Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 9421 ayat untuk tidak mengakui (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Luk 17:3) (full: JIKALAU IA MENYESAL, AMPUNILAH DIA. )

Nas : Luk 17:3

Perhatikan hal-hal berikut berkenaan dengan pernyataan Yesus mengenai pengampunan:

  1. 1) Yesus menginginkan agar kita memiliki sikap yang suka mengampuni dan menolong mereka yang bersalah kepada kita, daripada sikap yang membalas dendam atau benci.
  2. 2) Pengampunan dan kerukunan kembali tidak dapat benar-benar terjadi sebelum orang yang bersalah itu mengakui tindakannya yang keliru dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya, Yesus tidak menunjuk kepada kesalahan yang sama yang dilakukan berulang-ulang.
  3. 3) Kita harus rela untuk terus memberi pengampunan jikalau orang yang bersalah itu benar-benar bertobat. Pernyataan Yesus mengenai mengampuni "tujuh kali sehari" tidak dimaksudkan untuk membiarkan dosa yang terbiasa dilakukan. Ia juga tidak bermaksud bahwa orang percaya harus membiarkan seseorang untuk menganiaya atau berlaku kejam kepadanya selama waktu yang tidak terbatas. Sebaliknya, Ia mengajarkan bahwa kita harus memelihara suatu sikap yang selalu siap untuk menolong dan mengampuni orang yang bersalah.
(0.29) (1Sam 26:1) (sh: Keteguhan hati. (Sabtu, 07 Februari 1998))
Keteguhan hati.

Daud berhadapan kembali dengan kesempatan untuk membunuh Saul. Namun Daud tetap teguh pada janjinya, untuk tidak mencelakakan orang yang telah diurapi Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan berurusan dengannya (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">23). Daud bisa bersikap demikian sebab yakin bahwa Tuhan yang benar dan adil tahu bagaimana mengurus Saul dengan cara-Nya sendiri. Sekali lagi Daud menunjukkan sikap seorang pahlawan Tuhan. Berjuang demi kemuliaan nama Tuhan, berkorban demi kepentingan banyak orang, bertekad untuk terus mempertahankan kebersihan perjuangannya.

Kerapuhan janji. Dua kali Saul dibiarkan selamat oleh Daud dan dua kali pula Saul berjanji untuk tidak mencelakakan Daud bahkan mengakui segala kesalahan dan dosanya. Memang pada bagian Alkitab selanjutnya tidak diceritakan tentang adanya usaha Saul untuk mencelakakan Daud lagi, namun dengan tidak kembalinya Daud ke istana, bahkan akhirnya malah mencari suaka politik kepada raja Akhis, memberikan petunjuk tentang kemungkinan rapuhnya janji Saul (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">27:5). Jangan mengucapkan janji demi nama Tuhan jika tidak dapat menepatinya, karena itu berarti sudah mendustai dan mempermainkan Allah. Camkan! Umat yang melanggar janji kesetiaannya kepada Allah adalah umat yang mempermainkan kemuliaan Allah.

(0.29) (Yes 42:10) (sh: Tuhan Pemenang (Rabu, 03 Februari 1999))
Tuhan Pemenang

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan!" Yesaya mengajak seisi bumi bersorak-sorai memuji Tuhan. Seruan ini ditujukan bukan saja kepada penduduk Yerusalem, tetapi juga kepada mereka yang berada di ujung bumi, di darat, di laut, di padang gurun dan di bukit-bukit serta gunung-gunung. Di mana pun kita berada, seharusnyalah memberi penghormatan kepada Tuhan karena Dialah yang layak dipuji. Dia telah menang; dan Dia memenangkan kita atas musuh yang menawan kita.

Tuhan bertindak. Diam bukan berarti tidak mempedulikan. Bila selama ini timbul anggapan bahwa Tuhan berdiam diri, itu tidak berarti bahwa Dia tidak mempedulikan umat-Nya. Melalui sikap diam itulah sebenarnya Allah sangat prihatin pada keadaan umat-Nya. Dan pada saatnya Dia akan bertindak. Tindakan penyelamatan Tuhan ini akan mengejutkan dan mempermalukan para penyembah berhala yang tidak mengakui kekuasaan Tuhan. Jangan terburu-buru menganggap bahwa Tuhan tidak mempedulikan kita, tapi bersabarlah dalam menantikan tindakan Tuhan.

Doa: Terima kasih Tuhan, karena Engkau telah memenangkan aku dari kuasa dosa dan maut. Mampukanlah aku terus mengenakan perlengkapan senjata rohani-Mu.

(0.28) (Mzm 107:23) (sh: Allah atas semesta untuk umat-Nya (Jumat, 26 April 2002))
Allah atas semesta untuk umat-Nya

Alkitab menyaksikan bahwa Allah tidak hanya Allah atas umat tebusan-Nya, tetapi juga atas seluruh alam semesta ini. Catatan Alkitab tentang kisah penciptaan pertama sampai penciptaan baru nanti menunjukkan bahwa alam semesta berasal dari Allah, adalah milik Allah, dan berada di bawah kendali Allah. Namun, pada kenyataannya, dunia ini tidak saja indah dan harmonis, tetapi bisa juga menjadi liar dan menimbulkan malapetaka yang mengerikan.

Dalam bagian ini, pemazmur melanjutkan kisah-kisah penebusan yang Allah lakukan terhadap orang per orang. Pengalaman pelepasan yang kini disaksikan adalah ancaman yang orang alami dari alam di dalam situasi bekerja (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">23-32). Bahaya dan ancaman dalam dunia kerja dilihat pemazmur sebagai kontrol penuh Allah dalam dunia ini. Laut adalah dunia kerja pelaut. Di dalam situasi kerja sehari-hari, para pelaut senantiasa berada di dalam situasi ketika keahlian dan keberanian sehebat apa pun tidak akan pernah membuatnya mampu mengendalikan dunia kerjanya itu. Pelaut yang harus menyesuaikan diri dan pandai-pandai membaca dunia kerjanya, bukan sebaliknya. Tetapi, hal itu juga berarti kesempatan untuk mengakui bahwa Allahlah pengendali dunianya (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">23-30). Di dalam ketidakmenentuan hidup dan dunia ini, orang beriman tidak saja menyadari keterbatasan dirinya, tetapi juga mensyukuri kekuasaan Allah atas segala sesuatu.

Reaksi orang terhadap kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan alam ini ada di luar kontrolnya tidak sama. Sejak dulu sampai kini, manusia cenderung menyembah hal-hal yang tak dapat dikuasainya. Dulu orang menyembah sungai, gunung, kesuburan, dewi laut, dll. Kini manusia memiliki lebih banyak lagi hal yang mereka sembah: kecantikan, kekayaan, kekuasaan, kenikmatan perut, dll. Pemazmur menolak kecenderungan menganggap bahwa hidup tergantung pada alam dan dunia ini. Allah yang mengatur irama perputaran alam (ayat 33-38) bahkan juga seluruh perjalanan sejarah (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">34-42). Kedahsyatan alam hanyalah sebagian kecil ungkapan kekuasaan Allah. Karena itu, kita harus bergantung kepada Allah, bukan menyembah kekuatan lain (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">33-43).

Renungkan: Meminta tolong kepada Tuhan berarti mengakui kelemahan dan mengungkapkan keinginan untuk masuk ke dalam tangan kuasa kekal- Nya

(0.28) (Mzm 14:1) (sh: Siapa yang benar? (Selasa, 18 Februari 2003))
Siapa yang benar?

Kata orang, tidak sulit mencari orang baik. Stok orang baik di dunia masih tersedia banyak. Yang sulit    adalah mencari orang yang benar, orang yang memperjuangkan    kebenaran, dan yang menegakkan kebenaran. Keadaan inilah yang    paling tidak sedang kita rasakan sekarang ini di Indonesia.    Orang baik, yang suka menyumbang, yang dermawan, yang suka    menolong orang lain memang banyak, tetapi kebanyakan juga sarat    dengan tujuan/muatan politis kepentingan diri/kelompoknya alias    tidak tulus. Pemazmur pun melihat sekeliling dirinya dan    menemukan betapa sedikitnya, atau -- di luar dirinya dan orang    percaya -- tidak ada orang benar. Tanda-tanda orang benar tidak    ada pada dunia ini, yaitu mengakui Allah dalam hati dan    perbuatan mereka (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">1), berakal budi dan mencari Allah (ayat    tidak+mengakui&tab=notes" ver="">2), hidup setia, bermoral dan berbuat baik (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">3), berbuat    yang benar dan tidak menindas umat Tuhan (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">4) serta tidak    menghina orang yang tertindas (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">6). Namun, pemazmur tidak    pesimis melihat semuanya ini karena ia mengetahui bahwa Allah    beserta dengan orang benar, betapa pun jumlah mereka sedikit,    dan hukuman akan menimpa orang bebal (julukan bagi orang yang    'tidak benar') dengan kejutan yang besar (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">5). Juga, Tuhan    akan memulihkan umat Tuhan yang tertindas, dan mendatangkan    keselamatan bagi mereka (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">7).

Mazmur ini menuturkan kepada kita bahwa kebebalan menjadi dosa asal    segala kejahatan dan penindasan oleh yang berkuasa dan kuat atas    yang lemah dan miskin, penyangkalan atas kekuasaan Tuhan dan    kehadiran-Nya yang menuntut dan mengadili perbuatan kita. Oleh    sebab itu, apabila kita menganggap diri kita "tuan", maka dengan    segera akan terjadi penindasan terhadap sesama kita.

Renungkan:    "Apakah yang kuat dan berkuasa akan terus menindas yang lemah    dan miskin?" Tidak, karena Allah menyertai angkatan "orang    benar". Jawaban Allah ini tidak akan menumbuhkan iman kita    apabila kita terlibat dalam permainan penindasan ini.

(0.28) (Mat 18:1) (sh: Standar dunia tidak berlaku (Selasa, 20 Februari 2001))
Standar dunia tidak berlaku

Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di negara yang sedang berkembang. Kecenderungan manusia ingin dihargai, dipandang, ditinggikan, dan dipuji, menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke semua lapisan masyarakat. Beberapa perikop yang kita baca hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus mengkontraskan pengajarannya dengan standar dunia.

Ketika murid-murid-Nya memakai standar dunia dalam konsep Kerajaan Allah, Yesus tidak segera menanggapi, tetapi Ia memanggil seorang anak kecil dalam rangka mengajarkan konsep yang benar. Anak kecil selalu di posisi tidak penting, lemah tak berdaya, tidak dapat memimpin, dan tidak memiliki ambisi menumpuk kekayaan atau kedudukan. Peragaan Yesus tidak berarti bahwa para murid-Nya harus menjadi anak-anak, tetapi agar mereka memiliki sikap seperti anak kecil. Menjadi anak kecil berarti rela menjadi tak berarti, berani mengakui ketidakberdayaan, dan bertobat dari dosa dan hidup yang berporos ambisi. Seperti inilah sikap seorang yang menyambut Yesus dan memiliki Kerajaan Sorga, yang bukan dengan kebenaran dan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak lagi muncul ambisi bersaing menjadi yang terbesar.

Dalam Kerajaan Sorga juga tidak berlaku standar dunia tentang kesempurnaan fisik sebagai keindahan. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para murid-Nya bila ada anggota tubuh yang menyebabkannya berdosa, ia harus memenggal anggota tubuh tersebut, sehingga tidak menghalangi pertobatannya. Dapat dikatakan bahwa sia-sia memuaskan diri dengan segala keinginan dunia bila rohani kita tidak mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Keinginan duniawi akan membawa kita kepada kebinasaan (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">8). Janganlah kita terhitung sebagai penyesat karena tidak rela menanggalkan segala keinginan yang membawa kepada kebinasaan. Mungkin bukan hanya kita yang binasa, tetapi juga anak-anak Tuhan yang lain. Yesus memberikan peringatan keras bagi para penyesat, apabila menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, karena anak-anak paling mudah disesatkan.

Renungkan: Merendahkan diri menjadi seperti anak kecil berarti rela menanggalkan segala keakuan, kemampuan, kedudukan, harga diri, dan ambisi, demi Kerajaan Surga yang bernilai kekal.

(0.28) (Luk 5:39) (full: "YANG TUA ITU BAIK". )

Nas : Luk 5:39

Barangkali ini merupakan perkataan yang ironis tentang orang Yahudi yang menolak "anggur baru" Injil dan berpendapat bahwa "anggur tua" (Yudaisme abad pertama) itu cukup baik. Di sini Yesus mengemukakan bahwa mereka yang terbiasa meminum anggur yang telah difermentasi memperoleh keinginan untuknya dan tidak mau anggur yang belum difermentasi

(lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN LAMA, dan

lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (1)).

Tuhan mengakui bahwa minuman yang mengandung alkohol mempunyai pengaruh yang membuat orang kecanduan. Bukannya Yesus, tetapi orang yang minum anggur tua itulah yang beranggapan "yang tua itu baik".

  1. 1) Kita tidak boleh menafsirkan bahwa ayat ini menyatakan anggur tua (yaitu, Yudaisme) itu lebih baik daripada anggur yang baru (yaitu, Injil Kristus), sebab dengan demikian kita akan membalikkan arti perumpamaan ini. Yang dikatakan Yesus ialah bahwa orang Farisi dan para pengikut mereka bahkan tidak akan mengenal manfaat anggur yang baru. Mereka merasa bahwa "yang tua itu" sudah cukup baik. Orang Farisi lebih suka penafsiran para rabi mengenai hukum Taurat daripada anggur manis yang murni dan baru dari Injil Kristus.
  2. 2) Orang Farisi tidak ingin minum anggur yang terbaik. Mereka menolak untuk menerima penyataan yang baru mengenai Allah dan sebaliknya mencari hanya hal-hal yang telah diubah oleh manusia (yaitu, difermentasi). Namun bagi mereka yang menerima Yesus, air buah anggur yang baru (Injil) itu lebih disukai daripada anggur tua yang difermentasi (agama Farisi).
(0.28) (Yoh 6:40) (full: KEHENDAK BAPA-KU. )

Nas : Yoh 6:40

Penting sekali untuk mengerti hubungan di antara kehendak Bapa dengan tanggung jawab manusia.

  1. 1) Bukan kehendak Allah bahwa seorang beriman jatuh dari kasih karunia (bd. Gal 5:4) dan dengan demikian terpisah dari Allah; juga bukan kehendak-Nya jikalau ada orang binasa (2Pet 3:9) atau gagal datang kepada kebenaran dan diselamatkan (1Tim 2:4).
  2. 2) Akan tetapi, ada perbedaan besar di antara kehendak Allah yang sempurna dengan kehendak-Nya yang mengizinkan

    (lihat art. KEHENDAK ALLAH).

    Dia tidak meniadakan tanggung jawab manusia untuk bertobat dan percaya sekalipun itu berarti kehendak-Nya yang sempurna tidak tercapai

    (lihat cat. --> Luk 19:41

    [atau ref. Luk 19:41]

    mengenai Yesus menangisi Yerusalem).
  3. 3) Keinginan Allah bahwa orang beriman akan dibangkitkan pada akhir zaman tidak membebaskan mereka dari tanggung jawab untuk menaati dan mendengarkan suara-Nya serta mengikuti-Nya (Yoh 10:27; 14:21). Pada malam Dia dikhianati, Yesus mengakui bahwa Dia melindungi murid-murid-Nya dan "memelihara mereka dalam nama ... yang telah Engkau berikan kepada-Ku; ... tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah ditentukan untuk binasa" (Yoh 17:12).
(0.28) (Gal 5:7) (full: MENGHALANG-HALANGI ... TIDAK MENURUTI KEBENARAN LAGI? )

Nas : Gal 5:7

Ajaran palsu akan berbentuk penyangkalan kebenaran inti iman Kristen

(lihat cat. --> Gal 1:9),

[atau ref. Gal 1:9]

atau menyatakan bahwa di samping apa yang dinyatakan PB masih diperlukan sesuatu lain untuk menjadi seorang Kristen yang utuh (bd. Gal 1:6; Gal 2:16; Gal 5:2,6).

  1. 1) Semua pengajaran Kristen harus melalui ujian kebenaran rasuli, yaitu apakah ajaran itu sesuai dengan berita asli yang disampaikan Kristus dan para rasul sebagaimana terdapat dalam PB? (bd. Gal 1:11-12; Gal 2:1-2,7-9;

    lihat cat. --> Ef 2:20).

    [atau ref. Ef 2:20]

    Kita harus bertanya: apakah ajaran itu kurang daripada ajaran rasuli? Apakah ajaran itu menambahkan sesuatu yang tidak alkitabiah kepada kebenaran sedangkan mengakui ajaran rasuli?
  2. 2) Kita sama sekali tidak boleh menguji ajaran hanya dengan perasaan, pengalaman, hasil, mukjizat, atau apa yang dikatakan oleh orang lain. PB merupakan patokan kebenaran yang mutlak.
  3. 3) Kita harus berhati-hati terhadap semua ajaran yang mengatakan bahwa Firman Allah tidak lagi memadai sehingga gereja memerlukan kesarjanaan, ilmu pengetahuan, filsafat, psikologi atau penyataan-penyataan baru untuk mencapai kedewasaan di dalam Kristus.
(0.28) (1Taw 21:1) (sh: Dosa dan Anugerah Allah (Minggu, 17 Februari 2002))
Dosa dan Anugerah Allah

Kembali kita terperangah oleh kisah kejatuhan Daud dalam dosa kejemawaan militer yang diresponi Allah dengan keajaiban anugerah-Nya yang menakjubkan. Mengetahui kekuatan demi kepentingan pengaturan strategi tidak salah, bahkan Allah sendiri pernah memerintahkan Israel zaman Musa untuk melakukan penghitungan tersebut. Menghitung kekuatan berdasarkan motif kebanggaan diri, itulah kesalahan Daud dalam peristiwa ini. Dengan tajam firman Allah menyatakan bahwa ide-ide yang segaris dengan kesombongan tidak berasal dari Allah tetapi dari Iblis. Karena itu kesalahan Daud besar sekali, terlebih karena sebelumnya Yoab telah memberikan teguran. Dosa selalu membawa dampak buruk, kali ini sedemikian banyak rakyat harus mati terkena penyakit sampar (ayat 14). Mengapa akibat buruk dari dosa pemimpin harus ditanggung oleh rakyat? Pertama, bagian ini memberi kita peringatan bahwa tidak ada seorang pun dapat hidup seolah hidupnya adalah urusannya sendiri. Kedua, dalam kepemimpinan zaman itu, kehilangan seorang pemimpin berakibat kehancuran seluruh bangsa. Sebab itu, Allah dalam anugerah-Nya memulihkan dan mempertahankan Daud demi kepentingan seluruh Israel juga. Tanpa mencari alasan, Daud segera mengakui dosanya di hadapan Allah. Ia juga memilih jenis hukuman berdasarkan prinsip "biarlah aku jatuh ke dalam tangan Tuhan," bukan karena ingin mencari enak sendiri. Sikap ini menunjukkan bahwa ia menerima tanggungjawab dari perbuatan dosanya. Allah tidak pernah berubah, juga di dalam anugerah-Nya yang di luar jangkauan pertimbangan manusia.

Renungkan: Ketika kita beribadah menyembah Allah, kita memperbarui ingatan tentang kegagalan kita dan kemuliaan anugerah Allah yang mengubah kegagalan itu menjadi keberhasilan.

(0.28) (Mzm 51:1) (sh: Kejatuhan yang dalam. (Jumat, 27 Februari 1998))
Kejatuhan yang dalam.

Kejatuhan sekejap menjadikan Daud yang besar itu menjadi kerdil. Dosa memang membuat orang menjadi tak berdaya, rendah, hancur, bermasa depan kelam, terhukum di bawah murka Allah. Orang nomor satu di kerajaan Israel, figur kebanggaan bangsa, wakil Allah untuk memimpin bangsa, mengungkapkan satu pengakuan yang paling sulit. Sungguh sulit, jika seorang yang sukses, punya nama besar, sangat dikagumi, harus mengaku bahwa dirinya adalah manusia, tidak berdaya, dikandung dalam dosa (ayat tidak+mengakui&tab=notes" vsf="TB" ver="">51:5" context="true" vsf="TB">7), sadar akan dosa, dan senantiasa bergumul melawan dosa. Inilah pernyataan paling jujur tentang manusia yang tanpa daya, yang memerlukan karya besar Allah demi keselamatannya.

Kebesaran Allah. Ketika sampai pada kesadaran tentang keberadaan diri yang berdosa, lahirlah pengakuan tentang Allah yang begitu besar dalam kuasa dan kasih-Nya. Itulah tanda pertobatan sejati. Orang tidak lagi memandang diri sendiri tetapi Allah, tidak lagi mencari alasan tetapi mengakui telanjang di hadapan Allah, tidak lagi mencari jalan keluar semu, tetapi mencari pembaruan, penerimaan Allah, dan pembaruan hati terdalam.

Renungkan: Hanya kemurahan Allah dalam Kristus mengampuni dan membebaskan dari kuasa dosa dan memberikan pembaruan sejati.

(0.28) (Yes 24:1) (sh: Nubuatan penghakiman Allah. (Sabtu, 14 November 1998))
Nubuatan penghakiman Allah.

Kota selalu dipenuhi karakter kebejatan moral manusia. Banyak di antara pembesar, pedagang berjiwa amanusiawi. Mata Tuhan memandang kota-kota, termasuk Tirus dan Sidon, yang dilihat sebagai manifestasi penyembahan berhala. Tindakan penyelewengan dan ketidaksetiaan terhadap Allah berjalan mulus. Sebagai akibat dari tindakan tidak menghargai hukum dan ketetapan Allah, semua orang, tanpa terkecuali akan menerima ganjaran. Bumi akan gagal menghasilkan tanaman (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">7, 8), tiap kota dunia akan runtuh (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">3, 4, 10-13). Hingga pada akhirnya kelak, Allah akan menyatakan diri-Nya sebagai satu-satunya yang berkuasa atas dunia dan seluruh alam semesta.

Sikap pelaku firman. Nubuatan penghakiman itu tepat dan benar. Sebaliknya kalau tidak menangkap peringatan Tuhan, kita akan terjerat dalam kesia-siaan hidup. Di balik nubuatan penghakiman itu, ada kabar kesukaan yang menyertai. Hakikat pemberitaan firman Allah, apapun bentuknya adalah Injil. Pada puncak penghakiman, Allah akan bertakhta, menyatakan kemuliaan-Nya di tengah manusia yang percaya sungguh dan taat penuh kepada-Nya. Tidak ada pilihan yang diberikan buat kita. Yang harus kita sadari ialah bahwa sekalipun kita hidup di sekitar berhala-berhala modern, firman Tuhan tidak pernah mengakui keberadaan dan kuasa mereka.

Doa: Ampunilah kesalahan dan ketidaktaatan kami. Amin.

(0.28) (Dan 3:13) (sh: Pilihan yang penuh risiko (Rabu, 21 April 1999))
Pilihan yang penuh risiko

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diberi kesempatan untuk memilih. Menaati perintah raja Nebukadnezar yang berarti mendapat pengampunan, atau taat kepada Allah yang disembahnya, dengan menanggung segala risiko. Itulah pilihan bersyarat yang harus mereka pilih, untuk mengubah sikap dan pendirian mereka. Tentu, di dalamnya terkandung maksud agar mereka mengubah ketaatannya kepada Allah yang hidup, dan memuja allah yang bisu alias mati. Bila kesempatan dalam situasi terjepit ini mereka tolak, maka kobaran nyala api yang dahsyat menanti mereka.

Teladan iman yang terpuji. Prasyarat yang diperhadapkan tidak mampu mengubah keyakinan Sadrakh dkk. Suatu sikap iman yang terpuji. Amarah sang raja, tidak menggetarkan komitmen untuk tetap setia menyembah Allah yang hidup. Komitmen itu sama sekali tidak dikaitkan dengan kepentingan dan keselamatan diri, yang sifatnya sementara, melainkan didasarkan pada kehendak dan kemuliaan Allah (16-18). Sikap iman inilah yang membuat raja Nebukadnezar mengakui kemuliaan Allah.

Renungkan: Kini kita hidup dalam zaman yang tidak kurang bahayanya. Banyak situasi yang intinya menggoda atau memaksa kita untuk menyembah ilah. Ingatlah bahwa yang mengalahkan maut dan yang dapat membinasakan nyawa adalah Kristus.

(0.28) (1Kor 10:14) (sh: Tidak bisa ikut menyembah berhala. (Selasa, 2 September 1997))
Tidak bisa ikut menyembah berhala.

Salah satu masalah yang dihadapi Gereja di Korintus ialah penyembahan berhala. Waktu itu kota Korintus terkenal dengan kuil-kuil penyembahan berhala. Untuk orang bukan Kristen, menyembah berhala adalah lumrah. Tetapi tidak untuk pengikut Kristus. Allah yang hidup itu dulu telah menyatakan "Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku" (Kel. 20:3). Allah yang hidup itu kini telah sepenuhnya nyata dalam Kristus. Orang Kristen bukan saja percaya tentang Kristus, tetapi dalam Kristus. Bagaimana mungkin yang telah satu dengan Kristus, ikut lagi menyembah hal yang bukan Allah?

Sikap Kristen dalam masyarakat kafir. Dengan melarang Kristen menyembah berhala, Paulus bukan sedang mengakui bahwa berhala sungguh hidup. Percaya kepada berhala adalah sia-sia dan mengundang murka Allah sebab berhala hanya patung yang mati yang diperalat roh-roh jahat untuk mengalihkan iman manusia yang seharusnya ditujukan kepada Allah. Itu sebabnya, Kristen boleh membeli daging bekas persembahan yang dijual di pasar. Hal itu lain dari ikut serta menyembah berhala. Tetapi bila orang lain terganggu nuraninya, lebih baik tidak.

Renungkan: Lakukan apa saja asal membangun iman.

(0.28) (Mzm 119:129) (sh: Taurat Tuhan itu ajaib (Senin, 3 Juni 2002))
Taurat Tuhan itu ajaib

Dari sekian banyak keajaiban-keajaiban yang ada di dunia ini, hanya satu keajaiban yang perlu diketahui, dihayati karena menyangkut dunia dan kehidupan sesudah kematian, yaitu keajaiban Taurat Tuhan. Keajaiban apa yang ditampilkan oleh Taurat Tuhan? Pemazmur memberikan suatu gambaran tentang apa yang dimaksud dengan keajaiban Taurat Tuhan, seperti "ajaib, memberi terang, memberi pengertian". Ungkapan-ungkapan ini bukanlah isapan jempol, tetapi sesuatu yang telah dibuktikan kebenarannya oleh pemazmur ketika ia menjalankannya, bahkan mengalaminya. Mungkin pemazmur tidak akan mengatakan hal ini jika ia tidak mengalaminya sendiri. Taurat Tuhan mampu memberi terang tidak hanya bagi akal budi, tetapi seluruh hidup. Taurat Tuhan juga memberikan kepada kita pengertian Ilahi.

Meskipun pemazmur telah menyaksikan, dan menghayati keajaiban Taurat Tuhan, ia tetap menyadari bahwa ia atau siapa saja sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menahan tekanan dari mereka yang membenci Taurat. Menyadari hal itu, pemazmur tidak henti-hentinya menaikkan tiga permintaan kepada Tuhan yang empunya Taurat. Pertama, agar Tuhan meneguhkan langkahnya, sehingga kejahatan tidak menguasainya (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">133). Kedua, agar Tuhan membebaskannya dari pemerasan manusia (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">134), dan ketiga, agar Tuhan tetap mengajarkan kepadanya ketetapan-ketetapan Tuhan, sehingga ia tidak melupakan Taurat Tuhan.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa dunia sekarang ini lebih tertarik dan terkuras waktunya untuk mencari solusi terbaik bagi kepentingan dirinya sendiri. Ketertarikan ini ternyata mengakibatkan merosotnya minat diri untuk beribadah kepada Tuhan, dan membaca Alkitab. Mengapa? Apakah karena kita tidak lagi mengakui bahwa firman Tuhan itu luar biasa ajaibnya?

Renungkan: Pemazmur mengatakan pada dirinya, "mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu." Sedangkan kepada yang tidak berpegang pada Taurat-Nya pemazmur mengatakan, "Air mataku berlinang-linang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada Taurat-Mu."

(0.28) (Ams 3:27) (sh: Hikmat: kasih dan rendah hati (Jumat, 21 November 2003))
Hikmat: kasih dan rendah hati

Ternyata hikmat dikaitkan dengan dua karakter praktis yaitu kasih dan rendah hati. Dapat kita simpulkan bahwa kasih dan rendah hati adalah salah satu wujud nyata hikmat.

Seperti pedang bermata dua, kasih mempunyai dua sisi: pasif dan aktif. Kasih menolak untuk merugikan apalagi mencelakakan orang (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">29-30). Dalam hal inilah kasih memiliki makna pasif yaitu tidak berbuat jahat. Secara aktifnya, kasih mendorong kita melakukan sesuatu, yakni berbuat kebaikan kepada sesama (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">27-28). Tidak berbuat jahat memang bagian dari kasih, namun ini hanyalah bagian pasifnya. Berbuat kebaikan kepada orang yang membutuhkannya adalah bagian kasih yang aktif. Memiliki atau melakukan satu dari keduanya membuat kasih bukan saja tidak berimbang tetapi juga hilang. Rendah hati juga bermata dua: pasif dan aktif. Secara pasifnya, orang yang rendah hati menolak untuk meninggikan diri. Dengan kata lain, rendah hati merupakan lawan dari keangkuhan. Dari sisi aktifnya, rendah hati merupakan upaya terus menerus untuk hidup sesuai realitas. Rendah hati berarti bisa melihat realitas siapa kita dan menerima diri apa adanya serta hidup sesuai dengan fakta ini. Sebaliknya, orang yang angkuh tidak melihat realitas dengan tepat dan tidak bisa menerima diri apa adanya. Akibatnya, ia hidup berdasarkan diri yang tidak pernah ada; ia melandaskan siapa dirinya pada ilusi, bukan kenyataan. Imbalan untuk orang yang rendah hati adalah Tuhan mengasihaninya (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">34). Orang yang rendah hati mungkin tidak dikenal dan mungkin tidak diakui; ia tidak dikasihani dan tidak dihormati siapa-siapa. Namun ingatlah, Tuhan mengasihaninya dan akan mewariskan kehormatan kepadanya (ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">35). Ini yang terpenting!

Renungkan: Orang yang rendah hati adalah orang yang berani: ia berani untuk tidak diakui dan ia berani untuk mengakui.

(0.28) (Neh 12:27) (sh: Sumber kesukacitaan (Rabu, 29 November 2000))
Sumber kesukacitaan

Nas Alkitab kita hari ini mengisahkan suatu fakta bahwa pentahbisan tembok Yerusalem merupakan kesempatan untuk perayaan yang penuh dengan sukacita. Ketika 2 paduan suara yang besar berarak dari arah yang berlawanan untuk bertemu di depan bait Allah (31-39), seluruh rakyat Israel bersuka cita karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar (43).

Ada 2 sumber kesukacitaan bagi bangsa Israel pada waktu itu. Pertama, sesuatu yang tampak mata dan eksternal. Umat Allah telah berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Hasil yang tampak mata ini tidak hanya memuliakan Allah pemilik kota Yerusalem, namun juga mengangkat harkat dan martabat Israel sebagai sebuah bangsa. Mereka tidak lagi disepelekan dan dihina oleh bangsa-bangsa tetangga mereka yang menyadari bahwa keberhasilan Israel adalah karena bantuan Allah (lihat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">6:16). Kita sekarang juga hidup di dunia yang mengagungkan materi sebagai simbol keberhasilan. Keberhasilan materi yang kita dapatkan hendaknya tidak hanya membuat mata orang lain terbuka akan keterlibatan Allah dalam dunia ini namun juga harus memberikan kesaksian tentang iman kita kepada orang lain. Kita memang berhak bersukacita atas keberhasilan materi. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita tetap mengakui Allah sebagai sumber keberhasilan dan mempersembahkan setiap keberhasilan kita kepada-Nya. Kedua, sumber terdalam dan terbesar bagi kesukacitaan orang Israel mengalir dari dalam diri mereka dan bersifat rohani. Israel sudah mengakui dosa-dosa mereka dan sudah berkomitmen ulang untuk melayani Allah. Ada kekayaan rohani yang mereka nikmati. Ini merupakan bukti bahwa mereka memiliki hubungan yang benar dan dekat dengan Allah.

Renungkan: Sama seperti bangsa Israel, sumber sukacita yang terbesar bagi Kristen di sepanjang segala zaman haruslah bersifat rohani. Persekutuan yang dekat dan benar dengan Allah hendaklah menjadi sumber kesukacitaan kita. Apabila hubungan kita dengan Allah terjalin dengan indahnya, berkat materi yang sering dianggap sebagai bukti penyertaan-Nya menjadi kurang penting bagi kita. Hubungan kita dengan Allah tetap terjalin dengan indah dan kita tetap dapat bersukacita meski segala sesuatu yang ada di lingkungan tampak hancur berantakan dan tidak mendukung kita.

(0.28) (Ayb 8:1) (sh: Terlalu luas untuk dipahami (Senin, 22 Juli 2002))
Terlalu luas untuk dipahami

Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan meminta agar manusia mematuhi-Nya, dan bahkan Ia menjanjikan berkat bagi kita yang menaati-Nya. Sebaliknya, hukuman akan diberikan bagi kita yang tidak menaati kehendak-Nya (Mzm. 1). Inilah pemahaman Bildad dan kebanyakan kita, tentang Tuhan - sebuah pemahaman yang benar, namun tidak menyeluruh. Itu sebabnya Bildad terus mendesak Ayub untuk mengakui dosanya. Alasan Bildad sederhana saja, yaitu bahwa Tuhan memberkati orang yang benar dan menghukum orang yang fasik. Tuhan tidak mungkin keliru menjatuhkan vonis-Nya dan Ayub memang layak menerima hukuman ini. Ini adalah sebuah hukum sebab-akibat yang universal dan mudah dicerna.

Namun, ada segi-segi lain dalam hukum ini yang perlu kita pertimbangkan. Kemakmuran bukan pertanda bahwa Tuhan memberkati kita dan kesusahan bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum kita. Rencana dan karya-Nya terlalu luas untuk dikotakkan dalam hukum ini. Sebagai Allah, Ia memiliki kebebasan untuk berbuat sekehendak hati-Nya dan kadang tindakan-Nya melenceng dari pemahaman kita tentang Allah yang terlalu sederhana ini. Tetapi, jangan mengira bahwa kebebasan Allah identik dengan kejahatan. Kebebasan Allah tidak sama dengan kesewenang-wenangan. Ia adalah Allah yang kudus. Jadi, segala tindakan-Nya tidak akan tercemari oleh dosa dan tidak akan termuati oleh maksud jahat.

Sewaktu kesusahan menimpa kita, janganlah kita tergesa-gesa memvonis bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Periksalah diri kita, apakah ada dosa tersembunyi yang perlu kita bereskan dengan Tuhan. Jika tidak ada, terimalah kesusahan itu sebagai kehendak Tuhan yang tidak kita pahami. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan senantiasa mengerti tujuan akhir dari tindakan-Nya karena Ia terlalu luas untuk dicerna oleh otak kita yang terlalu kecil ini.

Renungkan: Charles Haddon Spurgeon, pengkhotbah terkenal, berkata,"Kemurahan Tuhan kerap kali datang ke pintu hati kita mengendarai seekor kuda hitam yang bernama Penderitaan." Kesusahan tidak senantiasa berarti kemarahan Tuhan; ada kalanya kesusahan adalah baju kemurahan Tuhan.

(0.27) (Neh 9:16) (sh: Keadilan Allah (Sabtu, 25 November 2000))
Keadilan Allah

Neh. 9:6-37 memuat doa bangsa Israel setelah mengalami kebangunan rohani yang sejati. Bila kita amati secara saksama, doa mereka mengungkapkan 20 fakta tentang dosa bangsa Israel dan 76 fakta tentang Allah dan apa yang telah Ia lakukan kepada umat-Nya. Perbedaan jumlah yang mencolok antara dosa dan tindakan Allah menyatakan bahwa bangsa Israel sungguh menyadari dan meyakini bahwa anugerah Allah yang ajaib jauh lebih besar dari dosa-dosa mereka. Ini tidak menyatakan bahwa karena anugerah begitu berlimpah maka mereka menganggap sepele dosa mereka. Sebaliknya menunjukkan kesadaran dan pengakuan mereka tentang Allah yang setia kepada perjanjian-Nya dengan umat-Nya.

Bukti lain bahwa mereka tidak menganggap sepele dosa mereka dinyatakan di dalam doa mereka. Doa yang memaparkan ulang sejarah kehidupan nenek moyang mereka hingga zaman mereka. Dalam kilas balik ini mereka mengakui banyak hal. Pertama, mereka senantiasa hidup di dalam dosa. Kedua, karena dosa-dosa itu Allah menghukum mereka. Ketiga, mereka mengakui bahwa sekalipun mereka berdosa, anugerah dan kemurahan Allah tetap dicurahkan dalam hidup mereka. Pengakuan ini menyatakan bahwa di balik penghukuman yang menimpa, dan pengampunan yang mereka terima, Allah adalah adil dan benar.Pemahaman tentang keadilan Allah - komitmen untuk melakukan apa yang benar - inilah yang senantiasa diberitakan oleh Perjanjian Lama dan Baru. Kedua perjanjian ini juga melihat bahwa keadilan Allah meliputi 2 aspek, (1) Keadilan Allah dalam penghukuman menunjukkan bahwa Allah sebagai Penguasa alam semesta bertanggungjawab menjaga kehidupan moral umat sesuai standar-Nya. (2) Keadilan Allah juga sebagai pernyataan kemurahan-Nya kepada umat-Nya. Ini dinyatakan dengan menghukum dan mengampuni umat- Nya. Perjanjian Baru mengharmoniskan kedua aspek ini di dalam salib Kristus. Allah tidak memandang dosa manusia sebagai perkara yang sepele.

Renungkan: Kristus menanggung semua upah dosa yang seharusnya ditimpakan kepada manusia. Upah dosa sudah dibayar lunas oleh Yesus Kristus maka Allah mempunyai kebebasan untuk menawarkan pengampunan kepada mereka yang berespons terhadap Injil Kristus. Terpujilah Allah yang Maha Adil.

(0.27) (Mzm 29:1) (sh: Panggilan untuk seluruh umat manusia (Jumat, 23 Maret 2001))
Panggilan untuk seluruh umat manusia

Sebuah film yang berjudul 'The Perfect Storm' menegaskan bahwa tidak ada fenomena alam yang sedahsyat topan badai. Bahkan hampir semua penyair besar dunia menggambarkannya dengan kekuatan kata-kata puitis mereka. Daud pun terinspirasi untuk menulis sebuah puisi tentang topan badai setelah ia sendiri melihat dan mengalami kedahsyatannya (3-9).

Ada perbedaan besar antara Daud dengan para penyair dunia. Suara gemuruh topan badai bagi Daud bagaikan suara TUHAN, tanda dari kehadiran Allah dan aktivitas dari Allah yang hidup, sebab kata 'suara Tuhan' diikuti dengan kata kerja yang konkrit, demikian pula penggambaran tentang Tuhan. Daud mampu melihat dan mau mengakui bahwa di balik kedahsyatan alam ada Allah yang berkuasa atas seluruh alam semesta. Kata 'air bah' dalam ayat tidak+mengakui&tab=notes" ver="">10 di dalam bahasa Ibraninya, selain dalam Mazmur ini, hanya dipakai dalam peristiwa air bah zaman Nuh. Ini menegaskan bahwa Allah berkuasa atas alam semesta karena Ia dapat menggunakan kekuatan alam mendatangkan penghakiman-Nya. Karena itulah tujuan Daud menulis mazmur ini bukan untuk mengajak pembacanya mengagumi puisinya ataupun topan badai itu, namun untuk melihat kebesaran dan kemuliaan Allah, serta memuliakan dan mengagungkan-Nya (1-2). Tindakan Daud adalah tindakan yang sangat mulia sebab memimpin manusia memenuhi panggilannya yaitu diciptakan untuk mengenal dan memuji Allah Sang Pencipta. Ajakannya juga menyatakan bahwa kebesaran dan keagungannya tidak membutakan matanya untuk melihat dan mengakui kebesaran dan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta termasuk di dalamnya adalah dirinya dan seluruh rakyatnya yang menjadi umat Allah sehingga ia tetap bergantung kepada pemeliharaan-Nya (11). Ini berarti Daud tetap menaati tatanan kehidupan di dunia yang dikehendaki oleh Allah yaitu manusia menyembah dan mengagungkan Allah, bukan dirinya sendiri, harta, teknologi, maupun ideologis sehingga Allah ditepikan.

Renungkan: Dalam masyarakat kita saat ini, hal-hal apa yang dapat membuat manusia tidak menaati tatanan kehidupan yang dikehendaki Allah? Jika Daud menggubah sebuah puisi, apa yang akan Anda lakukan untuk mendorong dan membimbing orang lain agar mereka mau mengenal dan memuliakan Allah?



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA