Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 3812 ayat untuk membiarkan hidup (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.38) (Mzm 116:9) (jerusalem: negeri orang-orang hidup) Yaitu: dunia ini. Pendoa boleh hidup terus. Sebaik-baiknya Maz 116:9 ini ditempatkan sesudah Maz 116:17.
(0.38) (Yoh 1:3) (jerusalem: dari segala yang telah dijadikan. Dalam dia ada hidup) Kata-kata ini juga dapat dihubungkan secara lain, sehingga menjadi: Dari segala yang telah dijadikan, Dialah hidup (nya).
(0.38) (1Kor 7:2) (jerusalem) Nasehat ini ditujukan kepada mereka yang kawin, supaya hidup sebagai suami-isteri. Ini bukan nasehat bagi mereka yang tidak menerima karunia hidup wadat.
(0.38) (Ef 1:4) (jerusalem: supaya kita kudus) Inilah berkat pertama: orang pilihan dipanggil untuk hidup yang membahagiakan; hidup itu sudah dimulai secara terselubung berkat persatuan orang beriman dengan Kristus yang dimuliakan.
(0.37) (Ul 13:1) (sh: Tolak tegas kesesatan (Kamis, 15 Mei 2003))
Tolak tegas kesesatan

Firman Tuhan hari ini keras mengingatkan Israel, juga umat Tuhan masa kini untuk menolak semua godaan yang datang dari berbagai pihak untuk menyembah ilah-ilah lain (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">1,6,12). Pada masa itu agama Kanaan memang sering membuat orang terpesona oleh tanda-tanda ajaib yang dikaitkan dengan kegiatan dewa Baal. Pada masa kini, berbagai kepercayaan magis seperti mencari jimat atau ramalan dari dukun, atau bahkan mencampuri ajaran Kristen dengan unsur takhyul tadi, termasuk dosa yang ditentang keras oleh Allah. Mengapa? Sebab banyak atau sedikit kesesatan itu, tetap membuat kita tidak fokus kepada Allah dan akan berakhir pada berbagai akibat merusak dalam hidup ini.

Firman ini memerintahkan umat menyingkirkan tiga kelompok orang. Pertama, para nabi palsu yang mengundang orang untuk sesat. Kedua, anggota keluarga yang memperkenalkan kesesatan. Ketiga, kelompok orang yang melakukan kesesatan. Ketiga pihak ini harus dihukum mati (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">5,9,15). Dengan cara itu Israel memperlihatkan kesetiaan mereka kepada Allah (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">18). Konteks kita masa kini tentu berbeda. Kita tidak diminta untuk menyingkirkan pihak-pihak seperti itu secara fisik. Pemerintahan Allah atas hati, pikiran, kehendak, perasaan kita membuat kita mengikuti pimpinan Allah untuk memperkecil wilayah kejahatan dan kesesatan dengan doa dan sikap hidup. Sikap hidup yang sepenuhnya menaati firman Allah itu sendiri akan berdampak menelanjangi dan memperkecil ruang gerak kesesatan.

Hanya Yahwe yang telah memberi keluaran, maka Israel hanya boleh menyembah Dia saja. Hanya Yesus yang hidup-mati-bangkit-Nya memberi kita keluaran baru dan membuat kita mengenal Allah sebagai Bapa. Sebab itu, kita tidak boleh membiarkan suara siapa pun mengubah kesetiaan kita kepada-Nya.

Renungkan: Bagi Dia yang telah memberi segalanya, layak kuberikan segenap hati dan hidupku.

(0.37) (Mzm 75:1) (sh: Keadilan Allah sumber harapan kita (Jumat, 22 April 2005))
Keadilan Allah sumber harapan kita


Mengeluh, mencurahkan gejolak hati saat mengalami kesulitan hidup (pasal membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">74), adalah wajar. Memuji Tuhan, bersaksi tentang kebesaran-Nya dalam situasi hidup sulit yang sama, wajarkah? Bila Anda menjawab tidak, bersiaplah untuk berubah sesudah merenungkan Mazmur ini!

