas-jelasnya. Sebaliknya, kita harus mensyukuri pewahyuan ilahi yang dibukakan kepada kita. Jika tentang hal ini saja kita tidak percaya, maka kita juga tidak akan meyakini hal yang sama, bahkan jika hal itu dipaparkan sesuai dengan keinginan kita.
- [2] Dia mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan-Nya dan teladan hidup-Nya, yang tidak hanya suci murni, tetapi juga benar-benar menjadi berkat dan sejalan dengan ajaran-Nya, dan terutama mujizat-mujizat yang telah Ia kerjakan untuk meneguhkan ajaran-Nya itu. Jelas sekali, tidak mungkin manusia biasa sanggup melakukan mujizat-mujizat seperti itu, kecuali dengan penyertaan dari Allah, dan Allah tidak akan menyertai-Nya jika Ia hanyalah seorang penipu.
- (2) Dia mencela mereka karena ketidakpercayaan mereka yang degil itu, padahal telah banyak alasan jelas dan bukti kuat yang dipakai untuk meyakinkan mereka: "Kamu tidak percaya. Dan lagi, kamu tidak percaya. Kamu masih tetap sama, selalu degil dalam ketidakpercayaanmu." Tetapi alasan yang Ia kemukakan di sini sangat mengejutkan: "Kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku: Kamu tidak percaya padaku, karena kamu bukanlah milik-Ku."
- [1] "Kamu tidak bersedia mengikuti-Ku, tidak punya perangai yang patuh dan dapat diajari, tidak punya keinginan untuk menerima ajaran dan hukum Mesias. Kamu tidak akan menjadi satu dengan kawanan gembalaan-Ku, tidak akan datang dan melihat, tidak akan datang dan mendengar suara-Ku." Permusuhan yang sudah mendarah daging terhadap Injil Kristus merupakan belenggu yang mempersatukan pelanggaran dan ketidakpercayaan.
- [2] "Kamu tidak dimaksudkan untuk menjadi pengikut-Ku. Kamu tidak termasuk dari antara mereka yang diberikan kepada-Ku oleh Bapa-Ku untuk dibawa serta ke dalam kasih karunia dan kemuliaan. Kamu tidak termasuk orang-orang pilihan. Ketidakpercayaanmu itu akan menjadi buktinya, jika kamu terus saja berkeras hati tidak mau melepaskannya." Perhatikan, mereka yang tidak pernah Allah berikan karunia iman tidaklah dirancangkan untuk sorga dan kebahagiaan. Apa yang Salomo katakan mengenai kebejatan moral sama benarnya dengan ketidakpercayaan, yaitu seperti lobang yang dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan terperosok ke dalamnya (Ams. 22:14). Non esse electum, non est causa incredulitatis propriè dicta, sed causa per accidens. Fides autem est donum Dei et effectus prædestinationis -- tidak termasuknya seseorang dalam kaum terpilih bukanlah penyebab utama dari ketidakpercayaan, melainkan hanya penyebab kecil saja. Tetapi, iman merupakan anugerah dari Allah dan akibat dari penentuan Allah. Begitulah di sini Jansenius, seorang theolog, membedakannya dengan tepat.
- (3) Yesus memakai kesempatan itu untuk menggambarkan anugerah dan kebahagiaan yang dimiliki orang-orang yang termasuk domba-domba-Nya. Demikianlah mereka ini, sedangkan orang-orang Yahudi itu tidak.
- [1] Untuk meyakinkan mereka bahwa mereka itu tidak termasuk domba-domba-Nya, Ia pun memberi tahu mereka sifat-sifat yang dimiliki domba-domba milik-Nya.
- Pertama, Mereka mendengar suara-Nya (ay. 27), karena mereka mengenal suara-Nya (ay. 4), dan Ia telah membuat mereka mendengar suara-Nya (ay. 16). Mereka mengenal suara-Nya, Dengarlah, itu suara Kekasihku! (Kid. 2:8). Mereka bergirang mendengar suara-Nya, dan senang duduk di kaki-Nya untuk mendengarkan firman-Nya. Mereka juga menerapkannya dan menjadikan firman-Nya itu sebagai pedoman hidup mereka. Kristus tidak akan memperhitungkan domba-domba yang tidak mendengarkan panggilan-Nya dan yang tidak tertarik kepada-Nya (Mzm. 58:6).
- Kedua, Mereka mengikut Dia. Mereka berserah pada bimbingan-Nya dengan menaati segala perintah-Nya serta mengikuti teladan-Nya dan bimbingan Roh-Nya dengan penuh sukacita. Kata perintah-Nya itu selalu berbunyi, Ikutlah Aku. Kita harus mengikuti-Nya sebagai pimpinan dan komandan kita dan mengikuti jejak kaki-Nya, dan berjalan seturut Dia: mengikuti arahan firman-Nya, petunjuk dari pemeliharaan-Nya, dan arahan Roh-Nya. Ikutilah Anak Domba (dux gregis -- pemimpin kawanan gembalaan) itu ke mana pun Ia pergi. Percuma saja kita mendengar suara-Nya kalau kita tidak mengikut Dia.
- [2] Untuk meyakinkan orang-orang Farisi tentang betapa celakanya mereka karena tidak termasuk domba-domba Kristus. Di sini Ia menggambarkan kebahagiaan dan kesenangan mereka yang termasuk domba-domba-Nya, yang juga menjadi peneguhan dan penghiburan bagi para pengikut-Nya yang miskin dan dipandang hina. Ini juga mencegah mereka agar tidak mengingini kekuasaan dan kebesaran orang-orang yang tidak termasuk kawanan domba-Nya.
- Pertama, Tuhan Yesus kita mengenal domba-domba-Nya: Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka. Ia membedakan mereka dari yang lain (2Tim. 2:19), dan memperhatikan dengan seksama setiap domba di antara kawanan itu (Mzm. 34:7). Dia tahu keinginan dan kerinduan mereka, memahami kesengsaraan jiwa mereka, dan Dia juga tahu di mana harus menemukan mereka serta apa yang harus Ia lakukan bagi mereka. Dia hanya mengenal yang lainnya selintas saja, tetapi domba-domba-Nya selalu dekat dengan-Nya.
- Kedua, Dia telah menyediakan kebahagiaan yang sesuai bagi mereka: Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka (ay. 28):
- . Harta milik yang ditetapkan kepada mereka amatlah kaya dan berharga, yaitu kehidupan, sebuah kehidupan yang kekal. Manusia memiliki jiwa yang hidup, karena itu kebahagiaan yang disediakan bagi mereka adalah kehidupan, sesuai dengan sifat alamiah mereka. Manusia memiliki jiwa yang tidak dapat mati, karena itu kebahagiaan yang disediakan adalah hidup yang kekal, yang akan berlangsung selama jiwa mereka hidup. Kehidupan kekal merupakan kebahagiaan dan amat berharga bagi jiwa yang juga kekal.
- . Anugerah itu diberikan dengan cuma-cuma: Aku memberikannya kepada mereka. Anugerah itu tidak diperdagangkan dengan nilai yang tinggi, melainkan diberikan oleh kasih karunia Yesus Kristus secara cuma-cuma. Sang pemberi berkuasa untuk memberikannya. Ia yang adalah sumber hidup dan Bapa kekekalan telah memberikan wewenang kepada Kristus untuk memberikan hidup yang kekal (17:2). Dia tidak berkata, Aku akan memberikannya, melainkan Aku memberikannya sekarang, yang artinya, itu karunia sekarang ini. Ia menjamin kesungguhan pemberian-Nya itu dan buah-buahnya yang dapat dinikmati kini dan nanti, yaitu bahwa kehidupan rohani yang merupakan hidup kekal telah dimulai, yaitu sorga yang masih ada di dalam benih, di dalam tunas, di dalam embrio.
- Ketiga, Ia telah menjamin keselamatan dan kelangsungan kebahagiaan tersebut bagi mereka.
- a. Mereka akan diselamatkan dari kebinasaan yang kekal. Mereka sama sekali tidak akan binasa sampai selama-lamanya, begitulah maksud firman tersebut. Sebagaimana kehidupan kekal itu benar-benar ada, begitu pula kebinasaan kekal. Jiwa tidak akan dimusnahkan, melainkan dibinasakan. Jiwa akan tetap ada, tetapi penghiburan dan kebahagiaannya akan hilang dan tidak bisa didapat kembali. Semua orang percaya diselamatkan dari hal itu. Tak peduli salib apa yang mungkin harus mereka tanggung, mereka tak akan pernah turut dihukum seperti itu. Seorang manusia tidak akan pernah binasa sampai ia ada di neraka, dan orang-orang percaya tidak akan pergi ke sana. Para gembala yang memiliki kawanan berjumlah besar sering kehilangan beberapa di antara domba-domba mereka dan menyaksikan kebinasaan mereka. Namun, Kristus telah menegaskan bahwa tak satu pun dari domba-domba-Nya yang akan binasa, tidak seorang pun.
- b. Mereka tidak akan dapat dipisahkan dari kebahagiaan kekal. Kebahagiaan itu memang masih disimpan, tetapi Dia yang memberikan-Nya akan menjaganya bagi mereka.
- (a) Kuasa-Nya sendirilah yang dipakai-Nya bagi mereka: Seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Sepertinya, di sini ada pertempuran hebat untuk memperebutkan domba-domba itu. Sang Gembala sangat berhati-hati menjaga kesejahteraan mereka sampai-sampai mereka tidak hanya dimasukkan dalam kandang-Nya dan diawasi, tetapi bahkan ada dalam genggaman tangan-Nya, dalam naungan kasih-Nya yang istimewa dan di bawah perlindungan-Nya yang khusus (semua orang-Nya yang kudus -- di dalam tangan-Mulah mereka, Ul. 33:3). Akan tetapi, musuh-musuh begitu nekat sehingga mereka berani mencoba untuk merebut domba-domba itu dari tangan-Nya, yaitu tangan yang memiliki dan melindungi mereka. Namun musuh-musuh itu pun tidak akan berhasil melakukannya. Perhatikan, orang-orang yang selamat adalah mereka yang ada di dalam tangan Tuhan Yesus. Orang-orang kudus terpelihara dalam Yesus Kristus, dan keselamatan mereka tidak mereka jagai sendiri, melainkan dilindungi oleh Sang Perantara. Orang-orang Farisi dan para penguasa berusaha sedapat mungkin untuk menakut-nakuti para murid Kristus supaya mereka tidak lagi mau mengikut Dia, yaitu dengan mencela dan mengancam mereka, tetapi Kristus berkata bahwa usaha mereka itu tidak akan membuahkan hasil.
- (b) Begitu pula kuasa Bapa-Nya akan ikut mempertahankan keselamatan para domba (ay. 29). Supaya jaminan yang Ia berikan tidak dianggap kurang karena kini Ia tampil dalam kelemahan, Ia pun menyebut nama Bapa-Nya sebagai jaminan kukuh lainnya.
- Perhatikanlah:
- [a] Kuasa Bapa: Bapaku lebih besar dari pada siapa pun; lebih besar dari semua sahabat gereja yang lain, semua gembala lain, penguasa hukum ataupun pelayan gereja. Dia sanggup melakukan apa yang tidak dapat mereka perbuat. Para gembala itu bisa tertidur, sehingga mudah sekali merebut domba-domba dari tangan mereka, tetapi Ia menjaga kawanan gembalaan-Nya siang dan malam. Ia lebih besar dari semua musuh-musuh gereja dan segala rintangan yang menentang kepentingan gereja, serta sanggup mengamankan kepentingan-Nya sendiri dari segala macam perlawanan mereka. Dia lebih besar dari segala kekuatan neraka dan dunia bahkan jika mereka bersatu sekalipun untuk melawannya. Hikmat-Nya jauh melebihi si ular tua, sekalipun dia terkenal sangat lihai dan licin; kekuatan-Nya lebih besar daripada si naga merah besar itu, sekalipun namanya legion, dan gelarnya adalah pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa. Iblis dan para malaikatnya melawan dengan ganas, dan berusaha merebut kekuasaan, tetapi tidak pernah berhasil (Why. 12:7-8); Lebih hebat Tuhan di tempat tinggi.
- [b] Kepedulian Bapa terhadap para domba sehingga Ia pun melibatkan kuasa-Nya untuk mempertahankan mereka: "Bapa-Kulah yang memberikan mereka kepada-Ku, dan Ia sangat peduli untuk selalu mempertahankan pemberian-Nya itu." Mereka telah dipercayakan kepada Sang Anak untuk dijaga baik-baik, dan karena itulah, Allah masih tetap akan ikut memelihara mereka juga. Seluruh kekuatan sorga dikerahkan demi tercapainya segenap rancangan ilahi.
- [c] Keselamatan para orang kudus bisa dilihat dari dua hal di atas. Dan, jika demikianlah adanya, maka tak satu pun (baik manusia ataupun Iblis) dapat merebut mereka dari tangan Bapa, tidak dapat merenggut kasih karunia yang telah mereka dapatkan ataupun menghalangi mereka untuk mendapatkan kemuliaan yang telah dipersiapkan bagi mereka. Tak satu pun dapat mengeluarkan mereka dari perlindungan Allah ataupun menyeret domba-domba itu ke dalam kekuasaan mereka. Kristus sendiri telah mengalami kuasa Bapa-Nya dalam menopang dan meneguhkan-Nya, sehingga Ia pun menaruh seluruh pengikut-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya juga. Bapa yang menyediakan dan mengamankan kemuliaan bagi Sang Penebus juga akan menyediakan dan mengamankan kemuliaan bagi umat yang ditebus-Nya. Lebih jauh lagi, untuk meneguhkan jaminan akan kemuliaan itu, supaya domba-domba Kristus tetap terhibur, Kristus pun menegaskan kesatuan dari kedua pribadi tersebut: "Aku dan Bapa adalah satu, masing-masing bekerja dalam kesatuan untuk melindungi para orang kudus dan penyempurnaan mereka." Hal ini menunjukkan sesuatu yang bahkan lebih dari keharmonisan dan kesatuan, dan pengertian yang mendalam yang ada di antara Bapa dan Anak dalam mengerjakan penebusan manusia. Setiap orang benar adalah satu dengan Allah, sebab satu sama lain saling bersetujuan. Karena itulah, yang dimaksudkan dengan hal di atas pasti adalah kesatuan sifat antara Bapa dan Anak, bahwa mereka adalah sama dalam substansi (hakikat) dan setara dalam kuasa dan kemuliaan. Para bapa gereja memakai hal tersebut untuk melawan orang-orang Sabelia untuk membuktikan perbedaan dan kejamakan pribadi-pribadi tersebut, yaitu bahwa Bapa dan Anak adalah dua pribadi. Mereka juga menggunakan ajaran tersebut untuk melawan orang-orang Aria, untuk membuktikan kesatuan sifat kedua pribadi itu, yaitu bahwa keduanya adalah satu. Jika kita semua bungkam mengenai makna kata-kata tersebut, maka batu-batu yang diambil orang-orang Yahudi untuk melempari Yesus pun akan meneriakkan maknanya, sebab orang-orang Yahudi memahami bahwa di sini Ia menyatakan diri sebagai Allah (ay. 33) dan Ia pun tidak menyangkal-Nya. Ia membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu merebut domba-domba dari tangan-Nya, sebab mereka tidak bisa melakukan hal yang sama dari tangan Bapa. Ini membuktikan bahwa Sang Anak memiliki kuasa yang sama dengan Bapa, dan karena itu Ia satu dengan Bapa dalam hakikat pekerjaan.
- IV. Kegusaran dan kemarahan orang-orang Yahudi terhadap Yesus oleh karena perkataan-Nya itu: Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu (ay. 31). Kata yang dipakai di sini tidak sama dengan kalimat sebelumnya (8:59) tetapi ebastasan lithous, yang artinya mereka membawa batu-batu, batu-batu besar, yang berat, yang biasanya mereka pakai untuk merajam penjahat. Mereka membawa batu-batu itu dari suatu tempat yang agak jauh dari Bait Allah, seolah-olah sedang menyiapkan segala hal untuk menghukum-Nya tanpa proses hukum terlebih dahulu. Seakan-akan Ia bersalah atas penghujatan yang benar-benar sudah terbukti sehingga tidak perlu disidangkan lagi. Keanehan penghinaan yang dilakukan orang-orang Yahudi terhadap Kristus tampak lebih nyata jika kita mempertimbangkan:
- . Bahwa mereka sebelumnya telah menantang Dia dengan pongahnya, kalau tidak bisa dikatakan lancang, untuk memberi tahu mereka dengan sejelas-jelasnya apakah Ia adalah Kristus atau bukan. Tetapi kini, setelah Dia tidak saja mengakui benar demikian, melainkan juga sekaligus membuktikan kebenaran itu, mereka malah menuduh-Nya sebagai penjahat. Saat seorang pengkhotbah menyatakan kebenaran dengan cara yang tidak mencolok, ia pun dicap sebagai pengecut, tetapi jika ia mengatakan hal itu dengan berani, ia malah dianggap sok, tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
- . Bahwa setelah usaha mereka yang serupa itu sebelumnya terbukti sia-sia, karena Yesus menghilang begitu saja dari tengah-tengah mereka (8:59), mereka tetap saja mengulangi usaha mereka yang tanpa hasil itu. Para pendosa yang degil akan terus melempari sorga dengan batu, meskipun batu itu memantul dan berbalik menimpa kepala mereka sendiri. Mereka akan menegarkan tengkuk terhadap Yang Mahakuasa, sekalipun tak seorang pun yang melakukan itu akan pernah berhasil.
- V. Penyanggahan Kristus yang lemah lembut terhadap kemarahan mereka tersebut (ay. 32): Yesus menanggapi apa yang mereka perbuat, sebab kita tidak mendapati mereka mengatakan sesuatu, kecuali mungkin berusaha memanas-manasi kerumunan orang banyak yang mereka kumpulkan untuk bergabung bersama mereka itu supaya meneriakkan, "Rajam Dia, rajam Dia," seperti yang mereka lakukan kemudian, "Salibkan Dia, salibkan Dia." Yesus bisa saja membalas mereka dengan menurunkan api dari langit, tetapi Ia malah menjawab dengan lembut, "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Begitu lembut jawaban-Nya itu, sehingga orang pasti mengira bahwa kalimat itu seharusnya dapat meluluhkan hati yang sekeras batu sekalipun. Dalam menghadapi musuh-musuh-Nya, Ia tetap mengemukakan bukti-bukti dari pekerjaan-Nya (sebab manusia membuktikan siapa mereka melalui perbuatan mereka), yaitu perbuatan baik-Nya -- kala erga, pekerjaan yang unggul dan luar biasa. Opera eximia vel præclara, ungkapan ini menunjukkan pekerjaan yang bukan saja hebat, tetapi juga baik.
- . Kuasa ilahi yang nyata dari pekerjaan-Nya membuat orang-orang tersebut akan dihukum sebagai orang yang paling tegar tengkuk dalam ketidakpercayaan mereka. Pekerjaan-pekerjaan itu berasal dari Bapa-Nya, begitu jauh di luar jangkauan manusia sehingga membuktikan bahwa orang yang melakukannya benar-benar diutus oleh Allah dan mengerjakan perintah dari-Nya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang Ia perlihatkan kepada mereka. Dia melakukan semuanya dengan terang-terangan di hadapan semua orang dan tidak secara sembunyi-sembunyi. Perbuatan-perbuatan-Nya itu benar-benar teruji dan memberikan kesaksian nyata bagi orang-orang yang melihat semua itu, yang sangat penasaran menelitinya dan tidak bersikap berat sebelah. Ia tidak memperlihatkan semua itu dalam keremangan cahaya lilin seperti halnya mereka yang hanya ingin pamer, tetapi Ia menunjukkan semuanya di siang hari, di hadapan seisi dunia ini (18:20; Mzm. 111:6). Semua perbuatan-Nya sudah sangat terbukti dan tak dapat disangkal lagi menunjukkan bahwa tugas perutusan-Nya sungguh benar dari Allah.
- . Anugerah ilahi dalam perbuatan-perbuatan-Nya membuat mereka akan dihukum sebagai orang-orang yang paling tidak tahu berterima kasih. Pekerjaan yang Ia lakukan di antara mereka bukan sekadar mujizat saja, tetapi juga belas kasihan. Bukan sekadar perbuatan ajaib untuk membuat mereka terkagum-kagum, tetapi perbuatan kasih dan kebaikan bagi kepentingan mereka sendiri, dan untuk mendekatkan diri-Nya dengan mereka. Ia menyembuhkan yang sakit, mentahirkan yang kusta, mengusir roh-roh jahat, dan semua kebaikan itu bukan saja menolong orang-orang yang menderita semuanya itu, tetapi juga meringankan beban khalayak ramai. Dia terus melakukan hal-hal itu dengan sering dan berulang-ulang: "Pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku? Kamu tidak bisa menuduh-Ku telah berbuat hal-hal yang merugikanmu atau menghasutmu. Jika kini kamu mencoba mencari-cari masalah dengan-Ku, pastilah hal itu karena perbuatan baik yang telah Kulakukan untukmu. Katakan yang mana."
- Perhatikan:
- (1) Sikap kita yang tidak tahu berterima kasih dalam dosa-dosa kita terhadap Allah dan Yesus Kristus itu memperbesar dosa-dosa tersebut, dan membuatnya menjadi semakin keterlaluan. Lihatlah bagaimana Allah berfirman untuk mengemukakan hal itu (Ul. 32:6; Yer. 2; 5; Mi. 6:3).
- (2) Kita pun tidak boleh merasa heran jika bertemu dengan orang-orang yang bukan saja membenci kita tanpa alasan, tetapi juga memusuhi kita karena kasih yang kita tunjukkan (Mzm. 35:12; 41:10). Dengan bertanya, pekerjaan manakah yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?, untuk menunjukkan bahwa Ia sama sekali tidak bersalah, Ia pun membuat para penganiaya-Nya itu untuk berpikir mengenai alasan sebenarnya mengapa mereka sampai memusuhi-Nya. Ia membuat mereka bertanya-tanya, sebagaimana yang harus dilakukan oleh semua orang yang menimbulkan masalah di lingkungan mereka, mengapa kita menganiaya Dia? Ini seperti Ayub menasihati kawan-kawannya (Ayb. 19:28).
- VI. Dasar dari segala tindakan yang mereka perbuat terhadap Kristus (ay. 33). Dosa apa lagi yang tidak bisa ditutup-tutupi, sebab para penganiaya Anak Allah yang haus darah pun bahkan masih dapat mengatakan pembelaan atas perbuatan mereka itu.
- . Mereka tidak mau dianggap sebagai musuh negeri mereka sendiri dengan menganiaya Dia karena sebuah perbuatan baik: Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau. Namun, sesungguhnya mereka memang hampir tidak pernah menganggap setiap perbuatan yang Ia lakukan sebagai perbuatan baik. Penyembuhan terhadap orang yang lumpuh (ps. 5) dan orang buta (ps. 9) sama sekali tidak dianggap mereka sebagai perbuatan baik terhadap kota itu, padahal perbuatan ini layak mendapat pujian. Sebaliknya, perbuatan itu ditimpakan kepada-Nya sebagai kejahatan karena dilakukan pada hari Sabat. Akan tetapi, kalaupun mereka sebenarnya menganggap perbuatan itu baik, mereka tetap tidak akan mengakui bahwa mereka hendak melempari-Nya dengan batu oleh karena perbuatan-perbuatan itu, meskipun hal itulah yang benar-benar membuat mereka kesal (11:47). Jadi, meskipun hal itu sangat aneh, mereka tetap saja bersikeras dan tidak mau mengakui perilaku mereka yang ganjil itu.
- . Mereka ingin dianggap sebagai pembela Allah dan kemuliaan-Nya dengan menuduh Yesus sebagai penghujat: karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.
- Di sini terdapat:
- (1) Semangat palsu dalam membela hukum Taurat. Kelihatannya mereka benar-benar peduli akan kehormatan dan keagungan ilahi sampai-sampai mereka begitu geram mendapati sesuatu yang mereka anggap sebagai hinaan terhadap hal itu. Seorang penghujat haruslah dihukum mati dengan dilontari batu (Im. 24:16). Mereka pikir, hukum tersebut tidak saja hanya membenarkan, tetapi juga menyucikan usaha yang hendak mereka lakukan (sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 26:9). Perhatikan, perbuatan yang paling jahat biasanya ditutupi dengan polesan halus yang kelihatannya baik. Sebagaimana tak ada yang lebih dapat meneguhkan hati daripada hati nurani yang benar, begitu pula tak ada yang lebih dapat membakar kemarahan hati daripada hati nurani yang salah (Yes. 66:5; Yoh. 16:2).
- (2) Permusuhan sengit terhadap Injil. Tiada cara hebat bagi mereka untuk menyerang Injil selain dengan menuduh Kristus sebagai penghujat. Bukan hal baru lagi jika tuduhan-tuduhan paling buruk justru dialamatkan kepada orang-orang yang paling baik oleh mereka yang sudah bertekad untuk memperlakukan mereka seburuk mungkin.
- [1] Kejahatan yang mereka tuduhkan kepada-Nya adalah penghujatan, yaitu merendahkan dan menghina Allah melalui perkataan. Allah sendiri berada di luar jangkauan si pendosa sehingga tidak mungkin dapat dicelakai. Dengan demikian, memusuhi Allah biasanya dilakukan dengan melancarkan penghinaan terhadap nama-Nya, dan dengan begitu, menunjukkan maksud jahat mereka.
- [2] Bukti dari kejahatan yang mereka tuduhkan itu: Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah. Sebagaimana kebenaran bahwa Dia adalah Allah merupakan kemuliaan Allah, yang kita renggut daripada-Nya saat kita membuat-Nya menjadi salah satu di antara kita, begitu pula kebenaran bahwa tidak ada seorang pun yang seperti Dia merupakan kemuliaan bagi-Nya juga, yang kita renggut saat kita membuat diri kita atau makhluk lain, setara dengan-Nya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, sejauh ini mereka sebetulnya benar, bahwa apa yang dinyatakan Kristus mengenai diri-Nya sendiri berarti demikian: bahwa Ia adalah Allah, sebab Ia telah mengatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu, dan bahwa Ia akan memberikan hidup yang kekal. Dan Kristus pun tidak menyangkal hal itu, yang pasti telah Ia lakukan seandainya ada yang tidak benar dalam kata-kata-Nya itu. Tetapi,
- Kedua, mereka sungguh keliru saat memandang-Nya hanya semata-mata sebagai manusia biasa, dan menganggap pengakuan-Nya sebagai Allah itu adalah sebuah penghujatan dan hanya karangan-Nya belaka. Pikir mereka, mustahil sekali dan sangat tidak layak jika seorang seperti Dia, yang berpenampilan lusuh, hina dan miskin itu sampai berani mengaku-ngaku sebagai Mesias yang berhak memperoleh penghormatan sebagai Anak Allah.
- Perhatikan:
- . Orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah seorang manusia biasa dan Allah jadi-jadian, seperti yang dikatakan penganut Socinianisme (aliran yang menentang keilahian Yesus dan Trinitas -- pen.), pada dasarnya menuduh Dia sebagai penghujat, yang sebenarnya membuktikan bahwa merekalah yang justru adalah penghujat.
- . Barangsiapa, yang hanya seorang manusia, manusia yang berdosa, menjadikan dirinya allah, dan menyatakan diri memiliki kuasa dan hak-hak istimewa ilahi, orang itu tidak diragukan lagi seorang penghujat dan seorang Antikristus.
- VII. Jawaban Kristus terhadap tuduhan mereka (sebab pembelaan diri mereka merupakan tuduhan terhadap-Nya), dan bagaimana Ia membenarkan hal-hal yang mereka anggap sebagai penghujatan (ay. 34 dst.), untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah seorang penghujat, melalui dua alasan:
- . Dengan pembuktian yang diambil dari firman Allah. Ia merujuk pada apa yang tertulis dalam hukum mereka, yaitu Perjanjian Lama. Firman selalu ada di samping Kristus untuk menjawab siapa pun yang menentang-Nya. Ada tertulis, Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah" (Mzm. 82:6). Hal ini merupakan dalih a minore ad majus -- dari yang terkecil sampai yang terbesar. Jika mereka adalah allah, apalagi Aku.
- Perhatikanlah:
- (1) Bagaimana Ia menerangkan firman tersebut (ay. 35): Mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah, dan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan. Firman yang berisikan amanat dari Allah disampaikan kepada mereka dan memberikan wewenang kepada mereka untuk menjadi hakim-hakim, sehingga mereka pun disebut sebagai allah (Kel. 22:28). Bagi beberapa orang, firman Allah disampaikan secara langsung, seperti kepada Musa, dan bagi yang lainnya melalui ibadah yang telah diatur pelaksanaannya. Pengadilan hukum merupakan lembaga ilahi, dan pembesar hukum merupakan wakil-wakil Allah sehingga firman pun menyebut mereka sebagai allah. Dan kita percaya bahwa firman tidak bisa dibatalkan, atau disalahartikan, atau ada cacatnya. Setiap firman Allah itu benar. Gaya dan bahasa firman tidak boleh diperdebatkan dan tidak boleh diperbaiki (Mat. 5:18).
- (2) Bagaimana Ia menerapkannya. Kesimpulannya secara umum mudah saja, yaitu bahwa orang-orang yang menuduh Kristus sebagai penghujat oleh karena Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah telah bertindak gegabah dan tidak masuk akal, karena mereka sendiri justru menyebut penguasa mereka sebagai allah, dan firman Allah pun membenarkan penyebutan demikian. Akan tetapi, perdebatan terus berlanjut (ay. 36): jika para penguasa hukum disebut allah karena mereka mengemban tugas untuk menjalankan keadilan bagi bangsa itu, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah? Di sini kita mendapati dua hal mengenai Tuhan Yesus:
- [1] Kemuliaan yang diberikan Bapa bagi-Nya, yang di dalamnya Ia berhak bermegah: Bapa menguduskan-Nya, dan mengutus-Nya ke dalam dunia. Para pembesar hukum disebut anak-anak Allah, meskipun kepada mereka firman Allah hanya disampaikan, dan pemerintahan yang mereka pegang sifatnya terbatas, seperti kepada Saul. Akan tetapi, Tuhan Yesus kita adalah Firman itu sendiri, dan Ia memiliki Roh yang tak terbatas. Para pembesar itu diangkat untuk berkuasa di suatu negeri, kota, atau bangsa tertentu, tetapi Kristus diutus ke dalam dunia, diperlengkapi dengan wewenang menyeluruh (universal) sebagai Tuhan bagi semua orang. Mereka hanya ditugasi sebagai orang-orang luar, sedangkan Ia diutus sebagai pribadi yang telah ada bersama-sama dengan Allah dari kekekalan. Bapa menguduskan-Nya, yang artinya, merancangkan dan mengistimewakan-Nya sebagai Sang Perantara, mengaruniakan kemampuan dan kecakapan kepada-Nya untuk menjalankan tugas tersebut. Menguduskan-Nya sama artinya dengan memeteraikan-Nya (6:27). Perhatikan, Bapa menguduskan siapa yang Ia utus, dan siapa yang dirancangkan-Nya bagi tujuan kudus tentu Ia persiapkan dengan prinsip atau pegangan hidup dan sifat-sifat yang kudus pula. Allah yang kudus hanya akan memberi upah dan mempekerjakan mereka yang didapati atau dibuat-Nya menjadi kudus. Pengudusan dan pengutusan Kristus oleh Bapa memberi jaminan tegas mengapa Ia menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Allah. Ia disebut Anak Allah karena Ia kudus (Luk. 1:35; Rm. 1:4).
- [2] Penghinaan yang ditunjukkan orang-orang Yahudi terhadap-Nya, yang memang berhak Ia keluhkan, yaitu bahwa mereka mengatai Dia yang ditinggikan Bapa sebagai penghujat, karena Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah: "Masihkah kamu mengatai-Nya demikian? Beranikah kamu berkata begitu? Beranikah kamu menentang sorga dengan mulutmu? Punyakah kamu nyali untuk berkata kepada Allah dari kebenaran bahwa Ia telah berdusta, atau untuk mengutuk Dia yang mahaadil? Lihat muka-Ku ini dan coba katakan jika kamu dapat. Masa kamu mengatai Anak Allah sebagai penghujat!" Jika yang berkata demikian adalah Iblis yang akan dihukum oleh-Nya, maka hal itu tentu tidaklah mengherankan, tetapi jika hal itu keluar dari mulut manusia yang hendak Ia ajar dan selamatkan, maka tertegunlah atas hal itu, hai langit! Lihatlah bagaimana bahasa dari orang-orang yang berhati degil dalam ketidakpercayaan mereka: mereka menyebut Yesus yang kudus sebagai penghujat. Sulit mengatakan yang mana yang lebih aneh, apakah mendapati manusia yang menghirup udara dari Allah tega-teganya berkata demikian, atau bahwa manusia yang telah berkata seperti itu masih juga dibiarkan menghirup udara dari Allah. Kejahatan manusia dan kesabaran Allah memang amat mencengangkan.
- . Dengan pembelaan yang diambil dari pekerjaan-Nya sendiri (ay. 37-38). Dalam pembelaan sebelumnya, Ia hanya menanggapi tuduhan penghujatan itu dengan dalih ad hominem -- membalikkan dalih manusia itu kepada dirinya sendiri, tetapi sekarang Ia membuat pernyataan-Nya sendiri dan membuktikan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (ay. 37-38): Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku. Ia bisa saja meninggalkan orang-orang jahat itu sebagai kumpulan durhaka, tetapi Ia masih memilih untuk bersabar dalam memberi penjelasan kepada mereka.
- Perhatikanlah:
- (1) Atas dasar apa Ia mendebat mereka, yaitu atas dasar pekerjaan-pekerjaan-Nya yang sering Ia tekankan sebagai peneguhan jati diri-Nya dan bukti dari amanat yang diemban-Nya. Sebagaimana Ia membuktikan diri sebagai yang diutus oleh Allah melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya yang bersifat ilahi, demikian pula kita harus membuktikan bahwa kita bersekutu dengan Kristus melalui Kekristenan yang kita miliki.
- [1] Bukti yang diungkapkan-Nya itu sangat kuat, sebab pekerjaan-pekerjaan yang telah Ia perbuat merupakan pekerjaan Bapa-Nya, yang hanya sanggup dilakukan oleh Bapa dan tidak bisa dilaksanakan dengan cara biasa saja, melainkan hanya dengan kuasa Allah yang berdaulat atas semesta alam. Opera Deo propria -- pekerjaan-pekerjaan yang khusus diperbuat oleh Allah dan Opera Deo Digna -- pekerjaan-pekerjaan yang dari Allah -- pekerjaan-pekerjaan yang berasal dari kuasa ilahi. Dia yang tidak dikuasai oleh hukum alam dan dapat membatalkan dan menguasainya dengan wewenang-Nya sendiri sesuka hati-Nya, pasti adalah seorang Raja berdaulat yang pertama kali menetapkan dan mengesahkan hukum-hukum tersebut. Mujizat-mujizat yang dilakukan para rasul dalam nama-Nya, dengan kuasa-Nya, dan sebagai peneguhan atas ajaran-Nya, semuanya itu mendukung alasan yang Ia kemukakan itu dan terus membuktikan hal tersebut setelah Ia pergi.
- [2] Alasan itu dikemukakan dengan sangat baik dan dimaksudkan untuk tidak memperpanjang masalah.
- Pertama, Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku. Ia tidak menuntut iman yang membabi buta. Ia juga tidak menuntut orang untuk menyetujui bahwa tugas-Nya itu dari Allah melebihi bukti yang Ia berikan. Dia tidak berusaha mencari simpati orang atau menjilat mereka dengan muslihat-muslihat yang licik, juga tidak mau memaksakan pernyataan-pernyataan berani kepada mereka supaya mereka percaya begitu saja. Sebaliknya, Ia menjawab tuntutan iman mereka dengan cara yang sejujurnya, lebih dari bukti-bukti yang telah Ia tunjukkan bagi tuntutan-tuntutan tersebut. Kristus bukanlah seorang tuan bertangan besi yang hendak menuai persetujuan dari orang-orang dengan tidak menabur alasan-alasan. Tidak ada seorang pun yang akan binasa karena ketidakpercayaan mereka kalau mereka sendiri belum diberi penjelasan mengenai alasan-alasan yang kuat mengapa mereka harus percaya. Sang Hikmat yang Tak Terbatas akan menjadi hakim untuk ini.
- Kedua, "Tetapi jika Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, jika Aku melakukan mujizat-mujizat yang tidak dapat disangkal untuk meneguhkan suatu ajaran kudus, sekalipun kamu tidak mau percaya pada-Ku, sekalipun kamu terlalu berhati-hati sampai-sampai kamu tidak mengindahkan perkataan-Ku, setidaknya percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu: percayalah pada matamu, pada nalarmu sendiri. Semua pekerjaan itu sudah cukup jelas membuktikan dirinya sendiri." Sebagaimana apa yang tidak nampak dari Sang Pencipta dapat tampak dari karya dan pemeliharaan-Nya (Rm. 1:20), demikian pula apa yang tidak tampak dari Sang Penebus dapat tampak dari mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, serta dari segala pekerjaan-Nya yang penuh dengan kuasa dan belas kasihan. Karena itu, tidak ada alasan lagi bagi mereka yang tidak bisa diyakinkan oleh pekerjaan-pekerjaan tersebut.
- (2) Untuk apa Ia mendebat mereka, yaitu supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, boleh benar-benar percaya dan dipuaskan, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa, yang sama dengan apa yang telah Ia katakan sebelumnya (ay. 30): Aku dan Bapa adalah satu. Bapa sangat berkenan kepada Anak-Nya sehingga di dalam Anak berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an, dan semua mujizat yang Ia lakukan berasal dari kuasa ilahi. Sang Anak juga begitu mengasihi Bapa-Nya sehingga Ia pun mengenal seluruh pikiran Bapa dengan sempurna, melalui hati nurani-Nya sendiri dan bukan melalui komunikasi dengan Bapa-Nya, sebab Ia berada di pangkuan-Nya. Inilah yang harus kita ketahui, yaitu bukan untuk mengetahui dan menerangkan (sebab kita tidak akan mampu memahami semuanya dengan sempurna sekalipun kita telah berusaha mencari tahu), namun mengetahui dan percaya. Saat kita tidak bisa sampai ke dasar kebenaran yang terlalu dalam itu, kita masih bisa mengakui dan memujanya.
SH: Yoh 10:19-42 - Tergolong domba sang Gembala baikkah? (Jumat, 1 Maret 2002) Tergolong domba sang Gembala baikkah? Bagian ini sangat penting dalam catatan Yohanes tentang pelayanan
Yesus. Bagian ini mencatat bagaimana Yesu...
Tergolong domba sang Gembala baikkah?
Bagian ini sangat penting dalam catatan Yohanes tentang pelayanan
Yesus. Bagian ini mencatat bagaimana Yesus mendesak orang banyak
agar menentukan sikap apakah mereka memihak atau menentang-Nya.
Dengan sabar dan penuh kasih Yesus berusaha meyakinkan mereka
bahwa Ia benar datang dari Allah. Tetapi, karena mereka menolak
kesaksian-Nya, pasal ini merupakan bagian terakhir Yesus
memberikan pengajaran dan menyatakan mukjizat secara publik.
Sesudah ini, di pasal 11 perbuatan dan pengajaran Yesus hanya
ditujukan bagi mereka yang mau percaya kepada-Nya. Bahkan dalam
bagian ini sudah terlihat isyarat bahwa Yesus tidak bersedia lagi
mengajar di bait Allah, tetapi hanya di dekat bait Allah (ayat
23).
Bahwa Yesus dan Bapa satu adanya dan bahwa mukjizat-Nya menunjukkan bahwa Ia mampu memberi mereka hidup, ditolak dan dicap berasal dari orang gila (ayat 20). Gila dan kerasukan setan, pada zaman itu, dianggap sama. Yesus banyak mengajar menggunakan perumpamaan sementara mereka ingin pernyataan yang terus terang. Masih menggunakan perumpamaan gembala dan domba, Yesus menegaskan bahwa sebenarnya kata dan perbuatan-Nya sudah jelas menunjukkan identitas-Nya (ayat 25). Maka, masalahnya bukan pada ketidakjelasan Yesus, tetapi pada kedegilan hati mereka (ayat 26). Meski demikian, kini dengan jelas Yesus menandaskan bahwa Ia dan Bapa satu adanya. Kesatuan-Nya dengan Bapa itulah yang menjadi dasar mengapa orang dapat beroleh bagian dalam hidup kekal dan juga ada dalam kesatuan dengan Bapa (ayat 27-30). Dari kesatuan-Nya dengan Bapa jugalah orang percaya boleh menikmati berbagai jaminan dalam hidup di dunia ini karena telah memiliki jaminan kekal Allah. Yesus kemudian memberikan alasan lain. Jika mereka percaya bahwa Musa dan para nabi yang menerima firman adalah “allah”, maka lebih lagi mereka harus menerima Yesus yang memberi firman sebagai pemberian Allah yang setingkat Allah sendiri (ayat 34-36). Sayangnya semakin jelas penyataan kebenaran dari Yesus, semakin sebagian dari mereka yang memang sudah mengeraskan hati menjauh dari kebenaran.
Renungkan: Kesempatan yang Tuhan berikan agar orang percaya bertobat memang tidak akan selalu terbuka bila orang terus menutup diri dan mengeraskan hati.

SH: Yoh 10:22-42 - Aku dan Bapa adalah satu (Rabu, 20 Februari 2008) Aku dan Bapa adalah satu
Pernyataan "Aku dan Bapa adalah satu" (ayat 30) mempertegas hubungan
Yesus dengan Bapa-Nya sekaligus membuat orang-orang...
Aku dan Bapa adalah satu
Pernyataan "Aku dan Bapa adalah satu" (ayat 30) mempertegas hubungan
Yesus dengan Bapa-Nya sekaligus membuat orang-orang Yahudi mau
melempari Yesus dengan batu (ayat 31). Mengapa mereka begitu
marah? Karena bagi mereka pernyataan Yesus itu berarti penyamaan
diri-Nya dengan Allah. Mereka tidak mau percaya kepada Yesus yang
adalah Anak Allah (ayat 36).
Bagi Yesus, kesatuan-Nya dengan Bapa-Nya sangat jelas. Ini menandakan adanya hubungan yang sangat erat antara Yesus dan Bapa. Hubungan ini menjadi analogi hubungan Yesus dengan orang-orang percaya. Yesus mengenal domba-domba-Nya dan domba-domba-Nya mengenal Yesus (ayat 27 band. 14). "Mengenal" menandakan adanya relasi yang sangat intim dan bersifat pribadi. Relasi ini sedemikian intimnya sehingga kedua pihak yang saling mengenal dapat dikatakan sejiwa (satu). Karena Yesus dan Allah saling mengenal secara sempurna maka Yesus menyatakan diri-Nya satu dengan Allah dalam arti: yang melihat Yesus berarti melihat Allah.
Kualitas hubungan yang demikian ini terjadi juga di antara orang-orang percaya sebagai milik Yesus dengan Yesus sendiri. Ini sekaligus menjadi jaminan bahwa siapa menjadi milik Yesus sekaligus milik Bapa, dipelihara oleh kedua-Nya dalam kemahakuasaan Anak dan Bapa, dan dalam kekekalan (ayat 28-29). Kualitas hubungan seperti itu akan menjadi kesaksian bagi orang lain bahwa di dalam Yesus dan di dalam Bapa ada kasih sejati yang mempersatukan dan yang intim.
Seperti Yesus yang selalu menyatakan Allah dan pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam hidup-Nya (ayat 37-38), demikian juga seharusnya kita. Hidup kita harus menjadi kitab terbuka, di mana orang-orang lain dapat melihat kasih dan pekerjaan-pekerjaan Allah dalam hidup kita. Kalau kesatuan Yesus dengan Bapa-Nya nampak dalam kehidupan Yesus, apakah kedekatan kita dengan Yesus selalu nampak dalam segenap aspek kehidupan kita?

SH: Yoh 10:22-42 - Kebenaran: tak berubah dan tak dapat diubah. (Kamis, 28 Januari 1999) Kebenaran: tak berubah dan tak dapat diubah.
Terang-terangan orang-orang Yahudi mempertanyakan apakah benar
Yesus adalah Mesias yang ditunggu-...
Kebenaran: tak berubah dan tak dapat diubah.
Terang-terangan orang-orang Yahudi mempertanyakan apakah benar
Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu. Jawaban Yesus malah
balik bertanya dan memojokkan mereka. Dengan kata lain Yesus
ingin mengatakan bahwa benar tidaknya tergantung pada siapa yang
mengatakannya. Percaya kepada Yang Berkata, berarti percaya pada
semua yang dikatakan-Nya. "Bagian mana dari pekerjaan-Ku yang
tidak menyaksikan tentang Aku yang tidak kamu percayai?" Bagi
Yesus kebenaran sejati itu dipercayai atau tidak dipercayai
adalah tetap kebenaran, tidak berubah dan tidak dapat diubah.
Tentukan sikap. Bila orang telah diperhadapkan pada pemaparan jelas tentang Tuhan Yesus dan Injil-Nya, orang harus menentukan sikap: percaya dan mengasihi Dia atau menolak dan akhirnya membenci Dia. Percaya kepada Kristus dapat terjadi tanpa harus ada mukjizat sebagai bukti. Hal ini dibuktikan oleh Yohanes Pembaptis yang tidak pernah melakukan mukjizat apa pun, namun banyak yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, hanya melalui kesaksian perkataan-Nya. Ini juga membuktikan bahwa iman tidak tergantung pada penglihatan. Tentukan sikap, pegang teguh firman-Nya dan taat sepenuhnya atau sebaliknya.
Doa: Tuhan, tolong kami untuk sungguh-sungguh mengasihi-Mu.

SH: Yoh 10:31-42 - Bukti keilahian Kristus (Selasa, 21 Februari 2006) Bukti keilahian Kristus
Pernyataan terus terang Tuhan Yesus bahwa Dia dan Allah Bapa adalah
satu (Yoh. 10:30) membuat orang-orang Yahudi berang ...
Bukti keilahian Kristus
Pernyataan terus terang Tuhan Yesus bahwa Dia dan Allah Bapa adalah satu (Yoh. 10:30) membuat orang-orang Yahudi berang dan melempari Tuhan Yesus dengan batu (ayat 31). Bagi mereka ucapan Yesus jelas menghujat Allah karena Dia menganggap diri-Nya setara dengan Allah (ayat 33).
Tuhan Yesus memberikan dua argumentasi yang membela klaim keilahian-Nya. Pertama, Ia mengutip Mazmur 82:6 yang berkata, "... Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian... " (Yoh. 10:34). Menurut pemazmur, Allah sendiri menyapa umat Tuhan yang menerima firman-Nya dengan menyebut mereka sebagai anak-anak Allah. Kalau penerima firman Allah dilayakkan untuk disapa anak Allah (ayat 35), betapa lebih layak lagi Dia yang diutus Allah ke dunia, yaitu Firman yang inkarnasi itu disapa sebagai Allah (ayat 36). Jadi, dari segi bahasa menyebut Yesus sebagai Anak Allah atau Allah tidak salah.
Kedua, klaim Yesus sebagai Anak Allah dapat dibuktikan kebenarannya melalui pekerjaan yang dilakukan-Nya. Karya Kristus adalah melakukan pekerjaan Bapa (ayat 37). Perbuatan-perbuatan Yesus yang mengandung sifat ajaib dan moral terpuji (ayat 32a) menyatakan kesatuan kehendak dan kesatuan misi-Nya dengan kehendak dan misi Bapa (ayat 38). Itulah sebabnya, Yesus menanyakan kepada mereka, kesalahan apa yang telah Dia kerjakan sehingga mereka ingin merajam Dia (ayat 32).
Salah satu karya agung Tuhan Yesus Kristus adalah kematian-Nya di kayu salib untuk menggenapkan misi penyelamatan Allah. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah hasil karya-Nya. Hidup kita yang sudah dimerdekakan dari perbudakan dosa seharusnya menjadi saksi akan keilahian Tuhan Yesus. Dengan hidup kudus, menjunjung tinggi kebenaran, dan menegakkan keadilan kita sedang menyaksikan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah.
Renungkan: Dapatkah orang lain melihat Anda dan melihat keilahian Tuhan Yesus nyata dalam hidup Anda yang telah mengalami transformasi?
Utley -> Yoh 10:31-39
Utley: Yoh 10:31-39 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 10:31-3931 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. 32 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerj...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 10:31-39
31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. 32 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" 33 Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." 34 Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? 35 Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah— sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan—, 36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? 37 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, 38 tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." 39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Yoh 10:31 Ayat ini berhubungan dengan pernyataan Yesus dalam ay. Yoh 10:30. Yesus menjawab tuduhan mereka dalam suatu argumentasi kerabian yang sangat di luar kebiasaan. Pada dasarnya ini adalah suatu permainan kata dari Elohim, yang adalah kata PL untuk Allah (lih. Kej 1), namun bentuknya adalah JAMAK dan sering digunakan baik untuk para malaikat maupun para pemimpin manusia (para hakim).
Yoh 10:32 Gembala yang baik (kalos) mengerjakan pekerjaan yang baik (kalos) dari Bapa.
Yoh 10:33 "karena… menghujat" Yesus mengetahui bahwa mereka mengerti dengan tepat klaimNya sebagai satu dengan Bapa.
Yoh 10:34 "kitab Taurat kamu" Yesus mengutip dari mazmur namun menyebutnya "Taurat" (lih. Yoh 12:34; 15:25; Rom 3:9-19). Istilah Taurat biasanya merujuk pada tulisan-tulisan Musa (Torah), Kejadian-Ulangan. Ini menunjukkan penggunaan istilah tersebut secara lebih luas untuk mencakup keseluruhan PL.
□ "KAMU ADALAH ALLAH" Yesus menggunakan kutipan dari Mazm 82:6. Ini menggunakan Elohim untuk menunjuk pada para hakim manusia. Para hakim ini (walaupun lalim) disebut "anak-anak dari yang Maha Tinggi." Orang-orang Yahudi ini sedang menyerang Yesus karena meskipun Ia adalah seorang manusia Ia mengklaim adalah satu dengan Allah. Namun orang lain (lih. Kel 4:16; 7:1; 22:8,9; Mazm 82:6; 138:1) disebut "allah."
Argumentasi kerabian Yesus sepertinya mengikuti jalur ini: Kitab Suci adalah benar, manusia disebut Elohim; oleh karena itu, mengapa kamu menyebut Ku seorang penghujat karena menyatakan bahwa Aku adalah Anak Allah? Istilah Elohim adalah JAMAK dalam bahasa Ibrani namun diterjemahkan TUNGGAL dan menggunakan kata kerja SINGULAR ketika merujuk pada keTuhanan PL. Lihat Topik Khusus: Nama-nama Tuhan pada Yoh 6:20. Ini mungkin adalah permainan kata yang khas pada tulisan Yohanes: (1) suatu kata yang memiliki dua konotasi, dan (2) suatu pertanyaan bahasa Yunani yang mengharap jawaban "ya".
Yoh 10:35 "- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan-" Yohanes sering mengkomentari dialog-dialog Yesus. Tidak lah pasti apakah ini adalah pernyataan Yesus atau Yohanes. Namun demikian, berhubung keduanya sama- sama diilhami, hal ini tidak jadi soal. Dorongan dari kutipan ini ialah kebisa-dipercayaan dari Kitab Suci. Yesus dan para Rasul memandang PL dan penafsiran-penafsirannya sebagai firman dari Allah sendiri (lih. Mat 5:17-19; 1Kor 2:9-13; 1Tes 2:13; 2Tim 3:16; 1Pet 1:23-25; 2Pet 1:20-21; 3:15-16).
Uskup H. C. G. Moule dalam Kehidupan dari Uskup Moule berkata, "Ia [Kristus] mempercayai Alkitab secara mutlak, dan, meskipun ada hal-hal di dalamnya yang tak dapat dipahami dan berbelit-belit yang telah sangat menjadi teka-teki bagi saya, saya akan, bukan dalam pengertian yang buta, namun dengan hormat mempercayai Alkitab karena Dia" (hal. 138).
Yoh 10:36 Dalam ayat ini Yesus mengklaim bahwa Bapa memilih (atau "mengkuduskan" atau "menyucikan") Dia dan mengutus Dia (sebagai Mesias). Ia tentu saja kemudian memiliki hak untuk disebut sebagai "Anak Allah." Sebagai hakim Israel mewakili Allah (lih. Mazm 82:6), Ia mewakili Bapa dalam firman dan perbuatan. Lihat Topik Khusus: Mengutus (Apostellō) pada Yoh 5:24.
Yoh 10:37 Inilah tepatnya apa yang dikatakan ay. Yoh 10:19-21. Mujizat Yesus mencerminkan tindakan Allah.
Yoh 10:37,38 "Jikalau. . .jikalau" Ini adalah KALIMAT-KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Yesus melakukan pekerjaan Bapa. Jika demikian, maka mereka harusnya percaya kepadaNya, menjadi yakin bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. ay. Yoh 10:30,38). Lihat Topik Khusus: Tinggal dalam 1Yoh 2:10.
Yoh 10:39 Ini adalah satu dari beberapa kali Yesus mengelak dari mereka yang mencoba untuk menyakitiNya (lih. Luk 4:29-30; Yoh 8:59). Tidadklah pasti apakah pengelakan ini disebabkan oleh: (1) suatu kejadian mujizat atau (2) keserupaan Yesus secara jasmani dengan orang-orang lain, yang mengijinkanNya untuk menyatu kedalam gerombolan orang banyak.
Topik Teologia -> Yoh 10:34
Topik Teologia: Yoh 10:34 - -- Wahyu Allah
Wahyu Melalui Kitab Suci
Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119...
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Kitab Suci
- Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119:89-93,96 Maz 119:105 Maz 119:137-138 Maz 119:151-152 Maz 119:160 Maz 119:161-168 Yes 30:8 Dan 9:2 Mat 22:43-44 Luk 24:27 Luk 24:44-45 Yoh 5:39-40,46 Yoh 10:34-35 Kis 1:16 Kis 17:2-3 Kis 18:28 Kis 28:23,25-27 Rom 1:1-3 Rom 15:4 1Ko 15:1-4 Gal 3:22 2Ti 3:15-17 Ibr 3:7-11 Ibr 10:15-17 Yak 2:8 2Pe 1:19-21
- Wahyu Khusus
TFTWMS -> Yoh 10:31-38
TFTWMS: Yoh 10:31-38 - Mereka Mengambil Batu MEREKA MENGAMBIL BATU (Yohanes 10:31-38)
Pengakuan Yesus bahwa Ia dan Bapa adalah satu merupakan sesuatu yang lebih daripada yang dapat diterima oleh...
MEREKA MENGAMBIL BATU (Yohanes 10:31-38)
Pengakuan Yesus bahwa Ia dan Bapa adalah satu merupakan sesuatu yang lebih daripada yang dapat diterima oleh para pemimpin Yahudi itu. Mereka mulai mengambil batu (10:31), sebab mereka sudah cukup geram untuk melempari Dia dengan batu tepat di dalam bait suci itu! Merasa yakin bahwa perkataan Yesus itu mengandung penghujatan, mereka percaya bahwa tindakan yang sedang mereka lakukan itu dapat dibenarkan. Meskipun batu-batu sudah berada dalam genggaman para pendakwa-Nya, namun Yesus terus saja menegakkan kebenaran bagi pelbagai pernyataan-Nya bahwa Ia adalah Anak Allah.
Seraya konflik itu semakin menghebat, Yesus berkata kepada lawan-lawan-Nya, "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" (10:32). Mereka menjawab bahwa alasan mereka ingin membunuh Dia bukanlah karena pelbagai pekerjaan-Nya, tetapi karena penghujatan yang Ia lakukan. Setidaknya para pemimpin Yahudi itu mengerti dampak dari apa yang Yesus sedang katakan. Mereka berkata, "… karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah" (10:33). Jika Yesus hanya manusia belaka, maka apa yang mereka katakan itu adalah benar. Namun begitu, sebagai Anak Allah, Ia memiliki segala hak dan alasan untuk membuat pelbagai pernyataan itu.
Yesus menjawab lawan-lawan-Nya itu dengan menantang mereka dengan perkataan dari Mazmur 82:6, dimana pemazmur telah menulis, "Aku telah berfirman: Kamu adalah allah." Ia menalar bahwa jika Kitab Suci sudah berfirman tentang hal-hal itu di masa lalu, maka Ia tidak dapat disalahkan dalam menggunakan bahasa yang sama itu. Pada akhirnya, Ia menyatakan, Ia adalah Dia "yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia" (10:36).
Yohanes mengetengahkan Yesus sebagai orang yang pantang menyerah dalam memberitakan kebenaran tentang diri-Nya. Meskipun orang-orang itu sudah sangat geram dan batu masih dalam genggaman mereka, Yesus terus saja menekankan maksud-Nya. Ia memberitahu mereka untuk memeriksa semua pekerjaan-Nya dan memastikan apakah segala pekerjaan-Nya itu memiliki khas pekerjaan Bapa atau tidak. Ia mempertahankan bahwa karena Ia sedang melakukan pekerjaan Bapak, maka seharusnya mereka mempercayai Dia ketika Ia berkata, "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa" (10:38). Makna atas semua hal itu jelas sekali bagi setiap orang yang berdiri dekat situ di dalam bait suci itu pada hari itu; Yesus sedang membuat pengakuan lagi sebagai Anak Allah! Bahkan ancaman akan dilempari batu oleh orang banyak itu tidak dapat mencegah Dia untuk tidak memberitakan kebenaran tentang diri-Nya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "AKU DAN BAPA ADALAH SATU" (Yohanes 10:22-42)
Selama hidupnya yang singkat namun spektakular, Aleksander Yang Agung telah menaklukkan sebag...
"AKU DAN BAPA ADALAH SATU" (Yohanes 10:22-42)
Selama hidupnya yang singkat namun spektakular, Aleksander Yang Agung telah menaklukkan sebagian besar wilayah dunia yang dikenal manusia. Ketika ia mati pada 323 S. M. pada usia 33 tahun, ia meninggalkan kerajaannya ke dalam tangan para jendralnya yang dipercaya. Salah seorang dari mereka, Seleukus I, menjadi penguasa Siria dan mendirikan dinasti Seleukid. Beberapa tahun kemudian, salah seorang keturunanannya, Antiokhus Epiphanes, berkuasa dan mulai memperluas wilayahnya dengan menyerbu Mesir. Menyusul keberhasilannya menguasai Mesir, ia lalu bergerak menggempur Yerusalem pada 169 S. M. Ketika ia tiba di sana, ia masuk ke dalam tempat suci dan mengambil semua barang yang berharga.1
Namun demikian, menjarah bait suci orang Yahudi belum dapat memuaskan Antiokhus Epiphanes. Ia melanjutkannya dengan memaksa semua orang di dalam kerajaannya untuk membuang adat-istiadat dan agama khas mereka dan menjadi bangsa yang bersatu yang berbicara bahasa Yunani, memelihara adat-istiadat Yunani, dan melaksanakan agama Yunani.2Untuk mencapai tujuan itu, ia memerintahkan orang Yahudi berhenti mempersembahkan korban bagi Allah mereka, menyunat anak laki-laki mereka, dan menyucikan hari Sabat. Mezbah di dalam bait suci dicemari dengan korban babi di atasnya (binatang najis yang tidak pernah orang Yahudi korbankan kepada Allah), dan kitab-kitab Taurat yang ditemukan dibakar.3Saat itu tentunya merupakan saat-saat paling kelam dalam sejarah Israel: Menurut ketetapan itu, mereka membunuh kaum perempuan yang menyunatkan anak-anak mereka, dan keluarga mereka serta orang-orang yang menyunat mereka; dan mereka menggantung anak-anak bayi di atas leher ibu mereka. Namun banyak orang di Israel tetap berdiri teguh dan bertekad untuk tidak makan makanan yang haram. Mereka memilih mati daripada dicemari oleh makanan atau menajiskan perjanjian yang kudus; dan mereka memang mati. Dan murka yang sangat besar menimpa Israel.4
Salah satu orang Yahudi yang "berdiri teguh" adalah seorang imam bernama Mattathias. Ia dan lima anak laki-lakinya menentang perintah Antiokhus Epiphanes dan mereka terpaksa melarikan diri ke bukit-bukit. Tidak lama kemudian, orang-orang dari segala penjuru negeri datang bergabung dengan mereka dan bersiap-siap melawan bangsa Siria. Ketika Mattathias mati pada 16. S. M., Judas Maccabeus anaknya menjadi pemimpin kaum pemberontak itu. Bangsa Yahudi, di bawah kepemimpinannya, berhasil mengatasi beberapa kemunduran sebelumnya dan memukul mundur bangsa Siria, memperoleh kembali negeri dan bait suci mereka. Ketika mereka akhirnya berhasil mengusir bangsa Siria dari Yerusalem, perintah pertama mereka adalah menyucikan bait suci yang sudah dicemari oleh Antiokhus Epiphanes. "Lalu Judas berkata kepada saudara-saudaranya, ‘Lihatlah, musuh kita sudah hancur; marilah kita pergi menyucikan tempat kudus dan menahbiskannya.’"5Ketika penyucian dan pentahbisan kembali bait suci itu telah selesai, Judas dan saudara-saudaranya menetapkan bahwa bangsa itu setiap tahunnya harus mengadakan perayaan pentahbisan bait suci selama delapan hari. Hari Raya Pentahbisan bait suci akhirnya menjadi waktu bagi Israel untuk merayakan pembebasan mereka dan untuk mengingat pentahbisan kembali bait suci dan mezbah itu bagi Allah. Sekarang ini, perayaan ini dikenal oleh orang Yahudi sebagai Hanukkah.
Hampir dua ratus tahun setelah Hari Pentahbisan yang pertama, Yesus datang ke bait suci itu di Yerusalem untuk bergabung dalam perayaan ini. Pada kesempatan itu Ia dengan berani bicara tentang siapa Dia sebenarnya dan mengapa Ia datang. Sebagaimana yang terjadi dalam bagian pertama Yohanes 10, semakin banyak Yesus bicara, semakin tegang situasinya. Ia terus saja menekan para pendengarnya untuk membuat keputusan tentang Dia. Beberapa orang percaya kepada Dia, sementara yang lainnya—khususnya para pemimpin Yahudi—tidak percaya, namun mereka semakin bertambah marah dengan setiap kata yang Yesus ucapkan. Dalam perjumpaan yang dicatat dalam teks ini, 10:22-42, Yohanes menyertakan tiga tindakan penuh ancaman yang dilakukan oleh lawan-lawan Yesus dan respon Yesus terhadap acaman itu.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 10:22-42)
Keseluruhan kisah ini terjadi selama Hari Raya Pentahbisan bait suci. Ironisnya, ketika Yesus muncul dalam pesta yang m...
KESIMPULAN (YOHANES 10:22-42)
Keseluruhan kisah ini terjadi selama Hari Raya Pentahbisan bait suci. Ironisnya, ketika Yesus muncul dalam pesta yang merayakan pembebasan umat Allah oleh Allah itu, orang-orang itu malah memperlakukan Dia sebagai penghujat yang jahat. Para pemimpin Yahudi memandang Dia sebagai orang yang berbahaya dan orang bidah yang busuk. Mereka tidak sadar bahwa Yesus tidak lama lagi akan menghampiri salib untuk menyediakan pembebasan sejati. Mereka tidak sadar bahwa Ia akan mencurahkan darah-Nya sendiri—bukan darah binatang—untuk menyucikan umat-Nya. Mereka tidak menghargai kenyataan bahwa Anak Domba Allah yang tanpa dosa dan tanpa noda itu adalah orang yang mereka sedang coba bunuh pada hari itu. Sekarang, kita dapat melihat fakta-fakta itu dari tempat kita berdiri, dan kita tahu bahwa fakta-fakta itu merupakan inti injil!
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 1 Macc. 1:21. Dua kitab apokripha Maccabees ditulis sekitar 100 S. M., berisi pelbagai cerita tentang pelbagai peristiwa sejarah y...
Catatan Akhir:
- 1 1 Macc. 1:21. Dua kitab apokripha Maccabees ditulis sekitar 100 S. M., berisi pelbagai cerita tentang pelbagai peristiwa sejarah yang terjadi dalam periode antara Perjanjian Lama dan Baru. Kedua kitab itu berfokus pada upaya penindasan terhadap Yudaisme di Palestina dan perjuangan bangsa Yahudi untuk kemerdekaan pada 166-40 S. M.
- 2 1 Macc. 1:41.
- 3 1 Macc. 1:56. 4 1Macc. 1:60-64.
- 5 1 Macc. 4:36
- 6 Lukas 21:20; Yohanes 10:24; Kisah 14:20; Ibrani 11:30.
- 7 "Terus-menerus bertanya" merupakan pengertian tentang kata kerja imperfect tense di sini.
- 8 Dalam teks Yunani, jenis kelamin kata ini adalah netral.
- 9 Kata Yunani ergon digunakan dalam 10:25, 32, 38. Lihat pembahasan tentang "tanda-tanda" di halaman 47 dan 48 pada buku ini".
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi