Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 3126 ayat untuk terselip (ke luar) (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.25) (Mzm 150:1) (sh: Akhir sebuah pujian (Selasa, 31 Desember 2002))
Akhir sebuah pujian

Mazmur ini dimulai dan diakhiri dengan kata haleluya, suatu seruan untuk memuji Tuhan. Dari awal hingga akhirnya paling sedikit ada 10 kata "puji" muncul. Seakan-akan pemazmur ingin mengatakan ini: "Anda bisa saja melupakan apa yang tertulis dalam mazmur-mazmur yang telah Anda baca. Namun, jangan pernah lupakan bahwa sangat penting bagi iman yang autentik untuk memuji Allah!" Ayat 1 mengkonfrontasi kita dengan sebuah pertanyaan yang terbuka. Tidak ada keraguan bahwa "cakrawala-Nya yang kuat" melambangkan langit sebagaimana dalam Kej. 1:6 dinyatakan. Namun, apa yang dimaksud dengan "tempat kudus"? Tampaknya, pemazmur menyejajarkan tempat kudus ini ke tempat kudus di bumi, yaitu Bait Allah di Yerusalem, tempat orang-orang memuji Allah. Perlu juga kita ketahui dan ingat bahwa Bait Allah di bumi dianggap sebagai cerminan dari Bait Allah surgawi, takhta Allah Yang Mahatinggi.

Sebagaimana telah kita lihat dalam mazmur-mazmur sebelumnya, panggilan untuk memuji Allah didukung oleh alasan yang penting dan niscaya perlu. Alasan dalam ayat 2 merupakan alasan yang umum, yang dapat diisi secara pribadi berdasarkan pengalaman masing-masing orang. Alasan ini memusatkan diri pada perbuatan- perbuatan yang ajaib dan keagungan yang luar biasa. Keduanya berbicara tentang kuasa yang di luar pemahaman manusia.

Dalam ayat 3-5, orkestra Bait Allah diundang untuk memberikan sumbangannya ke puji-pujian bait Allah. Namun, tidak ada musik atau alat musik, betapa pun memberikan inspirasi, dapat cukup menjadi alat untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Musik tersebut harus digabung dengan semua yang bernafas. Nafas hidup adalah pemberian Allah bagi semua makhluk, dan itu adalah anugerah (Kej. 7:22). Hadiah ini harus direspons oleh setiap orang dengan puji-pujian. Pujian haleluya yang sejati haruslah paduan suara alam semesta.

Renungkan:
Akhir sebuah pujian yang sejati adalah gema pujian yang tidak berkesudahan, mengajak semua makhluk bersatu irama memuji Yang Kuasa.

(0.25) (1Yoh 4:7) (sh: Allah adalah kasih (Senin, 8 Desember 2003))
Allah adalah kasih

Ini pernyataan luar biasa tentang Allah. Harus jelas dipahami bahwa kasih bukan Allah. Kasih adalah salah satu karakter Allah. Yang benar Allah adalah kasih. Relasi Allah dan manusia ditandai dan dibentuk oleh kasih. Berbagai perbuatan Allah bagi manusia adalah tindakan kasih. Namun dalam bagian ini Yohanes menunjuk kepada puncak pernyataan dan wujud kasih Allah kepada manusia.

Kedatangan Yesus ke dunia adalah bukti kasih Allah (ayat 9). Yesus datang ke dunia untuk menggantikan manusia. Kematian-Nya memberi hidup kepada manusia yang percaya pada-Nya, dan ini bukan karena manusia mengasihi Allah. Oleh sebab itu kita tidak dapat memahami kasih Allah jika itu dilepaskan dari kematian Yesus di kayu salib. Penjelasan tentang kasih Allah di luar salib Kristus adalah pengertian kasih yang tidak sempurna. Sebab itu kini kita yang telah menerima kasih Allah harus merespons dan mewujudkan kasih itu di dalam kehidupan kita (ayat 7,11). Jika tidak, maka tidak ada bukti bahwa kita telah mengalami kasih Allah dan sekarang sedang berelasi dengan-Nya (ayat 7). Relasi kepada Allah dan kepada sesama harus kita demonstrasikan dalam kehidupan kita. Hidup dalam kasih merupakan bukti hidup bersama Allah (ayat 13,15).

Manusia sebagai ciptaan Allah memiliki kemampuan untuk mengasihi. Tetapi kasih yang mereka miliki dan wujudkan akan sempurna jika kasih itu menunjuk pada salib Kristus. Sekali lagi Yohanes menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mengenal kasih Allah lepas dari Kristus. Jika ingin memiliki kasih maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah percaya pada Yesus (ayat 15,16). Tetapi tidak mungkin manusia menjadi percaya Yesus tanpa mendengar kesaksian orang percaya (ayat 14). Setiap yang percaya kepada-Nya dikaruniakan Roh Kudus (ayat 13).

Renungkan: Kasih bersedia berkurban diri karena orang membutuhkan kurban diri tersebut.

(0.25) (1Yoh 4:17) (sh: Allah adalah kasih (Selasa, 9 Desember 2003))
Allah adalah kasih

Ini pernyataan luar biasa tentang Allah. Harus jelas dipahami bahwa kasih bukan Allah. Kasih adalah salah satu karakter Allah. Yang benar Allah adalah kasih. Relasi Allah dan manusia ditandai dan dibentuk oleh kasih. Berbagai perbuatan Allah bagi manusia adalah tindakan kasih. Namun dalam bagian ini Yohanes menunjuk kepada puncak pernyataan dan wujud kasih Allah kepada manusia.

Kedatangan Yesus ke dunia adalah bukti kasih Allah (ayat 9). Yesus datang ke dunia untuk menggantikan manusia. Kematian-Nya memberi hidup kepada manusia yang percaya pada-Nya, dan ini bukan karena manusia mengasihi Allah. Oleh sebab itu kita tidak dapat memahami kasih Allah jika itu dilepaskan dari kematian Yesus di kayu salib. Penjelasan tentang kasih Allah di luar salib Kristus adalah pengertian kasih yang tidak sempurna. Sebab itu kini kita yang telah menerima kasih Allah harus merespons dan mewujudkan kasih itu di dalam kehidupan kita (ayat 7,11). Jika tidak, maka tidak ada bukti bahwa kita telah mengalami kasih Allah dan sekarang sedang berelasi dengan-Nya (ayat 7). Relasi kepada Allah dan kepada sesama harus kita demonstrasikan dalam kehidupan kita. Hidup dalam kasih merupakan bukti hidup bersama Allah (ayat 13,15).

Manusia sebagai ciptaan Allah memiliki kemampuan untuk mengasihi. Tetapi kasih yang mereka miliki dan wujudkan akan sempurna jika kasih itu menunjuk pada salib Kristus. Sekali lagi Yohanes menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mengenal kasih Allah lepas dari Kristus. Jika ingin memiliki kasih maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah percaya pada Yesus (ayat 15,16). Tetapi tidak mungkin manusia menjadi percaya Yesus tanpa mendengar kesaksian orang percaya (ayat 14). Setiap yang percaya kepada-Nya dikaruniakan Roh Kudus (ayat 13).

Renungkan: Kasih bersedia berkurban diri karena orang membutuhkan kurban diri tersebut.

(0.24) (Yeh 40:1) (sh: Penglihatan tentang Bait Suci yang baru (Selasa, 20 November 2001))
Penglihatan tentang Bait Suci yang baru

Empat belas tahun sesudah Yerusalem jatuh (ayat 573 sM) bertepatan dengan tahun ke-25 pembuangan ke Babel. Ketika Yehezkiel mengenang kembali hari terjadinya tragedi tersebut (bdk. 2Taw. 36:10), ia mendapatkan penglihatan baru. Ia dibawa kembali ke tanah Israel, ke sebuah gunung yang tinggi. Dari situ ia melihat sesuatu yang menyerupai "kota" (ayat 2- 3a). Yehezkiel kemudian ditemani oleh seorang malaikat untuk melihat dan memahami penglihatan itu, dan ditugaskan untuk menyampaikannya kepada umat Israel. Pasal 40:1-4 merupakan pendahuluan bagi serangkaian penglihatan yang diuraikan dalam pasal 40-48.

"Kota" yang dilihat Yehezkiel ternyata bukan Yerusalem, melainkan bangunan Bait Suci (ayat 5). Bentuk Bait Suci ini tidak sama dengan Bait Suci Salomo, yang telah dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar. Bait Suci yang baru ini dikelilingi oleh tembok, yang tingginya 6 hasta dan tebalnya 6 hasta (ayat 1 hasta kurang lebih setara dengan 0,5 meter). Selanjutnya, malaikat melakukan pengukuran seluruh bangunan Bait Suci, mulai dari pintu gerbang timur (ayat 6-16). Setiap pintu gerbang berbentuk bangunan berukuran 50 x 25 hasta (ayat 13, 15). Di dalamnya terdapat serambi, yang memisahkan kamar- kamar jaga di kiri kanannya (ayat 10, 16). Di ujung serambi terdapat balai gerbang, yang dibatasi di sebelah luarnya oleh tiang tembok (ayat 8). Tiang-tiang tembok itu diperindah dengan ukiran gambar pohon kurma (ayat 16).

Penglihatan Yehezkiel dimulai dari bagian luar kompleks Bait Suci, yakni tembok-tembok yang mengelilingi dan memisahkan bagian dalam dari bagian luar. Hal ini menjadi penting kalau kita menyadari bahwa Bait Suci adalah kudus, sedangkan dunia penuh dengan dosa. Tembok-tembok itu berfungsi "untuk memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus" (ayat 42:20).

Renungkan: Orang Kristen harus belajar memisahkan yang kudus dari yang berdosa. Ia tidak boleh mencampuradukkan kehidupan yang telah disucikan Allah dengan hal-hal dosa. Kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk menjaga kesucian hidup dan berani menolak segala godaan untuk berbuat dosa.

(0.24) (Yoh 8:21) (sh: Hanya Yesus yang dapat mengatasi masalah dosa (Jumat, 18 Januari 2002))
Hanya Yesus yang dapat mengatasi masalah dosa

Kepada orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya, dan bahkan bermaksud membunuh-Nya, Tuhan Yesus berulang kali menyatakan ke-Allahan-Nya melalui frasa `ego eimi' yang muncul di Yohanes 8:12,18,24,28. Dalam bagian ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah. Dalam ayat 21 dikatakan bahwa Ia berasal dari surga. Orang berdosa, yakni orang yang tidak percaya kepada-Nya, tidak dapat bersama dengan Allah. Orang yang tidak percaya kepada-Nya akan mati, artinya tidak dapat bersekutu dengan Allah dan Yesus. Persekutuan dengan Allah hanya dapat terjadi melalui persekutuan dengan Yesus.

Ayat 23 menegaskan bahwa Yesus datang dari Bapa. Orang yang tidak percaya dikatakan berasal dari dunia ini. Dunia menolak Allah dan karenanya dikatakan dunia yang berdosa. Ada jalinan hubungan erat antara dosa, tidak percaya kepada Yesus, dan mati karena tidak memiliki persekutuan dengan Allah dan Yesus. Dosa, apa pun bentuknya, mengakibatkan kematian. Mati berarti tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan Yesus. Bagaimana persekutuan ini tercipta? Persekutuan hanya dapat lahir melalui iman kepada Yesus, bukan karena perbuatan baik, atau amal ibadah, atau moral yang tinggi, atau kesalehan spiritual yang keras. Tanpa Yesus ia akan mati. Tanpa percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, manusia tetap berada di dalam dosa.

Bagaimanakah ke-Allahan-Nya terungkap? Melalui perkataan dan perbuatan-Nya. Yesus berkali-kali mengatakan bahwa Ia berasal dari Bapa, diutus oleh Bapa (ayat 23,26,29). Terlebih lagi Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ke-Allahan-Nya akan terungkap dengan jelas melalui salib (ayat 28,29). Melalui perbuatan Yesus di kayu salib akan terungkap jelas bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah. Perbuatan Yesus di kayu salib merupakan puncak pengungkapan diri-Nya. Di luar salib, manusia tidak dapat mengenal kedalaman ke-Allahan Yesus. Di luar salib, manusia tak dapat beroleh harapan kasih Allah yang menyelesaikan masalah dosa. Ketika Yesus menyaksikan hal ini, banyak yang percaya kepada-Nya (ayat 30).

Renungkan: Tanpa iman kepada Yesus manusia tetap berada di dalam dosa. Berada di dalam dosa berarti mati, yakni tanpa persekutuan dengan Allah.

(0.24) (Yeh 44:1) (sh: Siapa boleh masuk ke Bait Suci? (Selasa, 27 November 2001))
Siapa boleh masuk ke Bait Suci?

Bila pada permulaan penglihatan ini Yehezkiel dibawa malaikat melewati gerbang timur untuk masuk ke pelataran luar Bait Suci, maka setelah Tuhan Allah masuk melalui gerbang tersebut, gerbang timur ini harus tetap tertutup (ayat 2). Tidak seorang pun boleh keluar-masuk melaluinya. Penutupan pintu ini, selain menjaga agar kekudusan Allah dijunjung tinggi, juga menyatakan secara kongkret bahwa Allah kini berdiam di antara umat-Nya untuk selamanya.

Satu tokoh baru diperkenalkan dalam penglihatan ini, yakni raja (terjemahan yang lebih tepat: pangeran). Sebagai pemimpin bangsa, raja dihormati sebagai satu-satunya tokoh yang boleh makan di hadapan Tuhan, di dalam balai gerbang dari pintu gerbang timur. Tetapi, berbeda de-ngan masa sebelum pembuangan, dalam era baru ini raja pun memiliki keterbatasannya untuk tidak sembarangan masuk ke Bait Suci (ayat 3b).

Kemudian, Yehezkiel diperintahkan untuk memperhatikan de-ngan sungguh-sungguh peraturan-peraturan rumah Tuhan, khususnya siapa yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah Tuhan (ayat 5). Di masa lampau, umat Israel menajiskan Bait Suci dengan membiarkan "orang-orang asing" masuk ke tempat kudus. Mereka ini "tidak bersunat hatinya maupun dagingnya" (ayat 7). Mereka berasal dari bangsa-bangsa lain, dan dipakai oleh orang Israel sebagai "pekerja kasar" (Yosua 9:27), atau sebagai pengawal istana di Yerusalem, yang juga ditugasi oleh raja untuk mengawal Bait Allah (ayat 2 Raja 11:4-8). Oleh para imam, mereka bahkan diizinkan masuk ke Tempat Kudus (ayat 8b), mungkin untuk membantu dalam mempersembahkan kurban, suatu tugas yang sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh orang Lewi (bdk. Bil. 18:1-7). Dengan perbuatan ini, umat Israel menajiskan kesucian rumah Tuhan, dan mereka dianggap telah mengingkari perjanjian Allah dengan umat-Nya. Pelanggaran terhadap kesucian Allah di masa lampau bukan masalah kecil. Yehezkiel mengingatkan bahwa hanya de-ngan meninggalkan kejahatan dan dosa masa lampau, umat Israel dapat mencerminkan kekudusan Allah yang berdiam di tengah mereka.

Renungkan: Kita dapat bersyukur karena di dalam Kristus kita telah dikuduskan dan dilayakkan untuk menghadap takhta Allah. Kita pun dipanggil untuk selalu hidup diperbaharui dalam kekudusan (Kol. 3:9-10).

(0.24) (Kel 13:17) (sh: Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang? (Senin, 18 April 2005))
Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang?


Setiap orang yang berpergian biasanya selalu mencari jarak yang terdekat untuk sampai pada tujuan. Selain menghemat bahan bakar juga menghemat waktu. Namun, tidak demikian dengan pimpinan Tuhan atas bangsa Israel. Tuhan tidak menuntun bangsa Israel untuk pergi ke Kanaan melalui jalan yang paling dekat, tetapi justru melalui jalan yang berputar melewati padang gurun (ayat 18).

Tuhan memimpin bangsa Israel melalui padang gurun bukan semata-mata untuk menghindari peperangan di awal perjalanan yang dapat menyebabkan Israel menyesal ke luar dari Mesir lalu berniat untuk kembali ke sana (ayat 17b). Tuhan berkehendak melatih iman mereka untuk menerima kepemimpinan-Nya. Iman itu sudah ditunjukkan dengan kesediaan mereka keluar dari Mesir sambil membawa serta tulang-tulang Yusuf, nenek moyang mereka, agar dikuburkan di tanah perjanjian (ayat 19; Kej. 50:24-25). Jadi, mereka sudah memercayai janji Allah. Sekarang mereka belajar memercayai cara Allah memimpin mereka. Apakah cara Allah itu? Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, Tuhan dengan jelas menyatakan pimpinan-Nya dengan berjalan di depan bangsa Israel. Pada siang hari Tuhan memimpin dalam tiang awan dan dalam tiang api untuk menerangi mereka pada malam hari (ayat 21-22). Pimpinan Tuhan ini tidak hanya dinyatakan pada awal perjalanan mereka, tetapi secara konsisten Tuhan memimpin langkah-langkah mereka menuju ke Tanah Kanaan.

Hari ini Tuhan memimpin Gereja dalam perjalanan mengarungi padang gurun dunia ini. Tuhan memimpin orang Kristen bukan melalui tiang awan atau tiang api, namun melalui firman Tuhan. Alkitab adalah firman Tuhan. PeMazmur menulis "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz. 119:105). Oleh karena itu untuk mengetahui pimpinan Tuhan dalam hidup Anda, baca dan pelajari Alkitab.

Renungkan: Pimpinan Tuhan jelas dan tegas, nyata dalam firman-Nya. Itu sebabnya anak-anak Tuhan harus membaca dan merenungkannya.

(0.24) (Mzm 78:1) (sh: Mendengar dan meneruskan yang didengar (Jumat, 26 Oktober 2001))
Mendengar dan meneruskan yang didengar

Setiap hari terdapat begitu banyak hal yang dapat kita dengar ataupun ucapkan, yang akan mewarnai hidup kita. Semuanya itu merupakan pilihan bagi kita untuk menentukan dengan apakah kita akan mewarnai hidup kita.

Mazmur ini merupakan catatan yang luar biasa dari generasi ke generasi, yang mengarahkan telinga dan mulut Israel kepada ajaran- ajaran Tuhan. Dalam mazmur ini Israel diingatkan untuk mempertahankan Taurat Tuhan, tidak melupakan perbuatan-Nya, dan tidak memberontak terhadap-Nya. Mereka diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan nenek moyang mereka yang telah memberontak dan mengeraskan hati di padang gurun, sehingga Allah membinasakan mereka.

Asaf memanggil Israel untuk mendengar pengajarannya (ayat 1, 4) dan terus mengajarkannya kepada generasi yang akan datang (ayat 5, 6). Hal ini direncanakan Tuhan agar Israel dapat mempercayai Dia dan mematuhi perintah-perintah yang diberikan-Nya (ayat 7), sehingga Israel tidak jatuh ke dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti nenek moyang mereka (ayat 8). Pemberontakan seperti ini telah mewarnai sejarah perjalanan Israel bersama dengan Allah, sejak mereka berada di padang gurun. Contoh ketidaktaatan ini nyata dalam kehidupan kerajaan utara yang mengabaikan perjanjian mereka dengan Tuhan (ayat 10) dan melupakan karya penyelamatan-Nya (ayat 11).

Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kegagalan sejarah Israel yang diwarnai dengan pemberontakan nenek moyang mereka disebabkan karena: [1] mereka gagal untuk setia mendengar ajaran yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya, dan [2] mereka mengabaikan sejarah karya Allah yang dahsyat dalam perjalanan hidup mereka. Ikatan perjanjian Allah dengan umat-Nya penting dihayati oleh semua umat turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Renungkan: Kristen perlu menyadari dari hari ke hari bagaimana karya Allah dalam sejarah hidup kekristenan, sehingga tidak mengulangi kegagalan yang sama atau tetap bebal walau telah mengalami perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Dan jangan lupa, kita perlu meneruskannya kepada generasi-generasi berikut, agar mereka belajar mengenal Allah dan setia kepada-Nya.

(0.24) (Yer 48:1) (sh: Mati semut karena gula (Senin, 21 Mei 2001))
Mati semut karena gula

Sambil melayangkan matanya mulai dari barat ke timur, Yeremia memaparkan penghukuman yang akan menimpa bangsa demi bangsa. Kali ini tibalah giliran bangsa Moab. Mereka tinggal di sebelah timur Laut Mati. Kota-kota bangsa Moab yang menyerang Yehuda pada masa pemerintahan Yoyakim, akan dihancurkan dan dibiarkan tanpa penghuni (1-10). Kesombongannya akan dipatahkan oleh pukulan dahsyat yang mendadak (11-20). Bagaimanakah Allah melakukan semua itu?

Moab begitu membanggakan topografi yang mereka miliki sebab itu bangsa Moab sulit untuk diserang oleh musuh. Batas sebelah utara terdapat sungai Arnon, batas selatan sungai Zered, di sebelah barat membentang Laut Mati, sedangkan sebelah timur membentang padang pasir. Namun benteng yang dibanggakan justru menjadi bumerang. Ketika serangan dari utara berhasil menembus benteng- benteng kebanggaan Moab (1-2) yang kemudian diikuti serangan dari selatan (3-5), Moab hancur lebur dan hanya 1 pilihan untuk menyelamatkan diri yaitu lari ke padang gurun (6) yang berarti kehancuran perlahan- lahan. Kekuatan militer Moab yang sangat dibanggakan tidak mampu membendung serangan pembinasanya (14). Dewa kebanggaan mereka, Kamos, juga akan dihancurkan, bahkan ikut dalam pembuangan (7). Topografi yang jadi bumerang, militer yang turun ke pembantaian, serta dewa yang tak berdaya melenyapkan budaya anggur mereka (11- 13). Budaya anggur muncul dari kemampuan mereka untuk menjual komoditi mereka yang sangat berharga – anggur – ke luar negeri serta di dalam sejarah mereka tidak pernah mengalami pembuangan. Penghukuman yang dahsyat atas Moab disebabkan karena mereka bersekongkol dengan bangsa lain untuk menentang Babel (bdk. Yer. 27:2-3), puas terhadap diri sendiri (11-12), dan bergantung pada kekuatan sendiri (14).

Renungkan: Inilah peringatan bagi semua manusia bahwa di hadapan Allah kekuatan, kekuasaan, dan kemampuan yang sudah melegenda pun tidak ada artinya. Ketika tiba saatnya Allah menghukum manusia yang selalu menentangnya, maka Allah dapat memutarbalikkan semua fakta dan perhitungan logika manusia, sehingga pasti akan mengalami kehancuran karena kekuatannya sendiri, seperti kata pepatah mati semut karena gula.

(0.24) (Kis 13:1) (sh: Hakikat & ciri gereja yang sehat (Sabtu, 14 Mei 2005))
Hakikat & ciri gereja yang sehat


Suatu hari saya diundang memimpin acara di sebuah gereja. Karena belum begitu mengenal lokasi gereja itu, saya menanyakan petunjuk jalan dan ciri-ciri gereja tersebut. "Bapak masuk ke dalam kompleks itu, belok ke sana dan ke sini. Gereja kami adalah gedung yang terbaru dan terbesar di kompleks itu," demikian jawaban yang saya terima. Untuk menemukan gedung gereja yang saya cari maka petunjuk tersebut sudah tepat. Namun, dapatkah petunjuk itu dipakai untuk menemukan ciri hakiki suatu gereja?

Ciri gereja harus serasi dengan hakikat gereja. Gereja dari asal kata ekklesia (bhs. Yunani) berarti umat Tuhan yang telah dipanggil ke luar dari dunia. Arti ini dapat dilengkapi: gereja juga dipanggil bagi Allah dan rencana-Nya. Inilah ciri gereja di Antiokhia. Oleh karena Allah tidak pilih kasih maka warga dan pemimpin gereja terdiri dari berbagai jenis golongan (ayat 1). Sebagai bagian dari umat Allah, gereja memiliki kehidupan ibadah yang dinamis (ayat 2). Ibadah itu layaknya komunikasi intim yang terdiri dari dialog yang hidup. Dari pihak umat Allah ada ibadah, doa, dan puasa yang berpusat pada Allah. Dari pihak Allah ada penyataan kehendak-Nya agar gereja bergerak bersama-Nya merebut dunia ini. Dalam ketaatan kepada kehendak-Nya dan hakikat gereja itulah, gereja Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas. Dalam kuasa Roh Kudus, Paulus dan Barnabas membongkar tipu daya si musuh (ayat 6-11) dan membebaskan Sergius Paulus bagi Allah (ayat 12).

Gereja yang sehat memiliki berbagai aspek tersebut. Kepemimpinan yang saling melengkapi, ibadah yang dinamis, kepekaan serta ketundukan kepada pimpinan Roh Allah, dan ciri "bergerak" aktif dalam misi harus menjadi ukuran normatif gereja sehat. Ini hanya akan terjadi bila orientasi gereja bukan pada kebanggaan duniawi, tetapi pada kesiagaan mengikuti kehendak Allah apa pun resikonya.

Doaku: Bangunkan, lengkapi, hangatkan, dorong, dan utuslah kami, gereja-Mu ya Tuhan agar Kerajaan-Mu hadir di dunia melalui kami.

(0.24) (Ibr 9:1) (sh: Yang terutama dalam hidup. (Sabtu, 29 April 2000))
Yang terutama dalam hidup.

Kemah pertemuan yang dibangun Musa adalah sebuah kemah yang dirancang oleh Allah sendiri.    Tidak ada satu katedral atau gedung gereja yang termegah    sekalipun yang dapat  menandinginya. Semua yang ada dalam kemah    pertemuan itu tidak diadakan dan diletakkan secara serampangan.    Semuanya mempunyai makna dan kepentingan yang berhubungan dengan    yang terpenting dalam kehidupan bangsa Israel, yaitu hubungan    pribadi mereka dengan Allah.

Kita bisa melihat bahwa rancangan kemah pertemuan memiliki    tujuan menggambarkan tahapan-tahapan untuk menghadap ke hadirat    Allah (ayat 7-10).  Seorang Israel dapat masuk sampai ruangan paling    luar dari kemah pertemuan untuk memberikan persembahan mereka    kepada para imam. Seorang imam biasa dapat masuk hingga ruang    depan yaitu ruang kudus. Sedangkan yang dapat masuk ke ruang    Maha Kudus tempat dimana Allah berkenan hadir, hanya seorang    Imam Besar. Itupun hanya sekali dalam setahun.

Tahapan-tahapan ini menyatakan suatu makna yang dalam.Walaupun    bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan, mereka tidak  terbebas    dari dosa. Bahkan seorang Imam Besar pun tidak dapat masuk ke    ruang Maha Kudus tanpa membawa  darah persembahan (ayat 7), sebagai    lambang penyucian dosa yang sementara bagi dirinya maupun bangsa    Israel. Karena tahun depan jika ia akan masuk lagi ke ruang Maha    Kudus ia harus membawa lagi darah sebagai persembahan.

Melalui Kristus, sebagai Imam Besar, kita dapat langsung    menghadap Allah kapan saja. Setiap saat kita dapat mengarahkan    hati kita kepada Allah dan dengan penuh keyakinan kita tahu    bahwa pada saat itu juga Allah memberikan perhatian kepada kita    secara penuh dan segera.Sungguh ini merupakan hak istimewa yang    kita miliki, yaitu kita dapat bergegas datang kepada-Nya dan    yakin bahwa Ia akan menyambut kita dengan hangatnya.

Renungkan: Karena itu yang terpenting di dalam hidup kita,    adalah persekutuan pribadi dengan Allah. Membangun persekutuan    pribadi dengan Allah haruslah merupakan pusat dari seluruh    aktifitas hidup kita, seperti rancangan kemah pertemuan yang    berpusat pada hubungan dengan Allah.

(0.23) (1Raj 8:1) (full: TABUT PERJANJIAN TUHAN. )

Nas : 1Raj 8:1

Tabut perjanjian menjadi satu-satunya perabot di Tempat Yang Mahakudus. Tabut itu merupakan sebuah kotak sepanjang 1 m 14 cm, lebar 68.5 cm dan setinggi 68.5 cm, terbuat dari kayu penaga dan dilapisi dalam dan luar dengan emas murni. Tabut itu mula-mula berisi tiga benda pengingat bahwa Allah adalah raja atas Israel:

  1. (1) loh-loh batu yang berukir Kesepuluh Hukum (bd. Kel 25:16,21; Kel 40:20;

    lihat cat. --> Kel 25:10);

    [atau ref. Kel 25:10]

  2. (2) sebuah buli-buli emas penuh dengan manna, yaitu makanan yang disediakan Allah setiap hari untuk Israel selama mereka mengembara di padang gurun; dan
  3. (3) tongkat Harun yang bertunas secara adikodrati. Akan tetapi, pada zaman Salomo tabut perjanjian hanya berisi dua loh batu (2Taw 5:10). Tabut itu ditutup dengan "tutup pendamaian," tempat darah dipercikkan setiap tahun sekali oleh imam besar pada Hari Raya Pendamaian. Dua kerub emas diukir seiras, ditempatkan dengan muka saling menghadap dengan sayap terbentang ke depan, sambil menudungi tutup tabut dalam bentuk lingkungan. Pada tengah tutup pendamaian, kehadiran Allah dilambangkan oleh terang adikodrati yang sangat cemerlang disebut shekinah

    (lihat art. KEMULIAAN ALLAH).

(0.23) (Kis 19:6) (full: TURUNLAH ROH KUDUS KE ATAS MEREKA. )

Nas : Kis 19:6

Peristiwa ini terjadi sekitar 25 tahun setelah peristiwa Pentakosta (Kis 2:4), namun, pola penerimaan Roh Kudus dari 12 orang ini sangat konsisten dengan pola biasa yang sudah disajikan Lukas

(lihat cat. --> Kis 8:5-24).

[atau ref. Kis 8:5-24]

  1. 1) Mereka percaya kepada Kristus dan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus

    (lihat cat. --> Kis 19:5 sebelumnya).

    [atau ref. Kis 19:5]

  2. 2) Setelah mereka dibaptis dalam air (ayat Kis 19:5), Paulus menumpangkan tangannya atas mereka dan mereka dibaptis dalam Roh Kudus.
  3. 3) Pada saat Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka mulai berkata-kata dengan bahasa roh dan bernubuat. Lukas tidak pernah menyampaikan pencurahan Roh Kudus sebagai sesuatu yang dapat diketahui dengan iman saja. Sebaliknya, Lukas menunjukkan bahwa pengalaman ini dapat diketahui dan dikenali serta dapat dibuktikan secara obyektif; berkata-kata dengan bahasa roh adalah bukti luar yang kelihatan bahwa Roh Kudus telah turun atas para pengikut Yesus ini

    (lihat art. BERKATA-KATA DENGAN BAHASA ROH).

(0.23) (Bil 25:1) (jerusalem) Ceritera kuno, Bil 25:1-5, mengandaikan keadaan historis yang sama seperti yang melatarbelakangi ceritera-ceritera mengenai Bileam, bdk Bil 22:36+. Tempat kudus bagi Baal-Peor, bdk Bil 23:28, terletak di perbatasan Israel dengan Moab. Kedua bangsa itu berziarah ke tempat kudus itu. Perempuan-perempuan Moab membujuk orang Israel, sehingga turut beribadat kepada dewa (dewata) mereka, bdk Bil 31:16. Bil 25:6-18 yang melalui Bil 25:18 dihubungkan dengan tempat kudus yang sama, berasal dari tradisi Para Imam. Tetapi tradisi Para Imam itu memanfaatkan sebuah tradisi lebih tua. Dalam ceritera tua itu tampil berperan seorang perempuan Midian. Suku Midian itu memang mengembara di seluruh kawasan itu, bdk Bil 22:4,7, jauh di luar wilayah mereka sendiri, bdk Kel 2:11+. Mereka juga berziarah ke tempat kudus yang sama. Ceritera ini menjadi alasan mengapa diceriterakan juga perang melawan Midian, Bil 31:1+. Tradisi mengenai Musa memandang baik suku Midian, bdk Kel 2:18+, tetapi dalam tradisi lain ini suku itu menjadi musuh Israel. Bdk Hak 7-9.
(0.23) (Ezr 7:11) (sh: Allah yang mengambil, Allah yang mengembalikan (Kamis, 9 Desember 1999))
Allah yang mengambil, Allah yang mengembalikan

Pada masa pembuangan Israel, harta benda Yehuda dan perkakas Bait Allah diangkut ke Babilon. Ketika umat Allah dibebaskan dan pulang ke Yerusalem lagi, Allah juga mengembalikan segala perkakas Bait Allah dan barang-barang lain yang dibutuhkan umat (emas, perak, uang), bahkan kemudahan-kemudahan diperoleh dari penduduk Babilon. Betapa luar biasa Allah kita! Kristen masa kini, janganlah takut menghadapi bahaya apa pun, karena Allah bertindak menyatakan kuasa-Nya dalam berbagai macam cara.

Tidak merdeka tetapi melebihi merdeka. Yehuda masih di bawah kuasa raja Koresy, namun pelaksanaan firman Tuhan secara murni lebih terjamin dibandingkan ketika Yehuda berada di bawah pemerintahan raja Yehuda sendiri. Kebenaran yang kita dapatkan bahwa Kristen tidak perlu takut hidup di bawah pemerintahan siapa pun termasuk pemerintahan yang tidak mengenal Allah, karena jaminan kebebasan melaksanakan kehidupan agama secara murni dan konsekuen berada dalam genggaman Allah kita yang berdaulat.

Renungkan: Begitu banyak usaha yang menghancurkan semangat Kristen beribadah kepada Allah, tetapi janganlah takut untuk menyembah dan menyaksikan kebenaran Allah.

(0.23) (Yes 39:1) (sh: Hukuman karena tidak setia. (Selasa, 8 Desember 1998))
Hukuman karena tidak setia.

Karya Allah nyata dalam kehidupan bangsa Israel, umumnya, dan hidup raja Hizkia, khususnya. Bayangkan, tindakan setia Allah melepaskan mereka dari kepungan tentara Asyur, dengan cara yang sangat ajaib; bahkan Allah menunda kematian Hizkia 15 belas tahun lagi, diresponi dengan sangat memalukan. Tidakkah ini suatu anugerah yang luar biasa, yang Allah berikan kepadanya? Bukan saja anugerah pengampunan, tetapi anugerah kehidupan.

Pemanfaatan kesempatan. Hizkia telah salah memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan kepadanya. Ia mulai menjalin persahabatan dengan bangsa Babel, dan berharap memperoleh perlindungan. Ia bahkan memamerkan dan bermegah atas kekayaannya dan kekayaan Bait Allah. Akibatnya, Allah menghukum kesombongan raja Hizkia. Babel yang diharapkan mampu memberikan pertolongan justru sebaliknya, menjadi alat penghukuman Allah. Keturunan raja Hizkia akan dibuang ke Babel, dan lebih menyedihkan lagi, kekayaan yang pernah Hizkia pamerkan, diangkut tanpa sisa ke Babel. Peringatan buat segenap orang percaya bahwa pertobatan yang tidak diikuti oleh kesetiaan kepada Allah, akan mendatangkan hukuman.

Doa: Tuhan, jauhkanlah kesombongan yang mendukakan Engkau.

(0.23) (Yoh 4:1) (sh: Percakapan di pinggir sumur (Sabtu, 02 Januari 1999))
Percakapan di pinggir sumur

Ucapan-ucapan pengajaran Yesus, tidak cukup bila hanya didengarkan. Ucapan-ucapan itu begitu menggelitik bahkan memancing hati dan pikiran untuk terlibat lebih dalam lagi. Percakapan Yesus dengan perempuan Samaria penuh dengan pengajaran-pengajaran yang luar biasa dalam maknanya. Pembahasan bergulir mulus dari soal air, timba dan sumur ke sosok Kristus, Sang Air Hidup. Yesus menampilkan suatu metode penginjilan pribadi yang mengesankan.

Dari air sumur ke Air hidup. Dapatkah air sumur, walau setimba banyaknya, melegakan dahaga jiwa dari rasa takut, kuatir, dan tidak aman? Perempuan Samaria ini memuaskan dahaga jiwanya dengan pengajaran-pengajaran yang benar dan itu didapatkannya dari Yesus, sang "Air hidup" (ayat 13, 14).

Respons yang tepat. Setiap orang yang belum mengenal Allah secara nyata, akan haus dan berusaha memuaskan kehausan itu dengan pelbagai cara. Seperti perempuan Samaria "haus" ini meresponi tawaran Yesus dengan kerinduan hati yang tepat (ayat 15), begitu jugalah seharusnya orang percaya terhadap pemberitaan firman Tuhan. Bukalah hati untuk menerima siraman "Air Hidup" yang melegakan.

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih, Engkaulah Air Hidup kami sejati.

(0.23) (Yoh 6:16) (sh: Yesus menampakkan ke-Allah-an-Nya (Rabu, 9 Januari 2002))
Yesus menampakkan ke-Allah-an-Nya

Melihat perbuatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika memberi makan lebih dari 5000 orang, kita tidak melihat reaksi murid-murid secara jelas. Kita tidak tahu apakah perbuatan Yesus membuat mereka semakin dalam mengenal Yesus. Jika dalam 2:11 murid-murid yang melihat air berubah menjadi anggur semakin dalam imannya kepada Yesus, maka pada peristiwa kali ini tidak jelas efeknya terhadap murid-murid.

Ketika hari sudah mulai malam, murid-murid menyeberang ke Kapernaum dengan perahu (ayat 16-17). Yesus tidak bersama dengan mereka. Di tengah perjalanan mereka melihat Tuhan Yesus berjalan di atas air. Kembali Yesus bersaksi melalui perbuatan dan bukannya perkataan. Melihat Yesus berjalan di atas air, mereka menjadi takut (ayat 19). Mereka menjadi takut bukan karena menghadapi danau yang sedang bergelora karena angin kencang. Mereka takut karena melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka takut karena melihat Yesus mendemonstrasikan ke-Allahan-Nya. Yesus berjalan di atas air bukan karena hendak menyelamatkan mereka dari danau yang sedang bergelora. Yesus berjalan di atas air karena ingin bersaksi bahwa Ia adalah Anak Allah.

Ketika Yesus sudah dekat, Ia berkata kepada mereka, "Aku ini, jangan takut" (ayat 20). Dalam bahasa Yunani frasa "Aku ini" adalah terjemahan dari `ego eimi'. Frasa ini muncul dalam 4:26 dalam kaitan dengan ke-Mesiasan-Nya. Dalam Yesaya 43, frasa ini adalah ucapan Allah. Kombinasi frasa ini dengan perintah untuk tidak takut mengungkapkan ke-Allahan Yesus. Melihat Yesus berjalan di atas air dan mendengar kalimat Yesus yang biasa muncul dari mulut Allah, murid-murid tidak memberikan respons apa pun. Mereka tetap membisu. Tidak jelas kepada kita apakah iman mereka semakin dalam melihat penyataan diri Yesus yang luar biasa. Di samping kedua hal ini, murid-murid juga mengalami mukjizat yang lain. Perahu mereka seketika tiba di tempat tujuan (ayat 21). Meski mengalami 4 bentuk kesaksian (memberikan makan, berjalan di atas air, frasa ego eimi, dan tiba seketika), murid-murid tidak secara jelas mengungkapkan iman mereka.

Renungkan: Perkataan dan perbuatan Yesus merupakan bentuk kesaksi agar orang-orang percaya dan lebih dalam mengenal-Nya.

(0.23) (Mat 21:12) (sh: Kegagalan rohani: hidup tapi mati! (Selasa, 27 Februari 2001))
Kegagalan rohani: hidup tapi mati!

Di sebuah gereja, ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pun noda dalam pelayanannya. Banyak orang mengira bahwa ia adalah seorang Kristen yang dekat dengan Tuhan. Ternyata apa yang nampak di luar tidak selalu mencerminkan apa yang ada di dalam. Baginya terlebih penting melayani daripada persekutuan pribadi dengan Tuhan. Sekian tahun ia melayani, tetapi mengalami kegagalan rohani, karena ia hanya melayani dirinya sendiri.

Dua perikop yang kita baca mencerminkan betapa kerasnya Yesus menegur segala macam bentuk kegagalan rohani. Pertama, Bait Allah, tempat umat- Nya berdoa dan bertemu Allah, telah mereka jadikan tempat perdagangan yang menghasilkan untung. Mereka bukan sekadar menyalahgunakan fungsi Bait Allah sebagai tempat berdagang, tetapi kemarahan- Nya yang sedemikian meluap dikarenakan umat-Nya yang seharusnya menjaga kekudusan dan kekhidmatan rumah Allah telah menggeser: tujuan bagi Allah menjadi tujuan bagi manusia. Bait Allah adalah rumah yang disediakan bagi umat untuk memprioritaskan Allah, tetapi mereka telah menjadikan tempat untuk memprioritaskan materi. Dua respons yang bertolakbelakang: respons orang buta dan orang timpang, dan respons imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ayat 14-16) mencerminkan bagaimana keadaan saleh tampak luar tidak menjamin kemurnian hati mereka meresponi pekerjaan Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat hidup dalam kebenaran mereka sendiri, sehingga hati mereka dipenuhi kejengkelan menyaksikan mukjizat Allah.

Hal yang kedua, Yesus mengutuk pohon ara yang hanya menghasilkan daun-daun dan tidak menghasilkan buah. Apa gunanya daun tanpa buah? Manakah yang dinikmati orang: daun atau buah? Yesus menggunakan contoh ini untuk menegur orang-orang Yahudi yang mengaku sebagai umat Tuhan tetapi tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan. Apa gunanya nampak saleh jikalau rohaninya mati? Jikalau Tuhan berkunjung ke rumah Kristen, ke gereja, ke kantor dimana Kristen berada, adakah Ia pun kecewa karena hanya menemukan daun dan bukan buah? Renungkan: Kristen yang tidak memprioritaskan persekutuan dengan Tuhan akan mengalami kegagalan rohani, walaupun nampaknya hidup, pada hakikatnya mati.

(0.22) (Luk 17:36) (ende)

Ajat ini hanja terdapat dalam "Vulgata" dan dalam satu dua naskah purba. Disangka terselip dari Mat 24:40 kesini. Sebab tidak tersua dalam kebanjakan naskah purba jang terpenting, ajat ini disini diberi berkurung.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.31 detik
dipersembahkan oleh YLSA