Situasi dan kondisi boleh sama sukar dan muskil, namun orang beriman bisa maju lebih daripada sekadar bersikap jujur mencurahkan isi hati di hadapan Tuhan. Doa adalah perjumpaan riil dengan Allah. Selain mengakui keberadaan diri secara jujur, doa juga menjumpai dan mengakui keberadaan Allah secara jujur. Bila itu terjadi, firman yang Allah ucapkan akan terdengar ulang secara baru (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" vsf="TB" ver="">3). Prinsip kebenaran dan penghakiman Allah atas orang berdosa dan kenyataan bahwa Allah tak akan membiarkan dunia yang dikasihi-Nya diluluhlantakkan oleh para pelaku kejahatan, bukan lagi teori. Dalam perjumpaan nyata dengan Allah, kebenaran itu akan menjadi kenyataan seturut waktu Allah (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" vsf="TB" ver="">3a). Dari perjumpaan itu, mengalirlah syukur dan kesaksian akan kedahsyatan Allah dan keajaiban karya-karya-Nya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" vsf="TB" ver="">2).

Sumber harapan kita bukan beberapa aspek diri dan sifat Allah, tetapi keseluruhan-Nya. Kita cenderung hanya menekankan sifat pemurah dan kasih Allah. Padahal Allah menyatakan banyak lagi sifat diri-Nya yang harus kita kenali dan imani penuh. Apabila kita hanya mengimani kebaikan-Nya dan tidak percaya pada keadilan dan penghakiman-Nya, bagaimana kita beroleh penghiburan dan pengharapan menghadapi berbagai kejahatan dalam hidup ini? PeMazmur mampu bersyukur dan bersaksi kendati kesulitan masih menekannya, sebab ia menatap kepada kedaulatan dan keadilan Allah. Kekuatan sejahat sedahsyat apa pun, tunduk ke bawah perintah Allah (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-8). Kejahatan merajalela segila apa pun, pasti harus menenggak cawan murka Allah (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" vsf="TB" ver="">9).

Renungkan: Perhitungkan Allah sepenuh yang Ia nyatakan dalam firman-Nya, baru Anda dapat memperlakukan kondisi hidup macam apa pun sebagai seorang pemenang.

(0.37) (Mzm 91:1) (sh: Siapa tempat perlindungan Anda? (Rabu, 5 Oktober 2005))
Siapa tempat perlindungan Anda?

Apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika Anda membaca kata-kata berlindung dan bernaung? Mungkin Anda membayangkan sebuah tempat yang menjanjikan kedamaian dan keamanan.

Pemazmur mengatakan bahwa hal itu hanya ditemukan di dalam satu Pribadi, yaitu Tuhan Allah! Pemazmur menghubungkan perlindungan bukan dengan tempat atau dengan keadaan melainkan dengan pribadi Allah sendiri, satu-satunya jaminan bagi umat-Nya untuk menghadapi segala kesulitan dan keadaan yang mengerikan (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">3-4)! Tuhan berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan umat-Nya terjerat dalam kesulitan tanpa jalan keluar dan binasa dalam penyakit. Sekalipun tubuh kita dapat dikalahkan oleh penyakit, tetapi jiwa kita aman dalam lindungan-Nya. Ia melindungi umat-Nya dari kuasa si jahat, dan membebaskan mereka dari ketakutan terhadap bahaya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">5-8). Umat-Nya tidak perlu takut karena kesetiaan-Nya adalah jaminan bagi mereka bagaikan perisai dan pagar tembok yang kokoh (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">4,9).

Tuhan tidak menjanjikan kekebalan terhadap kesulitan dan kesesakan. Ia berjanji, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan" (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">15). Bagi siapakah janji itu diberikan? Pertama, bagi orang yang mengenal nama Tuhan dan yang menjadikan-Nya sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanannya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">2). Kedua, bagi orang yang senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, yang senantiasa berseru kepada-Nya, dan yang menjaga komunikasinya dengan Tuhan pada setiap saat.

Banyak kekuatiran dan ketakutan muncul ketika kita ber-sikeras untuk memperjuangkan keinginan dan rencana kita. Hanya ketika kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah supaya Ia menggenapi rencana-Nya dalam setiap aspek dan waktu hidup kita maka kita menemukan kedamaian dan keamanan sejati.

Renungkan: Ketika badai kehidupan menerpa hidup dan diri Anda, siapakah pelindung Anda?

(0.37) (Ul 23:15) (sh: Peduli pada orang lain dan diri sendiri (Jumat, 2 Juli 2004))
Peduli pada orang lain dan diri sendiri

Ada orang rela berkorban untuk kepentingan orang lain tetapi mengabaikan diri sendiri dan keluarganya. Apa artinya pengorbanan diri bagi orang lain, kalau hidup pribadi dan hidup keluarganya berantakan? Keduanya harus diberikan perhatian yang sama.

Pesan-pesan dari perikop ini dapat dilihat sebagai pesan kepedulian terhadap orang lain dan kepada diri sendiri. Peduli kepada orang lain, yaitu: Pertama, peduli terhadap nasib budak yang melarikan diri mungkin sekali lari dari penindasan majikannya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">15-16). Kedua, peduli terhadap sesama saudara dengan tidak memungut bunga pinjaman darinya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">19-20). Hanya kepada orang asing mereka diizinkan mengenakan bunga pinjaman. Kebanyakan orang asing datang untuk berdagang, sementara sebagian besar penduduk Israel adalah petani. Ketiga, peduli kepada sesama yang membutuhkan makanan di dalam perjalanannya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">24-25). Peraturan ini dirancang untuk orang-orang yang dalam perjalanan jauh tidak sempat membawa bekal makanan.

Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga diwujudkan dengan cara: Pertama, peduli terhadap kesucian hidup sehingga tidak membiarkan diri atau anggota keluarganya terjebak dalam pelacuran bakti dan semburit bakti (= persetubuhan sesama lelaki), walaupun hasilnya dipersembahkan untuk Tuhan (band. dengan upaya pencucian uang [money laundry] melalui persembahan di gereja) (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">17-18). Kedua, peduli terhadap integritas pribadi sehingga tidak sembarangan bernazar. Bila sudah bernazar, yang bernazar harus menepatinya dengan sungguh-sungguh (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">21-23). Peduli terhadap diri sendiri dengan menjaga kesucian hidup dan integritas pribadi berarti menghormati Tuhan. Peduli pada orang lain dan diri sendiri harus diberikan porsi yang seimbang. Peduli pada orang lain adalah wujud kasih Kristiani. Peduli terhadap diri sendiri dan keluarga adalah wujud penghormatan kita pada Kristus. Keduanya harus berjalan bersama.

Tekadku: Menjadi berkat bagi sesama, pelindung bagi keluarga dan menjaga diri dari kenajisan, itulah kewajibanku.

(0.36) (Hak 19:1) (ende)

Kalau fasal membiarkan+hidup&tab=notes" ver="ende">17-18(Hak 17-18) menjatakan merosotnja hidup keigamaan di Israil, maka kisah jang kedua ini menggambarkan keruntuhan tatasusila bangsa terpilih. Dengan tjaranja sendiri tjerita inipun menandaskan adjaran umum kitab Hakim2. Bila bangsa terpilih murtad dari Jahwe pasti dihukum pula; bila lalu bertobat, Jahwe berbelas-kasihan dan Ia tak pernah lupa akan umatNja. Pokok inilah jang mau dikemukakan dan si pengarang tidak memberikan pernilaian mengenai segala sesuatu jang diperbuat suku2 jang masih primitip ini. Pada umumnja seluruh kedjadian itu dinilai dengan keluhan ini: Tidak ada radja di Israil sehingga setiap orang memperbuat apa sadja (Hak 19:21-25). Dalam kisahnja nampak djuga persatuan Israil jang asasi dalam agamanja, sehingga semua suku ber-sama2 bertindak untuk menghapus kedjahatan dari tengah2 bangsa. Karenanja merekapun tidak membiarkan satu suku ditumpas sama sekali.

(0.36) (Pkh 3:1) (full: UNTUK SEGALA SESUATU ADA MASANYA ... ADA WAKTUNYA. )

Nas : Pengkh 3:1-8

Allah mempunyai rencana kekal yang mencakup semua maksud dan kegiatan setiap orang di muka bumi. Kita harus mempersembahkan diri kepada Allah sebagai persembahan kudus, membiarkan Roh Kudus melaksanakan rencana Allah bagi kita, dan berhati-hati agar kita tidak ke luar dari kehendak Allah sehingga kehilangan waktu dan maksud yang ditetapkan-Nya bagi hidup kita

(lihat cat. --> Rom 12:1;

lihat cat. --> Rom 12:2).

[atau ref. Rom 12:1-2]

(0.36) (Kol 3:2) (full: PIKIRKANLAH PERKARA YANG DI ATAS. )

Nas : Kol 3:2

Karena hidup kita ada bersama Kristus di sorga (ayat Kol 3:3), kita harus memikirkan perkara yang di atas dan membiarkan sikap kita ditentukan olehnya. Kita harus menilai, mempertimbangkan, dan memikirkan segala sesuatu dari sudut pandangan kekekalan dan sorga. Tujuan dan sasaran kita hendaknya mencari hal-hal rohani (ayat Kol 3:1-4), melawan dosa (ayat Kol 3:5-11), dan mengenakan watak Kristus (ayat Kol 3:12-17). Semua sifat baik, kuasa, pengalaman, dan berkat rohani ada bersama Kristus di sorga. Ia memberikan hal-hal itu kepada sekalian orang yang dengan sungguh-sungguh meminta, dengan tekun mencari dan terus-menerus mengetok (Luk 11:1-13; 1Kor 12:11; Ef 1:3; 4:7-8).

(0.36) (Ayb 1:6) (sh: Yang di bawah sini, disorot oleh yang di atas sana (Rabu, 24 November 2004))
Yang di bawah sini, disorot oleh yang di atas sana

Setuju atau tidak, tayangan acara-acara teve akhir-akhir ini menyadarkan kita bahwa realitas dunia ini rupanya tidak hanya terdiri dari unsur-unsur material dan faktor-faktor logis-rasional. Ada kekuatan atau makhluk lain yang perlu diperhitungkan di dalam menjalani realitas dunia ini. Realitas di balik realitas itu bisa yang merubah keberuntungan kita menjadi kemalangan, atau sebaliknya.

Dalam firman Tuhan ini, kita diperhadapkan dengan gambaran dunia multi-dimensi. Di bawah sini, kita seperti Ayub bekerja, mengambil berbagai keputusan, menikmati tawa-canda-airmata bersama keluarga, dlsb. Di atas sana, ada banyak mata tengah memperhatikan kita. Mata Allah dari wajah-Nya yang tersenyum bangga melihat sepak terjang manusia berintegritas seperti Ayub, atau pedih menyaksikan mereka yang menjalani hidup yang retak. Mata Iblis dari wajahnya yang bengis licik menyeringai buas ingin meluluh Ayub atau mencengkeram abadi mereka yang sudah membiarkan diri menjadi kurbannya. Di atas sana ada diskusi. Allah mengulang kembali, berarti setuju dengan komentar penutur tentang integritas Ayub (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">7-8). Iblis tidak setuju. Dalihnya, Ayub bukan takut akan Allah, tetapi pura-pura saja selama Allah melimpahinya dengan berkat (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">9-11).

Semua kejadian dalam hidup di dunia ini mengandung unsur interaksi antara pilihan dan tindakan manusia dan campur tangan unsur rohani tertentu. Kita harus menolak pandangan rasionalistis bahwa hidup ini hanya terdiri dari unsur-unsur yang tampak seperti uang, barang, tubuh, dlsb. Kita juga harus menolak sikap yang menisbikan segala sesuatu tergantung situasi dan kondisi. Yang nisbi memang ada yaitu yang sementara dalam dunia ini dan kegiatan kejahatan. Yang mutlak hanya satu yaitu Allah, kemuliaan, kehendak, kesetiaan, dan kebenaran-Nya. Tugas dan tanggungjawab kita adalah mengisi hidup ini dengan sikap, motif, dan tindakan yang berkenan kepada Allah. Hanya dengan demikian kita dapat menjalani hidup bernilai kekal.

Ingat: Jangan serasikan hidup Anda dengan nilai-nilai dunia yang jahat. Serasikan dengan Allah!

(0.36) (Mzm 74:1) (sh: Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998))
Mengadu kepada Tuhan.

Kehancuran yang dialami umat Tuhan menjelang atau sesudah masa pembuangan teramat berat. Perbuatan musuh-musuh Israel sangat kejam, sampai merusak tanah, membunuh para nabi Tuhan dan menista Nama Tuhan. Seolah-olah Tuhan berdiam diri, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan umat-Nya terlantar. Dalam keterjepitan itu mereka berteriak berapa lama lagi Tuhan (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">10-11).

Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita.

Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri!

Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu.

(0.36) (Why 2:18) (sh: Batas tipis toleransi dan kompromi (Sabtu, 26 Oktober 2002))
Batas tipis toleransi dan kompromi

Ruhan, Raja Gereja, kali ini mengingatkan sidang jemaat di Tiatira, yang di satu sisi masih memiliki hal-hal yang indah, yakni kasih dan iman sebagaimana terungkap dalam pelayanan dan ketekunan mereka. Istilah ketekunan barangkali menyiratkan adanya rintangan-rintangan dalam pelayanan yang jeaat Tiatira kerjakan. Namun, mereka tidak undur dari pelayanan tersebut. Bahkan, kasih dan iman mereka itu berbuahkan pelayanan yang secara kuntitatif semakin meningkan (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">9). Jemaat Tiatira adalah jemaat yang aktif, dan itu berakar pada kasih dan iman mereka.

Namun demikian, kelemahan jemaat Tiatira juga tidak luput dari pengamatan Tuhan, Raja Gereja. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam jemaat Tiatira. Ia mencela jemaat tersebut karena membiarkan ketidakberesan tersebut tanpa tindakan penanganan. Persoalannya, seperti halnya di jemaat Pergamus, di jemaat Tiatira berkembang suatu bidat yang sudah pasti “mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku” (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">20). Kesesatan itu bermuara pada perzinahan dan kompromi dengan tuntutan dunia yang menganiaya Gereja. ‘Seluk-beluk iblis’ yang dimaksud mungkin semacam ajaran sekaligus praktik ritus misterius yang bermuara pada pemuasan hawa nafsu berikut penyangkalan terhadapnya sebagai dosa dan kecemaran. Anehnya, sidang jemaat Tiatira membiarkan hal itu. Toleransi macam ini, dicela secara tajam oleh Tuhan, Raja Gereja. Ia tidak hanya tidak rela Gereja-Nya dirusak oleh penyimpangan ajaran dan praktik hidup yang tak bermoral, tetapi juga tidak rela Gereja-Nya mendiamkan pembusukan yang terjadi di dalamnya.

Dalam keadaan seperti itu, masih ada orang-orang yang tidak rela melihat keadaan tersebut. “Orang-orang lain di Tiatira” (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">24). Kelihatannya mereka adalah kelompok minoritas. Mereka mempertahankan diri agar tidak terbawa-bawa ke dalam arus penyesatan.

Renungkan: Berusahalah tetap setia pada kebenaran Injil dan hidup dalam kekudusan. Karena Tuhan, Raja Gereja meminta kita untuk tetap untuk memelihara kesetiaan tersebut.

(0.36) (Ul 4:24) (ende)

Api jang makan habis: gambaran itu telah kita ketemukan dalam tradisi tentang Abraham (Kej 15:17) dan Musa (Kel 3:2; 13:21). Akan tetapi disini ungkapan itu terutama sekali menjatakan apa jang dialami oleh bangsa Israel dalam hubungannja dengan Jahwe: jakni kebesaranNja serta kedudukanNja jang menjeluruh dan tunggal. Jahwe samasekali berada diatas manusia dan duniaNja. Dalam kehadiran Allah manusia menaruh segan sekali terhadapNja (Kel 20:18-20; Ula 5:24-26). Ia mengalami bahwa Allah menuntutnja seluruhnja untuk diriNja sendiri serta membakar dan memusnahkan segala jang tidak kudus. Itu berarti bahwa Allah tidak dapat membiarkan manusia jang telah diberi wahju mengenai DiriNja: masih memberi penghormatan kepada dewa-dewa lain. Dari sebab itu Ia djuga disebut sebagai Allah jang "iri-hati". Sikap itu menundjukkan kepada totalitas dari kekuasaan Allah dan tjurahan tjinta kasihNja kepada umatNja. Hubungan serupa itu tak dapat membiarkan sikap mendua hati dan kompromi: melainkan mentjakup manusia sebagai keseluruhan. Djustru dalam hal ini pula Jahwe itu berlainan dengan para dewa bangsa-bangsa lainnja. itu merupakan unsur pokok pengertian bangsa Israel mengenai Allah. Pengertian itu tetap hidup dalam segenap djaman dari sedjarah bangsa Israel.

Adapun keistimewaan wahju bangsa Israel itu ialah bahwa Allah jang transenden dan jang maha-besar itu hendak menghampiri manusia sedekat-dekatnja. (bdk. Ula 4:7).

(0.36) (Ul 7:26) (full: SESUATU KEKEJIAN MASUK KE DALAM RUMAHMU. )

Nas : Ul 7:26

"Sesuatu kekejian" mengacu pada perak dan emas yang dipakaikan pada berhala-berhala Kanaan (ayat Ul 7:25); segala sesuatu yang berkaitan dengan penyembahan berhala harus dibinasakan. Peringatan ini kepada orang Israel untuk membuang segala sesuatu yang keji dari rumah mereka juga berlaku sekarang ini. Segala sesuatu yang mendatangkan dosa dan ketunasusilaan dan bertentangan dengan tabiat kudus Allah tidak boleh diizinkan di dalam rumah kita (bd. Yeh 5:7,9). Oleh karena itu, orang percaya harus sangat berhati-hati supaya tidak membiarkan pengaruh dari gaya hidup yang bejat memasuki rumah mereka melalui orang lain atau sarana hiburan (bd. Ul 12:29-31; 18:12-13; Ams 6:16-19). Gantinya mengizinkan kejahatan dan kefasikan memasuki rumah tangga kita, kita justru harus "benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu" karena membiarkan dan menikmati kejahatan dalam rumah kita berarti jatuh di bawah kutukan Allah (bd. Ul 23:14;

lihat cat. --> Rom 1:32).

[atau ref. Rom 1:32]

(0.36) (2Kor 2:5) (sh: Disiplin terhadap jemaat yang berdosa. (Kamis, 03 September 1998))
Disiplin terhadap jemaat yang berdosa.

Di surat pertamanya, Paulus menegur jemaat yang membiarkan warganya yang berdosa (">1Kor. 5:4-7). Rupanya teguran itu membuat mereka mendisiplin orang berdosa itu dengan berlebihan. Jika ada saudara yang harus didisiplin, sebenarnya seluruh jemaat harus turut sedih dengannya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">5:5" context="true">5). Disiplin yang terlalu berat menyebabkan yang bersangkutan merasa sedih, kecewa dan tersudut, yang akhirnya nekad meninggalkan imannya sama sekali (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">7b). Disiplin adalah tindakan kasih (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">8) yang bertujuan memurnikan, bukan untuk menghukum, sampai orang undur dari iman.

Peraturan tentang disiplin. Pada masa kini jemaat kita perlu meninjau sikap dan tata tertib pelaksanaan disiplin terhadap warganya yang hidup bertentangan dengan firman Tuhan. Seperti Yesus, kita perlu tegas, namun mengasihi dan mengampuni, bukan lunak yang pada intinya adalah kasih yang palsu, yang akhirnya membawa kerusakan besar. Peraturan tentang disiplin memang harus dibuat untuk dijalankan. Motif utamanya ialah agar Iblis tidak berhasil melaksanakan kejahatannya (ayat membiarkan+hidup&tab=notes" ver="">11).

Renungan: Jika kasih Kristus berkobar di antara kita, tak mungkin kita membiarkan sesama kita tetap dalam dosanya atau hancur dalam kesedihan berkepanjangan.

Doa: Tuhan, ajar kami menerapkan hukum kasih-Mu.

(0.35) (Kej 9:18) (ende)

Bangsa Kanaan disini disebut keturunan Cham, karena mereka hidup bertentangan dengan hukum kesusilaan, seperti Cham djuga.

(0.35) (Kel 20:16) (ende)

Kesaksian palsu, terutama dalam pengadilan, membahajakan hidup atau milik orang lain.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA