(0.89) | (Ayb 29:10) | (jerusalem: langit-langitnya) Ada yang menyisipkan Ayu 29:21-25 antara Ayu 29:21-25 antara Ayu 29:10 dan Ayu 11. Dan memanglah Ayu 29:21-25 merupakan lanjutan Ayu 29:2-10 dan sesuai benar. Kebetulan saja dalam menyalin naskah para penulis memindahkan bagian ini ke tempatnya sekarang. |
(0.89) | (Ayb 36:29) | (jerusalem: Siapa) Ini menurut terjemahan Siria. Dalam naskah Ibrani tertulis: Jika (ia... ) |
(0.89) | (Ayb 31:1) |
(full: AKU TELAH MENETAPKAN SYARAT BAGI MATAKU.
) Nas : Ayub 31:1-34 Di bagian ini Ayub meninjau integritas rohaninya yang teguh, kesetiaannya pada Allah dan jalan-jalan-Nya, serta kebaikannya kepada orang lain.
|
(0.89) | (Ayb 8:1) |
(sh: Logis tetapi salah (Jumat, 3 Desember 2004)) Logis tetapi salahLogis tetapi salah. Bildad kini ganti berbicara, tajam dan terus terang, langsung memojokkan Ayub. Penderitaan itu tak lain adalah hukuman Allah atas dosa-dosa Ayub. Karena itu, anjurannya sederhana sekali. Bertobat, Allah akan mengampuni dan memulihkan bahkan jauh melebihi kondisi sebelumnya. Alur pemikiran Bildad sederhana, logis, dan tampaknya teologis juga. Begini: Allah tidak mungkin menghukum semena-mena, hanya kepada orang berdosa hukuman itu Ia jatuhkan. Penderitaan adalah wujud hukuman Tuhan. Karena Ayub sedang menderita, berarti Ayub dihukum Tuhan. Jadi jelas bahwa Ayub berdosa. Ada dua kesalahan Bildad dalam pemikiran itu. Pertama, bila hukuman membuat orang menderita, tidak harus berarti bahwa semua penderitaan adalah hukuman. Bildad tidak memberi tempat bagi tindakan Tuhan yang memang memberatkan hidup manusia namun, bukan sebagai hukuman melainkan alat atau proses pemurnian untuk orang yang dikasihi-Nya. Kedua, menyimpulkan kondisi moral-spiritual seseorang dari kondisi lahiriah yang sedang dialaminya adalah hal keliru (ayat 6). Kondisi moral-spiritual seseorang seharusnya dinilai dari fakta konkret kehidupan moral-spiritualnya bukan dari kondisi lahiriahnya. Bildad jelas menolak evaluasi dari penutur dan dari Allah sendiri tentang integritas Ayub sebab telah meragukan kesucian dan kejujuran Ayub (ayat 6). Ada tuduhan lain lagi yang dilecutkan Bildad kepada Ayub. Ia menuduh Ayub sombong dan tidak mau merendahkan diri untuk belajar dari orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman. Bildad menuduh Ayub sebagai semacam orang muda yang menolak wibawa orangtua, tradisi, guru-guru, orang-orang berhikmat (ayat 8-10). Ini adalah falsafah yang mirip falsafah kita di Timur. Pandangan orangtua dan yang dituakan dianggap menyuarakan pendapat Allah sendiri. Dalam wawasan dunia orang Timur, semakin tua semakin berilmu, semakin bertenaga dalam, semakin menyerupai yang ilahi. Jadi kesalahan menolak Allah pada Ayub itu pastilah karena ia mengabaikan nasihat orang-orang tua. Renungkan: Jangan-jangan kedangkalan pemahaman Alkitab kita membuat ucapan kita menyakiti hati sesama. |
(0.89) | (Ayb 19:25) |
(full: AKU TAHU: PENEBUSKU HIDUP.
) Nas : Ayub 19:25 Di tengah-tengah penderitaan dan keputusasaannya, Ayub dengan iman yang besar berpaut kepada Allah, sebab percaya bahwa pada akhirnya Tuhan akan membenarkan dirinya (bd. Ayub 13:15; 14:14-15). Ayub memandang Allah selaku "penebus" atau penolong; di zaman Alkitab seorang "penebus" adalah seorang kerabat yang dengan penuh kasih datang untuk melindungi, membela, dan menolong pada masa kesulitan (lih. Im 25:25; Ul 25:5-10; Rut 1:4; juga lih. Kej 48:16; Kel 6:5; Yes 43:1; Hos 13:14) dan membenarkan kerabatnya yang menderita. |
(0.88) | (Ayb 1:6) |
(sh: Iblis tidak tahu yang Allah tahu (Senin, 18 Agustus 2003)) Iblis tidak tahu yang Allah tahuIblis tidak tahu yang Allah tahu. Orang Kristen masa kini terlalu cepat menyerah dan kalah. Juga terlalu cepat menyalahkan pihak lain (orang lain, Iblis bahkan Allah) atas kegagalan mereka. Sebenarnya setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, termasuk kegagalannya. Iblis memang dasarnya adalah provokator. Apa yang dipuji baik oleh Allah pun digugat oleh Iblis. Bagi Iblis, sesuai dengan pikirannya, semua kesalehan itu ada pamrihnya. Dalam setiap perbuatan baik pasti ada motivasi tertentu di belakangnya. Takut kepada Tuhan juga pasti untuk maksud-maksud tertentu. Agar supaya motivasi tidak murni itu terungkap, Iblis bermaksud untuk mengambil seluruh kekayaan Ayub. Boleh saja Iblis berpikiran demikian terhadap Ayub. Tetapi Allah tahu siapa Ayub luar dan dalamnya. Maka, Allah memberi Iblis kebebasan untuk membuktikan kesalehan Ayub. Namun, dalam kebebasan yang Allah berikan, Allah memberikan batasan-batasan kepada Iblis dalam menjalankan rencananya. Tindakan Allah mempersilakan Iblis mencobai Ayub menunjukkan kepada kita bahwa sebenarnya Iblis tunduk pada kekuasaan Allah. Mengenai kebebasan untuk Iblis, kita belajar dua hal: pertama, jangan berpikir bahwa Allah terlibat persekongkolan atau bekerja sama dengan Iblis. Ketika Iblis mencobai Ayub untuk membuktikan kesalehannya, ketika itu Allah pun menguji Ayub tentang hal yang sama. Kedua, Iblis berharap bahwa usahanya untuk menghancurkan Ayub pasti berhasil, dan ini akan membuktikan kebenaran persepsinya tentang Ayub kepada Allah. Tetapi Iblis tidak tahu yang Allah tahu, yaitu bahwa Ayub memiliki iman yang tangguh. Bahkan dengan ujian ini, iman Ayub akan semakin murni. Renungkan: Seperti Allah tahu siapa Ayub, Allah pun tahu siapa kita di hadapan-Nya. Tetapi tetaplah waspada karena kita pun tidak akan terlepas dari pencobaan Iblis. |
(0.88) | (Ayb 30:20) |
(full: AKU BERSERU ... ENGKAU TIDAK MENJAWAB.
) Nas : Ayub 30:20 Semua anak Tuhan pernah mengalami hal ini pada suatu saat tertentu dalam hubungan mereka dengan Allah, suatu saat ketika mereka berseru kepada Allah minta pertolongan dan Dia agaknya tidak menjawab mereka. Bahkan Tuhan Yesus pernah mengalami hal ini (Mat 27:46).
|
(0.88) | (Ayb 22:21) |
(full: ENGKAU MEMPEROLEH KEUNTUNGAN.
) Nas : Ayub 22:21-30 Elifas menghimbau Ayub dengan doktrin pertobatan yang tradisional namun terlalu sederhana: jikalau Ayub bersedia kembali kepada Allah, menerima instruksi dari firman-Nya, merendahkan diri dan menghapus dosa dari hidupnya, dan meninggalkan ketergantungannya pada hal-hal dunia serta bersukacita di dalam Yang Mahakuasa, maka dengan sendirinya Allah akan membebaskannya dari semua kesulitan, doa-doanya akan didengar, dan keberhasilan akan mengikuti semua usahanya. Akan tetapi, Elifas bersalah dalam tiga hal.
|
(0.88) | (Ayb 6:10) |
(full: AKU TIDAK PERNAH MENYANGKAL FIRMAN YANG MAHAKUDUS.
) Nas : Ayub 6:10 Di dalam semua penderitaannya, yang menghibur Ayub ialah bahwa dia tidak berpaling dari Tuhan atau menyangkal firman-Nya. Karena tidak merasa telah berbuat dosa tertentu, Ayub menegaskan ketidaksalahannya sepanjang kitab ini (lih. Ayub 16:17; 27:6), yakin bahwa dirinya senantiasa berusaha untuk menghormati dan menaati Allah. Karena itu ia dapat bersukacita, bahkan dalam kepedihannya. |
(0.88) | (Ayb 38:1) |
(sh: Hikmat dan misteri (Sabtu, 17 Agustus 2002)) Hikmat dan misteriHikmat dan misteri. Setelah Elihu menegaskan bahwa Allah tak dapat ditemui (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:23), kita dikejutkan dengan kehadiran Yahweh. Kehadiran Allah seakan merupakan pembenaran diri-Nya. Namun, kita melihat bahwa Allah tidak menjawab tuduhan Ayub, melainkan bertanya, menyudutkannya lagi sama seperti yang dilakukan Elihu dalam ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:15-18. Argumen Allah adalah bahwa Ayub ternyata tidak memahami desain yang diciptakan-Nya (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:2). Kebesaran Allah ini menunjukkan bahwa Ia tidak terkungkung atau dikotak-kotakan dalam pikiran sempit Ayub dan teman-temannya. Pertemuan ini mengubah konsep Ayub. Yahweh datang dalam badai, suatu tanda kemurkaan. Ayub mungkin berpikir bahwa ia akan dihancurkan Allah. Tetapi, ternyata Allah hanya menusuk dengan kata-kata. Jika Ayub ada waktu penciptaan, ia pasti memiliki hikmat Allah. Perkataan Yahweh selebihnya terdiri dari 2 bagian. Pertama, tentang keteraturan dunia (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:12-38) dan kedua, tentang dunia binatang (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">38:39-39:30). Di bagian pertama, Allah berbicara tentang embun dan pagi (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:12-15), tentang dunia bawah tanah (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:16-18), tentang terang dan kegelapan (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:19-21), tentang salju, hujan batu, dan guruh (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:22-24), tentang hujan (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:25-28), tentang es dan embun beku (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:29-30), tentang langit dan gugusannya (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:31-33), dan tentang guntur dan awan (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:34-38). Ayub terpojok. Ia tidak memiliki hikmat penciptaan. Ia tidak memiliki hikmat Allah. Di bagian kedua, serentetan binatang liar yang asing bagi Ayub didaftarkan: singa (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:1-2), burung gagak, kambing gunung, dan rusa (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:3-7), keledai liar (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:8-11), lembu hutan (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:12-15), burung unta (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:16-21), burung elang dan rajawali (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:29-33), kecuali kuda perang yang tidak liar (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:22-28). Binatang-binatang liar ini disebutkan untuk menunjukkan ada hal-hal yang berada di luar jangkauan berpikir dan hikmat Ayub. Hal ini ditegaskan kembali dengan penyebutan kuda perang yang ideal yang menunjukkan bahwa Ayub memang tak memiliki hikmat seperti Yahweh. Renungkan: Jawaban Allah di dalam penderitaan kadang bisa berbentuk pertanyaan yang menyadarkan batas-batas pengertian. |
(0.88) | (Ayb 14:14) |
(full: KALAU MANUSIA MATI, DAPATKAH IA HIDUP LAGI?
) Nas : Ayub 14:14 Ayub percaya bahwa setelah mati dan memasuki dunia orang mati (ayat Ayub 14:13), Allah akan memanggil dia keluar dari kubur (ayat Ayub 14:15; bd. 1Kor 15:20; 1Tes 4:16-17); dengan kata lain, Ayub mengungkapkan harapan akan kebangkitan pribadi (lihat cat. --> Ayub 19:25; lihat cat. --> Ayub 19:26). [atau ref. Ayub 19:25-26] Dasar penantian yang penuh harapan ini ialah kasih Allah yang sungguh-sungguh bagi umat-Nya, yaitu "Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu" (ayat Ayub 14:15). Untuk sesaat, Ayub menjangkau kepada Allah dengan ungkapan iman yang meluap-luap. |
(0.88) | (Ayb 12:13) |
(full: PADA ALLAHLAH HIKMAT DAN KEKUATAN.
) Nas : Ayub 12:13 Kita harus percaya bahwa Allah itu bijaksana dan berkuasa sehingga cara-cara-Nya menghadapi kita itulah yang terbaik dan yang paling tepat untuk mencapai yang paling baik bagi kita (bd. Ayub 9:4; 36:5; Yes 40:26,28; Dan 2:20; Rom 16:25,27; lihat cat. --> Rom 8:28). [atau ref. Rom 8:28]
|
(0.88) | (Ayb 1:6) | (jerusalem: menghadap TUHAN) Bagaikan seorang raja Allah memberi "audiensi" pada hari-hari tertentu. Mengenai istilah "anak-anak Allah" bdk Ayu 2:1; 38:7; Kej 6:1+; Maz 29:1+; Maz 89:7. "Anak-anak Allah" itu ialah makhluk-makhluk sorgawi, lebih tinggi derajatnya dari pada derajat manusia. Mereka menjadi iringan Allah dan dewan penasehatNya. Kemudian hari makhluk-makhluk itu disamakan dengan malaikat-malaikat (begitu misalnya dalam Alkitab Yunani), bdk Tob 5:4+ |
(0.88) | (Ayb 27:4) |
(full: BIBIRKU ... TIDAK AKAN MENGUCAPKAN KECURANGAN.
) Nas : Ayub 27:4 Ayub adalah salah satu teladan terbesar mengenai hal ketabahan dalam keyakinan, kesetiaan kepada kebenaran dan ketekunan di dalam iman (lih. Yak 5:11). Tekadnya yang tidak menyimpang untuk mempertahankan integritasnya dan tetap setia kepada Allah tidak ada bandingannya di dalam sejarah keselamatan orang percaya. Pencobaan, penderitaan atau kebungkaman Allah tidak dapat mengubah kesetiaannya kepada Allah dan sabda-Nya (bd. Yes 45:21). Dia menolak untuk mengutuk Allah dan mati (bd. Ayub 2:9).
|
(0.88) | (Ayb 2:11) |
(sh: Simpati dan Empati (Sabtu, 27 November 2004)) Simpati dan EmpatiSimpati dan Empati. Kata-kata hiburan yang terlalu cepat diucapkan, tidak akan terlalu menolong. Kesalahan seperti ini banyak kita lihat dalam adegan-adegan film seperti ketika orang menderita sakit berat, atau mengalami kecelakaan, sering orang lain menghibur dengan ucapan: "Tidak usah kuatir. Segalanya akan beres. Engkau tidak akan mengalami masalah berat." Maksud ucapan penghiburan itu mungkin baik, tetapi sayang orang bermasalah berat tidak akan ditolong hanya dengan simpati. Seorang perempuan misionari berusia setengah baya tiba-tiba mengalami depresi berat. Ia beroleh panggilan untuk melayani Tuhan penuh waktu belum berapa lama. Sesudah mengalami pembaruan hidup ia merasakan panggilan Allah. Tetapi mengapa kini di tengah ia menjawab panggilan itu, ia depresi? Selidik punya selidik, ternyata akar masalahnya ada di masa kecilnya. Ketika masih usia belia, ia diperkosa berulangkali oleh kakeknya sendiri. Luka batin dahsyat itu mendadak pecah. Bagaimana konselor menolongnya menjalani pemulihan diri? Tidak dengan simpati gampangan tetapi dengan empati. Ketika perempuan itu dengan pedih menangis pilu, "Di manakah Allah ketika kakekku merejang memperkosaku?" Si konselor menjawab singkat dengan nada lirih, "Ia di kamar itu juga bersamamu, menanggung derita tak terperi." Empati sarat pemahaman teologis itu berhasil mendukung perempuan itu bangkit dari kehancurannya tentu masih diikuti oleh perjuangan panjang dan berat. Mengapa empati seperti yang diungkapkan Elifas, Bildad, dan Zofar adalah sikap yang paling tepat? Dengan menghibur dan mengucapkan kata-kata menguatkan, orang memposisikan diri lebih daripada yang dihibur. Dengan menangis, mengoyakkan baju, membisu, teman-teman Ayub memposisikan diri serendah dasar terdalam jurang derita temannya itu. Hanya ketika orang yang menderita memiliki orang lain yang sepenanggungan, ia akan sungguh tertolong. Ingat: Satu-satunya yang mengerti penuh derita manusia adalah Kristus, sebab Ia menjadi manusia, dicobai dalam segala perkara, mati dan bangkit bagi kita. Bagikan empati Kristus itu melalui hidup Anda. |
(0.88) | (Ayb 16:1) |
(sh: Bawalah Perkaramu kepada Allah (Jumat, 16 Oktober 2015)) Bawalah Perkaramu kepada AllahJudul: Bawalah Perkaramu kepada Allah Kesulitan hidup membuat tatanan dan prioritas kehidupan kita menjadi nyata. Ada orang yang aktif pelayanan di gereja selama puluhan tahun, tetapi ketika dia hendak membuatkan pesta pernikahan untuk anaknya di lapangan terbuka, dia tidak bisa membendung kekhawatirannya akan turun hujan, maka seorang pawang hujan pun disewa. Menjalani kehidupan religius jauh lebih mudah daripada sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan di tengah masalah yang nyata. Ayub mengalami kesulitan yang melibatkan Tuhan. Kebangkrutan total, kematian anggota keluarga, sakit pada tubuh, kejatuhan status sosial dan seterusnya. Bagi orang yang percaya kepada Tuhan, bagaimana ia dapat melihat semua ini terjadi di luar pengetahuan dan izin Tuhan? Bagi banyak orang, jelas ini karma. Bagi Ayub, iman dan integritas dirinya jelas: ini semua terjadi bukan karena kesalahannya. Dalam kesulitan semacam itu, kepada siapa lagi Ayub harus mengadu? Dua pasal hari ini membawa kita kepada satu momen terobosan yang luar biasa dalam pergumulan Ayub. Masih ada satu harapan bagi Ayub: Tuhan sendiri! Orang yang percaya karma melihat bahwa Ayub pasti seorang pendosa yang belum bertobat. Dalam integritas dan imannya, Ayub mengadu kepada Tuhan agar membela dirinya. Ia membawa perkaranya kepada Tuhan (ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">16:19-21, 17:3)! Pada bagian terakhir (ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">17:11-16), Ayub melihat bahwa impiannya telah menguap, masa depannya kelam, dan tiga kali ia bicara tentang ketiadaan harapan (13-15).Kalau harapan itu ada, harapan itu akan ditemukan di dalam Tuhan. Betapa pun berat masalah yang kita hadapi, di dalam Kristus kita akan selalu menemukan harapan yang baru. [AKI] |
(0.88) | (Ayb 28:28) |
(full: TAKUT AKAN TUHAN, ITULAH HIKMAT.
) Nas : Ayub 28:28 Takut akan dan hormat terhadap Allah merupakan landasan hubungan seorang percaya dengan Allah (Mazm 61:6; Ams 1:7).
|
(0.88) | (Ayb 5:7) | (jerusalem: manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya) Dalam naskah Ibrani tertulis: manusia dilahirkan bagi kesusahan. Tetapi ini sebaik-baiknya diperbaiki (hanya huruf hidup perlu dirubah) |