Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 21 - 40 dari 78 ayat untuk tidak percaya AND book:46 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.92) (1Kor 3:15) (full: IA AKAN MENDERITA KERUGIAN. )

Nas : 1Kor 3:15

Alkitab menyatakan bahwa segenap umat tebusan bebas dari hukuman Allah (Yoh 5:24; Rom 8:1; Ibr 10:14-17). Akan tetapi, di masa depan ada penghakiman bagi orang percaya (1Yoh 4:17) yang akan menilai tingkat kesetiaan mereka kepada Allah dan kepada kasih karunia yang di anugerahkan kepada mereka selama hidup di dunia ini (ayat 1Kor 3:10; 4:2-5; 2Kor 5:10). Dalam penghakiman itu, ada kemungkinan bahwa seorang percaya, sekalipun menerima keselamatan, bisa menderita kerugian yang besar (Yun. _zemioo_, yang artinya: "menderita kerugian atau kerusakan").

Orang percaya yang acuh tak acuh dapat menderita kerugian atau kerusakan dalam cara berikut:

  1. (1) perasaan malu pada saat kedatangan Kristus (2Tim 2:15; 1Yoh 2:28);
  2. (2) kehilangan pekerjaan yang dilakukan selama hidupnya bagi Allah (ayat 1Kor 3:12-15);
  3. (3) kehilangan kemuliaan dan kehormatan di hadapan Allah (bd. Rom 2:7);
  4. (4) kehilangan kesempatan pelayanan dan kekuasaan di sorga (Mat 25:14-30);
  5. (5) kedudukan yang rendah di sorga (Mat 5:19; 19:30);
  6. (6) kehilangan pahala (bd. ayat 1Kor 3:14-15); dan
  7. (7) ganjaran atas tindakan yang salah terhadap orang lain (Kol 3:24-25). Ayat-ayat ini hendaknya mengingatkan kita akan pentingnya penyerahan yang menyeluruh, termasuk pelayanan yang setia dan pengorbanan diri kepada Tuhan kita (bd. Rom 12:1-2; Fili 2:12; 4:3;

    lihat art. PENGADILAN ORANG PERCAYA).

(0.92) (1Kor 8:2) (full: BELUM JUGA MENCAPAI PENGETAHUAN. )

Nas : 1Kor 8:2

Mereka yang melandaskan hak mereka untuk melakukan hal-hal tertentu pada "pengetahuan" dan "pengertian dewasa" yang mereka miliki, menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka tidak mengetahui sebagaimana seharusnya. Pengetahuan kita dalam hidup ini akan selalu tidak lengkap dan tidak sempurna. Sebab itu, tindakan kita pertama-tama harus didasarkan pada kasih bagi Allah dan orang lain. Jikalau kasih menjadi penentu pertimbangan kita, maka kita akan menolak untuk melibatkan diri atau mendorong kegiatan apapun yang mungkin akan menyebabkan orang percaya pun tersandung dan jatuh ke dalam kehancuran kekal. Mereka yang hidup menurut hukum kasih adalah mereka yang "dikenal oleh Allah" (ayat 1Kor 8:3). "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" (2Tim 2:19).

(0.92) (1Kor 10:5) (full: MEREKA DITEWASKAN DI PADANG GURUN. )

Nas : 1Kor 10:5

Orang Israel telah mengalami kasih karunia Allah dalam peristiwa keluaran. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan (ayat 1Kor 10:1), dibaptis (ayat 1Kor 10:2) dan dipelihara oleh Allah di padang gurun, mengalami persekutuan yang erat dengan Kristus (ayat 1Kor 10:3-4). Kendatipun berkat-berkat rohani ini, mereka gagal untuk menyenangkan Allah, sehingga mereka dibinasakan oleh-Nya di padang gurun. Mereka kehilangan hak sebagai umat pilihan, dan tidak dapat memasuki tanah perjanjian (bd. Bil 14:30;

lihat art. PERJANJIAN ALLAH DENGAN BANGSA ISRAEL).

Maksud Paulus inilah: sama seperti Allah tidak membiarkan penyembahan berhala, dosa, dan kebejatan Israel, demikianlah Ia tidak akan membiarkan dosa orang percaya yang hidup di bawah perjanjian yang baru.

(0.92) (1Kor 12:1) (sh: Dari mana asal percaya? (Jumat, 5 September 1997))
Dari mana asal percaya?

Kadang kita dengar komentar angkuh warga gereja tertentu bahwa gereja lainnya tidak ada Roh Kudus. Benarkah pernyataan tersebut? Seperti komentar Tuhan Yesus kepada Petrus (">Mat. 16:17), Paulus pun menegaskan bahwa Roh Kuduslah yang memungkinkan orang beriman dan mengakui Yesus sebagai Tuhan (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">16:3" context="true">3b). Roh Kudus bukan saja menghidupkan orang beriman, tapi juga menghidupkan Gereja dengan memberikan berbagai karunia rohani. Gereja yang di dalamnya Yesus dijunjung sebagai Tuhan dan karunia rohani dilayankan, di sanalah Roh hadir dan bekerja.

Paham tentang karunia Roh. Penghayatan tentang karunia rohani seringkali tidak jelas. Ada yang ekstrim, ada yang anti, ada yang bingung. Hal pertama yang rasul inginkan dari kita ialah tahu ajaran yang benar tentang karunia rohani. Kita harus berpegang kepada ajaran firman dan mengukur semua pengalaman atas terang ajaran itu. Hal kedua, harus ada perbedaan mencolok antara tata ibadah di dalam mana karunia rohani dipraktekkan daripada suasana ibadah kepada berhala. Hal ketiga, pasti karunia rohani dalam kita berbeda-beda namun sumber dan tujuannya sama.

Renungkan: Ibadah tak dapat dipisahkan daripada kebenaran dan pengertian.

(0.92) (1Kor 14:27) (full: SEORANG LAIN UNTUK MENAFSIRKANNYA. )

Nas : 1Kor 14:27

Dalam penggunaan karunia rohani, harus ada ketertiban dan keseimbangan. Pedoman alkitabiah untuk berkata-kata dengan bahasa roh dalam jemaat adalah:

  1. 1) Dalam satu pertemuan mana pun harus tidak lebih dari dua atau tiga orang yang berkata-kata, berdoa atau memuji dengan bahasa roh, dan hal ini harus dilakukan dengan penafsirannya (ayat 1Kor 14:27-28).
  2. 2) Berkata-kata dengan bahasa roh harus dilakukan oleh seorang demi seorang (ayat 1Kor 14:27).
  3. 3) Semua perkataan dengan bahasa roh harus dinilai keasliannya oleh jemaat (ayat 1Kor 14:29,32).
  4. 4) Jika tidak ada orang yang menafsirkan, maka orang percaya boleh berkata-kata dengan bahasa roh secara pribadi dalam doa kepada Allah (ayat 1Kor 14:28).
(0.91) (1Kor 1:12) (full: AKU DARI GOLONGAN PAULUS ... APOLOS ... KEFAS. )

Nas : 1Kor 1:12

Perpecahan karena para pemimpin dalam jemaat mulai berkembang; beberapa anggota gereja mulai lebih lekat kepada para pelayan Injil tertentu daripada dengan Injil. Paulus menyalahkan sikap ini, sambil mengingatkan mereka bahwa baik dia maupun orang lain tidak disalibkan demi mereka. Kesalahan yang sama terdapat dalam gereja masa kini. Beberapa orang percaya menjadi lebih lekat dengan seorang gembala atau penginjil daripada dengan Kristus dan Firman-Nya. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengkhianati prinsip Kristen, bahkan dapat memecah-belah jemaat. Kita harus selalu berhati-hati untuk memusatkan kasih dan kesetiaan kita kepada Allah dan Firman-Nya, bukan pada pelayan Injil atau siapapun juga.

(0.91) (1Kor 8:1) (full: DAGING PERSEMBAHAN BERHALA. )

Nas : 1Kor 8:1

Dalam pasal 1Kor 8:1-10:33 Paulus menangani pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan berhala dan apakah dibenarkan untuk membeli atau makan daging itu dan ikut serta dalam pesta pora di kuil berhala (ayat 1Kor 8:10).

  1. 1) Dalam menangani pokok ini ia menyingkapkan suatu prinsip penting yang harus dipraktikkan oleh orang Kristen pada segala zaman. Prinsip ini berlaku untuk kegiatan yang diragukan, yang dapat mencobai beberapa orang percaya untuk berdosa dan membawa mereka kepada kehancuran rohani (ayat 1Kor 8:11). Roh Kudus, melalui Paulus, telah mengarahkan orang Kristen untuk selalu bertindak dengan kasih bagi orang percaya lain yang mungkin menuntut penyangkalan diri.
  2. 2) Penyangkalan diri berarti membatasi kebebasan diri dan menyingkirkan segala kegiatan yang meragukan agar tidak mengganggu pikiran atau melemahkan keyakinan tulus orang Kristen lain, yang mereka yakini didasarkan pada prinsip-prinsip alkitabiah. Lawan dari penyangkalan diri adalah mempertahankan hak pribadi untuk tetap terlibat dalam kegiatan yang meragukan, tindakan yang mungkin akan mengajak orang lain untuk ikut serta dan merugikan diri mereka sendiri (bd. Rom 14:1-15:3;

    lihat cat. --> Kis 15:29;

    lihat cat. --> 1Kor 9:19).

    [atau ref. Kis 15:29; 1Kor 9:19]

(0.91) (1Kor 14:26) (full: SEMUANYA ITU ... UNTUK MEMBANGUN. )

Nas : 1Kor 14:26

Maksud utama dari semua karunia rohani ialah untuk membangun jemaat dan individu (ayat 1Kor 14:3-4,12,17,26). "Membangun" (Yun. _oikodomeo_) berarti mengembangkan kehidupan rohani, kedewasaan, dan tabiat yang saleh dalam kehidupan orang percaya. Hal ini dikerjakan oleh Roh Kudus melalui karunia rohani agar orang percaya berangsur-angsur diubah secara rohani hingga mereka tidak menjadi serupa dengan dunia ini (Rom 12:2-8), melainkan dibangun dalam pengudusan, kasih bagi Allah, kepedulian terhadap orang lain, kemurnian hati, hati nurani yang baik, dan iman yang tulus ikhlas (lih. pasal 1Kor 13: Rom 8:13; 14:1-4,26; Gal 5:16-26; Ef 2:19-22; Ef 4:11-16; Kol 3:16; 1Tes 5:11; Yud 1:20;

lihat cat. --> 1Tim 1:5).

[atau ref. 1Tim 1:5]

(0.91) (1Kor 14:29) (full: YANG LAIN MENANGGAPI )

Nas : 1Kor 14:29

(versi Inggris NIV -- "yang lain mempertimbangkan dengan saksama"). Semua nubuat harus dinilai tentang apa yang dikatakannya. Hal ini menunjukkan bahwa nubuat PB tidak bebas terhadap kesalahan dan barangkali perlu dikoreksi.

  1. 1) Kadang-kadang nubuat dan ucapan dengan bahasa roh mungkin bukan suatu firman dari Allah (bd. 1Yoh 4:1). Bahkan, roh-roh jahat pun, melalui kehadiran guru atau nabi palsu, dapat bekerja dalam perhimpunan jemaat. Bernubuat, berkata-kata dengan bahasa roh atau memiliki karunia rohani apa pun tidak menjadi jaminan bahwa seseorang adalah nabi yang benar atau orang percaya yang benar

    (lihat art. GURU-GURU PALSU),

    karena karunia rohani itu dapat ditiru oleh Iblis (Mat 24:24; 2Tes 2:9-12; Wahy 13:13-14).
  2. 2) Jikalau jemaat belum menetapkan cara-cara yang tepat dan teratur (bd. ayat 1Kor 14:40) untuk menilai nubuat, mereka telah lalai mengikuti pedoman alkitabiah. Perhatikanlah pula bahwa nubuat tidak dianggap sebagai suatu dorongan Roh yang tak dapat ditahan, karena hanya satu nabi diperkenankan untuk berbicara pada suatu waktu (ayat 1Kor 14:30-32).
  3. 3) Bagaimanakah seharusnya sikap jemaat terhadap berita nubuat?
    1. (a) Semua nubuat harus dinilai sesuai dengan standar kebenaran alkitabiah (bd. Ul 13:1-3). Orang percaya harus mencari penggenapannya (bd. Ul 18:22), mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan bahwa nubuat itu bisa atau tidak bisa digenapi.
    2. (b) Jikalau kata nubuat itu suatu nasihat, maka jemaat perlu bertanya, "Apa yang harus kami perbuat untuk menaati kehendak Roh ?"
(0.91) (1Kor 1:1) (sh: Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah (Jumat, 29 Agustus 2003))
Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah

Apakah sebenarnya yang membuat gereja dapat bertahan sepanjang zaman? Apakah resep bagi langgengnya persekutuan orang percaya?

Sebelum menyampaikan keprihatinannya menjawab persoalan jemaat, Paulus menyampaikan alasan mengapa ia merasa berhak menyampaikan kata pengajaran dan nasihat kepada jemaat (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">1,2). Bagian ini penting karena akan menjadi semacam 'dasar hukum' bagi semua yang akan dipaparkannya dalam seluruh suratnya. Tanpa peranannya sebagai rasul Kristus yang ditunjuk oleh Allah sendiri (Kis. 9:1- 19a), ia tidak mempunyai wewenang atau wibawa rohani apapun.

Paulus menekankan adanya hubungan yang khas di antara orang-orang percaya yang dipanggil untuk dikuduskan. Semuanya menjadi bersaudara, saling mendengar karena mereka semua mempunyai satu Bapa (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">3), dan ber-Tuhankan Yesus Kristus yang memiliki semua kuasa dari Allah Bapa. Kini landasan relasi antara Paulus dan Sostenes yang datang bersamanya dengan para pembacanya telah diletakkan. Keterikatan di antara mereka semua tercipta karena berada dalam satu rumah tangga rohani, dengan damai sejahtera melingkupinya.

Paulus mengingatkan jemaat bahwa sebagai orang yang berutang kepada Yesus Kristus, karena anugerah keselamatan kekal-Nya, ucapan syukur merupakan hal vital dan tidak boleh terputus dalam kehidupan jemaat. Imbauan Paulus ini didasarkan pada dua hal. [1] jemaat memiliki kemampuan untuk saling bersaksi tentang Kristus. [2], dalam masa penantian kedatangan Kristus kembali iman jemaat tidak akan terombang ambing sehingga jemaat dapat memelihara kehidupan yang bersih dan tidak tercela. Paulus yakin dan optimis karena kesetiaan Allah memungkinkan itu terjadi.

Renungkan: Apakah sumbangan kita untuk menjadikan jemaat yang di dalamnya kita tergabung, suatu persekutuan yang lestari?

(0.91) (1Kor 13:2) (full: AKU SAMA SEKALI TIDAK BERGUNA. )

Nas : 1Kor 13:2

Mereka yang hidupnya dipenuhi dengan "kegiatan keagamaan" belum tentu menyenangkan hati Allah; bahkan, bisa jadi mereka itu sama sekali bukan orang percaya. Misalnya, mereka yang berkata-kata dengan bahasa roh, bernubuat, mempunyai pengetahuan atau melakukan pekerjaan-pekerjaan iman yang besar, namun pada saat yang sama kekurangan kasih dan kebenaran yang seperti Kristus, maka mereka itu "sama sekali tidak berguna" di pemandangan Allah. Menurut pertimbangan Allah, kerohanian dan pernyataan iman mereka itu hampa (ayat 1Kor 13:1), dan mereka tidak memiliki tempat yang sesungguhnya dalam kerajaan-Nya (bd. 1Kor 6:9-10). Mereka tidak saja berkekurangan dalam kepenuhan Roh, tetapi diri mereka juga tidak didiami oleh Roh. Manifestasi rohani melalui mereka tidak berasal dari Allah tetapi dari roh yang lain, yaitu roh jahat

(lihat cat. --> Kis 8:21;

lihat cat. --> 1Yoh 4:1;

[atau ref. Kis 8:21; 1Yoh 4:1]

lihat art. KRITERIA UNTUK BAPTISAN DALAM ROH).

Yang penting bagi iman Kristen yang sejati ialah kasih yang diungkap melalui suatu etika yang tidak menyakitkan orang lain dan yang bertekun dalam kesetiaan kepada Kristus dan Firman-Nya (juga

lihat cat. --> 1Kor 13:13).

[atau ref. 1Kor 13:13]

(0.91) (1Kor 6:9) (sh: Tubuh untuk kemuliaan Tuhan (Selasa, 9 September 2003))
Tubuh untuk kemuliaan Tuhan

Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu mereka memang berdosa, tetapi sekarang mereka telah dikuduskan dan dibenarkan dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Konsekuensi dari perubahan status itu adalah: [1] mereka harus meninggalkan dosa-dosanya yang dahulu; [2] mereka tidak lagi bebas melakukan segala hal yang dilakukan oleh komunitas di luar kekristenan. Standar yang baru ini bukan mempermasalahkan halal atau haram, tetapi apakah yang mereka lakukan itu berguna bagi dirinya dan memuliakan Tuhan (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">20)? Peringatan ini diberikan agar kita tidak memberikan diri untuk diperhamba oleh apa pun.

Yesus Kristus telah mati untuk menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya secara utuh. Itu sebabnya orang percaya tidak dapat menyerahkan tubuh -- yang sudah menjadi milik Kristus -- kepada percabulan. Ada kecenderungan dalam pemikiran jemaat bahwa dorongan seksual itu dapat disamakan dengan keinginan untuk makan. Jadi jika dorongan untuk makan dituruti, seperti itu pulalah aktivitas seks. Masalahnya, jika dorongan seksual itu dituruti, kemungkinan bisa diikuti oleh percabulan. Percabulan bukanlah semata-mata hubungan fisik, namun juga melibatkan penyerahan diri secara total. Seluruh tubuh dan jiwa yang sudah menjadi milik Kristus menjadi milik dosa karena sudah diikat atau dijadikan satu dengan pelacur.

Ketaatan kepada peraturan seringkali dianggap sebagai "belenggu" yang membatasi dan mengekang gerak langkah kita. Namun sebenarnya dengan mengekang tubuh dari dosa percabulan, kita justru dibebaskan dari perhambaan seks. Hasilnya adalah pembebasan tubuh dari perbudakan dosa. Dengan tubuh yang bebas, kita dapat menggunakannya untuk memuliakan Tuhan.

Renungkan: Tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Selayaknya kita mengabdikan seluruh tubuh kita untuk memuliakan Tuhan.

(0.91) (1Kor 14:31) (full: KAMU SEMUA BOLEH BERNUBUAT SEORANG DEMI SEORANG. )

Nas : 1Kor 14:31

Perbedaan di antara nubuat sebagai suatu karunia rohani dan nubuat sebagai bagian dari Alkitab harus dijaga dengan tepat, walaupun dalam kedua kasus, beritanya diterima dari Allah.

  1. 1) Para penulis Alkitab menerima berita mereka melalui ilham langsung dari Roh Kudus dan menyampaikannya tanpa kesalahan. Hasilnya ialah suatu berita yang mutlak sempurna

    (lihat art. PENGILHAMAN DAN KEKUASAAN ALKITAB).

  2. 2) Tetapi, nubuat sebagaimana digambarkan dalam pasal 1Kor 12:1-31 dan 1Kor 14:1-40 tidak boleh diberi kekuasaan yang sama atau diterima sebagai tidak salah seperti Firman Allah yang diilhamkan (2Tim 3:16). Sekalipun datang dari dorongan Roh, jenis nubuat ini tidak boleh dianggap tidak bisa salah. Beritanya selalu terbuka terhadap kekeliruan dari manusia. Inilah sebabnya dewasa ini nubuat tidak boleh disejajarkan dengan Alkitab. Selanjutnya, nubuat masa kini tidak boleh diterima oleh jemaat setempat sebelum orang percaya lainnya menilai isi ucapan tersebut untuk menetapkan keabsahannya (ayat 1Kor 12:10;

    lihat cat. --> 1Kor 14:29).

    [atau ref. 1Kor 14:29]

    Landasan utama untuk penilaian ini ialah Firman Allah yang tertulis: apakah itu sesuai dengan ajaran rasuli? Firman Allah yang tertulis harus selalu menguji segala pengalaman dan ucapan.
(0.91) (1Kor 3:16) (full: KAMU ADALAH BAIT ALLAH. )

Nas : 1Kor 3:16

Yang ditekankan di sini ialah seluruh jemaat orang percaya sebagai Bait Allah dan tempat kediaman Roh (bd. ayat 1Kor 3:9; 2Kor 6:16; Ef 2:21). Selaku Bait Allah di tengah-tengah lingkungan yang bobrok, umat Allah di Korintus tidak boleh berpartisipasi dalam kejahatan yang lazim dalam masyarakat itu, tetapi mereka harus menolak segala bentuk kebejatan. Bait Allah harus kudus (ayat 1Kor 3:17) karena Allah itu kudus (bd. 1Pet 1:14-16;

lihat art. BAIT SUCI).

(0.91) (1Kor 12:29) (full: ADAKAH MEREKA SEMUA ... BERKATA-KATA DALAM BAHASA ROH? )

Nas : 1Kor 12:29-30

Dalam pertanyaan retoris Paulus ini tersirat suatu jawaban negatif. Konteks dari pasal 1Kor 12:1-31 menunjukkan bahwa Paulus sedang menunjuk kepada penggunaan karunia berkata-kata dalam bahasa roh dan pasangannya, yaitu karunia menafsirkan bahasa roh, dalam kebaktian ibadah. Dia tidak berusaha membatasi pemakaian bahasa roh dalam doa dan pujian yang ditujukan kepada Allah secara pribadi (bd. 1Kor 14:5). Kebanyakan orang percaya yang telah dibaptis dalam Roh Kudus merasa mudah untuk berdoa dalam bahasa roh waktu mereka menyerahkan diri kepada Roh. Pada hari Pentakosta (Kis 2:4), di Kaisarea (Kis 10:44-46) dan di Efesus (Kis 19:2-6), semua orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus berkata-kata dalam bahasa roh sebagai suatu tanda bahwa mereka telah menerima kepenuhan Roh itu

(lihat art. BERKATA-KATA DENGAN BAHASA ROH).

(0.91) (1Kor 13:8) (full: BAHASA ROH AKAN BERHENTI. )

Nas : 1Kor 13:8

Karunia rohani seperti nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan akan lenyap pada akhir zaman ini. Saat itu digambarkan dengan kata-kata "jika yang sempurna tiba" (ayat 1Kor 13:10), yaitu pada akhir sejarah, ketika pengetahuan dan sifat orang percaya menjadi sempurna dalam kekekalan sesudah kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 1Kor 13:12; 1:7). Sebelum saat itu, kita memerlukan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya dalam jemaat-jemaat kita. Di bagian ini dan bagian-bagian lain dari Alkitab tidak ada petunjuk yang menyatakan bahwa manifestasi Roh melalui karunia-Nya akan lenyap pada akhir zaman rasuli.

(0.91) (1Kor 14:1) (full: USAHAKANLAH DIRIMU MEMPEROLEH KARUNIA-KARUNIA ROH. )

Nas : 1Kor 14:1

Orang percaya yang mempunyai kasih yang sejati bagi orang lain dalam tubuh Kristus harus merindukan karunia rohani supaya sanggup menolong, menghibur, mendorong, dan menguatkan mereka yang membutuhkan (bd. 1Kor 12:17). Mereka tidak akan dengan pasif menunggu Allah mengaruniakan karunia Roh (1Kor 12:7-10). Sebaliknya, mereka harus merindukan dengan sungguh-sungguh, berusaha, dan berdoa memohon karunia itu, khususnya yang bersifat mendorong, menghibur, dan menguatkan (ayat 1Kor 14:3,13,19,26).

(0.91) (1Kor 14:15) (full: BERDOA DENGAN ROHKU ... BERDOA JUGA DENGAN AKAL BUDIKU. )

Nas : 1Kor 14:15

Paulus menunjuk kepada pengalaman pribadinya, kepada penggunaan bahasa roh secara pribadi. "Aku berdoa dengan rohku" berarti berdoa dengan bahasa roh, dengan menggunakan rohnya sendiri oleh dorongan Roh Kudus. Roh orang percaya berdoa sementara Roh Kudus memberikan apa yang harus dikatakannya (bd. 1Kor 12:7,11; Kis 2:4). Di sini Paulus membicarakan tentang penggunaan bahasa roh secara pribadi yang ditujukan kepada Allah. Paulus menggunakan bahasa roh tidak hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk menyanyi, memuji, dan mengucapkan syukur kepada Allah (ayat 1Kor 14:14-16). "Berdoa dengan akal budiku" berarti berdoa dan memuji dengan akal budinya sendiri dalam bahasa yang telah dipelajarinya, juga oleh dorongan Roh Kudus.

(0.91) (1Kor 14:10) (sh: Yang penting membangun jemaat (Minggu, 28 September 2003))
Yang penting membangun jemaat

Rupanya praktik penggunaan bahasa roh secara tidak tepat telah meresahkan, bahkan mengancam kehidupan jemaat Korintus. Mereka yang dapat berbahasa roh menjadi sangat percaya diri dan menempatkan diri mereka lebih tinggi dari jemaat lainnya. Mestinya mereka menggunakan bahasa roh untuk kepentingan pembangunan jemaat secara keseluruhan (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">12). Paulus yang mengamati perkembangan jemaat menguatirkan satu hal yaitu bahasa roh yang mereka ucapkan di tengah-tengah ibadah tidak bermakna bagi orang lain (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">10-17), tidak membangun dan bahkan menyebabkan orang luar salah menafsirkan ibadah Kristen (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">23). Untuk itu Paulus menganjurkan agar mereka meminta kepada Tuhan kemampuan menafsirkan karunia berbahasa roh yang mereka terima.

Berkat Tuhan bagi seorang anggota jemaat harus diterima dan disyukuri sebagai berkat untuk seluruh anggota jemaat juga. Oleh sebab itu ungkapan syukur pun seharusnya berasal dari seluruh jemaat. Di ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">20-23 Paulus mengingatkan agar jemaat waspada terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pemanfaatan bahasa roh secara tidak bertanggung jawab. Karenanya Paulus tetap berpendapat bahwa dalam pertemuan-pertemuan jemaat hendaknya firman Tuhan atau nubuatan Tuhan dijadikan prioritas dan diuraikan secara lebih jelas. Sehingga semua orang dibangunkan, dihibur, dan dinasihati untuk hidup lebih benar (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">25).

Renungkan: Hendaklah hidup kita mencerminkan kehendak Tuhan yang berdampak membangun, menghibur, dan menasihati baik diri sendiri mau sesama.


Bacaan untuk minggu ke-17 sesudah Pentakosta

Yesaya 50:4-9; Yakobus 2:14-18; Markus 8:27-35; Mazmur 116:1-9

Lagu KJ 232

(0.91) (1Kor 7:7) (sh: Kudusnya pernikahan (Kamis, 11 September 2003))
Kudusnya pernikahan

Paulus kembali menegaskan kepada jemaat Korintus bahwa pernikahan itu kudus. Karena kekudusan sebuah perkawinan itulah maka perceraian tidak diperbolehkan, dengan alasan apa pun (ayat 10- 11). Atau bila perceraian itu telah terjadi, kepada mereka yang sudah terlanjur bercerai, Paulus minta agar masing-masing pihak tidak menikah lagi bahkan dianjurkan untuk hidup berdamai dengan mantan pasangannya.

Kepada mereka yang memiliki pasangan yang tidak seiman, Paulus mengajukan alasan teologis mengapa pernikahan harus dipertahankan. Harus diingat terlebih dahulu, bahwa ketidakseimanan pasangan yang dimaksudkan oleh Paulus adalah keduanya belum menjadi Kristen ketika menikah, lalu pada suatu waktu, salah seorang di antara mereka menjadi Kristen.

Alasan teologis itu adalah bahwa pihak yang beriman akan menguduskan pasangannya yang tidak seiman (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">14). Oleh karena itu dengan mempertahankan pernikahan itu, siapa tahu pihak yang tidak beriman itu menjadi beriman karena kesetiaan dan kasih dan doa- doa pasangannya (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">16). Tetapi hal-hal ini haruslah terjadi bukan dalam tekanan atau paksaan. Maksudnya, kalau pihak yang tidak seiman menuntut perceraian, maka pasangan yang beriman tidak terikat untuk mempertahankannya (ayat tidak+percaya+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">15).

Di zaman modern ini, kita diperhadapkan pada dunia yang dengan mudahnya menemukan orang kawin - cerai - kawin lagi, orang-orang Kristen sebagai anak-anak Tuhan dipanggil untuk menjadi model pernikahan kudus. Justru Tuhan bekerja melalui pernikahan anak- anak-Nya untuk menyelamatkan pasangannya yang belum percaya. Tetapi hati-hati! Perikop ini bukan untuk dijadikan dalih untuk menikah dengan orang yang tidak seiman.

Renungkan: Berapa pernikahan bisa diselamatkan dari kehancuran dan perceraian bila anak-anak Tuhan menunjukkan keteladanan pernikahan yang kudus?



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA