Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 169 ayat untuk mengatur (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.31) (Ul 25:11) (sh: Tidak jujur dalam bisnis (Selasa, 6 Juli 2004))
Tidak jujur dalam bisnis

Masyarakat Israel adalah masyarakat yang diatur oleh Hukum Taurat pemberian Allah. Hukum Taurat mengatur perilaku mereka sehari-hari. Salah satu perilaku itu diwujudkan dengan hidup jujur terhadap sesamanya.

Peraturan di ayat 13-16 diberikan guna mengatur transaksi dagang agar dilakukan dengan jujur. Kejujuran dalam transaksi dagang ditekankan pada penggunaan batu timbangan dan efa. Batu timbangan adalah alat untuk mengukur berat. Sedangkan efa adalah alat untuk mengukur volume. Pedagang yang tidak jujur menggunakan batu timbangan yang lebih berat dari seharusnya agar mendapatkan lebih banyak. Misalnya, ia membeli 100 kg beras. Dengan batu timbangan yang beratnya 1.05 kg, ia mendapatkan 105 kg beras. Ketika ia menjual beras itu, ia menggunakan batu timbangan yang lebih ringan (ayat 0,95 kg). Dengan demikian pembeli dirugikan setengah ons setiap kilonya. Demikian pula pedagang yang tidak jujur menggunakan efa yang lebih besar untuk mendapatkan jerami lebih banyak, namun ia menjual jerami itu dengan menggunakan efa yang lebih kecil. Praktik seperti ini mungkin lazim kita temui pada masa kini di pasar.

Tindakan berdagang yang tidak jujur seperti ini dilarang oleh Hukum Taurat dengan dua alasan: Pertama, adalah "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN Allahmu" (ayat 15). Penipuan dalam jangka panjang tidak dapat ditutupi. Bila ketahuan, si penipu akan kehilangan kepercayaan dari pelanggannya dan hidup tidak sejahtera. Masyarakat dan bangsa menjadi rusak bila ketidakjujuran merajalela. Kedua, orang yang berbuat curang adalah kekejian di hadapan Tuhan, oleh karena itu Ia akan menghukum setiap tindakan ketidakjujuran yang dilakukan oleh umat-Nya. Tuhan menuntut orang Kristen untuk hidup jujur, bukan hanya jujur dalam perdagangan saja tetapi juga jujur dalam segala tindakan sehari-hari.

Camkanlah: Tuhan tidak senang terhadap ketidakjujuran. Hidup tidak jujur menyebabkan Anda tidak menjadi berkat bagi orang lain.

(0.31) (2Taw 27:1) (sh: Mengarahkan hidup kepada TUHAN (Senin, 1 Juli 2002))
Mengarahkan hidup kepada TUHAN

Catatan Tawarikh tentang tiga raja sebelum Yotam ditandai oleh satu kesamaan, masa pemerintahan mereka terbagi dua: masa saat mereka setia kepada Allah dan masa saat mereka tidak setia. Tetapi, catatan tentang Yotam tidak memiliki pembagian ini. Malahan, penulis Tawarikh mencatat beberapa hal yang tidak ditampilkan oleh II Raja-raja: bahwa Yotam tidak lancang memasuki Bait Allah dan melakukan tugas imam (ayat 2, bdk. 2Raja 15:34), dan bahwa Yotam menaklukkan raja Amon (ayat 5-6). Semua keberhasilannya ini disebabkan karena Yotam "mengarahkan hidupnya kepada TUHAN, Allahnya" (ayat 6).

Kejadian yang telah dialami oleh raja-raja sebelumnya menjadi pelajaran bagi Yotam. Betul bahwa rakyatnya masih melakukan hal-hal yang merusak dan korup (ayat 2). Yotam memang gagal dalam bidang ini. Namun, yang digarisbawahi oleh penulis Tawarikh adalah bahwa raja Yotam juga bertindak bagi kemuliaan TUHAN, Allah Israel. Ia melakukan perombakan dan penambahan bagi bait Allah, walaupun tidak banyak (ayat 3). Tampilnya Yotam menjadi seorang raja yang kuat secara politis juga menjadi pertanda kemuliaan Allah yang tampak melalui Israel.

Ayah Yotam, Uzia, juga menjadi sosok raja yang kuat. Namun, kekuatannya itulah yang kemudian membuat ia tinggi hati dan jatuh ke dalam dosa (ayat 16). Tidaklah demikian halnya dengan Yotam. Kekuatan Yotam sebagai seorang raja terus bertahan. Kekuatan itu bertahan justru karena Yotam "mengarahkan hidupnya kepada TUHAN, Allahnya" (ayat 6). Dalam bahasa aslinya, kata "mengarahkan" juga mempunyai makna mengatur (bdk. Ams 21:29b). Artinya, Yotam dengan penuh kesadaran mengarahkan dan mengatur setiap aspek kehidupannya sebagai raja hanya kepada apa yang benar bagi Tuhan. Kekuatan Yotam bertumpu pada hal ini.

Renungkan: Zaman ketika kita hidup sekarang menyamakan kekuatan dengan ketidakbergantungan pada siapa pun dan apa pun. Panggilan kita sebagai Kristen, justru adalah untuk menunjukkan melalui hidup kita, dalam kerendahan hati, bahwa Allahlah satu-satunya sumber kekuatan yang sejati.

(0.31) (Ayb 38:1) (sh: Manusia vs Allah (Sabtu, 23 Agustus 2003))
Manusia vs Allah

Ketika pada akhirnya Ayub melayangkan gugatan kepada Allah (ayat 31:35), Ayub telah bertindak seolah ia mengerti masalah penderitaannya adalah masalah dengan Tuhan. Ayub menuntut Allah agar bertanggung jawab atas penderitaannya. Namun, Allah tidak menjawab gugatan Ayub. Sebaliknya, Allah mempertanyakan hak Ayub menggugat Dia. Siapakah Ayub, ciptaan dibandingkan dengan Allah, Pencipta?

Karena Ayub menantang Allah maka Allah balik menantang Ayub. Allah mulai dengan pertanyaan pertama: di manakah Ayub ketika alam semesta dan segala isinya diciptakan (ayat 38:4-21)? Adakah Ayub hadir ketika Allah berkarya? Di mana Ayub waktu TUHAN menciptakan bumi, (ayat 4-7); laut (ayat 8-11); pagi hari (ayat 12-15); dunia dalam (ayat 16-18); terang (ayat 19-21); salju (ayat 22-23); badai (ayat 24-27); hujan (ayat 28-30); bintang-bintang (ayat 31- 33); awan (ayat 34-38). Pertanyaan kedua: apakah Ayub bisa mengatur alam semesta yang telah diciptakan Allah secara dahsyat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja tidak dapat dijawab oleh Ayub, tetapi sebaliknya menggugah hati Ayub. Respons Ayub ini sekaligus menunjukkan suatu pengakuan bahwa ada perbedaan kualitas antara dirinya dengan diri Allah. Perbedaan kualitas yang tidak terjembatani, sehingga tidak layak Ayub berbantahan dengan Allah.

Pertanyaan-pertanyaan Allah yang tak dapat dijawab menyadarkan Ayub untuk belajar dua hal: [1] Ayub mengakui bahwa bukan ia yang mampu atau berhak mengatur dan menentukan jalan kehidupan di alam ciptaan Allah ini; [2] Ayub mengakui sepenuhnya bahwa Allah Pencipta berdaulat penuh atas seluruh alam ciptaan termasuk dirinya. Jika demikian pantaskah Ayub menggugat Allah karena penderitaannya?

Renungkan: Jangan pernah menuduh Allah sebagai penyebab penderitaan Anda. Sepatutnya pergunakan hak Anda untuk menyembah Dia dan mohon pimpinan serta pertolongan-Nya.

(0.31) (Pkh 11:1) (sh: Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan (Senin, 11 Oktober 2004))
Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan

Jim dan Elizabeth Elliot bersama seorang putrinya pergi menjadi utusan Injil ke Equador, Amerika Selatan. Dalam sebuah kunjungan ke pedalaman, Jim dan beberapa rekannya dibunuh oleh penduduk asli. Niat Elizabeth Elliot untuk memberitakan Injil tidak surut sehingga ia memutuskan masuk ke daerah pedalaman tersebut untuk meneruskan pekerjaan yang telah dirintis almarhum suaminya. Ia melayani Tuhan di sana dan akhirnya, orang yang membunuh suaminya pun menjadi anak Tuhan.

Dalam hidup ini ada banyak hal yang terjadi namun, sedikit yang mampu kita pahami. Seberapa pun kepandaian manusia memahami semua ilmu pengetahuan dan mampu menciptakan berbagai alat yang berguna bagi kehidupan, tetap ada banyak peristiwa hidup yang tak terselami. Keterbatasan tersebut disebabkan Tuhan yang mengatur kehidupan manusia dan di "tangan-Nyalah" nafas semua makhluk hidup. Firman Tuhan menyatakan "Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah" (ayat 5). Pekerjaan Tuhan terhadap dunia ini tak terselami, seperti kita juga tidak mampu mengatur pertumbuhan benih yang kita tabur di tanah (ayat 6) ataupun memahami gerakan alam semesta ini (ayat 3). Adakalanya kita lupa bahwa kita bukanlah pusat dari alam semesta; melainkan kehidupan kita di dunia ini hanyalah bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar. Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memercayai Tuhan dalam segala lakunya (ayat 8).

Namun, ada satu penghiburan bagi kita anak-anak-Nya yaitu Tuhan itu kasih. Jika Ia bukanlah Tuhan yang kasih maka Ia tidak akan mau menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya di kayu salib dan membayar hukuman atas dosa kita. Sebenarnya, Tuhan tidak harus menjadi manusia, tetapi Ia memilih untuk melakukan semua itu demi kasih-Nya kepada kita. Kendati Ia mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa kita bukan berarti rancangan-Nya yang indah untuk hidup kita akan gagal.

Renungkan: Iman sejati berarti memercayai rencana Tuhan tetap yang terbaik bagi hidup kita pada saat kita sedang menderita.

(0.27) (1Taw 16:37) (sh: Ibadah berkesinambungan (Senin, 11 Februari 2002))
Ibadah berkesinambungan

Telah kita renungkan beberapa hari ini kesemarakan ibadah. Musik, puji-pujian, tari-tarian, makan bersama, persekutuan, bermazmur mengingat-ingat kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya adalah unsur-unsur penting yang bersama-sama membuat ibadah menjadi semacam pengalaman puncak dalam kehidupan. Tetapi, kita tahu bahwa hidup tidak terus-menerus pesta. Hidup lebih banyak terdiri dari pengalaman-pengalaman datar ketika orang menjalankan kegiatan dan kewajiban sehari-harinya dengan teratur. Ibadah pun demikian. Kesukaan berjumpa Allah tidak selamanya terungkapkan dalam pengalaman pesta rohani. Daud menyadari bahwa yang lebih penting dari pengalaman puncak tersebut adalah mengatur agar penyelenggaraan ibadah berjalan dengan teratur tiap hari.

Daud membuat beberapa ketentuan yang menempatkan petugas-petugas khusus. Di antaranya ia menetapkan para penjaga pintu (ayat 38), para pelayan kurban bakaran (ayat 39-40), dan para pelayan yang memimpin dalam puji-pujian bagi Tuhan. Tentunya ibadah waktu itu melibatkan lebih banyak lagi kegiatan dan unsur, namun disebutnya ketiga hal ini menunjukkan bahwa hal-hal tersebut sangat vital bagi kelangsungan ibadah tiap hari waktu itu. Para penjaga gerbang berfungsi ganda, menjaga keamanan dan kemurnian ibadah. Para pelayan kurban memastikan bahwa kegiatan pusat ibadah bukan saja berjalan dengan sinambung, tetapi juga dengan benar. Para pemandu puji-pujian memberi kerangka sehingga umat boleh mengembangkan penyembahan mereka.

Ayat penutup bagian ini penting untuk kita renungkan. Setelah selesai ibadah dan mengatur agar ibadah berlangsung, Daud dan seluruh umat pulang ke rumah mereka masing-masing. Gerak yang terjadi adalah dari rumah ke Rumah Allah kembali ke rumah masing-masing. Itulah hakikat ibadah yang sejati. Ibadah kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari kenyataan hidup sehari-hari. Kita hanya dapat menyembah Allah dengan benar bila penyembahan itu datang dari dan bermuara kembali kepada hubungan-hubungan sehari-hari kita.

Renungkan: Kedalaman dan keluasan mutu ibadah kita kepada Allah berhubungan langsung dengan kedalaman dan keluasan hubungan-hubungan kita sehari-hari.

(0.27) (Mzm 104:19) (sh: Allah mengatur segala sesuatu (Minggu, 28 Maret 1999))
Allah mengatur segala sesuatu

Seluruh ciptaan, telah diatur Allah sedemikian rupa hingga masing-masingnya berada pada jalur dan waktu yang telah disediakan-Nya. Bulan tidak akan pernah menjadi matahari, begitu pula sebaliknya. Binatang yang keluar pada siang hari, akan beristirahat di malam hari; tumbuh-tumbuhan yang berbunga pada musim semi, tidak akan berbunga pada musim dingin, dst. Begitu pula dengan kita, meskipun kita adalah bagian tertinggi dari segenap ciptaan Allah, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Namun fakta menunjukkan bahwa kita seringkali lupa akan posisi ini. Misalnya, ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dlsb. kita menganggap bahwa kesuksesan ini diperoleh karena usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah; dan ketika kita berada dalam penderitaan, sengsara dan dijerat kemiskinan, kita sering beranggapan bahwa Allah membiarkan kita sendiri. Kita harus menyadari dan memahami bahwa masing-masing ciptaan telah Allah letakkan pada jalur menuju pemenuhan kehendak-Nya.

Setia pada Allah. Untuk tetap berada pada jalur yang telah Allah sediakan, dan demi memenuhi kehendak-Nya, maka sege-nap ciptaan harus setia dan tunduk pada ketetapan-ketetapan-Nya. Kesetiaan ini merupakan perwujudan respons kita terhadap kesetiaan dan pemeliharaan Allah yang telah terlebih dahulu Allah nyatakan dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita lupa untuk bertindak setia kepada Allah. Biasanya ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk berusaha melupakan hal-hal yang baik yang kita terima, dan mengingat-ingat hal-hal yang merugikan kita. Begitu mudahkah karya agung Allah yang telah begitu baik mencipta, memelihara, menebus dan memulihkan itu kita lupakan? Peringatan pemazmur pada ayat 29 dapat diartikan semudah kita membalikkan telapak tangan, semudah itu pula Allah bertindak pada ciptaan-Nya yang dengan sengaja melupakan kebesaran dan keagungan-Nya.

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" Sungguh suatu tindakan terpuji dan mengagumkan telah pemazmur bentangkan pada kita. Tak sedikitpun terbersit keinginannya untuk melupakan segala kebaikan Tuhan padanya. Bahkan seluruh keberadaan hidupnya diperuntukkan bagi pujian kepada Tuhan. Sampai sejauh ini kita hidup karena, dan bersama Tuhan. Pasti begitu banyak badai kehidupan yang berusaha menghancurkan hubungan kita dengan-Nya. Ikutilah jejak pemazmur yang begitu meyakini bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan memberikan kekuatan (31-32).

(0.27) (Yl 2:1) (sh: Siapakah yang dapat menahannya? (Jumat, 15 Juni 2001))
Siapakah yang dapat menahannya?

Ketika banjir besar melanda, ketika sebuah gunung berapi menyemburkan apinya, ketika terjadi tanah longsor, ketika terjadi peperangan antar bangsa atau suku, ketika wabah penyakit menyerang, ketika tindakan anarki merajalela, dan seterusnya … , siapakah yang dapat menahannya? Adakah manusia yang mampu mengatur dan mengatasinya? Pertanyaan serupa walau berbeda makna diajukan Yoel di akhir perikop yang kita baca hari ini.

Siapakah yang dapat menahan datangnya hari TUHAN yang hebat dan sangat dahsyat? Semua orang gemetar ketakutan menyaksikan pasukan perang Allah yang banyak dan kuat, yang muncul bagai fajar di tengah kegelapan dan kepekatan malam (1-2). Sebelum dan sesudahnya tidak pernah ada pasukan yang sedemikian hebat dan dahsyat. Pasukan ini sangat gesit menyapu membinasakan musuhnya (4-6), berlari dan berjalan beriring tiada putus menurut aturan barisan dan kesatuan tujuan (7-8), menyerbu kota dan memanjat tembok tanpa diketahui musuh saat kedatangannya (9), membuat bumi dan langit gemetar dan seluruh benda penerang tak sanggup menatapnya (10). Mengapa pasukan ini sedemikian hebat? Karena TUHAN pemimpin di depan mereka dan mereka adalah pasukan pelaku firman-Nya.

Penggambaran kedatangan hari TUHAN yang sedemikian dahsyat mengingatkan umat-Nya bahwa tidak seorang pun dapat menunda atau membatalkan waktu dan rencana-Nya. Ada saat pintu anugerah terbuka, ada pula saat penghakiman tiba. Dialah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kasih, yang mengatur semuanya. Itulah sebabnya perikop ini terletak di antara pernyataan tentang hukuman Tuhan atas Yehuda dan seruan pertobatan. Baik hukuman maupun pernyataan tentang hari TUHAN, semata karena kasih dan anugerah- Nya kepada umat pilihan-Nya yang dikasihi dan dibentuk- Nya.

Renungkan: Kepastian hari TUHAN akan datang dan sudah dekat merupakan tanda peringatan keras dan serius sampai kedatangan-Nya tiba. Namun seringkali peringatan ini terdengar bagai berita usang tak bermakna kepastian, sehingga kita terlebih menikmati masa-masa penghukuman- Nya atas dosa-dosa kita. Masih bergemakah hati yang penuh tekad menjaga terang firman-Nya terpancar dalam hidupnya dan rela meninggalkan kebiasaan dosa? Jangan terlambat!!!

(0.25) (Kej 1:1) (ende)

KEDJADIAN

KATA PENDAHULUAN

Perintjian Kitab Perdjandjian Lama

Perdjandjian Lama terdiri dari 45 kitab, jang tertulis atas Ilham ilahi, dan memuat wahju-wahju Tuhan serta mentjeritakan karja-karjaNja bagi bangsa Israel selama masa persiapan akan menerima kedatangan Kristus al Masih jang didjandjikan.

Kitab Perdjandjian Lama oleh umat Jahudi dibagi atas tiga golongan, jakni "Torah" (Hukum atau Adjaran), "Para Nabi", dan "Kitab-kitab". Jang disebut Torah ialah kitab Musa: Genesis (Kadjadian), Exodus (Pengungsi), Leviticus (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa), dan Deuteronomium (Ulangtutur).

"Para Nabi" terdiri dari dua bagian: kitab-kitab nabi jang lebih kuno: Josua, Hakim-hakim, 1-2 Sjemuel, 1-2 Radja-radja; serta kitab-kitab nabi abad-abad kemudian mulai dari Jesaia. Kitab-kitab lainnja termasuk golongan ketiga.

Disamping pembagian tersebut masih ada pula pemerintjian lain jang lebih djelas menundjukkan isi berbagai kitab, jakni kitab-kitab Sedjarah, kitab-kitab Nubuat, dan kitab-kitab Didaktis atau Kebidjaksanaan. Dalam penerbitan-penerbitan modern pemerintah inilah jang lazimnja digunakan.

Kumpulan Kitab menurut bangsa Jahudi tidak memuat semua kitab-kitab jang oleh Geredja Sutji telah diakui sebagai diilhamkan. Lain kata: Daftar buku-buku sutji (Canon) seperti telah ditetapkan oleh bangsa Jahudi sekarang adalah lebih singkat dari pada Canon jang diterima oleh Geredja Katolik sesuai dengan Tradisi Sutji. Perbedaannja terletak pada tudjuan kitab, jang biasanja disebut kitab- kitab deutero-canonis".

Pentjipta-pentjiptanja

Imam Sutji mengadjarkan, bahwa apa jang termaktub dalam Kitab Sutji baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru adalah Sabda Tuhan sendiri jang ditundjukkanNja kepada bangsa Israel dan kepada umat manusia umumnja.Kitab-kitab sutji ini kita anggap "diilhamkan", maksudnja: Tuhan setjara istimewa telah membantu para pengarang ketika menjusunnja; Ia menerangi budi mereka dan mendorong kehendak mereka, dan membimbing mereka waktu menulis., sehingga dengan tepat-seksama telah termaktub adjaran-adjaran tentang Tuhan, sifat-sifat dan karja-karjaNja, jang memang maksudNja dipermaklumkan kepada manusia.

"Ilham" harap dibedakan daripada "Wahju" atau "Revelasi".Dalam "Wahju" Tuhan sendiri setjara langsung menerimakan suatu pengertian baru tentang DiriNja dan KarjaNja diantara manusia. Istilah "Ilham" atau "Inspirasi"menundjukkan kepada suatu kurnia ilahi jang diberikan kepada orang-orang tertentu, agar mereka atas Nama dan djaminan Tuhan sendiri, dapat menjampaikan dan menerangkan kepada umat Allah apa jang telah diwahjukan.

Kadang-kadang orang itu mengumumkan apa jang diwahjukan kepada mereka sendiri, seperti halnja dengan Nabi-nabi, seringkali djuga mereka menjampaikan atas Nama Tuhan wahju-wahju jang telah diberikan lebih dahulu kepada orang lain, seperti lazimnja terdjadi oleh para pengarang Buku-buku Sudji.

Demikianlah Tuhan adalah Pentjipta Utama dari kitab-kitab ini, dan Kitab Sutji adalah sesungguhnja Sabda Tuhan.

Manusia pentjipta adalah alat Tuhan, tetapi alat jang hidup dan mempunjai sifat- sifat serta kegiatannja sendiri. Tuhan djustru berkenan menggunakan sifat-sifat dan kegiatan ini untuk memberi Sabda-adjaranNja bentuk manusiawi. Djadi djuga manusia pentjipta menerangkan sifat-sifatnja jang tertentu atas buku himpunannja. Ia hidup pada djaman tertentu, menggunakan kata-kata jang mudah ditangkap oleh para pembatja ketika itu, memakai gaja-bahasanja sendiri. Dalam hal ini ternjata ada perbedaan-perbedaan diantara buku-buku.

Oleh karena Tuhan menjampaikan SabdaNja melalui manusia pengarang, maka pentinglah kiranja kita menjelidiki apa jang sebenarnja dimaksudkan oleh pendjipta tertentu ini. Agar dapat menafsirkan maksud itu dengan teliti, haruslah kita mempunjia pengertian tentang keadaan sekitar pada djaman itu, dan tentang gaja-bahasa jang digunakannja.

Kita hendaknja menjelidiki tjorak-kesusasteraan suatu kitab atau suatu kitab atau suatu fasal. Dalam hal ini komentarlah jang harus memberi petundjuk- petundjuk menurut Tradisi dan adjaran Geredja, pun pula sesuai dengan pendapat- pendapat penjelidikan ilmiah. Demikian misalnja untuk melahirkan isi hatinja seorang penjair mazmur memakai tjara-tjara dan gaja-bahasa lain dari seorang pentjipta prosa kitab-kitab para Radja. Tjara membahas kitab didaktis jang bertjorak agak romantis seperti kitab Tobit sudah tentu berlainan dengan tjara menafsirkan kesusastraan Nubuat. Begitu pula umpamanja kita mengetahui, bahwa pada djaman tertentu timbullah apa jang disebut kesusastraan Kebidjaksanaan dengan sifat-sifatnja jang chas.

Diantara para pengarang sutji Perdjandjian Lama jang terkemuka, tradisi mentjatat nama Musa untuk kesusastraan Hukum, sjemuel dan Esra untuk kitab-kitab Sedjarah, Dawud untuk mazmur-mazmur, Sulaiman untuk kesusastraan Kebidjaksanaan, dan berbagai orang Nabi untuk kesusastraan Nubuat. Ini bukan senantiasa berarti bahwa mereka itu sendirilah jang mengarang buku-buku tadi seluruhnja, melainkan mereka melakukan peranan penting dan mempunjai pengaruh jang mendalam atas tersusunnja kitab-kitab. Adjaran merkalah jang merupakan intisari kitab-kitab tersebut.

Tradisi sebagai sumber bahan-bahan

Sebagian besar dari bahan jang termuat dalam Kitab sutji hingga agak lama disalurkan setjara lisan atau tertulis dalam tradisi umat Israel, dan baru kemudian dikumpulkan serta disusun oleh para pengarang sutji. Djelaslah bahwa tidak semua bahan langsung diwudjudkan atau didiktekan oleh Tuhan sendiri kepada pentjipta-pentjipta ini.

Tuhan mewahjukan Diri sepandjang sedjarah Israel. Kenang-kenangan akan bimbingan Tuhan dalam riwajat UmatNja tetap selaku putera-bangsa Israel hidup dalam alam- suasana tradisi ini, menjatat serta menafsirkannja atas nama dan dengan penerangan dan bantuan Tuhan sendiri, dan dengan demikian mengabdikan Sabda Tuhan serta karja-karjaNja bagi keturunan Israel seluruhnja. Oleh karena ia menulis atas inspirasi atau Ilham dari Tuhan, maka dengan pasti kita mengetahui bahwa sungguh benarlah apa jang dinjatakannja, dan itu semua dituliskan tepat seperti dimaksudkan oleh Tuhan sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri menandatangani buah-tjipta manusia-pengarang dan penafsirannja perihal karja-karja Tuhan.

Dalam kitab Sutji masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli jang merupakan sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, jakni Pentateuch, biasanja dibeda-bedakan empat arus tradisi:

Tradisi jahwistis (J), disebut demikian karena inilah jang berlangsung hidup diantara suku-suku daerah selatan, terutama suku Juda.

Tradisi Elohistis (E). Disini Tuhan kerapkali disebut (Allah), chusus dalam tjerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Jahwe tidak dipakai. Bahan tradisi ini berasal dari suku-suku daerah utara, termasuk suku Efraim.

Orang berpendapat, bahwa sesudah hantjurnja Keradjaan Utara (Samaria takluk kepada musuh pada tahun 721) kedua tradisi tersebut bertjampur, sebab ketika itu banjaklah penduduk dari utara jang melarikan diri mengungsi kewilajah Juda. Pertjampuran ini tidak sukar terlaksana, karena pada garis-garis besar tradisi ini berhaluan sedjadjar, dan menjalurkan pengalaman-pengalaman religius dari dahulukala jang bersamaan.

Ketjuali dua arus tradisi ini masih terdapat pula suatu tradisi jang berpangkal pada sematjam aliran di Israel kira-kira abad ketudjuh, jang mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum musa. Timbullah ketika itu saduran baru dari Adjaran Musa jang disebut "Hukum kedua" atau Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangtutur. Tjiri jang utama ialah: usaha kearah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk menghidupkan kembali semangat religius jang semula, pula untuk mentitikberatkan pengabdian terhadap Jahwe jang bersifat batin dan penuh tjintakasih.

Achirnja ada kalangan imam-imam jang mempunjai minat-minat jang chas akan sedjarah terutama akan peraturan-peraturan serta hukum-hukum ibadat. Mereka sangat mengutamakan wadjib mengedjar kesutjian. Perhatian itu mengemukakan aspek-aspek tertentu dari sedjarah Israel, dan mempunjai pengaruhnja djuga atas Kitab Sudji seluruhnja. Inilah jang disebut: Tradisi Imam (P).

Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam berusaha untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-mojang Israel.

Tradisi jang bermatjam-matjam itu setjara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan achirnja didjadikan satu keseluruhan, jang menuat kelima buku Pentateuch dan buku-buku lainnja jang menguraikan sedjarah israel. Ditambah dengan buku Nabi- nabi, buku-buku Kebidjaksanaan dan beberapa buku lain, koleksi itu merupakan Kitab Sutji Perdjandjian Lama.

Bekas-bekas dari berbagai tradisitersebut masih diketemukan dalam Kitab Sutji misalnja dimana terdapat satu peristiwa jang tertjatat sampai dua kali dan mentjerminkan dua matjam pandangan jang sedikit berlainan (doublet). Begitu pula kalau dalam suatu tjerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal berikutnja jang terasa tidak lantjar, perbedaan-perbedaan dalam gaja-bahasa dan sebagainja.

Bagaimana djuga halnja, jang lebih penting bagi kita ialah:Kitab sutji seluruhnja dalam bentuknja jang definitif, seperti telah sampai ketangan kita dengan perantara Geredja.

Bagaimana tjara membatja kitab Sutji

Sementara membatja kitab Sudji hendaknja kita ingat, bahwa para pengarang sutji tidaklah mempunjai tugas untuk hanja memuaskan perhatian kita akan sedjarah kuno semata-mata. Tudjuan mereka ialah membimbing kita sekalian menudju kearah tuhan jang telah mewahjukan Diri kepada umatNja dan kepada kita dalam peristiwa- peristiwa sedjarah masa jang silam. Peristiwa-peristiwa itu dikisahkan, supaja panggilan dan karja keselamatan Tuhan nampak didalamnja. Oleh karena itu kitapun hendaknja sedjarah umat Israel sebagai sedjarah keselamatan

Perdjandjian Lama, ketjuali memberi pernjataan tentang apa jang telah dikerdjakan oleh Tuhan, djuga menundjukkan kepada apa jang achirnja akan dilaksanakanNja setjara penuh dan universil. Maka dari itu arti Perdjadjian Lama tidak terbatas pada segolongan ketjil manusia jang hidup pada djaman jang silam. Adapun Israel dipanggil menerima perwahjuan Tuhan untuk membuka djalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wahju ini merintis djalan bagi kedatangan kristus, dan oleh karena itu mendjadi milik rohani setiap orang kristen. Sabda dan karja-karja Tuhan tetap berkembang sehingga mentjapai puntjaknja, jaitu ketika Jesus, Sabda Tuhan sendiri dan WahjuNja jang difinitif, turun ditengahtengah kita.

Djadi Perdjandjian Lama membimbing kita kearah Kristus, dan memanggil masing- masing diatara kita untuk bersama-sama dengan Israek menempuh djalan Imam sedjati, melalui pertjobaan-pertjobaan serta kelemahan-kelemahan kita, agar supaja achirnja menerima Kristus sendiri beserta rahmat-rahmatNja seutuhnja.

Demikianlah Perdjandjian Lama merupakan panggilan jang ditudjukan kepada masing- masing diantara kita. Panggilan itu harus kita djawab dengan pernjataan iman kita. Iman ini semakin penuh berkembang, sedang Sabda tuhan meresap berakar dalam hati kita. Demikianlah seharusnja sikap kita sementara membatja Kitab Sutji.

KATA PENDAHULUAN KITAB KEDJADIAN

Pentateuch atau kelima Buku dari Musa.

Kitab Genesis atau kedjadian adalah jang pertama diantara kelima kitab Musa atau Pentateuch (kitab jang terdiri dari 5 bagian; lima gulungan kitab).

Baik dalam riwajat Jahudi maupun dalam Tradisi kitab-kitab Genesis (Kedjadian), Exodus (Pengungsian), Levitika (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa) dan Deuteronomium (Ulangtutur) selalu dipandang sebagai kesatuan, *) dan lima gulungan kitab jang memuatnja disimpan oleh bangsa Jahudi dengan penuh chidmat. 2alasan utama dari penghormatan jang istimewa ini ialah: bahwa mereka dianggap buah-tjipta Musa, tersusun atas nama Tuhan. Seperti telah diterangkan dalam Kata Pendahuluan Umum tadi, ini tidak berarti bahwa Musa sendirilah jang menulisnja. Namun intisarinja dihimpun oleh Musa, dan kemudian dikembangkan dan diperluas dibawah pengaruh musa serta atas dasar kerja jang telah dilaksanakannja demi umat Israel atas titah Tuhan. Pokok adjaran-adjarannja seakan-akan berkembang dari abad keabad, sehingga achirnja termaktub mendjadi lima kitab jang diilhamkan ini.

Tugas utama jang harus ditunaikan oleh Musa ialah: mengumpulkan bangsa Hibrani, keturunan para bapabangsa jang dahulukala hidup denegeri Mesir sebagai keluarga- keluarga jang belum bersatu sebagai bangsa dan serba tertindas kehidupannja. Jahwe memerintahkan kepada Musa membentuk mereka djadi bangsa jang bebas. Ketjuali mendjadi pendekar bangsa, Musa adalah pula penjusun Hukum. Bhawa bangsa ini semata-mata tersusun berkat rahmat-panggilan Tuhan, haruslah terlahir pula dalam Hukum Dasanja jang menerangkan tjara hidup umat Israel sesuai dengan sifat-sifat dan panggilannja. Israel itulah nama bangsa terpilih sedjak Musa sampai djaman pembuanagan. Sesudah pembuangan kita sebut:umat Jahudi.

Bagi umat Israel Hukum pada hakekatnja bersifat religius, dan bertudjuan mentjiptakan alam kehidupan atau suasana lagi menentukan azas-azas dasarnja, agar supaja bangsa terpilih dapat melaksanakan panggilan serta tugasnja jang chusus didunia ini. Panggilan itu ialah: mengormati serta mewartakan Nama Tuhan jang Mahaesa jang telah berkenan mengadakan Perdjandjian Kasih dengan mereka, dan hidup sesuai dengan Perdjandjian iti.

Tuhan telah mewudjudkan Diri kepada Musa dan membrinja rahmat-rahmatNja djustru untuk menjusun Hukum itu. Azas-azas jang pokok tertjantum dalam Dekalog atau Kesepuluh Sabda, kesepuluh perintah Tuhan. Maka dari itu kelima kitab jang berdasarkan atas karja Musa itu disebut Torah, jakni Hukum atau Adjaran. Hukum ini tidak tersusun berkat usaha manusiawi belaka, melainkan didasarkan atas tuntutan-tuntutan jang tertjantum dalam Wahju Tuhan terhadap Israel. Tuntutan- tuntutan ini dibawah bimbingan Tuhan sendiri dari abad ke abad memperoleh perudjudan jang makin njata dan konkrit.

Oleh karena itu kitab-kitab ini tidak mempunjai bentuk kitab hukum modern atau kumpulan perundang-undangan, seperti diketemukan pada bangsa-bangsa lain dari sekitar tahun 2000 sebelum Kristus (misalnja kitab hukum Hammurabi jang termasjur), melainkan Hukum Israel seolah-olah terdjalin dalam uraian sedjarah perwahjuan jang diterimanja. dan dalam uraian ini dilukiskan kembangan bangsa terpilih, kesetiaannja dan pengchianatannja terhadap Hukum Tuhan, bagaimana umat Tuhan diberkati tetapi djuga disiksa oleh Tuhan.

Demikian kelima kitab ini mengisahkan sedjarah manusia dalam hubungannja dengan Tuhan, sedjak tertjiptanja alam semesta sampai Musa wafat.

Kitab Genesis atau Kedjadian

Terutama kitab Kedjadian mempunjai sifat uraian sedjarah. kitab ini dimulai dengan kisah kedjadian bumi dan langit, dan berachir dengan riwajat Jusuf dan kepindahan keluarga-keluarga para bap[abangsa Hibrani kenegeri Mesir.

Pemerintah

Kitab Kedjadian terdiri dari dua bagian: \a. - Fasal 1-11: sedjarah dunia sebelum Israel: alam semesta ditjiptakan, manusia pertama djatuh kedalam dosa, dosa manusia disiksa dengan air bah. Djaman ini dibagikan dalam dua periode: dari Adam ke Noah (10 keturunan) dan dari Noah Ke Ibrahim (10 keturunan). \b. - Fasal 12-50: permulaan sedjarah bangsa Israel sendiri: para bapa bangsa.

Sifat kedua bagian

Kedua bagian ini masing-masing memiliki sifat-tjoraknja sendiri, sehingga dipandang dari sudut sastera maupun sedjarah tidak dapat disamakan begitu sadja.

Untuk mengarang sedjarah, orang harus memiliki sumber-sumbernja, artinja mempunjai dokumen-dokumen tertulis atau tradisi-tradisi lisan jang lajak dipertjaja dari djaman dahulu.

Adapun Israel hanjalah mempunjai sumber-sumber sedjarah sedjak djaman Ibrahim. Sebelum itu sedjarah Israel belum tertjipta, karena Israel sendiri belum ada.

Dasar pertama lahirnja Israel ialah peristiwa panggilan Ibrahim.Sebelum itu keluarga Ibrahim hanja merupakan suatu unsur dalam keseluruhan bangsa semit jang belum menerima Wahju sedjati dari Tuhan jang Mahaesa.

Golongan bangsa Semit hidupnja seperti nomade, mengembara senantiasa berpindah- pindah tempat-kediaman. asalmulanja ialah padang-gurun Arabia; pada musim-musim kemarau mereka mentjari nafkah serta makanan bagi ternak mereka disekitar sungai-sungai besar: Eufrat, Tigris, disepandjang tepi sungai jordan, bahkan kadang-kadang sampai ditepi bengawan Nil ditanah Mesir.

Disekitar sungau-sungai itu berdiamlah bangsa-bangsa jang besar lagi lebih tinggi taraf kebudajaannja, antara lain bangsa Sumeria (rumpun bangsa Indo- Eropa) di Mesopotamia, kemudian tedesak oleh bangsa-bangsa Babilon dan Assiria, jakni bangsa-bangsa Semit jang sedjak dahulukala beralih dari tanah Arab kedjurusan utara. Lebih keutara lagi kita dapatkan bangsa Hittit disepanjang sungai Halys dekat Laut Hitam (sekitar tanah Turki); ditanah Palestina bangsa Kanaanit (golongan bangsa Semit djuga), dan disebelah barat bangsa mesir.

Demikian pula suku Hibrani dari golongan bangsa Semit asal-usul keluarga Ibrahim, telah meninggalkan padang-gurun Arabia, bertolak ke Ur ditepi sungai Eufrat disebelah barat-laut teluk Persia, kemudian ke Charan, bagian utara "daerah-kedua-sungai" (Aram Naharaim) antara sungai Tigris dan Eufrat. Beberapa kenang-kenangan dari djaman itu, sungguhpun sudah agak kabur, mungkin djuga tersimpan dalam tradisi suku-suku dan kemusian masuk kedalam tradisi Israel. Tetapi berkat adanja hubungan dengan kebudajaan Babilon djuga pada waktu kemudian, ada kisah-kisah dan tjerita-tjerita dari daerah-daerah itu jang dalam bentuk agak berlainan, disalurkan pula kedalam tradisi Israel. Kiranja itu terdjadji a.l melalui kebudajaan suku-suku Kanaan.

Akan tetapi peristiwa bersedjarah pertama jang menentukan timbulnja bangsa Israel ialah pertemuan antara Ibrahim dan Tuhan, serta panggilan Ibrahim untuk bertolak meninggalkan suku-bangsanja sendiri, dan mendjadi inti-permulaan suatu bangsa jang baru jang akan dikaruniakan dengan wahju-wahju Tuhan. Segala sesuatu jang terdjadi sebelum Ibrahim dipanggil, dipandang dari sudut historis, terletak diluar batas-batas sedjarah Israel.

Maksud dari Fasal: 1-11

Demikianlah djelas sekarang, bahwa kesebelas fasal pertama dari kitab Kedjadian bukannja tersusun dari bahan wirajat atau tradisi religieus-historis bangsa Israel sendiri, dan bukan pula merupakan kisah sedjarah dalam arti kata jang modern. Meskipun begitu ini tidak berarti, bahwa fasal-fasal tersebut sama sekali tidak mempunjai nilai atau latarbelakang historis.

Perbedaan dengan kissah tentang periode historis ialah, bahwa kissah-kissah itu mentjeritakan peristiwa-peristiwa jang telah dialami oleh Israel sebagai tanda- tanda historis jang menampakkan Wahju dan Karja Tuhan. Sedangkan dalam uraian tentang periode prasedjarah. Rendjana dan Karja Tuhan diberi wudjud jang konkrit dengan menggunakan tjerita-tjerita kuno dan legenda-legenda jang diketahui umum, disesuaikan dengan maksud pengaang jang chusus.

Maka dari itu, meskipun peristiwa-peristiwa dari masa prasedjarah dalam perintjiannja jang konkrit adalah tersembunji bagi pengarang, tetapi hubungan antara Tuhan dan manusia jang akan diuraikannja tidaklah berupa perumusan- perumusan jang abstrak, melainkan diberi bentuk lukisan jang serba konkrit. Demikian tempo sedjak pentjiptaan bumi sampai Ibrahim mendapat suatu perspektif historis. Adapun maksudnja ialah, untuk menekankan, bahwa Rendjana Tuhan dan sikap manusia terhadapnja adalah realita jang kelihatan dalam sedjarah dan sungguh-sungguh telah menentukan situasi umat manusia. Djadi jang diterangkan dalam fasal-fasal ini bukannja suatu chajalan belaka. Melalui gambaran-gambaran konkrit kita hendaknja menangkap perkembangan historis dari Rendjana Keselamatan Tuhan jang terselubung didalamnja. Dalam teks sendiri terdapat bukti-bukti objektif jang menjatakan, bahwa pentjipa tidak bermaksud menjadjikan lukisan- lukisan jang konkrit itu sebagai laporan, seakan-akan peristiwa-peristiwa semuanja pernah terdjadi tepat seperti tergambar olehnja. (Lihat komentar).

Sumber pengertian tentang keadaan manusia sebelum Ibrahim

Tetapi bagaimana para pengarang sutji telah memperoleh pengertian-pengertian mereka tentang apa jang terdjadi antara Tuhan dan manusia dalam masa prasedjarah?

Sudah kami terangkan diatas, bahwa tradisi historis umat Israel tidak meliputi masa tersebut. Walaupun demikian, kita berhadapan dengan Sedjarah Keselamatan, jang berkat adanja Inspirasi atau Ilham tidak boleh diragu-ragukan lagi kebenarannja. Pengertian para pengarang mengenai purbakala itu melampaui kodrat, dan pada hakekatnja bersadarkan pada Wahju Tuhan.

Akan tetapi tidak usah kita menjangka, bahwa Tuhan telah menampakkan kepada mereka dengan suatu mukdjidjat peristiwa-peristiwa konkrit jang terdjadi dalam masa prasedjarah. Tadi sudah didjelaskan, bahwa unsur-unsur uraian jang mereka gunakan untuk sebagian besar berasal dari tjerita-tjerita kuno dilingkungan Babilonia. Tetapi adjaran-adjaran jang mendjadi intisari tjerita-tjerita itu mereka peroleh dari Wahju jang telah dianugerahkan kepada Israel.

Hendaknja djangan kita lupakan, bahwa mereka jang menjusun bahan-bahan kitab Kedjadian adalah orng-orang Israel dari abad-abad kemudian. Mereka mengetahui sedjarah Israel sebagai Umat jang terpilih. Daripadanja mereka mengambil kesimpulan, bahwa Allah jang telah memanggil Ibrahim dan menampakkan Diri kepada Israel adalah sama sadja dengan Tuhan jang mentjiptakan bumi-langit serta manusia sekalian.

Maka pada orang Israel timbullah pertanjaan, mengapa diantara bangsa-bangsa sekian banjaknja hanja Israelkah jang menerima panggilan Tuhan jang istimewa? Apakah jang terdjadi pada umat manusia lain sebelum Ibrahim?

Djawaban mereka peroleh dari pengertian mendalam tentang maksud-maksud dan djalan-djalan Tuhan seperti telah terkandung dalam wahju-wahjuNja kepada Israel. mereka mendjadi faham, bahwa dalam sedjarah religius bangsa Israel nempaklah djuga pola dari Rendjana ilahi terhadap umat manusia pada umumnja. Maka dari awal mula sedjarah umat manusia telah ditudjukan oleh Tuhan kearah Israel dan Keselamatan jang akan dilaksanakan didalamnja.

Demikianlah, berkat tjahaja-penerangan dari Tuhan dan atas namaNja, pengarang kitab Kedjadian dapat mengadjar kita perihal Tuhan Pentjipta alam semesta, tentang tudjuan manusia dan bagaimanakah seharusnja sikapnja menurut kehendak Tuhan, pula mengenai dosa manusia jang memperbuahkan penderitaan serta maut. Ia memperlihatkan kepada kita, bagaimana kebanjakan manusia makin mendjauhkan diri dari Tuhan dan menudju kebinasaan.

Keadaan itulah jang mendjadi sebabnja Tuhan berkenan memanggil Ibrahim dari dunia penuh dosa dan penderitaan ini dan memilih Israel mendjadi UmatNja. Adapun maksudNja untuk melaksanakan RendjanaNja jang semula dan achirnja membawa Keselamatan bagi seluruh bangsa manusia.

Karena adjaran tentang prasedjaah berdasarkan atas Wahju dan pengalaman- pengalaman Israel, maka gambaran mengenai djaman sebelum Ibrahim itu memperlihatkan beberapa tjorak jang sedjadjar dengan sejarah Israel sendiri.

Misalnja: Tuhan mentjiptakan dunia dari ketiadaan seperti djuga Umat Israel ditjiptakanNja dari ketiadaan, ialah dari dunia berdosa. Manusia dilimpahi Kasih Tuhan jang membahagiakan (keadaan firdaus) seperti Israel kemudian dituntun kepada tanah jang makmur-sedjahtera dan suasana tenteram-damai. Begitu djuga halnja dengan pengchianatan dan menipis atau enjahnja iman pada kebanjakan orang: manusia pertama melanggar perintah Tuhan dan diusir dari firdaus, seperti djuga Israel sendiri melakukan pelanggaran dan merosot serta diusir dari tanah jang dianugerahkan kepada mereka . Achirnja sedjumlah ketjil orang diselamatkan dari kebinasaan dosa dan hukuman (Noah sekeluarganja), seperti dalam israel hanja akan tinggal sisa-sisa jang tetap akan setia pada Tuhan dan jang akan menerima Keselamatan jang telah didjandjikan, pada waktu kedatangan al-Masih.

Namun perbedaan jang besar antara masa prasedjarah dan sedjarah Israel ialah: bahwa dengan panggilan Ibrahim mulailah djalan kembali dari kemerosotan umum kearah hubungan dengan Tuhan, djalan kemenangan atas kedosaan, berkat Wahju dan Rahmat baru jang berlimpah-limpah.

Oleh pengarang sutji Sedjarah Keselamatan purbakala, pentjiptaan alam-semesta, berlipatgandanja bangsa manusia, serta meluasnja keseluruh pendjuru dunia, ditjeritakan setjara singkat dan skematis. Mereka menggunakan kissah-kissah kuno jang mengalami penjaduran sesuai adjaran jang dimaksudkan.

Maka dari itu djanganlah hendaknja kita mentjari didalamnja bahan-bahan ilmu- pengetahuan ethnologi, geografi, archaeologi dan sebagainja.

Apa jang diandjurkan ialah: kepastian tentang situasi-keselamatan umat manusia dahulukala, sebelum mewahjukan Diri kepada bangsa Israel.

Fasal 12-50

Dalam bagian kedua jang mendjadi pokok ialah: Sedjarah karja-karja Tuhan seperti hidup dalam kenangan-kenangan dan tertera dalam tulisan-tulisan bangsa Israel. Sudah barang tentu setelah berselang sekian abad kbar-kabar tentang peristiwa- peristiwa jang terkuno kebanjakan adalah agak kabur. Pada djaman itu segala sesuatu terdjadi dalam lingkungan keluarga para bapabangsa jang terbatas, merupakan sedjarah keluarga. Tetapi kedjadian-kedjadian jang sungguh penting dan mengesankan tersimpan terbaik dalam tradisi-tradisi.

Gambaran jang terdapat dalam kitab Kedjadian tentang periode ini sesuai dengan apa jang kita ketahui dari sumber-sumber sedjarah lainnja dan dari penjelidikan- penjelidikan archeologis mengenai djaman itu.

Jang terutama diutarakan ialah saat-saat Tuhan mewahjukan Diri dan mempermaklumkan firmanNja kepada UmatNja jang terpilih.

Makin singkat djarak antara terdjadinja peristiwa-peristiwa dan saat menulisnja, makin menipis pulalah kabut jang menjelubungi masa silam, makin djelas djuga kedjadian-kedjadian itu tampil kemuka.

Akan tetapi, seperti telah kami kemukakan tadi, djuga disini pada hakekatnja apa jang menuntut perhatian kita terutama seharusnja ialah hal-ichwal jang rohani, rahmat tuhan jang dalam peristiwa-peristiwa itu dilimpahkanNja kepada bangsa Israel dan kepada kita djuga. Oleh karena itu kerapkali ditekankan oleh pengarang sutji, bahwa Tuhan sendirilah sebab pertama dari peristiwa kedjadian sedjarah, sedangkan berbagai sebab-sebab lain, jang djuga mempunjai peranannja, ditempatkan dilatar belakang. Tuhanlah jang membimbing sekalian manusia dan segala sesuatu kearah tudjuan jang ditentukanNja.

Hendaknja kita beladjar menjaksikan peranan Tuhan dalam segala-galanja dan memperhatikan, bagaimana Kasih Tuhan, - jang menggerakkan segala sesuatu dan menudjukan panggilanNja kepada manusia jang bersifat bebas, - telah meresap mempengaruhi djalan sedjarah, baik bila Tuhan menampakkan diri setjara langsung dan dalam wahju-wahjuNja dan kedjadian-kedjasian jang mengagumkan, maupun bila Ia berbitdjara dengan menggunakan orang-orang utusanNja, untuk mengadjar serta membimbing BangsaNja terpilih. (Untuk keterangan lebih landjut mengenai interprestasi sedjarah israel lihat tjatatan jang mendahului Buku Josua)

(0.25) (Kej 1:5) (ende)

Pengarang menjusun perintjian semua machluk menurut skema tjiptaan sendiri, ialah jang menentukan pelaksanaan Karja Tuhan dalam enam hari. Namun ia tidak bermaksud mengatakan, bahwa memang sesungguhnja dunia seisinja, tertjiptakan dalam djangka waktu ini pun menurut tuntutan ini. Pemerintjian ini hanjalah digunakan untuk mendjelaskan: a) bahwa segala-sesuatu - tanpa ada ketjualinja - adalah tertjipta oleh Tuhan; b) bahwa Tuhan dengan amat bidjaksanaNja telah menjusun dan mengatur unsur-unsur jang mula-mula masih serba chaotis, kalang-kabut. Skema terdiri atas dua bagian besar:

1) Tuhan mentjiptakan ruang-alam jang besar-besar, dengan memisahkannja dari keadaan chaotis semula, dan memberinja tempat-tempat tersendiri: terang dan gelap; air diatas dan air dibawah bumi; air dan daratan (hari pertama s/d ketiga).

2) Tuhan mengisi ruang-ruang ini dengan machluk-machluk: bintang-bintang, ikan-ikan dan burung-burung, binatang-binatang daratan, achirnja manusia (hari keempat s/d keenam). Dari susunan ini ternjata maksud pengarang memberi gambaran pentjiptaan jang bukannja historis-palaeontologis melainkan logis-skematis.

(0.25) (1Taw 15:1) (ende)

Dalam bagian ini -- jang tidak terdapat dalam II Sjem -- si pengarang sangat menekan peranan dan kepentingan kaum imam dan Levita -- pertama kalinja pengangkutan peti perdjandjian tidak djadi karena kaum Levita tidak ikut serta -- dan pengangkutan itu mendjadi sebangsa upatjara ibadah jang meriah. Dan ibadah ini adalah ibadah sebagaimana jang berlangsung pada djaman si pengarang. Tindakan2, jang disini diambil Dawud menurut si pengarang, mau menekan peranan radja itu sebagai pendiri ibadah Israil dikemudian hari. Seluruh Kitab Tawarich (mulai 1Ta 6-32) mengemukakan Dawud, bukannja sebagai kepala negara, melainkan sebagai pendiri ibadah, sehingga gambaran Dawud dalam Kitab Tawarich agak berbeda dengan gambarannja dalam Kitab Sjemuel. Bukannja, bahwa gambaran itu salah sama sekali, namun itu amat menjebelah. Sudut2 lain dari tokoh itu sudah diketahui para pembatja kitab Tawarich dari Kitab Sjemuel, sehingga tidak usah ditekan lagi. Sebenarnja pula bukan radja Dawud jang mengatur ibadah, sebagaimana jang digambarkan Kitab Tawarich, namun radja ini boleh dianggap sebagai asal-usulnja dikemudian hari. Sebab dia itu pentjipta negara jang makmur. Tetapi pada djaman itu agama sama sekali terikat pada negara, sehingga negara baru membutuhkan djuga ibadah baru dan jang gemilang. Maka itu dengan mentjiptakan negara, Dawudpun meletakkan dasar untuk ibadah baru. Suatu proses jang sama djuga sudah dikenakan dalam Kitab Taurat berkenan dengan Musa.

(0.25) (Kel 16:4) (full: MENURUNKAN DARI LANGIT HUJAN ROTI. )

Nas : Kel 16:4

"Roti dari langit" ini dinamakan "manna" (ayat Kel 16:15). Manna menjadi makanan khusus yang secara ajaib dikirim dari Allah untuk memberi makan umat itu setelah ke luar dari Mesir. Itu merupakan sesuatu berwarna putih seperti embun beku, berbentuk serpihan tipis, dan rasanya seperti kue madu (ayat Kel 16:14,31; Bil 11:9). Persediaan manna berhenti ketika Israel memasuki tanah perjanjian dan tersedia makanan lain (Yos 5:12). Manna menjadi lambang dari Yesus Kristus yang sebagai "roti yang benar dari sorga" (Yoh 6:32; bd. Wahy 2:17) memberi hidup kekal (Yoh 6:33,51,58).

(0.25) (Im 5:11) (full: TEPUNG YANG TERBAIK MENJADI KORBAN PENGHAPUS DOSA. )

Nas : Im 5:11

Pencurahan darah dalam korban penghapus dosa itu penting karena menunjuk ke depan kepada kematian Kristus dan pencurahan darah-Nya di atas salib untuk dosa-dosa kita. Tetapi bagaimana dengan mereka yang begitu miskin sehingga tidak dapat membeli seekor kambing jantan atau seekor anak domba untuk dipersembahkan sebagai korban? Allah juga menginginkan mereka mengakui dosa-dosa mereka, membawa suatu persembahan dan meminta pengampunan dari Dia. Oleh karena itu, Allah mengatur agar orang miskin dapat mempersembahkan burung tekukur atau anak burung merpati sebagai pengganti kambing jantan atau anak domba. Bila mereka terlalu miskin untuk mempersembahkan burung sekalipun, mereka dapat membawa sepersepuluh efa tepung yang terbaik dan Allah akan menerimanya sebagai korban penghapus dosa (bd. "hampir" dalam Ibr 9:22; juga lih. Ibr 10:1-10). Perhatikan bahwa korban Kristus di salib menjadi satu-satunya korban yang dapat benar-benar menghapus dosa (Ibr 10:4,12,14).

(0.25) (Ul 24:1) (full: SURAT CERAI. )

Nas : Ul 24:1

Perceraian adalah akibat dari dosa umat manusia (bd. Mat 19:8). Pengarahan dalam ayat Ul 24:1-4 merupakan garis pedoman yang diberikan Allah untuk mengatur perceraian dalam Israel kuno. Perhatikan hal-hal berikut mengenai ayat-ayat ini.

  1. 1) Kata-kata "tidak menyukai lagi" mungkin mengacu kepada kelakuan yang memalukan atau amoral yang belum separah perzinaan; tidak bisa menunjuk kepada perzinaan, karena perzinaan dihukum mati, bukan perceraian (bd. Ul 22:13-22).
  2. 2) "Surat cerai" itu merupakan surat resmi yang diberikan kepada wanita supaya memutuskan ikatan perjanjian nikah, melindungi dan membebaskan dia dari semua tanggung jawab kepada mantan suaminya.
  3. 3) Setelah menerima surat cerai, wanita itu bebas untuk menikah kembali; akan tetapi, dia tidak boleh kembali kepada suaminya yang semula jikalau pernikahan kedua juga berakhir (ayat Ul 24:2-4).
  4. 4) Apabila terjadi perceraian, itu merupakan tragedi (bd. Mal 2:16;

    lihat cat. --> Kej 2:24),

    [atau ref. Kej 2:24]

    tetapi bukan dosa jikalau dilandaskan pada dasar-dasar alkitabiah

    (lihat cat. --> Mat 19:9;

    lihat cat. --> 1Kor 7:15).

    [atau ref. Mat 19:9; 1Kor 7:15]

    Allah sendiri menceraikan Israel karena ketidaksetiaan dan perzinaan rohani mereka (Yes 50:1; Yer 3:1,6-8).
(0.25) (Ayb 38:4) (full: DASAR BUMI. )

Nas : Ayub 38:4

Perkataan Allah hanya membahas dunia alami dari ciptaan dan alam. Ia melukiskan rahasia dan kerumitan semesta alam sambil menyatakan bahwa caranya mengatur dunia jauh melampaui jangkauan pemahaman kita. Allah ingin Ayub mengerti bahwa kegiatan-Nya di alam semesta itu dapat dibandingkan dengan pemerintahan-Nya dalam tatanan moral dan rohani semesta alam ini, dan pengertian lengkap mengenai cara-cara Allah tidak akan dijumpai dalam hidup ini. Tetapi kitab Ayub menyatakan bahwa apabila semua kebenaran telah diketahui, cara-cara dan tindakan-tindakan Allah akan tampak sebagai adil dan benar.

(0.25) (Rm 6:17) (full: MENTAATI PENGAJARAN YANG TELAH DITERUSKAN. )

Nas : Rom 6:17

Dalam gereja mula-mula orang percaya baru terikat kepada standar-standar tertentu dari ajaran dan kelakuan yang didasarkan pada prinsip-prinsip rasuli dan hubungan serta penyerahan orang percaya itu kepada Kristus (bd. Mat 5:1-7:29; Kis 2:42).

  1. 1) Standar-standar ini kemungkinan besar merupakan ringkasan doktrin dan etika Kristen yang dianut orang yang baru bertobat ketika mereka menerima Kristus sebagai Tuan mereka yang baru. Itulah yang disebutkan "ajaran sehat" dalam surat-surat penggembalaan (lih. 1Tim 1:10; 2Tim 1:13; 4:3; Tit 1:9; 2:1).
  2. 2) Pandangan bahwa kekristenan tidak mempunyai pola pengajaran yang mengatur kelakuan dan pikiran, atau menjadi "legalisme" jika mempunyai garis-garis kebijaksanaan adalah asing bagi konsep Paulus untuk iman Kristen. Kekristenan menuntut ketaatan yang bersumber dari hati pada standar rohani

    (lihat cat. --> Mr 7:6

    [atau ref. Mr 7:6]

    mengenai legalisme).
(0.25) (1Tim 2:13) (full: ADAM YANG PERTAMA DIJADIKAN. )

Nas : 1Tim 2:13

Argumentasi Paulus untuk tanggung jawab laki-laki sebagai pimpinan dan pembina rohani, baik di rumah maupun di gereja

(lihat cat. --> Ef 5:23;

[atau ref. Ef 5:23]

lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK),

mempunyai dua landasan.

  1. 1) Didasarkan pada maksud Allah dalam penciptaan. Allah menciptakan laki-laki dahulu, dan dengan demikian menyatakan maksud-Nya bahwa laki-laki harus mengatur dan memberi pimpinan kepada wanita dan keluarga. Wanita, yang diciptakan setelah laki-laki, direncanakan sebagai pendamping dan penolong dalam memenuhi kehendak Allah bagi kehidupan mereka (Kej 2:18; 1Kor 11:8-9; 14:34).
  2. 2) Argumentasi Paulus ini juga didasarkan pada akibat yang merusak apabila laki-laki dan wanita mengabaikan peranan yang diberikan Allah kepada mereka dalam Taman Eden. Hawa, yang bertindak terlepas dari Adam sebagai kepala, memakan buah terlarang itu. Adam, dengan mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin di bawah Allah, menyetujui ketidaktaatan Hawa. Sebagai akibatnya dia jatuh juga dan membawa dosa dan kematian atas seluruh umat manusia (ayat 1Tim 2:14; Kej 3:6,12; Rom 5:12).
(0.25) (Ibr 11:1) (full: IMAN ADALAH. )

Nas : Ibr 11:1

Pasal Ibr 11:1-40 memperlihatkan satu-satunya jenis iman yang dapat diterima oleh Allah, yaitu iman yang menang dalam situasi yang paling buruk sekalipun. Iman inilah yang mempercayai realitas-realitas rohani (ayat Ibr 11:1), menuntun kepada kebenaran (ayat Ibr 11:4), mencari Allah (ayat Ibr 11:6), mempercayai kebaikan-Nya (ayat Ibr 11:6), memiliki keyakinan akan Firman-Nya (ayat Ibr 11:7,11), menaati perintah-perintah-Nya (ayat Ibr 11:8), mengatur hidup sesuai dengan janji-janji-Nya (ayat Ibr 11:13,39), menolak roh jahat zaman sekarang (ayat Ibr 11:13), mencari rumah sorgawi (ayat Ibr 11:14-16; bd. Ibr 13:13-14), tabah dalam pencobaan (ayat Ibr 11:17-19), memberkati generasi selanjutnya (ayat Ibr 11:21), menolak kenikmatan dosa (ayat Ibr 11:25), bertahan dalam penganiayaan (ayat Ibr 11:27), melakukan perbuatan-perbuatan kebenaran yang ajaib (ayat Ibr 11:33-35), menderita karena Allah (ayat Ibr 11:25,35-38) dan tidak kembali "ke tanah asal yang telah mereka tinggalkan," yaitu dunia ini (ayat Ibr 11:15-16;

lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

(0.25) (Kel 20:12) (sh: Hubungan dengan sesama manusia. (Senin, 4 Agustus 1997))
Hubungan dengan sesama manusia.

Bagaimana kita dapat mengatur hubungan kita dengan sesama agar tetap baik adanya? Hukum Allah mengajarkan bahwa menghargai sesama manusia dimulai dari harmonisnya hubungan di dalam keluarga umat Allah dengan cara menghormati ayah dan ibu kita. Hormat kepada mereka berarti mengakui mereka sebagai pengatur kehidupan dalam keluarga. Umat Allah juga akan menghargai hidup, menjaga kehormatan hubungan pribadi lawan jenis, menghargai kepemilikan, tidak bersaksi dusta, dan tidak cemburu terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Mengasihi Allah berlanjut mengasihi sesama. Banyak orang mengaku menyembah Allah tetapi meremehkan hubungan dengan sesama. Sikap demikian membawa bencana bagi orang lain. Hukum Allah tidak saja mengajarkan dan meminta umat-Nya untuk mengenal-Nya secara pribadi, tetapi harus pula membawa manfaat positif dalam hubungannya dengan sesama. Dosa menodai hubungan antar manusia, namun Kristus memampukan kita mengenal Allah yang benar dan mengasihi sesama oleh kasih-Nya.

Doa: Agar pemberitaan firman Tuhan di rumah-rumah Allah menjadi kabar baik bagi umat Allah untuk memelihara hubungannya dengan sesama.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA