Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 401 - 420 dari 779 ayat untuk Daud [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.24962111666667) (1Raj 15:1) (sh: Janji Tuhan YA dan AMIN (Kamis, 24 Februari 2000))
Janji Tuhan YA dan AMIN

Janji Tuhan YA dan AMIN. Abiam adalah generasi ke empat dari keturunan raja Daud. Karena dibesarkan dan dididik dalam keluarga penyembah berhala, Abiam juga mengikuti kepercayaan Rehabeam kepada dewa-dewa. Ia hidup bergelimang dosa dan dari satu peperangan kepada peperangan yang lain. Tidak ada pertobatan dalam masa pemerintahan Abiam. Di tengah realitas hancurnya kerajaan umat pilihan Allah, ternyata Allah masih beranugerah. Abiam masih memiliki keturunan untuk meneruskan dinasti kerajaan Israel yang tinggal satu suku. Mengapa? Bukan karena Abiam, tetapi semata hanya oleh janji Allah kepada Daud. Meski Daud berdosa dalam perselingkuhannya dengan Betsyeba, Daud adalah orang yang beribadah kepada Tuhan sampai akhir hidupnya. Janji bahwa kerajaan Daud akan tetap ada digenapi Tuhan. Kerajaan Israel terus berlanjut meski usia pemerintahan Abiam yang amat pendek, sebab generasi selanjutnya telah dipersiapkan Allah.

Allah berlimpah dalam kebaikan. "Sifat kebaikan adalah kecenderungan untuk memberi kepada orang lain bukan karena mempunyai motivasi mencari keuntungan; bukan pula karena kelayakan si penerima, tetapi dilakukan secara konsisten melampaui semua itu", demikian tulis J.L. Packer dalam buku Knowing God. Jadi kalau dinasti Daud masih bisa bertahan dan tetap dipakai Allah untuk merampungkan sejarah penyelamatan-Nya, itu adalah karena kebaikan Allah semata. Rehabeam dan Abiam diberi kesempatan untuk memegang tampuk kerajaan karena anugerah Allah. Sayang sekali mereka tak menghargai kesempatan emas ini. Bagi Abiam kesempatan itu berlalu seperti rumput yang tumbuh di padang, amat sangat singkat.

Renungkan: Allah baik dan penuh anugerah. Janji-Nya pasti digenapi. Ia tak berubah, Ia tak alpa pada janji-Nya. Seperti Allah memberkati kerajaan Daud, Ia juga akan memberkati negara Indonesia. Marilah kita mensyukuri anugerah kebaikan Allah ini dengan hidup tidak menyimpang dari segala yang diperintahkan-Nya kepada kita seumur hidup kita. Mulai dan tutuplah hari-hari yang Allah anugerahkan ini dengan melakukan apa yang benar dan membuang jauh-jauh segala unsur KKN dalam hidup kita sehari-hari. Dan jadikan Allah pusat penyembahan dan panutan hidup kita, maka berkat-Nya akan terus mengalir dari ge-nerasi kepada generasi selanjutnya. Peganglah janji-Nya YA dan AMIN.

(0.24962111666667) (1Taw 2:1) (sh: Ketaatan yang istimewa (Rabu, 23 Januari 2002))
Ketaatan yang istimewa

Ketaatan yang istimewa. Setelah mengingatkan bangsa Israel tentang asal-usul mereka, penulis Tawarikh menjabarkan suku-suku Israel (ayat 2:1-9:1a) secara panjang-lebar. Ia menempatkan Yehuda di urutan pertama karena Daud berada dalam garis keturunan ini dan karena Ruben telah kehilangan hak sulungnya (ayat 5:1-2). Penulis Tawarikh mengajak para pembacanya untuk menegakkan takhta Daud kembali.

Silsilah Yehuda dimulai dengan anak-anak Yehuda (ayat 2:3-9) yang dikelompokkan menurut ibu-ibu mereka. Er dan Onan mati karena berbuat jahat di hadapan Tuhan (ayat 3, Kej. 38:7-10). Ahar, keturunan Karmi dan Zerah (lih. Yos. 7:1), mati karena tidak setia. Sebaliknya, keturunan Peres beranak-cucu dan diberkati sebagai tanda Allah berkenan pada kesetiaan dan ketaatan mereka. Tidak ada cacat yang dicatat pada garis keturunan ini karena nantinya akan menuju kepada Daud, raja agung Israel.

Keturunan Ram lalu dijabarkan (ayat 10-17). Fokusnya adalah pada silsilah dinasti Daud, bukan pada urutan kelahiran. Isai, ayah Daud, adalah keturunan Ram. Kemudian, keturunan Kaleb dijabarkan (ayat 18-24, dieja Khelubai dalam ayat 9). Kaleb adalah nenek moyang Bezaleel (ayat 20) yang mengawasi pembangunan Kemah Suci (Kel. 31:1-5). Penulis Tawarikh melihat hubungan yang sangat erat antara takhta Daud dengan ibadah Bait Allah.

Kemudian anak-anak Yerahmeel didaftarkan (ayat 25-33 dan 34-41). Elisama menjadi fokus perhatian (ayat 41) karena leluhurnya adalah seorang Mesir (ayat 34). Apakah dia dan keturunannya juga bagian umat Allah? Penulis Tawarikh menunjukkan bahwa ia dan keturunannya sah sebagai bangsa Israel yang bersaudara dekat dengan dinasti Daud. Keturunan Kaleb untuk kedua kalinya dicatat (ayat 42-55). Ada 2 penekanan di sini: [1] Penyebutan Zif, Maresa, dan Hebron, wilayah-wilayah di luar komunitas pascapembuangan, memberikan harapan pemulihan wilayah bangsa Israel, [2] Penyebutan keturunan gundik (ayat 46,48) dan keturunan Keni, orang non-Israel yang masuk ke suku Yehuda, meyakinkan bahwa mereka pun termasuk umat Allah yang dihormati setelah masa pembuangan.

Renungkan: Anda harus taat karena Anda istimewa, bukan hanya istimewa karena taat. Dalam ketaatan, Anda akan diberkati Allah dan menjalani proses penyempurnaan dalam kehendak-Nya.

(0.24962111666667) (Mzm 51:1) (sh: Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut? (Selasa, 21 Agustus 2001))
Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut?

Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut? Alkitab memang merupakan sebuah cermin besar bagi manusia sepanjang zaman. Betapa tidak, Daud yang nampaknya begitu setia dan menjadi kekasih Allah dapat melakukan perzinahan dengan seorang istri dari prajuritnya yang setia. Itulah bukti ketidaksempurnaan seorang manusia. Namun demikian kita masih dapat meneladani pemahaman Daud akan dosa. Teladan ini penting sebab Kristen sekarang di bawah pengaruh dunia yang cenderung menyepelekan dosa dan konsekuensinya. Jika Kristen terpengaruh oleh paham dunia modern maka tidak akan ada lagi tonggak dan mercusuar moralitas di dunia ini.

Ungkapan perasaan Daud pertama kali setelah ditegur oleh Natan adalah ‘kasihanilah aku’ (ayat 2). Ini menandakan bahwa Daud tidak sekadar malu setelah boroknya dibongkar namun lebih dari itu ia sadar dengan sepenuh hati bahwa dosa sudah membuat dirinya menjadi seorang manusia yang tak berharga dan tak berpengharapan di hadapan Allah, karena hanya kepada-Nyalah Daud berdosa (ayat 6). Daud menempatkan secara tepat tempat dosa dalam jalur hubungan antara manusia dengan Allah. Karena itu sebelum memohon ampun, ia mohon belas kasihan dari Allah sebab belas kasihan merupakan dasar utama pengampunan Allah.

Selain dampak yang ditimbulkan mengapa dosa tidak dapat diremehkan? Sebab dosa adalah ketidakmampuan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan Allah (ayat 2), sebuah pemberontakan terhadap Allah (ayat 4, 6) serta sesuatu yang najis di hadapan Allah (ayat 4). Dengan kata lain disadari atau tidak, dosa adalah sebuah tindakan manusia untuk menetapkan dan menjalankan nilai- nilai ciptaan manusia dan bukan Allah. Dosa bahkan dipersonifikasikan sebagai suatu kekuatan (ayat 5). Manusia akan selalu kalah karena pada dasarnya manusia sudah rusak secara total (ayat 7).

Renungkan: Sejarah Alkitab mencatat bahwa setelah pertobatannya seperti yang tercatat dalam mazmur ini, Daud tidak lagi melakukan dosa yang sama. Karena itu pengajaran hakikat dosa dan konsekuensinya harus didengung-dengungkan terus agar jemaat Tuhan senantiasa jijik terhadap dosa. Mulailah dengan cara tidak menghaluskan kata-kata ketika menyebut suatu perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan misalnya: pemberian uang kepada petugas ketika sedang mengurus surat dihaluskan menjadi biaya administrasi.

(0.24612975) (1Sam 22:1) (sh: Senasib sepenanggungan (Minggu, 01 Februari 1998))
Senasib sepenanggungan

Senasib sepenanggungan
Salah satu faktor pengikat kuat terjalinnya suatu persekutuan adalah bila masing-masing merasakan penderitaan dan pergumulan yang sama, saling bertukar pikiran, mengeluarkan endapat, dlsb. Perikop ini menggambarkan fakta itu. Begitu banyak orang yang menaruh simpati terhadap Daud. Buktinya sekitar 400 orang yang merasa senasib??-sependeritaan datang kepadanya. Tidak hanya dari kalangan saudara-saudaranya, tetapi juga mereka yang dalam kesukaran, dikejar utang-piutang, sakit hati atas perlakuan dan pemeritahan Saul yang tidak adil. Semua menyatakan sikap dan dukungan kepada Daud. Hal tersebut barang kali di luar perhitungan Saul yang sedang dibutakan oleh dendam dan kecemburuan.

Dendam tanpa batas. Alasan logis dan gamblang yang dikemukakan Imam Ahimelekh justru semakin membakar dendam dan kecemburuan Saul. Apalagi setelah diketahui bahwa kekuatan baru yang digalang oleh Daud semakin kuat. Dalam keadaan telah terlanjur gelap mata, tak perpertimbangan akal sehat dan demi melampiaskan kecemburuannya terhadap Daud, seluruh keluarga Imam Ahimelekh dan setiap orang yang mendukung Daud menjadi korban kekejian Saul. Tragis! Karena dendam, banyak nyawa orang yang tak tersangkut harus berjatuhan.

Komunikasi dengan Allah. Kecemburuan telah mengunci pintu hati Saul. Tak ada lagi tegur sapa kepada Allah; tak ada lagi kesediaan mempersilahkan Allah berkarya. Akibatnya dapat dipastikan: tak ada damai sejahtera, tak mampu menerima kenyataan; harta, tahta dan kuasa telah berhasil mengubah seorang yang taat menjadi seorang yang bringas tak tahu diri; seorang yang taat kepada Allah menjadi penentang, pemberontak. Sumber utama kegagalan itu adalah putus hubungan karena ketidaktaatan.

Renungkan: Hanya satu pilihan. Apakah Allah bertakhta dalam hati dan menyingkirkan segala sifat jahat kita atau sebaliknya sifat jahat yang tidak ditaklukkan kepada Allah akan membuat kita tidak lagi peduli Allah.

Doa: Engkaulah perlindungan umat-Mu.

(0.24612975) (1Raj 11:26) (sh: Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya (Selasa, 10 Agustus 2004))
Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya

Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya. Seorang majelis di suatu gereja dijatuhkan oleh lawan bisnisnya melalui cara keji, sehingga ia harus masuk ke penjara dan kehilangan bisnisnya. Tetapi, justru kejadian itu membawa pertobatan sejati bagi majelis ini, karena sebenarnya ia menjalankan bisnisnya secara kotor (= tidak jujur). Terkadang Tuhan bekerja dengan cara yang sulit kita mengerti. Terutama ketika Ia memperingatkan anak-anak-Nya yang jatuh dalam dosa melalui penghukuman.

Dalam bacaan hari ini, kita membaca bahwa Allah membangkitkan Yerobeam sebagai lawan Salomo. Yerobeam mendapatkan janji Allah untuk memimpin sepuluh suku yang akan dipecahkan Tuhan dari kerajaan Salomo (ayat 31-37). Bahkan ia mendapatkan janji yang sama seperti yang diperoleh Daud. Allah menjanjikan akan membuat dinasti Yerobeam berlangsung langgeng seperti yang pernah Allah rencanakan bagi keturunan Daud. Tentu dengan syarat Yerobeam berlaku seperti Daud, yaitu setia kepada Allah, tidak melakukan kesalahan yang sama seperti Salomo, dan membawa kembali umat-Nya menyembah kepada Allah Israel (ayat 38).

Ada dua tujuan di balik pemilihan Yerobeam sebagai raja. Pertama, supaya melalui Yerobeam, suku-suku Israel lainnya bisa beribadah kepada Allah secara benar dan kudus. Kedua, supaya melalui penghukuman kepada keturunan Salomo, bangsa Israel bertobat sehingga dinasti Daud tetap dipelihara. Hal kedua ini dimungkinkan terjadi, bila kerajaan yang akan dipimpin Yerobeam benar-benar setia kepada Allah. Sehingga berkat Allah karena kesetiaan Yerobeam menyebabkan rasa iri dari kerajaan Salomo yang kecil itu dan mereka akhirnya berpaling kepada Tuhan (Ayat 39, "Aku akan merendahkan keturunan Daud, tetapi bukan untuk selamanya").

Jika Tuhan menghukum perbuatan dosa anak-anak-Nya, pasti karena Ia menginginkan pertobatan. Tuhan dapat memakai cara yang unik untuk mencapai tujuan-Nya itu!

Renungkan: Tuhan bertindak tegas melawan dosa karena Ia mengasihi kita dan ingin membimbing kita kepada pertobatan.

(0.24612975) (1Taw 11:1) (sh: Allah, Rakyat, Raja (Minggu, 3 Februari 2002))
Allah, Rakyat, Raja

Allah, Rakyat, Raja. Ada berbagai sistem pemerintahan dalam dunia ini: sistem teokrasi, monarki, dll. Masing-masing teori melihat dirinya paling benar dan baik, namun praktiknya tak satu pun yang sempurna. Sistem teokrasi sering diperalat oleh sistem monarki karena banyak raja tidak saja menganggap dirinya utusan Allah, malah cenderung menganggap dirinya adalah jelmaan allah.

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menegaskan senada bahwa bagaimanapun sistem yang dipakai, prinsip yang harus dihayati adalah kekuasaan berasal dari Allah dan penguasa selalu harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Pilihan Allah tidak boleh dilihat sekadar pembenaran bagi kekuasaan, tetapi juga sebagai tuntutan untuk bertindak benar. Pilihan Allah juga tidak begitu saja meminta dukungan bulat dan keterlibatan rakyat, tetapi justru membangkitkan persatuan. Di dalam pimpinan Allah, terjadilah hubungan saling dukung dan saling cek antara nabi, rakyat dan raja, karena, demi, dan untuk Allah.

Prinsip-prinsip ini tampil dengan indah dalam bagian ini. Sebenarnya sejak akhir masa kepemimpinan Saul, Daud sudah berperanan sebagai pemimpin. Tetapi, baru sesudah sekitar 20 tahun sejak ia diurapi Samuel, pengokohan datang dari inisiatif rakyat sendiri. Daud adalah raja karena keputusan Allah yang datang dalam firman-Nya (ayat 2). Itu sebabnya rakyat Israel seluruhnya mengaku Daud sebagai saudaranya (ayat 1), dan pemilihan Allah itu telah terbukti dalam kenyataan kemampuan Daud memimpin menjadi raja-gembala (ayat 2). Pengokohan dari rakyat lalu diikuti oleh kemenangan Daud menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota.

Renungkan: Hakikat kepemimpinan bukanlah pemusatan kuasa, tetapi pembagian kuasa dari Allah melalui umat kepada pemimpin, agar pemimpin menjadi gembala dari Allah untuk umat-Nya.

(0.24612975) (1Taw 20:1) (sh: Mengenakan mahkota kemenangan (Sabtu, 16 Februari 2002))
Mengenakan mahkota kemenangan

Mengenakan mahkota kemenangan. Bila kita bandingkan bagian ini dengan paralelnya dalam II Samuel 11-12, tampak suatu kejanggalan. Dikatakan bahwa kini kemenangan diraih bukan karena prakarsa Daud sebagai raja, tetapi karena prakarsa Yoab (ayat 1-2). Tetapi, dikatakan bahwa "pada waktu raja-raja biasanya maju berperang," justru Daud tinggal sendiri di Yerusalem dan Yoab yang maju berperang. Dari II Samuel 11-12 kita mengerti bahwa saat itulah terjadi peristiwa tragis kejatuhan Daud dalam dosa zinah dengan Batsyeba. Meskipun tidak dinyatakan secara langsung, bagian ini hendak menyampaikan suatu kebenaran rohani yang penting bagi kita. Sesudah melalui pedihnya proses keinsyafan dan pertobatan, seseorang yang telah jatuh masih dipulihkan dan dianugerahi Tuhan kesempatan untuk melanjutkan perannya. Anugerah Allah sangat besar sehingga kegagalan tidak membuat orang itu tersingkir dari rencana Allah. Daud belajar bukan saja tentang jahatnya dosa dan yang diakibatkannya, tetapi juga tentang keajaiban anugerah Allah dan tentang kenyataan bahwa ia memerlukan orang lain, rekan yang dengannya ia dapat membangun kemenangan.

Anugerah Allah justru dinyatakan dalam kondisi sesudah jatuh dalam dosa. Puncak kejayaan Daud dinyatakan secara simbolis, yaitu dengan mengenakan mahkota raja Amon. Itu bukan hasil kemenangannya sendiri, tetapi akibat anugerah Allah yang telah memberikan Yoab sebagai panglima yang piawai dan rekan seperjuangan yang andal. Sesudah itu menyusul pula sebuah kemenangan fantastis, yakni kesuksesan mereka menggulingkan jagoan bangsa Filistin. Para sepupu Goliat yang berpostur besar dan kuat bukan lawan tanding Israel yang maju dalam nama Tuhan. Lawan boleh memiliki kekuatan hebat, namun ketika berhadapan dengan iman, robohlah kekuatan raksasa-raksasa Filistin. Iman memungkinkan setiap sendi otot pahlawan Allah mengalami kejadian-kejadian yang hanya dapat dijelaskan dari sudut pandang supranatural. Dengan iman pula, kita disanggupkan untuk menghidupi kekristenan kita.

Renungkan: Ada mahkota kemuliaan dari Allah tersedia bagi orang yang akhirnya menang dalam perjuangan rohaninya dan bukan hanya untuk mereka yang tak pernah kalah (ayat 2 Tim. 4:8).

(0.24612975) (1Taw 23:1) (sh: Melayani dengan baik dan teratur (Selasa, 19 Februari 2002))
Melayani dengan baik dan teratur

Melayani dengan baik dan teratur. Kita perlu merenungkan bahwa bahwa kitab ini ditulis agar menjadi pedoman bagi umat yang kembali dari pembuangan dan mulai berencana membangun kembali Bait Allah yang telah runtuh. Kepemimpinan Daud tidak saja menjadi contoh tentang seorang pemimpin sejati yang sepenuh hati mengabdikan diri di dalam tugas-tugasnya. Sikap dan tindakan ini dilandasi atas konsep bahwa Allah di dalam kedaulatan-Nya, telah memilih dan menetapkan pribadi lepas pribadi untuk pelayanan kudus. Daud tahu tempat dan perannya, demikian juga tempat dan peran Salomo, serta para Lewi yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah tersebut. Selain itu, tindakan-tindakan Daud menjadi pola prinsip bagi pengaturan ibadah seputar Bait Allah untuk generasi pembangun yang kembali dari pembuangan tersebut.

Daud mengadakan sensus lagi, tetapi kali ini tidak dengan motif dan tujuan yang salah. Daud menghitung orang Lewi yang siap diikutsertakan bagi tugas pembangunan Bait Allah dan penyelenggaraan ibadah di dalamnya. Sebagian ditugaskan untuk memikul tanggungjawab pengawasan dan pengorganisasian, sebagian lagi dibagi-bagi dalam tugas penyelenggaraan ibadah. Pembagian tugas tersebut diatur menurut kelompok asal dari keturunan Lewi, yaitu Gerson, Kehat, dan Merari. Ayat 13 memaparkan sangat rindi tugas-tugas imam, yaitu mengurus apa yang kudus, membakar kurban di hadapan Allah, melayani Allah, dan memberikan berkat demi nama-Nya.

Indah sekali bagian ini memadukan pemimpin dan yang dipimpin dalam suatu orkestra penyembahan yang serasi. Semua dan setiap unsur pada intinya adalah para pelayan Tuhan. Entah memimpin atau dipimpin, setiap kita dipanggil sama sebagai hamba Allah, dan karena itu wajib mengerjakan bagian kita sebagai bagian dari suatu kesatuan pengabdian bagi Allah sendiri. Kristen bukannya terpanggil untuk suatu posisi atau jabatan tertentu, tetapi untuk tugas dan tanggung jawab sebagai hamba Allah.

Renungkan: Penyembahan yang benar dan berkenan kepada Allah adalah pelayanan yang serasi dan teratur di dalam pimpinan Roh dan di dalam semangat kebenaran.

(0.24612975) (Mzm 20:1) (sh: Pemimpin dan pendukungnya (Selasa, 13 Maret 2001))
Pemimpin dan pendukungnya

Pemimpin dan pendukungnya. Perebutan kekuasaan masih terjadi di bumi Indonesia. Menghangatnya suhu politik ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berada ditingkat elit namun juga dirasakan oleh para 'akar rumput'. Hal ini disebabkan karena para elit politik berlomba-lomba mencari pendukung dari 'akar rumput' sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Para akar rumput yang sudah terbujuk untuk mendukung tokoh tertentu akan sudi melakukan tindakan apa pun mulai dari demonstrasi, kerusuhan, hingga pemasangan bom demi kelanggengan kedudukan tokoh yang didukungnya.

Bagaimana mendukung pemimpin secara kristen? Apakah kita sebagai 'akar rumput' Kristen pun menghalalkan cara apa pun untuk mendukung pemimpin kita? Benarkah kita mendukungnya dengan cara yang efektif dan efisien? Kita akan belajar itu semua dari salah seorang pemimpin terbesar dalam sejarah manusia yaitu Daud.

Daud sebagai seorang pemimpin besar menggubah sebuah nyanyian yang berisi doa bagi seorang pemimpin. Hal ini mengungkapkan kerinduan Daud sebagai pemimpin untuk mendapatkan dukungan berupa doa dari para pendukungnya. Daud membutuhkan doa dari pendukungnya untuk 3 bidang yang berhubungan erat dengan tanggung jawabnya. Pertama, ia membutuhkan pertolongan, kekuatan, dan bimbingan dari Tuhan untuk menghadapi kesulitan, tekanan, bahkan serangan dari berbagai pihak (2-3). Ia tidak memohon dihindarkan dari semua itu sebab ia menyadari bahwa salah satu tugas pemimpin adalah menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat walaupun pasti akan menimbulkan serangan dan tekanan terhadap dirinya. Kedua, ia membutuhkan dukungan doa untuk kehidupan kerohaniannya (4). Seorang pemimpin yang kehidupan kerohaniannya tidak sehat akan gagal mengemban tugas dan tanggung jawabnya (7-9). Ketiga, ia membutuhkan pertolongan Tuhan untuk menyelesaikan segala program dan rencananya demi memajukan masyarakat. Program yang baik tanpa penyertaan Tuhan tidak akan berarti bagi masyarakat.

Renungkan: Para pemimpin kita saat ini pun membutuhkan doa untuk 3 bidang yang diungkapkan Daud. Karena itu marilah Kristen berdoa syafaat untuk para pemimpin bangsa supaya mereka dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.

(0.24612975) (Mzm 31:1) (sh: Doa, sebuah tindakan refleks Kristen (Minggu, 25 Maret 2001))
Doa, sebuah tindakan refleks Kristen

Doa, sebuah tindakan refleks Kristen. Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman.

Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk mempertahankan atau menyelamatkan dirinya (1Sam. 23:13). Apa yang ia lakukan? la segera berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, sebelum melakukan apa pun (2-6). Tidak ada hal yang terlalu genting bagi Daud sehingga doa harus ditunda atau dilewatkan. Bagi Daud doa tetap harus dinomorsatukan dalam situasi dan kondisi apa pun. Doa sudah menjadi gerakan refleks baginya. Mengapa demikian? Sebab ia memang telah menyerahkan hidupnya secara penuh ke dalam tangan Tuhan. Ia mengenal siapa Allah, karena itu ia tidak ragu sedikit pun untuk mengandalkan Dia dalam segala keadaan. Bahkan ia mempercayakan kepada Allah miliknya yang paling berharga yaitu nyawanya (6). Tidak itu saja, walaupun masih harus menghadapi ancaman maut, ia dapat tetap bersukacita dan tegar karena Allah adalah setia maka Ia akan tetap menolongnya seperti yang pernah Ia lakukan sebelumnya (8-9).

Renungkan: Seperti bagi Daud, bagi kita pun doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita. Apakah ini sudah berlaku bagi Anda? Jika belum apa penyebabnya?

Bacaan untuk Minggu Sengsara 5

Yeremia 31:31-34

Ibrani 5:7-10

Yohanes 12:20-33

Mazmur 51:10-16

Lagu: Kidung Jemaat 446

(0.24612975) (Mzm 38:1) (sh: Disiplin Tuhan (Selasa, 3 Juni 2003))
Disiplin Tuhan

Disiplin Tuhan. Kita mengetahui bahwa ketika Allah mendisiplin anak-anak-Nya, ketika itu ada kesakitan, ada perasaan yang terluka, lemah dan pedih. Karena itu setiap orang yang pernah mengalaminya pasti dapat membayangkan perasaan luka, lemah dan pedih yang dialami Daud. Namun, satu hal dapat kita pelajari tentang sikap tepat yang ditempuh Daud, yaitu bahwa akibat tidak enak disiplin dari Tuhan itu tidak membuatnya menghindar, tetapi malah datang kepada Allah membawa segala kepedihannya. Itulah sikap benar ketika Tuhan mendisiplin kita.

Mazmur 38 adalah sebuah doa yang dinaikkan Daud ketika mempersembahkan korban peringatan (ayat 1; bdk. Mzm 70). Ia memohon agar Tuhan menolong dia dalam situasi kesakitan menanggung disiplin dari Tuhan dan tekanan musuh-musuhnya. Mazmur ini disusun sebagai sebuah kiasmus: ayat 2-5 dicerminkan dalam ayat 22-23: berisi permohonan pengampunan dan keselamatan dari Tuhan. Ayat 6-13 dicerminkan dalam ayat 18-21: keduanya merupakan ratapan pemazmur atas penderitaan dan ketidakadilan yang dialaminya, dan ayat 14-17 menjadi pusat dari mazmur ini, yaitu seruan pemazmur agar Tuhan membela dan memberikan keadilan kepadanya.

Penyakit dan penderitaan tidak selalu akibat dosa, tetapi bisa juga merupakan disiplin Allah atas kita karena dosa-dosa kita. Karena itu disiplin Allah juga harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, yaitu bahwa tindakan disiplin tersebut selalu dibungkus oleh kasih Allah. Dari perikop ini kita belajar dua hal penting: pertama, di tengah-tengah kesakitan dan penderitaannya, Daud mengakui kemahatahuan Tuhan. Kedua, Daud menundukkan dirinya di bawah kemurahan Allah Maha pengampun.

Renungkan: Bila Anda jatuh dalam dosa, datanglah pada Tuhan, mintalah pada- Nya untuk diperlakukan sesuai kekudusan dan kemurahan-Nya.

(0.24612975) (Mat 22:34) (sh: Belajar Bertanya dengan Tulus (Selasa, 21 Maret 2017))
Belajar Bertanya dengan Tulus

Cara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian menerangkan jawabannya. Pertanyaan yang tulus untuk tujuan belajar sangatlah berbeda dengan pertanyaan yang memiliki motif menjebak atau menjatuhkan.

Yesus mampu menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang Farisi, Herodian, dan golongan Saduki. Bahkan pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terbesar dijawab oleh Yesus dengan kuasa dan hikmat Allah, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Jawaban yang Yesus berikan tidak terbantahkan karena hukum terbesar itu telah menyarikan semua yang dituliskan dalam Taurat Musa dan kitab para Nabi.

Beralih dari pihak yang ditanya, Yesus balik bertanya mengapa Daud menyebut Mesias sebagai "tuan", bila Mesias adalah anak keturunan Daud (Mzm.110:1). Pertanyaan Yesus membuat orang-orang yang berupaya mencobai dan menjebak-Nya bungkam seribu bahasa. Keengganan mereka tidak menjawab pertanyaan Yesus karena motif terselubung mereka bukan dilandaskan pada kasih, melainkan pada kejahatan. Jika pertanyaan seseorang dilandasi oleh kasih dan ketulusan, maka kasih tersebut akan mempertemukan orang dengan sesamanya dalam tanya-jawab yang imbang dan sehat. Selain itu, kebungkaman mereka bukan tanda kerendahan hati, melainkan ekspresi kekerasan dan kedegilan hati untuk menyangkal kebenaran Allah.

Sebaliknya, bertanya dengan tulus akan membawa seseorang kepada pencerahan. Karena yang mencari mendapat, yang meminta akan diberi, dan bagi yang mengetok pintu akan dibukakan. Tetapi, sikap congkak justru mengurungkan maksud baik pihak lain untuk menolongnya.

Kecongkakan, ego diri, dan sikap intoleransi akan menutup peluang untuk masing-masing pihak saling belajar dan bertemu dengan yang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Karena itu, mengasihi Allah tidak dapat berjalan seiring dengan merendahkan sesama. Marilah kita bertanya dengan tulus! [YTP]

(0.23110426666667) (Mat 1:1) (full: )

Penulis : Matius

Tema : Yesus, Raja Mesianis

Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM

Latar Belakang

Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.

Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk

  1. (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
  2. (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
  3. (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
  4. (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
  5. (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).

Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.

Tujuan

Matius menulis Injil ini

  1. (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
  2. (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
  3. (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa

  1. (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
  2. (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Survai

Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).

Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:

  1. (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
  2. (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
  3. (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
  4. (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
  5. (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:

  1. (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
  2. (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
  3. (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
  4. (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
  5. (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.

Ciri-ciri Khas

Tujuh ciri utama menandai Injil ini.

  1. (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
  2. (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
  3. (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
    1. (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
    2. (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
  4. (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  5. (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  6. (6) Matius menekankan
    1. (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
    2. (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
    3. (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
  7. (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
(0.23110426666667) (1Taw 3:1) (sh: Rencana yang istimewa (Kamis, 24 Januari 2002))
Rencana yang istimewa

Rencana yang istimewa. Menyambung silsilah Ram (ayat 2:10-17), penulis Tawarikh melanjutkan dengan anak-anak Daud: yang lahir di Hebron dan Yerusalem (ayat 1-9), keturunan Salomo dari sebelum sampai tibanya pembuangan (ayat 10-16), serta keturunan Yekhonya (Yoyakhin) selama dan sesudah pembuangan (ayat 17-24).

Pertama, penulis Tawarikh mendaftarkan anak-anak Daud secara lengkap di Hebron (ayat 3:1-4a) dan Yerusalem (ayat 4b-9). Ini dimaksudkan untuk membedakan keturunan Daud secara umum dari keturunan khusus yang akan menjadi raja-raja. Kedua, Salomo difokuskan (ayat 10-16). Tidak seperti dalam kitab Raja-raja, penulis Tawarikh tidak melaporkan perselisihan antara Salomo dan Adonia (ayat 1Raj. 1-2). Dari sudut pandang penulis Tawarikh, pelimpahan takhta dari Daud kepada Salomo berjalan mulus sesuai rencana Allah.

Ketiga, anak-anak Yekhonya (ayat 17-24). Ia disebut orang kurungan karena diangkut ke Babel tahun 597 sM. Penulis Tawarikh tahu bahwa Allah telah menolak keluarga Yekhonya sebagai garis keturunan raja (Yer. 22:28-30). Nubuat ini membuat orang bertanya-tanya tentang keturunan Yekhonya setelah pembuangan. Apakah garis keturunan lain dari Daud harus mengambil alih takhta kerajaan? Dalam silsilah ini, penulis Tawarikh menegaskan bahwa Allah telah mengangkat kutuk-Nya dan menegakkan kembali garis keturunan Yekhonya sebagai sarana pengharapan kerajaan Israel. Yekhonya sendiri dilepaskan dari penjara Babel (ayat 2Raj. 25:27-30). Keturunannya, Zerubabel, adalah pemimpin komunitas pascapembuangan (Ezr. 1:1-13). Bahkan Allah menyebut dia sebagai cincin meterai (Hag. 2:24). Ini secara langsung membalikkan kutuk terhadap Yekhonya (lih. Yer. 22:24).

Zerubabel tidak pernah menjadi raja, tetapi penulis Tawarikh mengakhiri silsilah kerajaannya dengan Zerubabel sebagai fokus (ayat 19-24). Bangsa Israel harus menaati perintah Allah untuk menempatkan keturunan Daud yang diwakili keluarga Zerubabel sebagai kepala bangsa agar mendapatkan berkat (bdk. Mat. 1:12-13; Luk. 3:27).

Renungkan: Allah memiliki rencana yang istimewa untuk orang-orang pilihan-Nya. Namun demikian, Ia juga menuntut kepatuhan mereka untuk mengikuti jalan yang telah ditentukan-Nya.

(0.23110426666667) (1Taw 15:1) (sh: Tugas khusus (Sabtu, 9 Februari 2002))
Tugas khusus

Tugas khusus. Hukuman Allah atas Uza membuat tugas pemindahan tabut perjanjian terhenti sementara. Melalui peristiwa itu, Daud menyadari bahwa tugas tersebut tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Dalam zaman Musa, Allah telah mengkhususkan suku Lewi untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan tata ibadah kemah sembahyang. Perhatian pada tugas orang Lewi dalam bagian ini terfokus pada mengangkut tabut Tuhan dan untuk melayani Tuhan (ayat 2), juga tugas memimpin umat dalam puji-pujian seperti yang dicatat di sini (ayat 16-19).

Pertama, Daud mengumpulkan orang-orang Lewi yang bukan imam menurut kelompok puak dari Kehat, Merari, Gerson, Elsafan, Hebron, dan Uziel (ayat 3-10). Tindakan ini semakin membuat kita menyadari bahwa Daud sungguh berniat memenuhi segenap aturan yang telah Allah nyatakan kepada Musa. Kedua, Daud meminta mereka menyiapkan diri dengan menguduskan diri (ayat 12). Dalam Firman Allah, kekudusan selalu berarti pemisahan dari hal yang tidak layak untuk sepenuhnya dimiliki Allah demi hal-hal mulia yang Allah inginkan. Tugas mulia dalam kesempatan pemindahan tabut ini antara lain menyangkut memainkan musik dan memimpin puji-pujian gembira (ayat 16-24). Ketiga, sesudah semua persiapan dilaksanakan menurut peraturan yang Tuhan sendiri berikan, mulailah iring-iringan pemindahan tabut itu berlangsung.

Berulang kali ditegaskan bahwa peristiwa itu kini berlangsung dengan sukacita. Jika sebelumnya, tatkala terjadi kesalahan Uza, terjadi ketakutan dahsyat karena hukuman Allah, kini mereka mengalami sukacita besar. Dengan iringan musik gembira, mereka menari-nari di hadapan Allah. Sayang sekali bahwa apa yang baik di mata Allah ini tidak dinilai sama oleh Mikhal, istri Daud. Tentu saja sikap menghina tersebut tidak saja menghina Daud, tetapi juga menghina seluruh prosesi ibadah yang sesungguhnya berkenan bagi Tuhan.

Ibadah dalam bagian ini benar-benar dilukiskan sebagai pesta sebab tidak saja mereka menari-nari gembira dalam iringan puji-pujian dan musik yang hidup, mereka juga makan bersama.

Renungkan: Kesukaan tak kudus di hadapan Allah akan mengakibatkan kengerian, sebaliknya takut yang benar di hadapan Allah akan mengakibatkan kesukaan.

(0.23110426666667) (Mzm 26:1) (sh: Tantangan kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan (Selasa, 20 Maret 2001))
Tantangan kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan

Tantangan kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan. Kehidupan seorang yang mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah adalah kehidupan yang penuh kekuatan dan dinamika yang tinggi. Kesulitan, tantangan, dan penindasan akan datang silih berganti menerjang kehidupannya. Pada waktu badai datang, ia mungkin akan terhempas dan ditenggelamkan olehnya. Namun tidak lama berselang ia akan muncul mengatasi badai itu dengan kekuatan yang baru bahkan dari mulutnya akan keluar puji-pujian yang indah kepada Allah.

Ini bukan suatu teori namun kenyataan yang sudah dialami oleh Daud. Baru saja ia meratap agar ia tidak dibiarkan hancur bersama orang-orang berdosa (9-10), namun segera dilanjutkan dengan ungkapan yang menyatakan kondisinya telah berubah dan kini ia akan memuji-muji Tuhan (12). Mengapa bisa demikian? Sebab Daud mempunyai keyakinan besar dalam doa. Keyakinan Daud yang besar akan doa berdasarkan pada pengenalannya akan Allah dan juga bergantung kepada keyakinannya bahwa ia hidup dalam persekutuan yang erat dengan Allah. Bagi Daud persekutuan yang erat dengan Allah tidak harus dimanifestasikan melalui tindakan supranatural melainkan harus selalu terpancar dari tindakannya dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Berikut manifestasi orang yang akrab dengan Allah: Krisis apa pun tidak akan menggoyahkan kepercayaannya kepada Allah (1b). Ia rindu untuk mempunyai kehidupan yang transparan, tidak ada tipu daya dan kelicikan dalam dirinya, sehingga ia rela untuk diuji oleh Allah (2). Kasih setia Allah selalu menjadi bahan perenungannya dan sumber kekuatan (3). Segala perbuatan dan keputusannya berdasarkan kebenaran Allah (3). Ia tidak memilih jalan yang diambil oleh orang fasik dan tidak mau menikmati hasilnya juga (4-5). Ia selalu menjaga kekudusan hidupnya (6). Menyaksikan imannya dan kasih setia Allah kepada orang lain selalu ia lakukan dengan berbagai cara mulai dari pujian, percakapan, dan tindakan (7). Ia selalu mengidentifikasikan dirinya dengan umat Allah yang lain dan bersekutu dengan mereka (8).

Renungkan: Banyak Kristen yang mengenal Allah dan mempunyai keyakinan doa yang besar namun ketika menghadapi krisis tidak mempunyai kekuatan dan dinamika hidup seperti Daud. Karena itu milikilah persekutuan yang indah dengan Tuhan yang terpancar melalui 8 manifestasi yang Daud ungkapkan.

(0.22238018333333) (2Sam 5:6) (full: YERUSALEM. )

Nas : 2Sam 5:6

Daud merebut Yerusalem dan menjadikannya ibu kota Israel. Secara rohani, kota ini kemudian menjadi kota terkemuka di bumi, pusat kegiatan penebusan Allah bagi umat manusia. Yesus disalibkan dan dibangkitkan dari antara orang mati di Yerusalem, dan Roh Kudus dicurahkan atas para pengikut Yesus yang berkumpul di sana. Alkitab menyebut Yerusalem kota Allah (Mazm 46:5; 48:2; 87:3; Ibr 12:22; Wahy 3:12;

lihat art. KOTA YERUSALEM).

(0.22238018333333) (2Sam 11:15) (full: SUPAYA IA TERBUNUH MATI. )

Nas : 2Sam 11:15

Daripada mengakui dosanya, Daud memutuskan untuk menyuruh orang membunuh Uria dan kemudian mengambil istrinya. Kata-kata yang diucapkan Rasul Yohanes mengenai Kain dan semua pembunuh lainnya (1Yoh 3:12-15) juga berlaku untuk Daud kali ini, "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya" (1Yoh 3:15). Ia hanya dapat dipulihkan melalui pertobatan yang sungguh-sungguh dan mendalam di hadapan Allah (lih. pasal 2Sam 12:1-31; Mazm 51:1-21).

(0.22238018333333) (2Sam 12:9) (full: MENGAPA ENGKAU MENGHINA TUHAN )

Nas : 2Sam 12:9

(versi Inggris NIV -- menghina firman Tuhan). Nabi Natan menyatakan bahwa Daud, dengan berbuat zina, membunuh, dan menipu, bersalah karena menghina "firman Tuhan" dan menghina Allah sendiri (ayat 2Sam 12:10). Istilah "menghina" (Ibr. _bazah_) berarti memandang rendah, menganggap tidak penting, meremehkan; jadi dengan tindakan-tindakannya, Daud menyatakan bahwa Allah tidak penting, tidak layak untuk dikasihi dan disembah.

  1. 1) Dalam gereja dewasa ini, hamba-hamba Allah yang berbuat zina mencerminkan penilaian mereka tentang Allah dan firman-Nya yang kudus. Mereka memandang rendah kepada Injil dan darah Kristus, seakan-akan itu hal yang sepele dan tidak layak ditaati.
  2. 2) Alkitab menyatakan bahwa setiap orang percaya yang berbuat zina tidak layak menduduki jabatan penilik jemaat (1Tim 3:2;

    lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA