| (0.23223161666667) | (Luk 15:1) |
(sh: Di hadapan Allah, manusia sangat berharga (Jumat, 31 Maret 2000)) Di hadapan Allah, manusia sangat berhargaDi hadapan Allah, manusia sangat berharga. Dalam memberikan penghargaan kepada sesamanya, manusia cenderung menghargai sesamanya bukan berdasarkan hakikatnya sebagai manusia yang mempunyai harkat. Tetapi penghargaan itu seringkali berdasarkan apa yang ia punyai, prestasi yang dicapai, dan kontribusi yang ia berikan. Oleh karena itu, manusia pun terjebak dalam kompetisi untuk berkarya setinggi-tingginya sampai menjadi seorang manusia yang mempunyai kekayaan, kedudukan, dan sekaligus menjadi dermawan. Yesus tidak demikian. Ia tidak sekadar bercakap-cakap dengan orang berdosa, bahkan ia makan bersama-sama dengan mereka, yang dalam tradisi Yahudi makan bersama menunjukkan suatu hubungan yang akrab atau saling menghargai satu dengan yang lain. Para Farisi dan ahli Taurat mengecam-Nya sebagai Seorang yang terlalu berkompromi dalam soal moralitas, karena bagi mereka akrab atau berdekatan dengan orang berdosa adalah najis. Yesus menjelaskan dasar tindakan-Nya dengan tiga buah perumpamaan sekaligus yang mempunyai tema sama. Dengan menceritakan perumpamaan yang sedemikian, Yesus paling tidak mem-punyai dua maksud. Pertama, Ia mengekspresikan kesungguhan dan keseriusan atas penjelasan tentang sikap-Nya terhadap orang berdosa. Kedua, Ia rindu agar orang Farisi, ahli Taurat, dan semua pengikut-Nya meneladani- Nya. Ketiga perumpamaan itu mengungkapkan bahwa baik dirham (1 hari gaji buruh), domba, dan anak bungsu, masing-masing mempunyai nilai yang tak terhingga bagi pemiliknya. Nilai itu timbul bukan dari apa yang dapat mereka lakukan atau jumlah mereka karena hanya satu yang hilang, namun timbul dari hakekat mereka masing- masing. Karena itulah ketika kembali ditemukan, meluaplah sukacita pemiliknya, sampai mengajak orang-orang lain pun bersukacita. Nilai manusia terletak pada hakekatnya sebagai makhluk yang telah diciptakan serupa dan segambar dengan Sang Pencipta Yang Agung. Renungkan: Kristen harus memakai perspektif Yesus ketika bersikap kepada koleganya, karyawannya, pembantu rumah tangganya, pengemis, dan anak jalanan, bahkan para eks narapidana sekalipun. Siapa pun mereka, mereka adalah makhluk yang menjadi objek Kasih Allah juga. |
| (0.23223161666667) | (Luk 20:27) |
(sh: Yesus membentangkan kebenaran Allah (Kamis, 25 Maret 2004)) Yesus membentangkan kebenaran AllahYesus membentangkan kebenaran Allah. Setelah para pemimpin agama Yahudi dibungkamkan oleh Yesus dengan jawaban-Nya (ayat 20-26), tampillah orang Saduki yang lebih dikenal sebagai kelompok yang berpemahaman rasional. Perikop ini mengisahkan bagaimana Yesus menjawab pertanyaan yang rasional dari kelompok orang Saduki. Mereka mengenal tradisi kawin mawin di antara orang Yahudi. Seorang janda yang tujuh kali kawin dan semua suaminya meninggal, maka siapakah kelak yang berhak menjadi suaminya pada kebangkitan orang mati nanti? (ayat 27-33). Mereka bertanya untuk semata-mata menjerat Yesus. Kemampuan Yesus menjawab pertanyaan kaum rasionalis bukan saja mempertunjukkan pengetahuan-Nya akan Taurat dan semua peraturan dalam masyarakat Yahudi, tetapi juga otoritas ilahi-Nya. Jawaban Yesus membentangkan kebenaran Allah yang hidup (ayat 38). Yesus menegaskan bahwa hal kawin mawin itu hanya terjadi dalam hidup yang sementara ini. Yesus mengetahui bahwa kaum Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Jawaban Yesus itu sekaligus merupakan ajakan bagi kaum Saduki untuk percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang mati. Bahkan dengan cara itu Yesus hendak menuntun mereka untuk percaya kepada-Nya, sebagai Allah yang hidup yang hadir di tengah-tengah mereka (ayat 34-37). Lalu bagaimana reaksi mereka terhadap jawaban Yesus itu? Sebenarnya tidak beralasan manusia menguji kebenaran Allah berdasarkan pikiran manusia belaka. Para ahli Taurat memuji Yesus bukan karena percaya kepada-Nya, tetapi mereka hendak merendahkan ketidakmampuan orang Saduki menjebak dan menjerat Yesus (ayat 39-40). Renungkan: Setiap Kristen perlu mawas diri untuk tidak terjatuh ke dalam pandangan kelompok Saduki yang tidak percaya akan kuasa dan kedaulatan Allah dalam hidup kita kini dan yang akan datang. |
| (0.23223161666667) | (Luk 21:29) |
(sh: Berjaga dan berdoa (Senin, 29 Maret 2004)) Berjaga dan berdoaBerjaga dan berdoa. Sudah jelas dikatakan bahwa keda-tangan Yesus kedua kali tidak diketahui oleh siapapun. Namun, manusia selalu berspekulasi tentang waktu kedatangan-Nya. Sebenarnya apa yang harus dilakukan oleh para murid untuk berjaga-jaga? Pertama, berjaga-jaga diisi bukan dengan pesta pora dan kemabukan (ayat 34), melainkan dengan tetap sadar dan hidup yang benar dan mulia. Berjaga-jaga bukanlah suatu aktivitas yang diisi dengan usaha-usaha spekulasi yang menghitung-hitung kapan tepatnya kedatangan Yesus yang kedua kali. Berjaga-jaga berarti percaya dan taat penuh kepada firman-Nya (ayat 32-33). Kedua, berjaga-jaga haruslah diisi dengan berdoa (ayat 36). Dalam hal ini berdoa memiliki multi arti, yaitu berdoa berarti menyadari diri tidak sanggup berjaga-jaga dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan bersandar pada kekuatan dari Allah. Berdoa, berarti mempercayakan hidup di saat-saat penantian ini dengan tetap percaya bahwa Allah akan menjaga dan mencukupkan kebutuhan hidup mereka. Berdoa menyebabkan mereka tidak tergoda untuk menyangkali imannya ketika harus menghadapi persoalan di masa penantian ini. Berdoa, berarti berjaga-jaga dengan penuh kewaspadaan, mendapatkan kekuatan Allah untuk bertahan bahkan luput dari semua yang harus terjadi di saat-saat penantian itu. Berjaga-jaga dan berdoa berjalan bersama-sama. Murid-murid Tuhan dapat bertahan sampai Tuhan datang bila hidup mereka berjaga-jaga dan berdoa. Demikian juga dengan kita, murid-murid Tuhan masa kini. Kita harus menata hidup kita dan doa kita sehingga saat sebelum Tuhan datang, di mana penderitaan akan semakin menjadi-jadi, kita tetap setia. Ketika Tuhan datang, kita boleh berdiri menyambut-Nya (ayat 36). Untuk dilakukan: Berjaga dan berdoa berarti hidup benar, sesuai kehendak-Nya, dan bersandar penuh kepada pertolongan-Nya. |
| (0.23223161666667) | (Luk 22:39) |
(sh: Malam gelap jiwa (Sabtu, 28 Maret 2015)) Malam gelap jiwaJudul: Malam gelap jiwa Yesus pun mengalami malam gelap jiwa di taman Getsemani. Malam gelap yang dialami Yesus berbeda dengan malam gelap para tokoh iman lainnya. Malam gelap Yesus adalah cawan yang berisi murka Allah dan dosa umat manusia. Ia tahu kengerian seperti apakah yang akan diderita oleh-Nya. Ia tidak sanggup, jika jiwa-Nya untuk sementara waktu harus berpisah dari dekapan Bapa Surgawi. Di taman Getsemani, Yesus menapaki jalan sengsara di mana Ia akan merasakan ketidakhadiran Bapa dalam seluruh penderitaan yang dialami-Nya. Ketidakhadiran Bapa merupakan lorong gelap yang harus dijalani-Nya seorang diri. Hal ini membuat ia memohon tiga kali, tetapi Bapa hanya diam seribu bahasa (bdk. Mat. 26:36-46). Begitu hebatnya malam gelap jiwa Yesus, sampai setiap tetesan keringat yang jatuh dilukiskan seperti tetesan darah (43-44). Malam gelap ini mencapai puncaknya, saat Yesus berteriak mengapa Bapa meninggalkan dirinya sendirian di kayu salib (Mat. 27:46). Pergumulan hebat yang Yesus alami membuat tiga orang murid-Nya tak kuasa menahan kantuk (46). Di akhir pergumulan itu, Yesus memilih patuh pada kehendak Bapa-Nya (42, 45). Yesus mengerti malam gelap jiwa yang kita alami. Ia juga tahu betapa tidak mudahnya bertahan dalam kondisi seperti itu. Ia menawarkan tangan dan bahu-Nya bagi kita sebagai sandaran. Serahkanlah semua kepingan pergumulan kepada-Nya, dan Ia akan merajut-Nya bagi kebaikan kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
| (0.23223161666667) | (Yoh 2:1) |
(sh: Bertumbuh dalam kemuliaan (Jumat, 28 Desember 2001)) Bertumbuh dalam kemuliaanBertumbuh dalam kemuliaan. Jika kita berbicara tentang iman yang semakin dalam dan kuat, apakah sebenarnya yang kita maksudkan? Apakah hanya sebatas semakin banyaknya informasi yang kita serap dan kuasai? Hari ini kita akan merenungkan apa artinya iman yang semakin bertumbuh. Jika pada peristiwa sebelumnya kesaksian disampaikan melalui perkataan, maka dalam teks hari ini kita melihat bahwa kesaksian juga disampaikan melalui perbuatan. Dalam sebuah pesta pernikahan di Kana, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 11). Yesus bersaksi melalui perbuatan, yakni dengan mengubah air menjadi anggur (ayat 9). Ia bersaksi kepada pelayan-pelayan dan juga orang-orang yang hadir dalam pesta perkawinan. Tetapi, tidak dinyatakan bahwa mereka, sebagai akibatnya, menjadi percaya pada Yesus dan kemudian melihat kemuliaan-Nya. Mereka gagal melihat kemuliaan Yesus. Apakah artinya melihat kemuliaan Yesus? Jika kita mengingat janji Yesus seperti tertera dalam 1:50-51, maka dapat dikatakan bahwa melihat kemuliaan Yesus identik dengan mengalami hadirat Allah. Melihat surga terbuka dan melihat malaikat- malaikat Allah turun-naik kepada Yesus merupakan pernyataan kehadiran Allah. Pada peristiwa sebelumnya, dinyatakan bahwa murid-murid telah percaya pada Yesus (ayat 1:35-51). Mengapa dalam ayat 11 dikatakan murid-murid percaya pada Yesus? Peristiwa di Kana bukanlah awal kelahiran iman murid-murid pada Yesus. Peristiwa ini memperlihatkan pendalaman iman. Iman murid-murid bertumbuh semakin dalam melalui dan oleh peristiwa di Kana. Ini sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sebelumnya (ayat 1:50-51). Melihat kemuliaan Yesus menyebabkan iman murid-murid bertumbuh. Mereka yang percaya pada Yesus selanjutnya akan menikmati persekutuan bersama- Nya, mengalami hadirat Allah. Melihat kemuliaan Yesus berarti mengalami hadirat Allah. Inilah artinya iman yang bertumbuh. Renungkan: Setiap manusia yang percaya pada Yesus akan melihat kemuliaan-Nya (ayat 1:14). Belajarlah peka melihat kemuliaan- Nya dalam hidup Anda. Ucapan syukur Anda bisa jadi merupakan tanda bahwa iman Anda bertumbuh. |
| (0.23223161666667) | (Yoh 11:17) |
(sh: Akulah kebangkitan dan hidup (Minggu, 3 Maret 2002)) Akulah kebangkitan dan hidupAkulah kebangkitan dan hidup. Lazarus telah mati selama 4 hari ketika Yesus tiba. Tentu mayatnya sudah membusuk. Ketika Ia tiba di sana, baik Marta maupun Maria menyayangkan keterlambatan Yesus (ayat 21,32). Marta percaya akan kebangkitan orang mati di akhir zaman (ayat 24) dan bahwa permintaan Yesus akan dikabulkan Allah (ayat 22). Namun, iman Marta tetap tidak jelas sebab kata “minta” yang dipakainya sama dengan kata yang dipakai secara umum untuk doa orang banyak, bukan kata “doa” yang dipakai Yesus dalam doa-Nya. Meski demikian, ada iman sejati dalam mereka. Yesus memimpin mereka agar memahami bahwa Ia sendirilah kebangkitan dan hidup. Ia tidak saja berbicara bahwa Ia bisa membangkitkan orang mati atau tentang kebangkitan di akhir zaman. Ia menyatakan diri-Nya sebagai pembangkit rohani dan jasmani, kini dan kelak. Di depan kubur Lazarus, Yesus menjadi masygul. Arti kata itu secara harfiah dalam Yunaninya adalah marah. Jadi, Yesus bukan sekadar sedih seperti manusia biasa. Memang ia menangis sebab ia bersimpati dengan kesedihan Marta dan Maria. Tetapi, mengingat pusat perhatian kisah ini adalah pada hidup, arti paling tepat adalah Yesus marah terhadap “maut”, musuh hidup yang terdahsyat. Itu sebabnya Yesus marah karena maut telah mencengkeram Lazarus. Ia pun bersedih bersama mereka yang menangis karena kasih-Nya. Yang Yesus buat kemudian adalah puncak dari mukjizat-mukjizat- Nya. Dengan firman-Nya, Yesus bukan saja menghidupkan Lazarus, namun juga memulihkan jasad yang busuk itu. Ini menyatakan bahwa Ia tidak sekadar berbuat mukjizat. Ia menciptakan yang baru dari hidup yang sudah tiada. Renungkan: Bila firman sang kebangkitan telah berseru ke dalam hidup kita, tiada lagi tanda-tanda kematian mampu bertahan dalam kita. Bacaan untuk Minggu Sengsara 4 Lagu: Kidung Jemaat 367 |
| (0.23223161666667) | (Yoh 18:38) |
(sh: Tak ada kesalahan (Kamis, 28 Maret 2002)) Tak ada kesalahanTak ada kesalahan. Pilatus tak menemukan kesalahan pada Yesus karena Dia memang tak bersalah (ayat 38). Tetapi, orang Yahudi tetap meminta supaya Dia dihukum mati (ayat 40). Karena untuk Pilatus pertimbangan keamanan dan stabilitas politik jauh lebih utama maka ia rela mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebenaran, bahkan menumpas hati nuraninya sendiri. Itulah jahatnya kuasa bila tidak dikontrol oleh kebenaran. Maka, mulailah penyesahan itu. Yesus dicambuki, dicaci, dipermalukan. Pernahkah Anda dipermalukan dengan cara ini? Pernahkah muka Anda diludahi? Tuhan pernah! Itu semua demi untuk menyelamatkan kita. Itulah pengorbanan-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Kita mendapatkan selamat, Tuhan yang menderita. Padahal sebenarnya tak satu pun dari kita layak beroleh kebaikan Tuhan itu. Dia rela berkorban menebus hidup orang-orang jahat seperti kita dengan sengsara-Nya. Dari kerelaan berkorban pada Yesus inilah mengalir keajaiban sikap Kristen yang bersedia berkorban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain. Memilih yang salah. Barabas yang salah dibebaskan, tetapi Yesus yang tidak salah harus disalibkan. Sulit dipahami, mengapa orang lebih suka memilih yang salah daripada yang benar. Tetapi, itulah kenyataan dunia. Yang salah, namun memuaskan diri, lebih disenangi daripada yang benar, tetapi tidak memuaskan nafsu angkara murka. Pilihan yang salah memang mungkin membuat kita senang, cuma kesenangannya hanya sesaat. Setelah itu kehancuran hebat akan segera menyusul. Pilihan untuk memuaskan kebanggaan diri dan pembalasan dendam selalu membawa pada pilihan yang salah. Tetapi, di sinilah indahnya dan ajaibnya rencana dan karya Allah. Keputusan salah manusia menjadi pelaksanaan dari rencana dan keputusan Ilahi. Bila demikian halnya, apakah pengkhianatan Yudas dan keputusan jahat para pemimpin Israel dan Pilatus menjadi benar karena melalui mereka rencana Allah telah digenapi? Tidak! Rencana Allah berjalan melalui mereka, tetapi mereka sadar ketika melakukan kejahatan itu dan bertanggung jawab atasnya sebab manusia bukan boneka. Renungkan: Kita harus menyambut rencana Allah secara aktif supaya kita menjalani rencana-Nya di pihak-Nya. |
| (0.23223161666667) | (1Kor 15:20) |
(sh: Faedah buah sulung (Kamis, 2 Oktober 2003)) Faedah buah sulungFaedah buah sulung. Kristus telah bangkit sebagai yang sulung menurut urutan kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang telah meninggal namun telah menjadi milik-Nya akan dibangkitkan kemudian. Yang dimaksud adalah waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, Kristus datang sebagai Raja dalam pemerintahan-Nya. Ia adalah Raja yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya. Ia menjadi Raja hingga musuh terakhir dibinasakan yaitu maut. Kristus juga adalah Anak yang menaklukkan diri-Nya di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah, Sang Pencipta dan Penguasa menjadi semua di dalam semua (ayat 20-28). Demikianlah Paulus menguraikan arti kebangkitan yang benar kepada jemaat. Ada dua alasan bagi Paulus yang menganggap penting baginya memberikan pemahaman yang benar tentang kebangkitan. Pertama, tujuan dan manfaat baptisan bagi orang mati merujuk pada penggunaan simbol partisipasi Kristen dalam kehidupan kekal. Kedua, menjadi martir tiap-tiap hari dalam menghadapi bahaya maut demi pemberitaan injil. Pengharapan yang mendalam tentang apa yang kita percaya dan beritakan, akan menjadikan baptisan berfaedah dan menjadi martir tidak sia-sia. (ayat 29-32) Demi mempertahankan kepercayaan pada kebangkitan Kristus yang membawa faedah itu, maka tugas orang-orang Kristen pada masa kini adalah bijak dalam menikmati kehidupan sekarang. Hedonisme dan pergaulan buruk yang mencakup pergaulan bebas dan perbuatan-perbuatan dosa harus segera dibuang dan ditinggalkan. Sebaliknya, nantikan kehidupan kekal yang kita harapkan dengan mawas diri terhadap dosa dan berusaha terus untuk hidup dalam pengenalan yang benar tentang Allah (ayat 33-34). Renungkan: Memberi diri dibaptis dan menjadi martir demi faedah buah sulung tidak akan sia-sia. |
| (0.23223161666667) | (Flp 2:5) |
(sh: Teladan Kristus (Kamis, 27 Mei 2004)) Teladan KristusTeladan Kristus. Setelah berbicara tentang kesatuan tubuh Kristus, Paulus menutup bagian ini dengan mengacu kepada teladan Kristus. Teladan Kristuslah yang menjadi acuan untuk kesatuan tersebut. Teladan Kristus itu adalah pengosongan diri-Nya. Sebelum kita menelusuri nasihat Paulus, marilah kita bayangkan apa konsekuensi yang harus Kristus tanggung ketika Ia memanusia. Ia mengosongkan diri. Mengapa disebut mengosongkan diri? Karena dalam sepanjang hidup dan masa pelayanan-Nya selama tiga setengah tahun di bumi, Dia yang sekalipun adalah Allah yang sejati, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (ayat 6). Kristus menjadi sama dengan manusia, bahkan dalam rupa seorang hamba. Dia sebagai Allah yang tidak terbatas harus dilahirkan sebagai seorang manusia yang sangat terbatas, bahkan menjadi bayi kecil lahir di kandang hina. Kita sulit mengerti pengosongan diri ini. Mungkin ilustrasi ini sedikit membantu. Ketika orang dewasa berusaha berkomunikasi dengan anak kecil, ia harus 'mengosongkan diri', berbicara dalam bahasa mereka, menanggalkan segala 'kemuliaan dan kebesaran' diri sebagai orang yang 'di atas'. Ini terbatas menggambarkan pengosongan diri Kristus! Dialah Pencipta yang masuk ke dunia dan membatasi diri dengan menjadi manusia ciptaan. Bahkan, bukan hanya mengosongkan diri, Ia melangkah lebih rendah menjadi hamba dan mati menanggung penderitaan dan aib tak terperi. Inilah cara Allah membawa manusia masuk dalam kepenuhan-Nya melalui penyangkalan dan pengorbanan-Nya agar orang mendapatkan berkat dan anugerah Tuhan. Semangat dan prinsip sama berlaku pula bagi warga gereja. Kristus telah membayar harga yang termahal yang dapat dilakukan dengan menyerahkan nyawa-Nya sendiri di atas kayu salib menjadi tebusan bagi banyak jiwa. Doa: Hiduplah penuh dalamku ya Yesus, agar hidupku mampu menapaki ulang langkah-langkah hidup-Mu. |
| (0.23223161666667) | (Kol 1:21) |
(sh: Jangan memusuhi Allah! (Selasa, 15 Mei 2012)) Jangan memusuhi Allah!Judul: Jangan memusuhi Allah! Banyak orang mengira bahwa kejahatan hanyalah sesuatu yang dikaitkan pada aspek perbuatan saja. Artinya, sesuatu yang benar-benar jahat di mata Allah adalah hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan jahat seperti membunuh, mencuri, merampok, korupsi, dan lain sebagainya. Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa kejahatan terhadap sesama manusia adalah juga perbuatan yang terkait dengan sikap kita terhadap Allah Pencipta (Mat. 25:40). Memusuhi manusia atau tidak mengasihi sesama adalah sikap yang pada hakikatnya memusuhi Allah juga (21). Namun sebenarnya sikap memusuhi Allah dapat pula terjadi di dalam hati kita, yaitu ketika kita memilih untuk melakukan segala sesuatu yang semata-mata sesuai dengan kehendak hati kita sendiri, tanpa peduli apa yang menjadi kehendak hati Allah. Contohnya, adalah: ketika kita berusaha mengejar keselamatan menurut cara kita sendiri dan bersikeras menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka pada dasarnya kita juga sedang memusuhi Allah. Aspek kejahatan memang begitu luas dan kita pernah memusuhi Allah melalui ketidakpercayaan kita. Namun, syukur pada Allah karena Kristus telah mendamaikan kita dengan Allah (22). Hanya di dalam kuasa dan kasih Kristus itulah sikap memusuhi Allah itu dapat diselesaikan. Titik balik dari keadaan memusuhi Allah menjadi umat yang taat kepada-Nya disebut dengan pertobatan. Kini sebagai orang-orang yang sudah bertobat kita harus berpegang teguh pada pengharapan Injil. Kita memiliki jaminan keselamatan maka kita bisa bergiat mengabarkan kabar pendamaian itu kepada semua orang dan mewujudkan pendamaian itu dengan saling mengasihi. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
| (0.23223161666667) | (Ibr 3:7) |
(sh: Ketegaran hati yang membinasakan (Jumat, 22 Juli 2005)) Ketegaran hati yang membinasakanKetegaran hati yang membinasakan Apa yang akan terjadi pada seorang anak yang bebal bila tidak ada yang menghajar dan mendidiknya secara benar? Anak seperti itu akan bertumbuh menjadi seorang dewasa yang berperangai keras kepala dan tidak tunduk pada otoritas. Ia hanya akan menjadi pengacau masyarakat. Perilaku umat-Nya, bangsa Israel terhadap Allah pada masa lampau bagaikan seorang anak yang bebal. Mereka telah melihat dan mengalami kuasa Allah, namun tetap menolak percaya kepada-Nya. Kutipan Mazmur 95:7-11 di nas ini dan perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menunjukkan ketegaran hati mereka (ayat 7-11). Sikap inilah yang membuat Allah murka kepada mereka serta tidak mengizinkan mereka masuk ke Tanah Perjanjian untuk menikmati semua janji dan kemurahan-Nya. Cara penulis Surat Ibrani mengutip Perjanjian Lama menunjukkan bahwa suratnya itu ditujukan kepada para pembaca Yahudi (ayat 16-19). Tujuannya menjadikan ketegaran hati Israel yang menuai murka Allah ini sebagai contoh agar para pembaca suratnya jangan ikut menegarkan hati. Ketegaran hati berasal dari hati yang jahat dan yang menolak percaya pada Yesus. Ketegaran hati ini dapat membuat seseorang menjadi murtad (ayat 12). Penulis tidak menginginkan akibat ini terjadi pada para pembaca suratnya karena mereka telah menjadi milik Yesus (ayat 14-15). Tidak sedikit orang yang mengaku Kristen, namun tidak memercayai Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat meskipun ia telah mengalami kuasa, kemurahan, dan kasih Allah. Orang seperti ini menganggap percaya kepada Yesus karena iman dan akan menerima hidup kekal sebagai akibatnya merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Orang seperti ini akan sangat mudah berpaling dari Tuhan Yesus kepada hal-hal dunia yang menawan hatinya. Camkan: Yesus Kristus tanpa pamrih telah memberi diri-Nya untuk keselamatan kita. Iman asal-asalan kita kepada-Nya adalah sikap menghina Dia. |
| (0.23223161666667) | (Ibr 4:14) |
(sh: Setia seperti Kristus (Rabu, 26 Oktober 2005)) Setia seperti KristusSetia seperti Kristus Dengan kekuatan diri sendiri, tidak seorang pun sanggup setia kepada Allah. Tantangan dan godaan yang berat dapat menyebabkan seseorang tidak setia. Itu juga yang dialami oleh umat Israel. Oleh karena itu, Allah menyediakan perangkat keimaman dan seorang imam besar untuk menolong umat-Nya bertahan setia baik dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian maupun ketika mereka sudah tiba di sana. Imam besar berfungsi mewakili umat manusia yang lemah dan berdosa untuk mendapatkan pendamaian dari Allah (ayat 5:1-2). Seorang imam besar harus mendamaikan dirinya terlebih dahulu dengan Allah sebelum ia menjadi pengantara bagi umat Allah (ayat 2-3). Meski memiliki kelemahan, oleh pemeliharaan Allah imam besar itu telah berperan memberikan andil yang besar bagi umat Israel sehingga mereka tetap setia kepada-Nya. Penulis surat Ibrani kini memperkenalkan Kristus sebagai Imam Besar Agung yang melebihi para imam besar yang pernah memimpin kehidupan rohani umat Israel. Jauh melampaui Harun dan keturunannya yang ditetapkan Allah untuk menjadi imam besar, Kristus telah dipilih Allah untuk menjadi pengantara umat manusia dengan Allah. Dalam segala hal, Ia mampu menyelami dan mengerti penuh pergumulan umat Israel dan kelemahan mereka (ayat 4:15), bahkan Ia ikut menangis dan berdoa syafaat kepada Allah bersama dengan umat Israel dalam penderitaan mereka (ayat 5:7). Keunggulan Kristus adalah Ia tidak berdosa dalam ketaatan-Nya menjalankan kehendak Allah (ayat 4:15b; 5:8) sehingga permohonan-Nya didengar dan dikabulkan Allah (ayat 7-10). Pendamaian telah berhasil dilakukan Kristus bagi kita di hadapan Allah. Sekarang, Ia mendampingi kita dalam menghadapi segala persoalan hidup ini. Hal ini merupakan jaminan keselamatan kita, penghiburan, serta kekuatan bagi kita untuk setia sampai akhir kepada-Nya. Renungkan: Ketika Kristus bersama denganku, tidak ada hambatan yang dapat mengugurkan imanku. |
| (0.23223161666667) | (Ibr 6:9) |
(sh: Kepastian keselamatan (Jumat, 28 Oktober 2005)) Kepastian keselamatanKepastian keselamatan Iman yang sejati pasti terwujud melalui ketekunan kasih dan kepastian pengharapan. Walaupun surat Ibrani berisikan teguran keras bagi para pembacanya karena kedangkalan iman mereka, penulis surat ini tetap yakin bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan sejati (ayat 9). Dasarnya bukan perbuatan-perbuatan baik yang mereka perbuat melainkan karena keadilan Allah (ayat 10). Penerima surat Ibrani sudah mengalami pengampunan dosa karena Kristus dan tinggal di dalam Dia maka menurut keadilan Allah mereka adalah anak-anak Allah. Dengan demikian, pekerjaan kasih yang mereka telah lakukan dan terus mereka lanjutkan bagi umat Tuhan adalah bukti mereka sudah diselamatkan. Kini, penulis surat Ibrani mendorong pembaca suratnya untuk mewujudkan kehidupan Kristen secara nyata dengan lebih sungguh. Mereka harus bertahan terhadap penganiayaan yang sedang menimpa mereka, dengan cara memandang akan pengharapan dari janji-janji ilahi yang kelak akan digenapi-Nya (ayat 11-12). Selain itu, mereka harus ingat bahwa para pendahulu mereka sudah memperoleh penggenapan janji tersebut. Sebenarnya, janji Allah itu sudah diberikan-Nya sejak Ia memanggil Abraham, leluhur Israel (ayat 13-15). Sama seperti Abraham percaya dan menaruh harapannya kepada Allah, demikianlah pembaca surat Ibrani harus memercayakan diri kepada-Nya. Kepastian akan penggenapan janji itu menjadi makin teguh sebab Allah sendiri yang menjadi penjaminnya dan Yesus jaminannya (ayat 17-20). Keselamatan sudah dijamin oleh Allah di dalam Kristus Yesus bagi kita. Keselamatan yang Ia berikan itu menyebabkan orang Kristen menjadi pewaris janji Allah. Perbuatan yang harus kita lakukan adalah mempraktikkan perbuatan kasih dalam hidup sehari-hari kepada sesama, bahkan meluas kepada orang-orang yang memusuhi Injil sebagai wujud ungkapan syukur kita akan anugerah-Nya itu. Renungkan: Buktikan iman Anda dengan perbuatan kasih dan kepercayaan penuh kepada-Nya. |
| (0.23223161666667) | (Ibr 12:7) |
(sh: Di balik sebuah penderitaan (Senin, 8 Mei 2000)) Di balik sebuah penderitaanDi balik sebuah penderitaan. Sepanjang sejarah dunia, Kristen selalu mengalami penindasan yang semakin berat dan jahat. Ada tekanan yang datang dari para tetangga maupun pemerintahan setempat. Ada penganiayaan terjadi dalam lingkup lokal maupun nasional. Bagaimana Kristen seharusnya menyikapi keadaan ini? Kristen harus menyikapi penderitaan dan penganiayaan yang dialaminya dari 2 sudut pandang. Pertama, Kristen harus memandang kesulitan dan penderitaan sebagai sebuah disiplin. Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Walaupun Allah tidak memberikan alasan mengapa harus mengalami sebuah penderitaan tertentu, namun Allah menjelaskan secara rinci dan hati-hati tentang apa yang Ia lakukan. Yaitu Allah memperlakukan Kristen seperti seorang ayah yang bijaksana memperlakukan anak-anak-Nya. Allah mendisiplin Kristen demi kebaikannya dan supaya beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Perspektif ini membuat penderitaan yang Kristen alami terasa jauh lebih ringan. Kristen tidak perlu lagi bertanya-tanya apa yang sudah ia lakukan sehingga Allah menghukumnya. Kristen dapat bertahan dan melewati penderitaannya dan keluar sebagai pemenang, karena ia yakin bahwa penderitaannya juga merupakan bentuk ekspresi kasih Allah. Kedua, jika kita meragukan apakah mungkin Allah tega membiarkan anak-anak yang dikasihi-Nya menderita, lihatlah Yesus. Ia telah menderita terlebih dahulu. Yang memimpin dan membawa iman kita kepada kesempurnaan, Yesus Kristus, telah mengalami sebuah penderitaan yang maha dahsyat, walaupun Dia adalah Anak Tunggal Allah. Renungkan: Keyakinan bahwa Allah tetap mengasihi Anda dan mempunyai tujuan yang baik di balik penderitaan itu, merupakan sumber kekuatan untuk terus bertahan di dalam penderitaan. Hanya jangan pernah berharap keuntungan secara ekonomi jika Anda harus kehilangan sebuah pekerjaan. Jangan pernah berharap keuntungan secara kesehatan jika Anda menderita penyakit yang berat. Namun berharaplah keuntungan rohani dari penderitaan yang dialami. Jika kita berserah kepada Allah, Dia akan bekerja di dalam hidup kita dan melalui penderitaan ini kita akan bertumbuh di dalam kekudusan. Bahkan kita akan menuai kebenaran dan damai sejahtera yang sudah disediakan bagi anak-anak-Nya yang sedang mengalami penderitaan. |
| (0.23223161666667) | (Why 2:8) |
(sh: Alfa dan Omega (Selasa, 16 Desember 2003)) Alfa dan OmegaAlfa dan Omega. Kemungkinan jemaat Smirna didirikan oleh Paulus selama perjalanannya yang ketiga, tahun 53-56 (Kis. 19:10). Jemaat di Smirna adalah jemaat yang menderita. Penderitaan yang meliputi beberapa hal: [1] menderita kemiskinan dan dikucilkan dari kehidupan masyarakat umumnya. Ini terjadi karena orang Kristen di kota ini menolak untuk menyembah Kaisar di kuil; [2] korban fitnah. Orang Kristen yang tidak menyembah Kaisar difitnah dan dipojokkan oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang melanggar peraturan. Firman Tuhan menyebut orang-orang Yahudi ini sebagai “jemaah Iblis”, karena pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan Iblis yang mendakwa dan menuduh orang-orang percaya; [3] menderita di penjara. Penjara adalah suatu hukuman yang biasanya berakhir dengan penderitaan yang keempat yaitu kematian. Istilah kesusahan selama sepuluh hari di sini menunjuk kepada periode yang penuh dan tertentu, namun singkat. Polikarpus adalah seorang teladan yang telah menjadi martir akibat kesetiaannya kepada Kristus. Di kota Smirna keputusan untuk menjadi pengikut Kristus sungguh-sungguh merupakan pengorbanan yang nyata, suatu kehidupan yang berisiko. Namun, di tengah-tengah penderitaan ini Yesus Kristus menyatakan diri-Nya sebagai Yang Awal dan Yang Akhir. Dia bahkan mengetahui segala sesuatu yang dialami jemaat-Nya, dan itu berada di bawah kuasa-Nya (ayat 10). Dia adalah Penguasa kekal, yang sesungguhnya, jauh lebih tinggi daripada Kaisar. Dia telah mati tetapi hidup kembali, dan telah mengalami penderitaan sampai batas kematian namun berkuasa mengalahkan kuasa kematian. Renungkan: Hal terindah yang harus kita syukuri adalah bahwa melalui penderitaan itu kemurnian iman kita diuji dan dinyatakan. Bahkan kepada mereka yang setia kepada-Nya sampai batas ajal, akan dikaruniakan mahkota kehidupan. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk berani menderita bagi-Nya. |
| (0.23223161666667) | (Why 12:1) |
(sh: Pergumulan dengan Sang Naga (Kamis, 7 November 2002)) Pergumulan dengan Sang Naga
Pergumulan dengan Sang Naga. Kehadiran Sang Putra membawa kekalahan telak bagi Iblis. Seperti kata Yesus, kedatangan-Nya ke dalam dunia ini laksana seorang yang merampok rumah seorang kuat. Ia menaklukkan Iblis, dan kemudian melalui Injil-Nya, manusia diselamatkan. Meskipun Iblis murka, tetapi ini menjadi pertanda bahwa nasib akhirnya sudah ditentukan dan tinggal menunggu waktu untuk menjalani kekekalan dalam penghukuman ilahi. Itulah sebabnya ia berupaya sekuat tenaga memerangi pengikut setia Kristus. Namun, Allah melindungi umat-Nya, meski mereka tetap harus mengalami berbagai-bagai perjuangan.
Renungkan: |
| (0.22255103333333) | (Rm 3:25) |
(full: DARAH-NYA.
) Nas : Rom 3:25 PB menekankan beberapa kebenaran mengenai kematian Kristus.
|
| (0.22255103333333) | (3Yoh 1:2) |
(full: BAIK-BAIK ... SAJA DALAM SEGALA SESUATU.
) Nas : 3Yoh 1:2 Biasanya, Allah menghendaki bahwa orang percaya itu sehat-sehat dan kehidupan kita disertai berkat-Nya. Dia ingin segala sesuatu beres dengan kita, yaitu bahwa pekerjaan, rencana, maksud, pelayanan, keluarga kita, dsb. berjalan sesuai dengan kehendak dan petunjuk-Nya. Demikianlah, berkat Allah melalui penebusan Kristus dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohani. Mengenai kemakmuran, baik yang jasmaniah maupun yang rohani, Alkitab mengajarkan hal-hal berikut:
|
| (0.21805456666667) | (Yoh 2:3) |
(full: ANGGUR.
) Nas : Yoh 2:3 Kata "anggur" (Yun. _oinos_) dapat menunjuk kepada anggur yang difermentasi atau tidak difermentasi (lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (1) lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2)). Sifat dari oinos ini harus ditentukan oleh konteks dan kemungkinan moral. |
| (0.21805456666667) | (Yoh 18:36) |
(full: KERAJAAN-KU BUKAN DARI DUNIA INI.
) Nas : Yoh 18:36 Mengenai sifat sesungguhnya Kerajaan Kristus dan maksud penebusannya, tiga hal perlu diperhatikan:
|



pada halaman