Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 53 dari 53 ayat untuk allahmu (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Mat 22:37) (full: KASIHILAH TUHAN ALLAHMU. )

Nas : Mat 22:37

Yang diminta oleh Allah dari semua orang yang percaya kepada Kristus dan menerima keselamatan-Nya ialah kasih yang setia (bd. Ul 6:5; Rom 13:9-10; 1Kor 13:1-13).

  1. 1) Kasih ini menuntut sikap hati yang begitu menghormati dan menghargai Allah sehingga kita sungguh-sungguh merindukan persekutuan dengan-Nya, berusaha untuk menaati Dia di atas muka bumi ini, dan benar-benar memperdulikan kehormatan dan kehendak-Nya di dunia. Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah akan ingin mengambil bagian dalam penderitaan-Nya (Fili 3:10), memperluas kerajaan-Nya (1Kor 9:23), dan hidup bagi kemuliaan-Nya dan standar-Nya yang benar di bumi ini (Mat 6:9-10,33).
  2. 2) Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang sepenuh hati dan yang menguasai seluruh diri kita, kasih yang dibangkitkan oleh kasih-Nya kepada kita yang menyebabkan Dia mengutus Anak-Nya untuk kepentingan kita

    (lihat cat. --> Yoh 3:16;

    [atau ref. Yoh 3:16]

    Rom 8:32). Kasih kita hendaknya merupakan kasih seperti terungkap dalam Rom 12:1-2; 1Kor 6:20; 10:31; 2Kor 9:15; Ef 4:30; 5:1-2; Kol 3:12-17).
  3. 3) Kasih kepada Allah meliputi:
    1. (a) kesetiaan dan keterikatan pribadi terhadap Dia;
    2. (b) iman sebagai sarana pengikat yang kokoh dengan Dia yang dipersatukan dengan kita oleh hubungan Bapak dengan anak;
    3. (c) kesetiaan kepada penyerahan kita kepada-Nya;
    4. (d) ketaatan yang sungguh-sungguh, yang dinyatakan dalam pengabdian kita kepada standar-Nya yang benar di tengah-tengah dunia yang menolak Allah; dan
    5. (e) kerinduan akan kehadiran dan persekutuan-Nya.
(0.15) (Kej 13:1) (sh: Arif, bukan naif (Rabu, 28 April 2004))
Arif, bukan naif

Biasanya kisah Abram dan Lot ini dijadikan cerita moral mengenai bagaimana Abram adalah seorang paman yang baik, sebaliknya Lot seorang keponakan yang serakah. Tetapi coba kita lihat dari sisi rencana Allah bagi dan melalui Abram.

Ketika timbul permasalahan lahan penggembalaan antara gembala-gembala Lot dan Abram, Abram sekali lagi membuat kalkulasi pribadi. Dia seorang yang lembut, tidak mau membuat masalah. Oleh karena itu ia mempersilakan Lot memilih lahan mana yang akan menjadi tempat Lot menetap dan menggembalakan domba-dombanya. Sebenarnya, tanah Kanaan adalah lahan dari Allah untuk Abram dan keturunannya, bukan untuk Lot! Apa yang akan terjadi kalau Lot memilih wilayah Barat, yaitu Kanaan itu sendiri. Tentu sesuai dengan janji Abram, ia harus menyingkir ke Timur dan itu berarti sekali lagi meninggalkan Kanaan. Kali ini akan permanen (dibandingkan ketika turun ke Mesir, hanya untuk sementara, lih. 12:10 'tinggal di situ sebagai orang asing'). Sebenarnya tindakan Abram itu terlalu naif. Naif terhadap maksud TUHAN bagi dirinya. Seha-rusnya Abram menetapkan untuk tetap bertahan di tanah Kanaan dan mempersilakan Lot berpindah ke Timur. Syukurlah, hal ini terjadi bukan karena kebetulan, melainkan karena kedaulatan TUHAN-lah Lot memilih berpindah ke Timur!

Kita perlu lebih peka akan pimpinan Tuhan dalam hidup kita. Jangan sampai kenaifan kita justru menimbulkan masalah. Alih-alih mau beramah-ramah dengan orang lain, justru nama Tuhan diinjak-injak. Saya terkesan dengan keberanian yang arif seorang hamba Tuhan ketika seorang menghina Tuhan Yesus. Hamba Tuhan itu berkata kepada orang tersebut,"Agama dan kitab sucimu menaruh hormat kepada Tuhan Yesus saya, paling tidak sebagai nabi Allah. Siapakah kamu, berani menghujat yang dihormati oleh Allahmu?"

Untuk dilakukan: Kasih bukan berarti mandah diinjak-injak. Ketika nama Tuhan dihujat, kita harus berani membela dengan arif!

(0.15) (Ul 25:11) (sh: Tidak jujur dalam bisnis (Selasa, 6 Juli 2004))
Tidak jujur dalam bisnis

Masyarakat Israel adalah masyarakat yang diatur oleh Hukum Taurat pemberian Allah. Hukum Taurat mengatur perilaku mereka sehari-hari. Salah satu perilaku itu diwujudkan dengan hidup jujur terhadap sesamanya.

Peraturan di ayat 13-16 diberikan guna mengatur transaksi dagang agar dilakukan dengan jujur. Kejujuran dalam transaksi dagang ditekankan pada penggunaan batu timbangan dan efa. Batu timbangan adalah alat untuk mengukur berat. Sedangkan efa adalah alat untuk mengukur volume. Pedagang yang tidak jujur menggunakan batu timbangan yang lebih berat dari seharusnya agar mendapatkan lebih banyak. Misalnya, ia membeli 100 kg beras. Dengan batu timbangan yang beratnya 1.05 kg, ia mendapatkan 105 kg beras. Ketika ia menjual beras itu, ia menggunakan batu timbangan yang lebih ringan (ayat 0,95 kg). Dengan demikian pembeli dirugikan setengah ons setiap kilonya. Demikian pula pedagang yang tidak jujur menggunakan efa yang lebih besar untuk mendapatkan jerami lebih banyak, namun ia menjual jerami itu dengan menggunakan efa yang lebih kecil. Praktik seperti ini mungkin lazim kita temui pada masa kini di pasar.

Tindakan berdagang yang tidak jujur seperti ini dilarang oleh Hukum Taurat dengan dua alasan: Pertama, adalah "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN Allahmu" (ayat 15). Penipuan dalam jangka panjang tidak dapat ditutupi. Bila ketahuan, si penipu akan kehilangan kepercayaan dari pelanggannya dan hidup tidak sejahtera. Masyarakat dan bangsa menjadi rusak bila ketidakjujuran merajalela. Kedua, orang yang berbuat curang adalah kekejian di hadapan Tuhan, oleh karena itu Ia akan menghukum setiap tindakan ketidakjujuran yang dilakukan oleh umat-Nya. Tuhan menuntut orang Kristen untuk hidup jujur, bukan hanya jujur dalam perdagangan saja tetapi juga jujur dalam segala tindakan sehari-hari.

Camkanlah: Tuhan tidak senang terhadap ketidakjujuran. Hidup tidak jujur menyebabkan Anda tidak menjadi berkat bagi orang lain.

(0.15) (Ul 26:16) (sh: Pembaharuan perjanjian (Kamis, 8 Juli 2004))
Pembaharuan perjanjian

Sepasang suami istri merayakan pernikahan emas. Mereka meminta pendeta memberkati ulang pernikahan mereka dan mereka saling mengikrarkan janji sehidup semati lagi. Suatu kenyataan yang jarang dijumpai di dunia modern, di mana komitmen dan kesetiaan adalah langka.

Di akhir khotbah panjang Musa (pasal 12-26), Musa menantang umat Israel untuk mengikrarkan ulang komitmen mereka untuk setia kepada Tuhan, sama seperti ikrar orang tua mereka dengan TUHAN di Sinai empat puluh tahun silam (Kel. 19-24). Ayat 17 dapat diterjemahkan: "Hari ini engkau telah berjanji kepada TUHAN bahwa Ia akan menjadi Allahmu" berarti umat Israel merespons dengan berjanji untuk meng-Allah-kan TUHAN (Yahweh) dan bukan "yang lain" yang menjadi allah mereka, dan setia melaksanakan peraturan dan ketetapan-Nya. Respons Allah bagi umat Israel terdapat di ay. 18 yang dapat diterjemahkan: "Hari ini TUHAN telah berjanji bahwa Israel akan menjadi umat-Nya" ini berarti TUHAN pun mengikatkan diri-Nya ulang pada umat Israel, berjanji menjadikan mereka umat kesayangan-Nya, terpuji, ternama, terhormat, serta kudus demi hormat dan kemuliaan nama-Nya sendiri.

Agar umat Israel tidak melupakan ikatan perjanjian ini dan tetap setia maka setelah mereka menyeberangi sungai Yordan dan memasuki tanah Perjanjian, dibangunlah monumen berupa batu peringatan dan mezbah. Mereka menuliskan Taurat pada salah satu batu dan mengadakan persekutuan dengan mempersembahkan korban keselamatan (ayat 27:4-10). Monumen ini kelak diwujudkan di bawah kepemimpinan Yosua (Yosua 8:30-32).

Kita perlu mencari waktu di antara kesibukan pelayanan untuk berhenti sejenak, mengingat kembali kasih Allah yang sudah dinyatakan pada masa lampau. Lalu, dengan ucapan syukur mengikrarkan ulang komitmen kita untuk tetap setia kepada-Nya, sebagaimana Ia setia kepada kita.

Renungkan: Dengan mengingat kembali kesetiaan Tuhan di dalam hidup Anda mulailah memelihara hari-hari setia Anda kepada Tuhan, hari ini, esok, lusa, seterusnya hari lepas hari.

(0.15) (2Taw 9:1) (sh: Kesaksian tentang kebesaran Tuhan (Jumat, 17 Mei 2002))
Kesaksian tentang kebesaran Tuhan

Apabila Tuhan menyertai hidup seseorang atau suatu komunitas, penyertaan dan kehadiran-Nya itu dapat dirasakan pihak lain. Kesan adanya kekudusan, kasih, kewibawaan, dlsb. timbul dalam hati orang-orang yang pernah berjumpa dengan mereka yang dalam hidupnya Allah hadir secara kuat. Sebutlah contoh hidup orang-orang seperti John Sung, Ibu Teresa, atau para pengkhotbah berwibawa masa kini.Hal yang sama dialami Ratu Syeba dari Arab Selatan. Tujuan utamanya adalah berdagang. Pada waktu itu negerinya terkenal secara luas dalam perdagangan rempah-rempah. Tertarik oleh berita tentang hikmat yang Salomo miliki, Ratu Syeba sendiri langsung memimpin delegasi dagang itu. Akibatnya, bukan saja transaksi dagang yang terjadi, tetapi kesempatan menyaksikan penyertaan dan berkat Tuhan atas Salomo dalam bentuk hikmat administratif kenegaraan (ayat 2-5). Ratu Syeba bukan saja memuji Salomo dan segala kemegahannya melainkan terutama juga memuji Tuhan. Ketika ia menyebut, “terpujilah Tuhan Allahmu,” (ayat 8) pada hakikatnya Ratu Seba mengakui bahwa Tuhan Allah Salomo memang besar adanya dan Dialah yang membuat Salomo besar, berhikmat, dan menjadi berkat bagi rakyatnya. Tukar-menukar hadiah pun pada hakikatnya bukan saja saling menghargai, tetapi dalam catatan Tawarikh, ini dilihat sebagai cara untuk Tuhan menambahkan kekayaan Salomo.

Akhir hidup Salomo dalam catatan Tawarikh lain dari catatan Kitab Raja-raja. Yang ditekankan hanya keberhasilan dan kebesaran Salomo dalam mengumpulkan kekayaan dan memperluas berbagai hubungan internasional (ayat 22-24), sementara kejatuhannya dalam mengawini ratusan istri dan gundik asal kafir (ayat 1Raj. 11) sama sekali tidak disinggung. Ini terjadi karena tujuan Tawarikh adalah memberi pola bagi umat yang kembali dari pembuangan, yang memerlukan lebih dari sekadar menyesali kesalahan, tetapi bangkit membangun ke arah pola yang benar yang sesuai kehendak Allah.

Renungkan: Berkat dan hadirat Allah terjadi di dalam persekutuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Di dalam Dia, kita terus- menerus mengalami dan menyaksikan pembaruan dari-Nya.

(0.15) (Mzm 42:1) (sh: Merindukan Allah (Minggu, 12 Agustus 2001))
Merindukan Allah

Pernahkah Anda merasakan kegalauan rasa rindu yang tak terbendung ketika terpisah dari orang-orang yang Anda cintai? Hasrat seperti inilah yang dirasakan pemazmur.

Pemazmur merindukan Tuhan dengan hasrat yang sedemikian besar, tak tertahankan lagi dan harus segera mendapat pemenuhannya (ayat 1- 3). Ia haus, gundah gulana, tertekan, dan gelisah ketika menyadari keberadaan dirinya yang telah jauh dari Allah (ayat 3, 5, 6, 7, 12). Ia memenuhi hari-harinya dengan air mata karena celaan lawannya yang menikam tulang-tulangnya: "Di manakah Allahmu?" (ayat 4, 11). Ia sedemikian takut terpisah dari Allah sehingga berseru: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" (ayat 10). Kerinduannya yang sedemikian dalam ini tidak terobati oleh album kenangan yang dipenuhi dengan memori indah. Ingatannya tentang sorak-sorai, nyanyian syukur, dan perayaan yang pernah dinikmatinya di rumah Allah, maupun kenangan manis yang menjadi sejarah tidaklah memuaskan hasratnya, tetapi sebaliknya justru membawanya semakin tenggelam dalam ketakutan, keputusasaan, dan kegelisahan hati (ayat 5-6, 7-8). Harapan satu-satunya, yang memungkinkannya untuk kembali bersyukur hanyalah ditemukan di dalam Tuhan.

Getaran rasa rindu yang sedemikian besar terhadap Tuhan seringkali tidak kita miliki. Hal ini dapat terjadi karena kita tidak menyadari bahwa kebutuhan kita yang terdalam, tidak lain adalah Allah yang hidup, sumber kehidupan kita (ayat 3, 9). Dialah sumber pertolongan yang melindungi dan memerintahkan kasih setia-Nya (ayat 6, 9, 12).

Renungkan: Apakah kita menyadari bahwa diri kita tidaklah mungkin dapat terpisah dari Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa Dia? Dialah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan tanpa Dia keberadaan kita tidaklah berarti apa-apa.

Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta

II Raja-raja 4:42-44

Efesus 4:1-6, 11-16

Yohanes 6:1-15

Mazmur 145

Lagu: Kidung Jemaat 402

Pa 6 Mazmur 40

Mazmur ini merupakan cerminan hati Daud tentang hasratnya yang sedemikian kuat kepada Tuhan. Hasrat ini terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan keyakinan dan harapannya yang tidak pudar melintasi berbagai problematika kehidupan. Hasrat ini bukanlah dibangun di atas harapan yang semu ataupun keyakinan yang tidak beralasan, melainkan dibangun di atas dasar kasih setia Tuhan yang dapat dipercaya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Pada ayat 2-6 Daud memuji Tuhan atas apa yang sudah Tuhan kerjakan baginya. Bagaimanakah Daud menggambarkan pertolongan Tuhan kepadanya (ayat 2b-4a)? Apakah hubungan antara karya Tuhan ini dengan hasratnya kepada Tuhan (ayat 2a)? Dampak apakah yang dihasilkan oleh pertolongan Tuhan tersebut (ayat 4b)? Bagaimanakah hal ini mempengaruhi cara pandang Daud tentang Tuhan dan orang yang berbahagia (ayat 5, 6)?

2. Mengapakah Daud memohon agar Tuhan tidak menahan rakhmat-Nya melainkan segera menolongnya (ayat 12, 14)? Kesadaran tentang faktor-faktor eksternal (ayat 13a) dan internal (ayat 13b) apakah yang mendorongnya berdoa seperti ini? Apakah hasratnya kepada Tuhan menjadi luntur dalam situasi seperti ini (ayat 14b)?

3. Apakah yang menjadi harapan Daud bagi musuh-musuhnya (ayat 15) dan orang-orang yang mencari Tuhan dan mencintai keselamatan daripada-Nya (ayat 17)? Apakah dasar bagi harapan-harapannya?

4. Apakah dampak dari pertolongan Allah yang pernah dialaminya (ayat 2-11) terhadap pergumulan yang sedang dihadapinya (ayat 12- 14)? Bagaimana hal itu juga berpengaruh terhadap harapannya untuk masa yang akan datang (ayat 15-17)?

5. Bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita dapat menemukan keyakinan pada masa kesesakan dan harapan untuk masa yang akan datang? Apakah dasar bagi keyakinan kita akan pertolongan Tuhan?

6. Di tengah-tengah pergumulan kita sehari-hari, apakah kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya untuk masa kini dan masa yang akan datang, sama seperti pada masa yang lampau? Hal-hal apakah yang menghambat proses ini?

(0.15) (Mzm 119:49) (sh: Taurat Tuhan adalah kekuatan dan penghiburan (Rabu, 29 Mei 2002))
Taurat Tuhan adalah kekuatan dan penghiburan

Dalam perikop ini, pemazmur mengajak kita untuk melihat beberapa hal yang juga penting dalam keyakinan tentang Taurat Tuhan. Pertama, Taurat Tuhan itu mengumandangkan tentang janji keselamatan. Hal ini membuatnya makin mengandalkan Tuhan sebagai sumber kekuatan, pengharapan, dan penghiburan, lebih-lebih ketika ia harus berada dalam kesengsaraan (ayat 50,52). Penderitaan yang mendatangkan kesengsaraan sering kali membuat seseorang tidak mengandalkan Allah. Akibatnya ia berjalan pada jalan kebinasaan. Itulah yang dialami bangsa Israel ketika mereka dibuang ke Babel. Kedua, Taurat Tuhan menghidupkan dan membuat pemazmur tidak tergoyahkan ketika diguncang cemoohan orang-orang fasik (ayat 51,53). Sebutan orang fasik ditujukan kepada mereka yang hidup di luar persekutuan umat Allah, orang-orang yang tidak setia dan tidak taat terhadap Taurat. Ketiga, Taurat Tuhan memasukkan pemazmur pada suatu komunitas orang yang takut akan Tuhan.

Untuk ketiga hal ini, pemazmur meresponinya dengan mengucapkan janji tetap setia kepada Taurat Tuhan dengan segenap hati (ayat 57). Namun, seperti tampak pada ayat-ayat sebelumnya, pemazmur tetap menyadari bahwa untuk mempertahankan janji setianya, ia membutuhkan pertolongan dan pengasihan Allah, sesuai dengan janji Allah (ayat 58). Janji setia terhadap Taurat Tuhan ini sejajar dengan tuntutan dalam Ul. 6:5, “kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.

Hal terindah yang kita lihat dari kedekatan pemazmur dengan Taurat Tuhan adalah kehidupan yang dipenuhi rasa bakti dan syukur kepada Tuhan. Bahkan dia juga memperhatikan segala tingkah laku, jalan-jalannya, untuk tetap berada dalam koridor kebenaran Taurat Tuhan. Inilah hidup yang sungguh-sungguh indah karena sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan dan bergantung mutlak kepada-Nya.

Renungkan: Ambil keputusan sekarang juga untuk meninggalkan dosa, hidup dalam ketaatan firman-Nya, dan menikmati keindahan penuh syukur bersama Allah.

(0.15) (Yer 42:1) (sh: Ketidaktaatan yang wajar pun melenyapkan harapan (Minggu, 13 Mei 2001))
Ketidaktaatan yang wajar pun melenyapkan harapan

Setelah berhasil menghentikan sepak terjang Ismael, mereka menghadapi masalah yang lebih besar yaitu ancaman penghukuman dari Babel. Kebrutalan Babel kembali terbayang di pelupuk mata. Karena itu wajar jika mereka memohon kepada Yeremia agar berdoa supaya Allah memberikan petunjuk-Nya. Namun adalah wajar juga jika akhirnya mereka tidak menaati perintah Allah. Mengapa?

Sejak awal mereka memang tidak mau kembali ke Yehuda dan membangun kehidupan di sana. Bukankah itu inisiatif dan bujukan Gedalya (lih. 40:9-10)? Sekarang ketika Gedalya sudah mati, keinginan mereka yang sebenarnya muncul lagi yaitu mereka tidak mau tunduk kepada Babel. Peristiwa ini mereka pandang sebagai momen yang tepat untuk merealisasikan pengharapan mereka di tanah lain yaitu Mesir. Jadi pada dasarnya mereka tidak mau tinggal di Yehuda. Permohonan kepada Yeremia tidak memperlihatkan bahwa mereka masih beriman kepada Allah sebab mereka tidak menyebut Tuhan Allah ‘kita’ tapi Tuhan ‘Allahmu’ (2-3). Fakta ini paling tidak menandakan bahwa mereka sudah mulai menjauhkan diri dari Allah. Permohonan mereka adalah usaha untuk memberdayakan Allah bagi kepentingan pribadi. Karena itu betapa wajarnya jika mereka tidak menaati Allah. Kemanakah ketidaktaatan ini membawa mereka? Kepada kehancuran, bukan pengharapan (22). Tidak ada pengharapan di Mesir kecuali dalam ketaatan kepada Allah.

Ketidaktaatan berdasarkan niat hati untuk tidak taat, memimpin kepada puncak penghukuman. Walau harus diakui taat dengan menjadi orang buangan di Babel memang mengerikan, namun berujung pengharapan.

Renungkan: Ketidaktaatan awalnya memang tidak mengerikan namun berujung maut. Pilihan Anda?

Bacaan untuk Minggu Paskah 5

Kisah Para Rasul 9:26-31

I Yohanes 3:18-24

Yohanes 15:1-8

Mazmur 22:25-31

Lagu: Kidung Jemaat 366

(0.15) (Kis 7:30) (sh: Melepaskan takhta (Rabu, 25 Juni 2003))
Melepaskan takhta

Jika berbicara soal utang, mungkin bangsa Israel berutang paling besar kepada Musa. Tidak ada seorang nabi pun yang pernah mendampingi dan memimpin Israel di padang gurun selama 40 tahun. Bukan waktu yang singkat dan bukan tugas yang mudah. Namun, pada masa hidupnya, Musa tidak menerima penghargaan atas jerih payahnya, ia malah sering menerima ancaman dan celaan dari umatnya. Bukannya kepatuhan, melainkan penolakan yang acapkali diterimanya. Bangsa Israel tidak merasa berutang, baik kepada Musa maupun kepada Tuhan yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir.

Dari mulut Musalah keluar nubuat tentang kedatangan Mesias, "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan" (Ul. 18:15). Namun, perkataan nabi Tuhan ini seperti angin lalu di telinga orang Israel. Alih-alih mendengarkan nubuat Musa untuk masa yang akan datang, mendengarkan perkataan Musa untuk masa itu saja sudah sulit. Kecenderungan mereka adalah menolak Allah dan kesenangan mereka ialah menyembah dewa-dewa lain.

Mengapakah sukar bagi mereka, mungkin juga bagi kita untuk mematuhi Allah? Kuncinya terletak pada kata "menyembah" yang berarti menundukkan diri di bawah kuasa dan kehendak obyek yang kita sembah. Menyembah mengandung makna mengosongkan diri dan menyerahkan hak atas diri kepada obyek yang kita sembah sehingga pada akhirnya kita berubah menjadi obyek dan Ia menjadi subyek. Kita sering tergoda untuk lebih percaya pada pertimbangan sendiri. Tuhan meminta kita untuk mempercayai-Nya dan menyerahkan takhta hidup kita kembali kepada-Nya. Di sinilah penyembahan menemukan makna sejatinya.

Renungkan: Percaya dan patuh tetap merupakan resep yang tidak pernah usang untuk hidup bahagia dalam Kristus.

(0.13) (Ul 14:26) (full: ANGGUR ATAU MINUMAN YANG MEMABUKKAN ... ENGKAU DAN SEISI RUMAHMU. )

Nas : Ul 14:26

Ayat ini berkenaan dengan kesempatan khusus untuk ibadah dan ucapan syukur yang diikuti seluruh rumah tangga, termasuk laki-laki, wanita, pemuda dan anak-anak. Kata Ibrani yang dipakai di sini untuk "anggur" (_yayin_) dapat menunjuk pada sari anggur beragi dan sari anggur tidak beragi. Kata Ibrani untuk "minuman yang beragi" (_shekar_) dapat diterjemahkan "minuman yang manis"

(lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN LAMA

untuk keterangan terinci mengenai arti kedua kata Ibrani ini). Terjemahan ini meniadakan kesulitan yang mengusulkan bahwa orang dewasa dan anak-anak diperintahkan untuk menyembah Allah dengan minum minuman yang membuat kecanduan dan memabukkan. Setiap usaha untuk menafsirkan ayat ini dengan benar harus mempertimbangkan hal-hal berikut.

  1. 1) Tujuan dari kebaktian penyembahan itu ialah agar "belajar untuk selalu takut akan Tuhan, Allahmu" (ayat Ul 14:23). Supaya menyembah Allah dengan tepat dan belajar takut akan Dia, kita perlu senantiasa waspada dan menguasai diri

    (lihat cat. --> Ef 5:18;

    lihat cat. --> 1Tes 5:6;

    [atau ref. Ef 5:18; 1Tes 5:6-8]

    lihat art. TAKUT AKAN TUHAN).

    Perhatikan bahwa Allah menuntut pantangan mutlak dari minuman-minuman memabukkan supaya membedakan yang kudus dengan yang cemar, untuk mengajarkan perintah-perintah-Nya dengan benar (Im 10:9) dan memastikan bahwa kita tidak melupakan hukum Allah dan melakukan kesalahan

    (lihat cat. --> Ams 31:4-5).

    [atau ref. Ams 31:4-5]

  2. 2) Para imam Lewi harus hadir pada kebaktian penyembahan ini (ayat Ul 14:27-29). Allah memerintahkan para imam ini untuk berpantang minum minuman yang memabukkan (dengan ancaman hukuman mati) sementara bertugas sebagai imam (Im 10:9). Sangatlah bertentangan dengan sifat kudus Allah untuk membiarkan para penyembah meminum minuman memabukkan ketika bersama dengan para imam.
  3. 3) Sifat dari perayaan ini ialah perayaan panen ketika dipergunakan hasil bumi yang masih segar (versi Inggris NIV -- "anggur baru") (ayat Ul 14:23); hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sari anggur segar.
  4. 4) Penemuan modern bahwa minuman beralkohol merusak janin kiranya juga harus dipertimbangkan sebelum beranggapan bahwa Allah yang mahatahu memberkati, mengizinkan, atau memerintahkan ayah, ibu, dan anak-anak Israel untuk "bersukaria" di hadapan-Nya sambil minum minuman yang memabukkan

    (lihat cat. --> Ams 23:31;

    [atau ref. Ams 23:31]

    lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2)).

(0.13) (Im 19:1) (sh: Kudus dalam segala segi kehidupan (Sabtu, 21 September 2002))
Kudus dalam segala segi kehidupan

Sekilas membaca bagian ini langsung Anda merasakan betapa luas hal-hal yang diatur Tuhan di sini. Bisa-bisa malah Anda merasa bingung apa saja yang harus diperhatikan dalam daftar peraturan ini. Perhatikanlah hal-hal berikut Anda akan menemukan suatu pola. Pertama, perhatikan ungkapan, “Akulah Tuhan (Allahmu)”. Seluruh pasal ini dapat kita kelompokan menurut ungkapan tersebut yang mengunci tiap bagian. Kedua, perhatikan gema isi hukum-hukum ini dengan sepuluh Hukum , dan dengan hukum kasihi sesama manusia. Anda akan menemukan bahwa pada intinya semua hukum ini adalah Allah ingin mengatur agar seluruh segi kehidupan umatNya kudus adanya.

“Kuduslah kamu” inilah inti dari seluruh isi uraian berikutnya. Alasan untuk hidup kudus didalam segi kehidupan adalah karena Tuhan Allah kudus adanya (ayat 2). Kekudusan pertama tama harus dipraktikan di dalam hubungan-hubungan keluarga (ayat 3). Kedua, di dalam memelihara hukum Sabat (ayat 3b). Ketiga, dengan tidak menyembah berhala (ayat 4) dan mengikuti aturan tentang ibadah (ayat 5). Keempat, dengan memperhatikan kebutuhan sesama kita (ayat 9-11) dan menghormati hak dan hidup sesama kita (ayat 12-18). Hal ini kita penuhi dengan memberlakukan keadilan , dan kasih. Kelima, dengan menghormati ciri-ciri khas yang telah Tuhan ciptakan (ayat 19-24). Keenam, dengan memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan untuk berbuah dewasa baru di petik hasilnya (ayat 25-26). Ketujuh, dengan tidak meniru kebiasaan orang-orang kafir (ayat 27-31), khusunya tidak mempraktekkan pelacuran bakti (ayat 29-30) dan okultisme (ayat 31). Kedelapan, dengan menghormati orang tua usia (ayat 32), dan akhirnya dengan menunjukan kasih dan keadilan pada sesama manusia dan didepan pengadilan (ayat 33-36). Bagaimanakah kita menerapkan hukum-hukum ini untuk masa kini? Tentu tidak semua rinci hukum-hukum ini masih mengikat untuk kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru. Namun prinsip dari hukum-hukum ini harus terus kita taati.

Renungkan: Ibadah dan iman harus terjelma didalam moralitas hidup kita sehari-hari, baik di dalam hubungan kita dengan sesama maupun di dalam sikap kita terhadap pekerjaan atau benda.

(0.13) (Yoh 20:11) (sh: Arti kebangkitan Yesus (Senin, 1 April 2002))
Arti kebangkitan Yesus

Maria Magdalena menangis karena kasihnya kepada Yesus. Saat itu malaikat di depannya dan Yesus sendiri di belakangnya. Baik ucapan malaikat maupun sabda Tuhan Yesus menekankan belas kasih terhadap Maria. Jawaban Maria menunjukkan imannya kepada Yesus meski dalam keterbatasannya ia berpikir Yesus sudah mati. Tetapi, Yesus yang sama tetap adalah “Tuhan” baginya (ayat 13). Semula Yesus dianggapnya salah seorang tukang kebun Yusuf Arimatea (ayat 14-15). Tetapi, begitu Yesus menyebut namanya, segera ia mengenali Yesus dan memanggil-Nya sebagai Guru (ayat 16). Kesedihan betapa pun dalamnya tidak akan selamanya membutakan sebab Maria sungguh adalah domba Yesus yang mengenali suara Gembalanya (Yoh. 10:3-4).

Semula Maria berpikir bahwa sifat hubungannya dengan Yesus akan sama seperti ketika Yesus belum mati. Tetapi, penjelasan Tuhan menandaskan terjadinya perubahan radikal dalam hubungan tersebut yang juga berakibat dalam hubungan mereka dengan Bapa. Pertama, isyarat itu Yesus berikan dalam respons-Nya terhadap sentuhan Maria. Mungkin saat itu Maria memegang lengan Yesus atau bertelut memegang kaki Yesus. Tetapi, Yesus melarangnya untuk terus memegangi-Nya demikian. Yesus mengisyaratkan bahwa Dia harus kembali kepada Bapa ke dalam status kekal-Nya. Maka, Maria tidak bisa menahan-Nya agar tetap di dunia seperti sebelum Ia bangkit. Kini Maria dijadikan utusan (rasul) yang mewartakan kebangkitan Yesus kepada para rasul. Betapa terhormat posisi Maria, menjadi pengantara berita kebangkitan kepada para rasul yang belum tahu atau belum percaya tentang hal itu. Kedua, Yesus menegaskan untuk pertama kalinya ungkapan penting yang bersifat kristologis, yang berakibat secara soteriologis. “Aku akan kembali kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu” (ayat 17). Keunikan hubungan diri-Nya dengan Bapa dan kebangkitan-Nya membuat para pengikut- Nya memiliki hubungan anak-bapa dengan Bapa di surga dan menjadi para saudara Kristus (ayat 17). Ketiga, kenaikan Yesus ke surga juga merupakan sumber sukacita bagi para murid-Nya sebab menyatakan bahwa Ia berhasil memenuhi rencana Bapa dan kemenangan itu dapat mereka cicip dengan hadirnya Roh Kudus (ayat 16:7).

Renungkan: Pengenalan akan Dia yang bangkit berdampak luas atas hidup kita.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA