(0.17680902777778) | (1Yoh 2:12) |
(sh: Cinta dunia atau cinta Allah? (Senin, 1 Desember 2003)) Cinta dunia atau cinta Allah?Cinta dunia atau cinta Allah? Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat 16). Dunia yang dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (ayat 17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang bersifat sementara. Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri khas cinta dunia: [1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah daging dalam ayat 16 menunjuk pada semua hal yang menentang Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya boleh dilakukan dalam koridor perkawinan; [2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa perselingkuhan; [3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya. Renungkan: Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda bahwa kita sudah mengasihi dunia ini. |
(0.17680902777778) | (1Yoh 4:7) |
(sh: Kasih tanda kehadiran Allah (Minggu, 10 Desember 2000)) Kasih tanda kehadiran AllahKasih tanda kehadiran Allah. Allah adalah sumber kasih. Dialah kasih itu sendiri, tiada kasih di luar Diri-Nya. Berarti tidak ada yang memiliki kasih kecuali ia ada di dalam Dia dan sebaliknya seorang yang ada di dalam Dia pasti memiliki kasih. Apakah tidak ada tanda lain selain kasih? Memang benar bahwa kita tidak dapat mengatakan dengan mutlak bahwa tidak ada tanda lain selain kasih, namun adakah yang lebih dari pada kasih? Tidak ada! Kebaikan, kemurahan, kesabaran, kesediaan menolong, kepedulian, dan kejujuran; semuanya ini tak akan berarti tanpa kasih. Seorang dapat berbuat baik kepada orang lain sebatas respons balik dari orang tersebut sesuai dengan harapannya. Berbeda halnya dengan seorang yang melakukannya karena kasih, apa pun respons objek kasihnya tidak akan mengubah kasihnya. Ia dapat mengasihi karena ia telah hidup dalam sumber kasih, yang tidak akan pernah berhenti mengalir. Demikianlah kasihnya akan terus mengalir menjadi berkat bagi orang lain, karena kasihnya tidak bergantung kepada dirinya sendiri yang terbatas, namun kepada Allah yang tidak terbatas. Menghadirkan kasih Allah dalam hidup sehari-hari memang membutuhkan proses yang panjang. Dalam proses ini kita seringkali mengalami kekecewaan karena mendapatkan respons yang tidak seimbang. Tetapi bila kasih Allah ada dalam kita, kekecewaan itu tidak mampu membendung kita untuk kembali belajar mengasihi. Kasih itu pula yang membentuk karakter dan kepribadian kita, tidak lagi memikirkan diri sendiri, tetapi bagaimana menyatakan kasih Allah agar semakin banyak orang mengenal Dia melalui kita. Kasih-Nya menjadi sempurna dalam kita jika kita berani percaya dan membuka kehidupan kita di hadapan-Nya. Karena kita telah menjaga kehidupan kita benar, kita pun tidak takut menghadapi penghakiman- Nya. Renungkan: Kita sungguh-sungguh anak-anak Allah bila kita mau mengasihi walau tanpa respons seimbang. Bacaan untuk Minggu Advent 2 Lagu: Kidung Jemaat 434 |
(0.17680902777778) | (Why 5:1) |
(sh: Liturgi surgawi (ayat 2) (Rabu, 10 Agustus 2005)) Liturgi surgawi (ayat 2)Liturgi surgawi (ayat 2) Siapa layak membuka kitab bermeterai itu di hadapan Allah? Kitab apa yang dimeterai dengan tujuh meterai itu sehingga tak seorang pun layak membukanya? Apa isi tulisan yang memenuhi kedua sisi gulungan itu? Bagaimana semua kejadian ini berkaitan dengan liturgi surgawi sehingga memberi kekuatan bagi mereka yang bergumul di bumi? Andaikan tak ada yang layak membuka kitab itu, nasib orang beriman akan kelam. Itu sebabnya, Yohanes menangis amat sedih. Memang tak seorang pun layak membuka kitab itu sebab isi meterai itu adalah rencana penyelamatan Allah atas banyak orang (ayat 11). Juga sebab tiap kali satu meterai dibuka, keluarlah gelombang dahsyat murka Allah atas para pelaku kejahatan (pasal 6 dst.). Satu-satunya yang layak membuka kitab itu ialah Dia yang telah bertindak sebagai Domba sembelihan. Melalui kematian-Nya, Ia justru telah menang dan terbukti bahwa Dialah Singa Yehuda (ayat 5:5). Ia bahkan dilambangkan mencundangi semua kesombongan para penguasa dunia dengan tanduk-tanduk kekuasaan mereka seperti yang digambarkan dalam Daniel 7:7-8. Tanduk yang ada pada Sang Domba Allah ternyata bukan kekuatan kodrati, tetapi kekuatan adikodrati sebab Roh Allah sendiri dalam kepenuhannya ada pada-Nya (Why. 5:6). Gempita liturgi surgawi babak dua menyambung liturgi surgawi pertama. Segenap umat tebusan PL dan PB, bahkan seisi jagad raya dan segenap doa orang kudus meninggikan Sang Domba Allah. Ia memang layak menerima gulungan kitab dan menjalankan penghakiman atas seisi dunia sebab Ia telah menggenapi rencana Allah itu melalui ketaatan-Nya dengan konsekuensi penderitaan. Itu sebabnya, Ia adalah Domba Allah bertanduk tujuh sekaligus Singa Yehuda. Nyanyian itulah yang memberi kekuatan pada semua orang Kristen yang sedang menderita sebagai konsekuensi iman. Jalan kemenangan-Nya adalah jalan kemenangan kita! Responsku: ___________________________________________________________________________________________ |
(0.17680902777778) | (Why 10:1) |
(sh: Tugas kenabian (Senin, 15 Agustus 2005)) Tugas kenabianTugas kenabian Yohanes melihat kemenangan dan kedaulatan Kristus. Banyak persamaan antara malaikat yang Yohanes lihat ini dengan penampakan Kristus di pasal 5 juga pasal 1 dan 2. Semua ciri Kristus ada pada malaikat ini: kuat, berselubungkan awan (bdk. Dan. 7:13), pelangi di atas kepala, wajah seperti matahari, dan kaki bagaikan tiang api. Ia memegang gulungan kitab yang tidak lagi tertutup (Why. 5). Ia berdiri di atas laut dan darat yang melambangkan pemerintahan dan penghakiman Kristus atas seisi ciptaan. Suaranya seperti singa yang mengaum (ayat 5:5; bdk. Am. 1:2). Bedanya gulungan kitab dalam pasal ini kecil ukurannya, mengisyaratkan kitab ini adalah intisari kitab di Wahyu pasal 5. Tujuh guruh itu masih dalam rangkaian tujuh tulah Allah untuk dunia ini. Tujuh meterai, sangkakala, dan bokor dibukakan, tetapi tujuh guruh itu harus dirahasiakan. Penampakan Allah yang sangat dahsyat terdengar sebagai guruh (Yoh. 12:28-29). Yohanes diminta untuk tidak mencatat suara tujuh guruh itu (Why. 10:7), namun hal itu segera akan terjadi. Maksudnya ialah bagaimana murka Allah itu terjadi tak dapat manusia ketahui sekarang, namun itu pasti terjadi. Kitab yang dibuka oleh Singa Yehuda itu, kini dibawa malaikat itu turun ke bumi (ayat 1). Kitab yang berisi keselamatan dan hukuman Allah itu kini harus dimakan oleh Yohanes. Nabi sejati harus menerima firman bagi dirinya dulu, baru ia beritakan (Yeh. 2:8-3:3). Dampaknya, sang nabi merasakan manis dan pahitnya firman. Manisnya firman bagi orang yang taat dan manisnya Injil bagi orang yang merespons; juga pahitnya konsekuensi negatif firman dari orang yang menolak taat, harus dirasakan oleh sang nabi. Kita pun harus memiliki visi jelas tentang Kristus dalam segala derita dan kemenangan-Nya, menaati perintah Allah dengan segala konsekuensinya, dan menghayati segenap firman dalam hidup agar kita boleh menjalankan tugas kenabian kini. Responsku: __________________________________________________________________________________________ |
(0.17680902777778) | (Why 20:7) |
(sh: Puncak perlawanan, puncak penghukuman (Selasa, 19 November 2002)) Puncak perlawanan, puncak penghukuman
Puncak perlawanan, puncak penghukuman. Dalam doa dan penghayatan iman kita, kita mengakui bahwa Allah adalah Raja. Kini pemahaman iman itu mengambil wujud konkritnya. Bahwa Allah adalah Raja yang bertakhta, tidak berarti bahwa Allah hanya menikmati kemuliaan-Nya. Sebaliknya, Allah yang bertakhta itu adalah yang berdaulat memerintah dan mengadili. Drama eskatologis ini membentangkan kepada kita bahwa Ia pasti akan mengadili semua orang sesuai dengan perbuatannya (ayat 13). Hanya orang-orang yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan akan luput dari murka kekal-Nya yang adil dan mengerikan itu (ayat 15).
Renungkan: |
(0.15155060555556) | (Kel 20:14) |
(full: JANGAN BERZINAH.
) Nas : Kel 20:14 Hukum ketujuh yang melarang perzinaan (bd. Im 20:10; Ul 22:22) meliputi semua tindakan percabulan dan dosa seksual (Mat 5:27-32; 1Kor 6:13-20). Perzinaan (yaitu, ketidaksetiaan kepada pasangan hidup) demikian keji di hadapan Allah sehingga seluruh Alkitab mengutuknya. Mengenai perzinaan Alkitab mengajarkan:
|
(0.15155060555556) | (1Taw 1:1) |
(full:
) Penulis : Ezra (?) Tema : Sejarah "Penebusan" Israel Tanggal Penulisan: 450-420 SM Latar Belakang Sejarah yang tercatat dalam 1 dan 2 Tawarikh bersifat pra-pembuangan; akan tetapi, asal-usul dan sudut pandangan kitab-kitab ini bersifat pasca-pembuangan -- ditulis pada parohan kedua abad ke-5 SM, suatu waktu sesudah Ezra dan sejumlah besar orang Yahudi buangan dari Babel dan Persia kembali ke Palestina (457 SM). Penyerbuan dan pembinasaan Yerusalem oleh Raja Nebukadnezar (605-586 SM) bersama dengan pembuangan di Babel selama 70 tahun telah menghancurkan sebagian besar pengharapan dan cita-cita orang Yahudi sebagai umat perjanjian; oleh karena itu, para buangan yang kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu dan Bait Suci memerlukan landasan rohani, yaitu: sebuah jati-diri dengan sejarah penebusan yang lampau dan suatu pemahaman tentang sifat iman mereka kini dan harapan mereka akan masa depan sebagai umat perjanjian. 1 dan 2 Tawarikh ditulis untuk memenuhi kebutuhan ini. Kedua kitab Tawarikh, Ezra, dan Nehemia, semua ditulis untuk orang Yahudi yang kembali ke Palestina dari pembuangan. Kitab-kitab ini sangat mirip satu dengan lainnya dalam gaya, bahasa, sudut pandang, dan maksud. Para sarjana pada umumnya beranggapan bahwa semua kitab ini adalah hasil karya satu orang penulis atau penyusun, yang menurut Talmud dan ahli kitab Yahudi dan Kristen yang paling kuno, adalah Ezra, imam dan ahli Taurat. Karena 1 dan 2 Tawarikh ditulis dari perspektif seorang imam dan mungkin juga pada masa hidup Ezra, dan karena ayat-ayat penutup 2 Tawarikh (1Taw 36:22-23) diulang kembali dalam Ezr 1:1-3, tradisi Talmud bahwa Ezra adalah "penulisnya" dikuatkan. Penulis mencari keterangan dari banyak sumber tertulis ketika menulis kitab Tawarikh ini, termasuk beberapa kitab PL dan catatan non-kanonik mengenai para raja dan nabi (lih. 1Taw 29:29; 2Taw 9:29; 2Taw 12:15; 2Taw 20:34; 2Taw 32:32). Menurut kitab Apokrifa, 2 Makabe (2:13-15), Nehemia, selama menjadi gubernur, mendirikan sebuah perpustakaan di Yerusalem yang berisi banyak dokumen dari para raja dan nabi. Selaku pemimpin rohani, Ezra diberi hak untuk memakai semua dokumen yang tersedia dalam menyusun Tawarikh. Pandangan ini merupakan tradisi kuno dan mungkin menggambarkan dengan tepat cara Roh Kudus menuntun dan mengilhamkan penyusunan kedua kitab ini. Tujuan Tawarikh ditulis untuk menghubungkan orang-orang Yahudi buangan yang kembali dengan nenek moyang dan sejarah penebusan mereka. Dengan demikian, Tawarikh menggarisbawahi tiga pokok;
Survai Sekalipun asal-usul dan sudut pandangan 1 dan 2 Tawarikh itu bersifat pasca-pembuangan, kitab ini berisi pandangan sekilas sejarah PL dari Adam hingga ketetapan Koresy (sekitar 538 SM), ketika orang Yahudi diizinkan kembali ke negara mereka dari tempat pembuangan di Babel dan Persia. 1 Tawarikh disusun sekitar dua pokok pembahasan: sejarah keturunan Israel (pasal 1-9; 1Taw 1:1--9:44) dan masa pemerintahan Raja Daud (pasal 10-29; 1Taw 10:1--29:30).
1 Tawarikh berbeda dengan 2 Samuel karena tidak menyebut dosa-dosa Daud yaitu perzinaan dan pembunuhan serta akibat-akibat tragis yang mengikutinya. Sebagai gantinya, 1 Tawarikh menyisipkan apa yang tidak disajikan 2 Samuel: persiapan Daud yang rajin dan teliti untuk pembangunan bait suci dan penetapan penyembahan Tuhan Allah. Di bawah pimpinan Roh Kudus, hal-hal yang tak dicantumkan dan yang ditambahkan dalam kitab ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan umat Allah dalam masyarakat pasca-pembuangan. Ciri-ciri Khas Lima ciri utama menandai 1 Tawarikh.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru Daftar keturunan dari Adam hingga pembuangan Babel, termasuk raja-raja keturunan Daud dan keturunan mereka (pasal 3-4; 1Taw 3:1--4:43), memberikan data yang diperlukan bagi silsilah PB dari Yesus Mesias dalam Matius (Mat 1:1-17) dan Yesus, Anak Allah dalam Lukas (Luk 3:23-28). Gambaran mengenai Daud dalam 1 Tawarikh, duduk di takhta Tuhan dan memerintah kerajaannya (1Taw 17:14), melambangkan kedatangan Mesias, "Anak Daud", Yesus Kristus. Keandalan Sejarah Tawarikh Para pengritik yang tidak bertanggung jawab memandang Tawarikh sebagai sejarah isapan jempol atau yang diputarbalikkan, yang pada umumnya kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan Samuel dan Raja-Raja. Harus diakui bahwa Tawarikh merupakan sejarah yang sangat selektif; akan tetapi, tidak benar bahwa itu isapan jempol atau tidak dapat diandalkan. Memang benar Tawarikh menekankan sisi terang sejarah Yahudi; tidak benar bahwa kegagalan-kegagalannya disangkal (mis. 1Taw 21:30). Ketika tidak mencantumkan sejarah yang dicatat oleh Samuel dan Raja-Raja, penulis Tawarikh menganggap bahwa para pembacanya mempunyai pengetahuan tentang kedua kitab ini. Hukuman-hukuman kenabian dari Samuel dan Raja-Raja, serta pengharapan-pengharapan keimaman dari Tawarikh, keduanya benar dan sangat diperlukan. Banyak pernyataan sejarah yang hanya terdapat dalam 1 Tawarikh telah terbukti dapat diandalkan oleh penemuan-penemuan arkeologis; tidak ada yang tidak dapat dipertahankan. Juga, keahlian yang teliti telah memberikan penjelasan-penjelasan yang dapat diterima mengenai masalah angka-angka yang besar dalam Tawarikh. Tawarikh berdiri sebagai bagian penting yang dapat diandalkan dari keseluruhan catatan perjanjian yang lama yang diilhamkan oleh Allah. |
(0.15155060555556) | (2Taw 3:1) |
(full: SALOMO MULAI MENDIRIKAN.
) Nas : 2Taw 3:1 Membandingkan bait Salomo dengan bait Kristus (yaitu gereja) menyatakan hal-hal berikut ini:
|
(0.15155060555556) | (Mzm 25:12) |
(full: TUHAN MENUNJUKKAN JALAN.
) Nas : Mazm 25:12 Tema utama mazmur ini ialah bagaimana Allah dengan hikmat menuntun orang percaya yang setia. Perhatikan kebenaran berikut:
|
(0.15155060555556) | (Yes 7:14) | (jerusalem: Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda) Meskipun raja Ahas menolak pertanda yang ditawarkan, namun Allah memberi pertanda juga. Pertanda itu ialah kelahiran seorang anak yang namanya, Imanuel, berarti: Allah beserta kita, Yer 8:8,10. Nama itu merupakan suatu nubuat, bdk Yes 1:26+. Ia menubuatkan bahwa Allah akan melindungi dan memberkati bangsa Yehuda. Dalam nas-nas lain, Yes 9:1-6; 11:1-9, nabi Yesaya lebih jauh menjelaskan ciri-ciri keselamatan yang akan dibawakan oleh anak itu. Nubuat-nubuat itu mengungkapkan pengharapan akan Mesias yang menjadi raja keturunan Daud. Pengharapan itu sudah diungkapkan nabi Natan, 2Sa 7, dan kembali nampak pada nabi Mikha, Mik 4:13, nabi Yehezkiel, Yeh 34:23, dan nabi Hagai, Hag 2:23; bdk Maz 2:1-12; 45:1-17;72:1-20; 110:7. Melalui seorang raja, pengganti Daud, Tuhan mewujudkan keselamatan bagi umatNya. Pengharapan orang yang percaya kepada Tuhan itu bertumpu pada keturunan Daud yang tetap akan ada. Mungkin sekali nabi Yesaya sendiri berpikir kepada anak Ahas, misalnya Hizkia (memang ada kesukaran sedikit sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu; rupanya Hizkia sudah lahir pada waktu itu) sebagaimana disarankan terjemahan Yunani ini; engkau akan menamakan dia. Namun demikian nada meriahnya nubuat itu serta makna nama yang diberikan kepada anak itu memberi kesan bahwa nabi Yesaya memfirasatkan bahwa makna kelahiran anak raja itu melampaui keadaan sekarang dan melambangkan pertolongan Tuhan yang terakhir yang menegakkan kerajaan Mesias. Begitu nubuat tentang Imanuel itu melampaui perwujudan pertamanya. Karenanya Mat 1:23(=Yes 7:14) dan Mat 4:15-16(Yes 8:22-9:1) dan seluruh tradisi Kristen selanjutnya tidak salah dalam mengartikan nubuat itu sebagai nubuat tentang kelahiran Kristus |
(0.15155060555556) | (1Kor 12:12) | (jerusalem) Meskipun menggunakan perbandingan yang lazim dalam dunia yang berkebudayaan Yunani-Romawi antara sebuah masyarakat dengan tubuh yang terdiri atas berbagai anggota, namun Paulus tidak mengambil gagasannya tentang Tubuh Kristus dari perbandingan itu. Gagasan ini sebenarnya berasal dari pengalaman Paulus sendiri waktu mulai percaya, bdk Kis 9:4 dst; Gal 1:15 dst, ialah dari kepercayaan kepada Yesus yang dibangkitkan dengan tubuhNya yang dihidupkan oleh Roh Kudus, Rom 1:4+, sebagai yang pertama dari dunia baru, 1Ko 15:23; orang Kristen bahkan dalam tubuhnya, Rom 8:11+, dipersatukan dengan tubuh Yesus itu melalui upacara baptisan, 1Ko 12:13; bdk Rom 6:4+, dan Ekaristi, 1Ko 10:16 dst. Dengan jalan itu orang Kristen menjadi "anggota" tubuh Yesus yang bangkit itu, 1Ko 6:15, dan bersama denganNya menjadi "Tubuh Kristus" yang kita menyebutkannya sebagai "Tubuh Mistik", 1Ko 12:27; bdk Rom 12:4 dst. Pikiran yang sangat realistis ini mulai tampil dalam 1 Korintus, kemudian dalam "surat-surat dari penjara" (Efesus, Kolose) diperkembangkan lebih jauh. Memanglah perdamaian manusia yang menjadi anggota tubuh Kristus, Efe 5:30, selalu dikerjakan melalui tubuh Kristus yang disalibkan "menurut daging" tetapi dihidupkan "menurut Roh", Efe 2:14-18; Kol 1:22. Hanya persatuan Tubuh yang mengumpulkan semua orang Kristen dalam Roh yang sama, Efe 4:4; Kol 3:15, serta penyamaan dengan Gereja, Efe 1:22 dst; Efe 5:23; Kol 1:18,24, dalam surat-surat dari penjara itu lebih ditekankan. Dengan jalan itu gagasan "tubuh Kristus" dijadikan lebih bersifat pribadi, Efe 4:12 dst; Kol 2:19, dan selanjutnya Kristus ditonjolkan sebagai "kepala", Efe 1:22; 4:15 dst; Efe 5:23; Kol 1:18; 2:19 (bandingkan dengan 1Ko 12:21); dalam hal ini Paulus kiranya terpengaruh oleh pikirannya tentang Kristus sebagai "Kepala semua pemerintah dan penguasa", Kol 2:10. Akhirnya "tubuh Kristus" bahkan sampai merangkum, entahlah bagaimana, seluruh jagat raya yang dipersatukan di bawah kekuasaan Kyrios, Tuhan Kristus, Efe 1:23+, bdk Yoh 2:21+. |
(0.15155060555556) | (1Raj 1:1) |
(sh: Kehendak Allah, situasi dunia, dan peran Kristen (Senin, 24 Januari 2000)) Kehendak Allah, situasi dunia, dan peran KristenKehendak Allah, situasi dunia, dan peran Kristen. Kristen sering diperhadapkan pada kenyataan bahwa situasi dunia cenderung menentang kehendak Allah. Kekuatan penguasa sangat kuat hingga membuat Kristen cenderung berpikir bahwa perlu mujizat atau keajaiban besar agar kehendak-Nya jadi di bumi. Benarkah demikian? Bagaimana dengan perealisasian kehendak Allah mengenai suksesi Daud? Keadaan fisik Daud semakin lemah dan kemampuan memimpin negara pun nampaknya pudar. Para pegawainya malah membuat Daud 'sibuk' dalam buaian Abisag, sehingga ia melupakan sama sekali mengenai 'suksesi'. Ini berarti kerajaan terancam vakum atau akan terjadi perang saudara, jika Daud mati sebelum mengumumkan penggantinya. Adonia melihat dan menggunakan kesempatan itu untuk menjadikan dirinya raja. Ia memiliki segala peluang: kasih sayang Daud, anak tertua, perawakan yang elok, dukungan dari orang-orang ahli yang pernah menjadi pembantu setia Daud, salah satunya Yoab. Nampaknya Adonia pasti akan menjadi pengganti Daud dan itu berarti kehendak Allah tidak terealisasi di kerajaan Israel (lih. 2Sam. 12:24-25). Siapa yang berani menentang Adonia menjadi raja?. Di samping resiko terlalu besar, kesempatan pun langka. Dalam krisis yang demikian, Natan muncul. Ia adalah nabi yang selalu tampil sebagai manusia biasa, seperti tanpa kuasa untuk membuat mujizat. Walau demikian, apa yang ia lakukan menunjukkan seorang manusia berkualitas tinggi, berhikmat, berstrategi, berencana, dan tidak terburu nafsu. Ia tahu bahwa menentang Adonia langsung sangat berbahaya dan tidak efektif. Satu-satunya cara untuk menggagalkan 'manuver' Adonia adalah Daud sendiri harus menyatakan siapa penggantinya. Untuk mendorong Daud berbicara, Natan menggunakan strategi dan pendekatan yang sangat cerdik, tepat, dan tulus. Ia melibatkan Batsyeba, istri Daud tercinta dan mempersiapkan apa yang harus diucapkan oleh Batsyeba. Ia juga telah merencanakan kapan harus menghadap Daud dan apa yang harus ia katakan kepada Daud. Renungkan: Untuk merealisasikan kehendak-Nya, Allah mengizinkan peran Natan yang menggunakan hikmat, strategi, dan rencana yang matang untuk mengingatkan Daud tentang janji Tuhan. Hai Kristen Indonesia teladanilah Natan dalam berperan bagi terealisasinya kehendak Allah di bumi Indonesia. Keterlibatan nyata apakah yang akan Anda wujudkan? |
(0.15155060555556) | (1Raj 7:1) |
(sh: Bertentangan namun berdampingan = bahaya (Sabtu, 5 Februari 2000)) Bertentangan namun berdampingan = bahayaBertentangan namun berdampingan = bahaya. Pasal 6-7 secara keseluruhan menggambarkan kisah persiapan pembangunan dan penyelesaian Bait Allah yang memakan waktu 7 tahun dengan biaya yang sangat besar. Di tengah-tengah kisah mega-proyek ini diselipkan kisah pembangunan istana Salomo dan bangunan-bangunan lainnya, salah satunya bangunan untuk putri Firaun. Yang menarik untuk diperhatikan adalah pembangunan gedung-gedung lain, yang sebenarnya dikerjakan setelah selesainya pembangunan Bait Allah, tetapi mengapa pengisahannya ditempatkan di tengah-tengah kisah pembangunan Bait Allah yang megah. Penyelipan kisah ini ingin menunjukkan pribadi arsitek tunggal dari semua bangunan tersebut yaitu Salomo. Bila di perikop sebelumnya kita melihat bagaimana megahnya Bait Allah, yang dibangun berdasarkan bahan, ukuran, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan, maka di perikop ini tampaklah bahwa istana Salomo, istana putri Firaun, dan bangunan lainnya mengungguli Bait Allah dalam segala hal (ayat 7:1, 9-12). Semua bangunan itu dibuat untuk kepentingan pribadi Salomo dan putri Firaun. Tiga belas tahun dari masa pemerintahannya dipakai untuk menghamburkan biaya yang sangat besar bagi dirinya pribadi dan putri Firaun. Tampaklah dua sisi pribadi Salomo yang saling bertolak belakang, yang berdampingan dengan harmonis. Satu sisi menunjukkan bahwa ia memberikan yang terbaik kepada Allah, di sisi lain, yang lebih baik dari yang terbaik diberikan bagi kepentingan dan kepuasan pribadinya dan putri Firaun. Demi pemuasan pribadi, pemborosan yang besar-besaran telah dilakukan, sehingga berdampak negatif bagi perekonomian dan stabilitas nasional. Betapa bahayanya pribadi pemimpin yang mengutamakan kasih kepada diri sendiri mengungguli kasih kepada Allah. Hal ini menunjukkan sikap kompromi dan kemunafikan di dalam hidup kerohanian seseorang. Yang mengerikan adalah bahwa kasih kepada Allah makin lama makin pudar, sedangkan kasih kepada diri sendiri makin bertakhta, seperti yang terjadi dalam kehidupan Salomo. Renungkan: Tengoklah pribadi kita masing-masing, apakah di tengah-tengah gelora kasih kita kepada Allah terselip kasih kepada diri sendiri yang lebih besar yang pada akhirnya berdampak negatif bagi keluarga, masyarakat, gereja, dan negara? |
(0.15155060555556) | (1Raj 10:1) |
(sh: Batas tipis antara sukses dan dosa (Selasa, 15 Februari 2000)) Batas tipis antara sukses dan dosaBatas tipis antara sukses dan dosa. Sekali lagi kekayaan dan hikmat Salomo yang melebih segala raja di bumi dijabarkan dalam pasal ini. Semua raja memujinya, bahkan ratu Syeba dari Afrika pun menyempatkan diri mengunjungi untuk memuaskan rasa penasaran mengenai berita-berita yang membicarakan Salomo dan untuk menerima pengajaran hikmat dari Salomo (Mat. 12:42). Ini menandakan bahwa kebesaran dan keagungan Salomo bukanlah omong kosong, karena orang yang berada jauh di seberang benua pun mendengar kemasyhurannya. Singkat kata Salomo berada pada puncak kejayaannya. Kejayaan yang meroket tinggi ini hanya berbatas tirai yang tipis dengan kehidupan yang berkompromi dan melupakan firman Tuhan. Dalam masa itu, tidak tercatat Salomo menaati peraturan bagi raja Israel yang diberikan oleh Allah (Ul. 17:14-20). Misalnya: tidak dicatat bahwa ia menyuruh bawahannya untuk menuliskan kembali hukum Allah dan menaruh di samping takhtanya. Sebaliknya di samping takhtanya hanya ada barang-barang yang terbuat dari emas yang menandakan bahwa ia memiliki banyak sekali emas (ayat 18-21). Ia pun berhasil mengumpulkan banyak kuda dan kereta kuda yang didatangkan dari berbagai daerah (ayat 26-29). Padahal Allah telah melarang para raja Israel untuk mengumpulkan emas terlalu banyak dan banyak kereta kuda agar mereka tidak bergantung pada kekuatan dan kekayaannya sendiri. Dalam keadaan diberkati secara luar biasa, Salomo melakukan pelanggaran. Walaupun Allah belum menegur, tidak berarti dosa yang dilakukan Salomo dianggap remeh. Ini lebih menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan Salomo belum memberikan efek yang fatal bagi dirinya dan bangsanya. Kehidupan Salomo merupakan contoh realita paradoks yang berbahaya dari kehidupan orang percaya. Di satu sisi tampaknya Salomo menikmati penggenapan janji Allah yang sudah diberikan sejak nenek moyang bangsa Israel, di sisi lain ia telah secara nyata melanggar apa yang Allah larang, walaupun tampaknya tidak begitu kelihatan. Renungkan: Kekudusan dan kemurnian iman seseorang tidak diindikasikan dengan keberhasilan hidupnya, walaupun itu merupakan berkat Allah secara penuh. Tolok ukur kesuksesan yang mutlak adalah firman Tuhan dan bagaimana memegang dan menaati- nya. Adakah realita paradoks kehidupan dalam hidup Anda kini? |
(0.15155060555556) | (1Raj 12:25) |
(sh: Kacang lupa kulitnya (Sabtu, 19 Februari 2000)) Kacang lupa kulitnyaKacang lupa kulitnya. Peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan karir Yerobeam sebagai raja. Belum lama ia memegang tampuk pimpinan, ia sudah mengabaikan siapa yang mendudukkan dia sebagai raja, dan melanggar syarat yang harus senantiasa dia penuhi serta batas wewenang yang ia punyai agar takhtanya tetap kokoh. Ia menggantikan Allah dengan ilah-ilah lain dan membuat kuil-kuil di bukit pengorbanan. Bahkan ia mengangkat imam-imam dari rakyat biasa. Berarti ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh sendi kehidupan kerajaan Israel. Apabila ditinjau dari tujuannya untuk memperkokoh kerajaannya dan menyatukan umatnya, tindakan Yerobeam sangat tepat dan merupakan bukti bahwa ia mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan. Namun bila ditinjau dari bagaimana cara ia mencapai tujuan tersebut, Yerobeam sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal dan komprehensif. Ia mempertahankan kekuasaan sosial dan politik dengan memanipulasi kerohanian bangsanya. Rakyatnya tidak hanya dibawa pada jalan yang berdosa, namun dosa mereka pun adalah dosa yang terstruktur dan terkontrol oleh lembaga politik yang sah. Betapa mengerikan apa yang dilakukan oleh Yerobeam. Latar belakang Yerobeam adalah anak seorang pegawai istana biasa. Jika ia sekarang menjadi raja, itu bukti bahwa Allah sungguh berdaulat atas sejarah manusia (ayat 11:31). Allah pun sudah berjanji bahwa keluarganya akan dibangunkan seperti keluarga Daud jika ia setia kepada-Nya. Mengapa ia harus kuatir bahwa rakyatnya akan meninggalkannya, saat mereka harus pergi ke Yerusalem secara berkala untuk beribadah? Tidakkah ia sudah mendengar dan melihat bahwa Allah akan memecahkan kerajaan Israel menjadi dua, karena ketidaktaatan Salomo? Mengapa ia tetap melanggar perjanjian yang pernah dibuat Allah untuknya? Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seluruh peristiwa menakjubkan yang baru saja ia alami, ternyata tidak membuat iman dan pengenalannya terhadap Allah menjadi mendalam dan berpusat kepada-Nya. Renungkan: Berkat dan anugerah Allah yang begitu melimpah tidak selalu berdampak positif. Bila seseorang tidak meletakkan berkat Allah dalam perspektif rencana Allah bagi hidupnya, akan menjadi penyesat yang sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. |
(0.15155060555556) | (1Raj 18:1) |
(sh: Obaja alat Tuhan di tengah-tengah serigala (Kamis, 2 Maret 2000)) Obaja alat Tuhan di tengah-tengah serigalaObaja alat Tuhan di tengah-tengah serigala. Seorang Kristen yang bekerja di suatu lembaga dimana nilai-nilai 'religius' dan nilai-nilai moralnya tidak dijunjung tinggi, akan menghadapi dilema yang sulit, yaitu ikut arus atau melawan arus? Bila tidak ikut arus, maka konsekuensi pribadi secara langsung dan segera seperti kehilangan pendapatan, pekerjaan, dikucilkan, bahkan dibunuh, akan terjadi. Itulah sebabnya banyak Kristen yang akhirnya ikut arus atau menarik diri dari masyarakat. Kedua sikap ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara iman Kristen. Seharusnya Kristen tetap melawan arus dan tetap berusaha untuk menggarami lingkungannya. Obaja hidup di suatu masyarakat dimana raja dan rakyatnya menyembah berhala. Tidak hanya itu, para nabi Allah dibunuh oleh Izebel, sang permaisuri. Ahab sendiri hanya mementingkan kekuatan militernya yang tampak dari tindakannya mencari rumput bagi kuda dan bagal (ayat 5). Bahkan dalam situasi kelaparan yang demikian parah, Ahab tidak merasa perlu mencari Allah. Malahan ia mencari rumput sendiri bagi kekuatan militernya. Dengan kata lain mata rohani Ahab sudah menjadi buta. Bencana alam yang begitu hebat (ayat 2) tidak menyadarkan dia. Berbeda dengan Obaja yang tetap takut akan Tuhan dalam situasi seperti ini, berarti ia tidak ikut menyembah berhala. Ia tidak hanya menyelamatkan 100 nabi dari pembunuhan namun juga menyembunyikan dan memberi mereka makan dan minum setiap hari. Itu merupakan suatu tindakan yang berbahaya. Obaja adalah seorang yang berani melawan arus dan ia pun berhasil dalam kariernya dengan menjadi kepala istana. Orang seperti Obaja inilah yang dipakai Allah sebagai alat-Nya. Tidak hanya sebagai penyelamat 100 nabi, namun juga sebagai perantara antara Elia dan Ahab. Coba bayangkan, jika tidak ada orang seperti Obaja, bagaimana Elia dapat meminta Ahab untuk menemuinya. Seandainya Elia langsung ke istana, ia pasti dibunuh oleh Izebel. Seandainya Elia menemui orang lain yang tidak takut akan Tuhan, maka ia pun pasti dibunuh oleh orang tersebut dengan tujuan mendapatkan pujian dari Ahab dan Izebel. Renungkan: Negara kita memerlukan "Obaja-obaja" yang mempunyai kemampuan intelektual, beriman teguh, dan berani melawan arus. Orang-orang yang demikian diperlukan agar bangsa kita mempunyai kesempatan untuk kembali kepada Allah. |
(0.15155060555556) | (1Raj 18:20) |
(sh: Ada saat diam, ada saat bertindak (Jumat, 3 Maret 2000)) Ada saat diam, ada saat bertindakAda saat diam, ada saat bertindak. Untuk menentukan kapan kita harus diam dan kapan harus bertindak dalam menghadapi suatu masalah bukanlah tindakan yang gampang. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu ketika banyak gereja dibakar dan dirusak massa, apakah Kristen harus diam atau harus bertindak? Pertimbangan apa sajakah yang diperlukan untuk menentukan tindakannya, sehingga berdampak positif bagi masyarakat Kristen secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum. Elia di bawah pimpinan Allah sudah memberikan contoh yang patut diteladani. Ada saat dimana ia harus diam, pasif, bahkan bersembunyi. Namun ada saatnya pula ia aktif, keluar untuk menemui dan menantang Ahab beserta nabi-nabi Baalnya. Di dalam perikop ini jelas tergambar bagaimana Elia secara aktif menantang seluruh rakyat Israel, nabi-nabi Baal, dan Ahab untuk bertanding melawan dia. Apa pertimbangan Elia sehingga ia harus melakukan tindakan yang sangat membahayakan keselamatan jiwanya dan tentunya akan membawa kehancuran iman terhadap YAHWEH jika Elia dibunuh? Pertimbangan pertama: Elia melihat bahwa Ahab secara sadar dan 'tulus' beriman kepada Baal, berarti ia secara sepenuh hati sudah berpaling dari Allah. Hal ini terbukti dengan kesediaannya untuk memanggil dan mengumpulkan nabi-nabi Baal dan seluruh rakyat Israel ke gunung Karmel. Ahab tidak mungkin disadarkan dengan bencana alam sehebat apa pun karena hati dan matanya sudah tertutup. Karena itulah Elia harus bertindak agar Israel tidak berlarut-larut menjadi korban hukuman Allah. Pertimbangan kedua: rakyat Israel telah terlibat dalam kompromi yang membahayakan. Mereka menyembah Allah namun secara bersamaan juga menyembah Baal. Kompromi ini akhirnya membawa Israel berpaling dari Allah. Israel akan menuju kehancuran iman, moral, dan akhlak. Tujuan dari tindakan Elia tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk membawa bangsa Israel kembali kepada Allah yang benar. Untuk itulah Elia berani mengambil risiko yang besar sekalipun. Umat Kristen di Indonesia dapat meneladani apa yang Elia lakukan. Renungkan: Jika perlakuan yang kita terima sudah membahayakan keteguhan iman umat Allah, maka Kristen harus berani bersuara, agar umat Tuhan di bumi Indonesia dapat terus berdiri kokoh. |
(0.15155060555556) | (1Raj 19:9) |
(sh: Krisis berakhir pelayanan berakhir (Kamis, 9 Maret 2000)) Krisis berakhir pelayanan berakhirKrisis berakhir pelayanan berakhir. Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji. Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia. Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua. Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan keberadaannya yang terpojok (ayat 10, 14). Ia nampaknya belum mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia. Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba- tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu, sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan diri. Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan jalan keluar bagi krisis rohani kita. |
(0.15155060555556) | (2Raj 8:1) |
(sh: Dua kehidupan manusia (Jumat, 26 Mei 2000)) Dua kehidupan manusiaDua kehidupan manusia. Bagaimana keadaan orang yang diberkati Allah? Apakah tanda-tanda fisik seperti kemakmuran dan kesehatan merupakan bukti mutlak? Ataukah ada tanda-tanda yang tidak kasat mata namun dapat dirasakan oleh orang lain? Bacaan kita hari ini mengontraskan dua kehidupan manusia. Yang satu adalah kehidupan yang diberkati Allah yaitu kehidupan perempuan Sunem dan yang satu lagi adalah kehidupan raja Israel, kehidupan yang tidak diberkati Allah. Di dalam kehidupannya, perempuan Sunem itu tidak selalu mengalami mukjizat (lihat 2Raj. 4:8-37). Ia harus mengalami kejamnya alam, susah payah, dan penderitaan hidup dalam pengungsian di negara asing, untuk jangka waktu yang tidak sebentar, yaitu 7 tahun. Setelah pulang dari pengungsian, ia pun harus merasakan kekejaman dan kesewenang-wenangan rezim yang berkuasa, karena segala harta dan ladang miliknya telah disita, sehingga ia harus mengadu kepada raja. Namun Allah berkenan hadir secara aktif di dalam hidupnya, yang dilambangkan dengan kedatangan Elisa. Kehadiran Allah yang walaupun tidak selalu meluputkan dia dari marabahaya dan kesulitan, namun pasti menuntun, membimbing, menguatkan, dan memampukan dia melewati jalan-jalan sulit yang ujungnya adalah kebahagiaan (6). Tidak demikian kehidupan raja Israel, di satu sisi ia berkelimpahan dengan kehadiran materi. Ia tidak perlu mengungsi ketika kelaparan menyerang. Tidak seorang pejabat pun yang berani sewenang-wenang terhadapnya. Bahkan dengan wewenangnya ia dapat membantu perempuan Sunem. Namun ia tidak merasakan kehadiran Allah yang ia rindukan. Ironisnya, ia tidak mengundang Elisa, malah Gehazi, yang dihukum oleh Allah. Apakah mungkin kerinduannya terpuaskan? Tentu saja tidak. Bahkan perginya Elisa ke Damsyik ke kota negara musuh Israel, makin menandakan bahwa kehadiran Allah semakin jauh dari dirinya. Tidak itu saja, kepergian Elisa untuk mengurapi Hazael menjadi raja merupakan tindakan awal penghukuman Allah kepada Israel akan segera dijatuhkan (1Raj. 19:17). Kehidupan yang berakhir dengan kehancuran. Renungkan: Bagi umat Allah, kehadiran-Nya tidak memberikan jaminan bahwa di sepanjang jalan kehidupannya akan selalu menemui taman bunga indah, namun memberikan jaminan bahwa di ujung jalan itu akan ada taman bunga yang paling indah. |