Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 21 - 40 dari 388 ayat untuk menderita perbuatan salah AND book:[40 TO 66] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.28) (Mat 23:16) (sh: Yesus membongkar kesesatan (Sabtu, 5 Maret 2005))
Yesus membongkar kesesatan


Mulai ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">13 Tuhan Yesus menujukan tujuh kata-kata celaka-Nya kepada para pemimpin rohani waktu itu. (Ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">14 tidak terdapat dalam naskah yang dianggap lebih awal). Bila di pasal menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">22 Tuhan Yesus mematahkan taktik licik mereka dengan jawaban-jawaban yang tepat dan berkuasa, dalam pasal ini Tuhan secara langsung melawan dan membongkar kesalahan dan kejahatan mereka.

Yesus menyebut mereka celaka sebab mereka buta rohani (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">16) dan munafik (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">23,25,27). Mereka buta sebab berpikir salah tentang hal apa yang mendasari pengudusan. Yang lebih penting dan yang menguduskan, yaitu Allah dan hal-hal dari Allah (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">20-22) mereka tempatkan lebih rendah daripada tata cara atau alat yang sesungguhnya justru perlu dikuduskan. Yesus juga menelanjangi tiga macam kemunafikan mereka. Pertama, mereka melaksanakan aturan ibadah secara rinci, tetapi mengabaikan hakikat ibadah, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">23). Kedua, mereka kudus lahiriahnya saja, hati mereka serakah dan rakus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">25). Ketiga, mereka kudus di hadapan manusia, tetapi hati mereka busuk penuh berbagai manifestasi maut (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">27). Di mata Allah mereka seperti kubur berkapur indah, namun berisikan bangkai.

Mudah sekali kita terjebak berpikir bahwa ucapan tajam Yesus ini hanya untuk para pemimpin agama waktu itu. Memang konteks historis ucapan ini perlu kita terima, namun ucapan celaka ini harus juga dengan serius kita camkan. Ini merupakan kebalikan dari ucapan bahagia Yesus di pasal menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5. Ini memperingatkan kita bahwa Juruselamat yang penuh kasih dan mengampuni kita melalui kematian-Nya juga adalah Tuhan yang kudus yang menuntut bahwa karya keselamatan-Nya berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Iman kita harus disertai perbuatan serasi. Ibadah kita harus disahkan oleh sikap hati dan perbuatan sosial yang sepadan.

Camkan: Yesus yang berkata "bahagialah…" juga adalah Ia yang tegas berkata "celakalah…" Kata-kata mana ingin kita dengar dari Dia tentang kita?

(0.28) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?


Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.28) (Mrk 14:12) (sh: Pengkhianatan seorang murid (Sabtu, 12 April 2003))
Pengkhianatan seorang murid

"Musuh dalam selimut!" Perkataan ini mengena pada kelompok Yesus dan murid-murid-Nya. Yudas Iskariot, salah seorang dari murid Yesus telah berketetapan hati untuk menyerahkan Yesus kepada para pemimpin Yahudi di Yerusalem dengan imbalan tiga puluh keping perak. Dan ternyata Yesus tahu rencana itu.

Namun, sebelum peristiwa itu terjadi, Yesus membuat perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya, ternyata Yesus mengetahui rencana jahat tersebut. Karenanya dalam perjamuan itu, Yesus memberitahukan bahwa di antara mereka ada yang akan menyerahkan Dia. Pemberitahuan itu membuat para murid terkejut karena orang yang menyerahkan Yesus itu justru "orang dalam" sendiri.

Yudas Iskariot memang pandai bersandiwara di hadapan Yesus dan teman-temannya. Di hadapan Yesus, ia berlaku sebagai sahabat bahkan seorang murid, tetapi di belakang ia siap menikam Yesus. Mungkin tepat bila kita katakan Yudas Iskariot adalah serigala berbulu domba. Sikap ini membuktikan bahwa sesungguhnya Yudas itu berwajah ganda.

Sikap Yudas ini dicela oleh banyak orang. Tetapi sikap yang demikian juga tercermin dari orang-orang Kristen pada masa kini. Memang banyak orang telah menjadi Kristen, dibaptis dan mengikuti perjamuan kudus, sebagai tanda persekutuan dengan Tuhan. Tetapi masih melakukan perbuatan-perbuatan yang menikam Yesus dari belakang. Sikap ganda ini membuat kita menjadi orang munafik dan harus disingkirkan. Tuhan menghendaki agar kita sungguh-sungguh menyerahkan seluruh eksistensi diri kita kepada-Nya. Apakah kita dengan sungguh-sungguh telah menyerahkan diri kepada Kristus?

Renungkan: Penyerahan diri yang mutlak kepada Tuhan merupakan sikap seorang murid yang sejati.

(0.28) (Luk 19:1) (sh: Pertobatan yang sejati (Kamis, 18 Maret 2004))
Pertobatan yang sejati

Jika dalam kasus orang Yerikho yang buta lalu oleh dorongan Roh Kudus orang tersebut berinisiatif menyapa Yesus lebih dahulu, dalam perikop kali ini Yesuslah yang berinisiatif memanggil orang berdosa untuk menyadari keberdosaannya dan bertobat. Inilah yang terjadi pada diri Zakheus.

Namun, melihat respons Zakheus, dapat dipastikan bahwa Roh Kudus sudah bekerja lebih dahulu pada diri Zakheus. Itu sebabnya, ketika Yesus memanggil Zakheus dan menyatakan keharusan dan keinginan-Nya menumpang di rumahnya, Zakheus segera menerima dengan sukacita (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">6). Bahkan, Zakheus segera menyatakan tekadnya untuk memperbaiki apa yang salah yang telah diperbuatnya, khususnya dalam kaitan dengan pekerjaan cukainya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">8). Inikah yang disebut pertobatan sejati?

Melalui responsnya terhadap tawaran Yesus, dapat dikatakan bahwa Zakheus sedang mengalami pertobatan sejati. Ia menyadari bahwa perbuatannya baik dengan mencurangi orang-orang yang berhutang pajak pada kerajaan Romawi dengan cara memeras mereka untuk membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang seharusnya, maupun dengan tidak mempedulikan orang-orang miskin adalah dosa. Ia sadar akan status dan kondisi hidupnya sebagai orang berdosa. Namun, ia segera mengambil keputusan yang bukan hanya slogan iman belaka melainkan perbuatan nyata sebagai bayar harga atas semua kerugian yang telah diderita orang lain oleh perbuatan dosanya.

Yesus pun tidak segan-segan memuji Zakheus sebagai 'anak Abraham' (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">9). Bagi Yesus, respons Zakheus membuktikan bahwa ia beriman, sehingga layak digolongkan sebagai anak Abraham (Bapa kaum beriman).

Renungkan: Pertobatan sejati adalah respons positif iman terhadap anugerah keselamatan Allah di dalam Yesus! Dapatkah Anda menunjukkan bukti pertobatan sejati Anda?

(0.28) (Gal 3:1) (sh: Langkah surut (Rabu, 8 Juni 2005))
Langkah surut


Pada dua pasal pertama Paulus menyatakan sikap dan pandangannya terhadap kebenaran Injil serta dasar-dasar ia bersikap sedemikian. Maka dalam pasal tiga dan empat ini Paulus menggunakan argumentasi dari pengalaman iman jemaat Galatia sendiri dan dari ajaran Alkitab Perjanjian Lama.

Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras karena tindakan bodoh mereka membiarkan diri diperdaya oleh ajaran-ajaran yang salah tentang Taurat sehingga mereka berpaling dari kebenaran Injil. Argumentasi Paulus jelas. Pertama, Yesus Kristus yang tersalib telah dibeberkan dengan jelas kepada mereka. Ini mencakup inti Injil itu sendiri: sebab dan tujuan kematian-Nya, kehendak Allah yang mendasarinya, serta kebangkitan-Nya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1; lihat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1:1-4). Kedua, dengan pertanyaan retoris Paulus menegaskan bahwa umat Kristen Galatia telah menerima Roh Kudus karena mereka percaya pada Injil dan bukan karena mereka memberlakukan Taurat dalam hidup mereka (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">2). Ketiga, karena iman umat Kristen di Galatia telah menyaksikan mukjizat (yang dilakukan oleh Rasul Paulus) sebagai tanda kesahihan Injil (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5; bdk. Ibr. 2:4; Rm. 15:18-19; 2Kor. 12:12). Pengalaman jemaat Galatia jelas: mereka telah diselamatkan melalui karya Yesus Kristus di kayu Salib oleh pekerjaan Roh Kudus. Maka berpaling dari Injil berarti "telah memulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging"(ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">3). Hal ini adalah suatu langkah surut, suatu kesia-siaan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">4).

Pengalaman iman orang Kristen sejati adalah dosa-dosanya sudah diampuni oleh kematian Kristus dan oleh Roh Kudus dirinya telah dilahirbarukan menjadi anak Allah. Kalau sekarang kita memperhambakan diri lagi kepada peraturan-peraturan Taurat atau ajaran-ajaran apa pun yang menuntut perbuatan sebagai syarat keselamatan, itu sama saja dengan langkah surut, kesia-siaan, dan kebodohan!

Camkan: Mengandalkan perbuatan baik adalah sikap yang menodai dan merendahkan Injil.

(0.28) (1Yoh 5:13) (sh: Masihkah takut berdoa? (Jumat, 12 Desember 2003))
Masihkah takut berdoa?

Tujuan penulisan surat ini adalah supaya jemaat Kristen tahu bahwa mereka memiliki hidup kekal (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">13). Dampak terhadap kepemilikan hidup kekal adalah doa. Kita memiliki keberanian menghampiri Allah dalam doa. Allah akan mengabulkan doa yang disampaikan sesuai kehendak-Nya. Allah menjawab doa kita. Contohnya, ketika saya sedang mengetik naskah ini salah satu tuts komputer saya bermasalah. Saya lalu berdoa kiranya Tuhan menolong. Selesai berdoa tuts komputer berfungsi normal. Tidak ada hal yang terlalu kecil atau terlalu besar yang tidak dapat didoakan kepada Allah.

Contoh lain berdoa dalam kehendak Allah adalah berdoa bagi saudara seiman. Ketika melihat saudara seiman jatuh ke dalam dosa segeralah mendoakannya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">16). Tetapi Yohanes membedakan dua bentuk dosa: dosa membawa maut dan dosa tidak membawa maut. Dosa yang membawa maut adalah perbuatan dan perkataan yang menolak Yesus sebagai Anak Allah. Dosa yang tidak membawa maut adalah perbuatan dan perkataan yang tanpa disengaja melanggar hukum Allah namun tidak menolak Yesus sebagai Anak Allah. Terhadap dosa yang tidak membawa maut yang dilakukan oleh saudara seiman hendaklah kita berdoa kepada Allah karena ada kecenderungan dosa tersebut membawanya kepada penyangkalan Yesus sebagai Anak Allah. Itulah sebabnya orang Kristen harus saling mendoakan agar mereka tetap berada dalam persekutuan dengan Yesus.

Tujuan persekutuan Kristen adalah kita saling menguatkan dan mendoakan. Meski kemungkinan untuk berbuat dosa selalu terbuka, Yohanes mendorong kita untuk mencapai tahap ideal yakni kehidupan tanpa dosa (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">18).

Renungkan: Di tengah dunia yang memusuhi kita karena percaya pada Yesus, pengenalan yang benar akan Allah yang diberikan Yesus kepada kita menjadi kekuatan dahsyat menghadapi dunia.

(0.28) (Why 16:1) (sh: Kedahsyatan hukuman Allah (Selasa, 12 November 2002))
Kedahsyatan hukuman Allah

Ada kecenderungan dalam diri kita untuk tidak tertarik pada sesuatu yang dinyatakan dengan simbol. Kecenderungan ini mungkin diakibatkan oleh seringnya orang salah menafsirkan sebuah simbol. Untuk suatu peristiwa, mungkin hal ini dapat dibenarkan, tetapi kecenderungan tersebut tidak selalu benar. F.F.Bruce, seorang sarjana ahli Perjanjian Baru terkenal, mengatakan pendapatnya tentang pasal ini: "Seluk-beluk malapetaka- malapetaka dalam pasal ini—juga pasal-pasal sebelumnya adalah simbolis, tetapi walaupun demikian, semuanya menyatakan suatu realitas yang dahsyat".

Malapetaka-malapetaka yang Allah datangkan di pasal-pasal sebelumnya memang selalu dinyatakan dengan simbol (ps. 1,5,8,10,12,15), tetapi simbol-simbol tersebut menandakan sebuah realitas yang harus diwaspadai. Artinya, simbol yang menggambarkan tentang malapetaka-malapetaka tersebut dapat dijadikan peringatan bahwa Allah serius menindak perbuatan dosa. Namun, manusia tetap pada kesombongannya (bdk. 2Tim. 3:1-9). Kesabaran Allah ada batasnya. Akhirnya, Allah memutuskan menutup kesempatan bagi manusia untuk bertobat. Itu berarti murka Allah yang sesungguh-sungguhnya dan sepenuh-penuhnya -- seperti yang pernah Allah timpakan kepada bangsa Mesir -- harus ditimpakan kepada manusia. Bumi, laut, udara, bergejolak dahsyat menuju kehancuran dan kebinasaan. Raungan dan jerit kesakitan umat manusia hanya buang-buang waktu saja!

Sepanjang sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita dipaparkan tentang fakta bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Dalam murka-Nya, terselip ucapan penghiburan yaitu bahwa ternyata murka Allah tidak diberlakukan kepada mereka yang memiliki tanda kemilikan Kristus, dan yang terus berjaga-jaga! (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">15).

Sebagai umat Allah yang hidup di zaman ini, tentunya kita memahami bahwa Allah tidak sedang bercanda ketika memberikan penglihatan ini kepada Yohanes.

Renungkan:
Perbuatan dosa serius di mata Allah. Waspadailah kehidupan kita karena Iblis terus berusaha mengkrabkan kita dengan dosa, dan menjauhkan kita

(0.28) (Luk 4:22) (sh: Jangan anggap enteng (Minggu, 2 Januari 2000))
Jangan anggap enteng

Sikap menganggap enteng memang bukan sikap yang bijaksana. Betapa banyak orang yang akhirnya mengalami cacat fisik atau mati, karena menganggap enteng luka kecil di kaki atau tangan.

Sikap ini mewarnai sikap orang-orang Nazaret dalam meresponi berita yang dibawa Yesus. Mereka kagum atas pengajaran Yesus, namun meragukannya, sehingga berakibat menjadi benci dan timbul nafsu untuk melenyapkan Yesus ketika membeberkan kebenaran dari peristiwa janda Sarfat dan Naaman. Makna kepergian Yesus adalah bahwa penghakiman sudah dijatuhkan ke atas mereka karena penolakannya terhadap Yesus. Sejak itu Yesus tidak pernah ke Nazaret lagi.

Mereka menolak untuk disamakan dengan janda Sarfat yang adalah orang kafir, miskin, dan tak berpengharapan. Apalagi disamakan dengan Naaman yang kafir dan berpenyakit kusta --- dikutuk Allah. Orang Nazaret adalah bangsa pilihan Allah, hidup beribadah, berpenghidupan layak, dan tidak sedang di bawah kutukan Allah. Karena itulah mereka tidak membutuhkan Yesus dan Injil-Nya.

Mereka merasa bahwa dosa mereka tidak begitu serius/ menjijikkan, sehingga perlu pertolongan dari Allah. Mereka memandang remeh dosa, sehingga meremehkan Yesus dan misi-Nya. Hal ini berakibat fatal bagi mereka. Kecenderungan menganggap remeh dosa terjadi di mana-mana juga saat ini. Salah satu bentuknya adalah memperhalus penyebutan perbuatan dosa yang menjijikkan supaya enak didengar. Misalnya, homoseksual/ lesbian disebut penyimpangan hormon, heteroseksual disebut penyimpangan seksual, kesalahan bertindak hingga menewaskan orang lain atau manipulasi uang negara disebut salah prosedur.

Renungkan: Betapa berbahayanya sikap demikian, karena masyarakat makin lama akan mempunyai konsep meremehkan dosa dan tidak lagi menghiraukan akibatnya. Kalau sudah demikian mereka tidak membutuhkan Yesus. Ke mana mereka akan pergi nantinya?

(0.28) (Yoh 15:18) (sh: Kebenaran: miliki dan nyatakan! (Minggu, 07 Maret 1999))
Kebenaran: miliki dan nyatakan!

"Jika seekor ayam betina dengan tanda-tanda yang berbeda, ditempatkan di antara ayam-ayam lainnya, maka ia akan dipatuk sampai mati". Ada kekuatiran, ancaman bagi dunia yang melihat sesuatu yang berbeda dengannya. Begitulah, kehadiran terang bagi dunia yang gelap, hanya akan memperjelas kegelapan dan kebobrokannya. Oleh sebab itu dunia sangat membenci terang. Padahal Terang yang berbeda dengan dirinya, adalah Terang yang memaparkan pada dunia tentang kebenaran. Kebenaran yang harus dimiliki dan dinyatakan dalam dunia.

Benar menurut dunia. Perbedaan pendapat di sekitar kita, merupakan hal wajar dan sering dijumpai. Kunci perbedaan pendapat ini umumnya bersumber pada kecenderungan dalam diri tiap orang yang merasa diri paling benar. Banyak hal negatif tercipta karena kecenderungan ini. Bahkan dalam keadaan lain, uang mampu menjatuhkan palu untuk membenarkan dan membebaskan koruptor kelas kakap, pemerkosa, pembunuh, dlsb. karena uang bukan karena fakta. "Yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan". Dunia telah memberlakukan: "Yang salah dibenarkan, dan yang benar disalahkan!" Sungguh suatu keadaan nyata yang sangat menyedihkan. Standar kebenaran apakah yang kita pakai? Sudahkah standar kebenaran itu teruji keandalannya?

Kebenaran yang sejati. Bapa mengutus Tuhan Yesus untuk menyatakan kebenaran-Nya (21). Semua firman yang diucapkan-Nya dan semua perbuatan yang dilakukan-Nya, adalah bukti kebenaran-Nya (22, 24). Kebenaran kekal yang telah teruji keandalannya dan diberlakukan kekal sepanjang zaman. Kristuslah satu-satunya kebenaran sejati. Memberlakukan kebenaran yang dunia nyatakan pada akhirnya hanya akan mendatangkan malapetaka bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Alkitab telah membuktikannya melalui peristiwa Adam dan Hawa ketika memakan buah kehidupan, Daud ketika memperisteri Batsyeba, Ahab ketika merebut kebun anggur Nabot, dlsb. Sebaliknya, memberlakukan kebenaran sejati dalam Tuhan pasti mendatangkan kelimpahan berkat dan damai sejahtera bagi banyak orang dan diri sendiri. Sebagai orang percaya, kita bertanggungjawab untuk menyatakan kebenaran Allah itu setiap hari dalam setiap perkara.

(0.28) (2Ptr 1:16) (sh: Berani mengatakan karena menyaksikan (Selasa, 17 Oktober 2000))
Berani mengatakan karena menyaksikan

Menurut ilmu jiwa perkembangan anak, anak usia batita sampai balita belum dapat membedakan antara hitam dan putih, salah dan benar. Artinya, bila mereka melakukan kesalahan maka hal itu dapat dimengerti.

Perkembangan praktik hukum di Indonesia nampaknya memiliki kecenderungan sama seperti anak usia batita - balita. Buktinya, pada beberapa kasus tertentu, yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Keputusan tersebut selalu diambil berdasarkan pemaparan bukti oleh saksi. Ada indikasi dalam praktik hukum di Indonesia yaitu bahwa kesaksian seorang saksi tidak lagi memiliki peranan penting tetapi hanya sekadar formalitas yang mengikuti aturan prosedur saja. Artinya, kesaksian bukan lagi ajang untuk mendengar fakta yang menentukan langkah pengambilan keputusan.

Untungnya, jemaat Tuhan saat itu tidak bertindak seperti anak usia batita-balita. Mereka membutuhkan kesaksian sebagai hal yang paling menentukan untuk diterima atau tidaknya sebuah pemberitaan. Dan kesaksian tersebut harus dikisahkan oleh seseorang yang menyaksikan peristiwa tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Petrus tahu bahwa jemaat Tuhan menuntut pembuktian untuk fakta yang dipaparkannya tentang Yesus Kristus. Sebab itu Petrus menyebut dirinya bersama dengan rasul lainnya sebagai saksi hidup terhadap perbuatan ajaib dan mulia Yesus Kristus. Pernyataan ini didukung oleh keberadaan Petrus sebagai murid yang terlibat dalam perjalanan pelayanan Yesus Kristus selama + 3 tahun. Dalam kesaksian ini, Petrus memaparkan bahwa ada dua tiang pancang yang mampu meneguhkan dan mengokohkan kehidupan rohani jemaat Tuhan. Pertama, setiap orang yang berjalan bersama Kristus dan mempercayakan seluruh hidupnya pada pemeliharaan-Nya, niscaya akan menyaksikan dan mengalami hidup dengan Tuhan secara nyata. Kedua, pengalaman-pengalaman yang dialami Petrus dan rasul lainnya merupakan penggenapan firman Allah. Firman itu sendiri adalah wahyu Illahi. Jadi dengan mempercayakan diri seutuhnya kepada kesaksian Alkitab akan Kristus, hidup jemaat Tuhan mengarah pada keteguhan dan kekokohan.

Renungkan: Jangan mudah terpengaruh pada ajaran yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sebaliknya, percaya dan teguhlah berpegang pada ajaran Kristus, karena telah terbukti kebenarannya.

(0.27) (Yud 1:8) (ende)

Orang-orang djahat itu memakai salah kebebasan, menolak kuasa Kristus dan menghinakan machluk-machluk Tuhan.

(0.27) (Rm 1:21) (full: MEREKA TIDAK MEMULIAKAN DIA. )

Nas : Rom 1:21

Walaupun ayat Rom 1:21-28 terutama membahas alur menurun dari kebejatan moral orang yang tidak bertobat, di dalamnya juga tercatat prinsip-prinsip yang menunjukkan mengapa salah satu dosa utama yang mengakibatkan kejatuhan pemimpin Kristen adalah kedursilaan

(lihat cat. --> Rom 1:24 berikutnya).

[atau ref. Rom 1:24]

  1. 1) Bila para pemimpin gereja menjadi sombong (ayat Rom 1:22), mereka mencari kehormatan bagi diri sendiri (ayat Rom 1:21) dan lebih memuliakan diri mereka (ciptaan) daripada Sang Pencipta (ayat Rom 1:25). Pada saat itu pintu terbuka dalam hidup mereka untuk kecemaran seksual dan nafsu yang memalukan (ayat Rom 1:24,26;

    lihat cat. --> 2Pet 2:2).

    lihat cat. --> 2Pet 2:15).

    [atau ref. 2Pet 2:2,15]

    Apabila mereka tidak bertobat dan berbalik, pada akhirnya mereka akan diserahkan kepada pikiran-pikiran yang terkutuk (ayat Rom 1:28).
  2. 2) Orang semacam ini mungkin saja tetap meneruskan nafsu yang memalukan dan dosa, sambil membenarkan perbuatan mereka sebagai kelemahan manusiawi, sementara meyakinkan diri sendiri bahwa mereka masih bersekutu dengan Roh Kudus dan memiliki keselamatan. Mereka membutakan diri terhadap peringatan Alkitab bahwa "tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah ... yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah" (Ef 5:5).
(0.27) (Yoh 6:35) (jerusalem: Akulah) Ungkapan Yunani "ego eimi" mengingatkan nama ilahi yang diwahyukan kepada Musa, Kel 3:14, bdk Yoh 8:24+. Tetapi di sini seperti dalam beberapa ayat lain ungkapan itu memulai juga penjelasan salah satu perbuatan atau perkataan, Yesus menyebut diriNya di sini roti sejati yang dilambangkan oleh manna dan roti yang kemarin diperbanyakNya. Lih Yoh 6:41,48,51; Yoh 8:12; Yoh 10:7-11; Yoh 11:25; Yoh 15:1
(0.27) (Mat 5:1) (sh: Siapakah saya? (Rabu, 31 Desember 1997))
Siapakah saya?

Pada akhir tahun ini, baiklah kita mencoba mawas diri. Bila sampai saat ini kita masih diberi hidup dan kesehatan, nyatalah besar anugerah dan sayang-Nya atas kita. Dalam pelayanan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya akan menjadi murid atau pengikut-Nya. Pengikut Tuhan memiliki ciri yang jelas karena Ia membuat berbagai tuntutan yang tinggi dan harus terjelma dalam hidup orang yang meresponi-Nya.

Pola hidup baru. Tuhan ingin para pengikut-Nya bahagia. Itu pasti! Namun kebahagiaan itu dikaitkan dengan mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya. Kebahagiaan diawali pertobatan, yaitu perpalingan hidup dari perbuatan, kebiasaan, budaya salah dlsb. Kesadaran akan betapa miskinnya kita di hadapan Allah, menjadi titik tolak dari proses pemuridan selanjutnya, yang kelanjutannya masih perlu kita tapaki. Semakin dekat Dia semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya. Lemah lembut bukannya keras, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak, berhati murni, juru damai. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan.

Renungkan: Anda akan bahagia esok bila meresponi pembentukan Allah atas Anda dengan meninggalkan yang lama.

(0.27) (Mrk 12:28) (sh: Yang seharusnya diutamakan: kasih! (Minggu, 6 April 2003))
Yang seharusnya diutamakan: kasih!

Sebagian saudara-saudari kita di Barat sudah berani memakai suatu istilah yang sangat jujur: church industry (terjemahan bebas: industri rohani). Makna istilah ini luas, dan tidak dengan sendirinya berkonotasi buruk. Bait Allah dengan berbagai institusinya seperti korban bakaran dan sembelihan juga adalah salah satu contoh "industri rohani" pada zaman Yesus. Semuanya dipakai Allah untuk menjadi berkat bagi umat-Nya. Tetapi semuanya juga terbuka kepada penyelewengan, ketika entah institusi korban bakaran, penerbitan SH, buku/kaset rohani dll. dilakukan semata hanya demi memenuhi kebutuhan religiositas belaka, baik yang bersifat formal ataupun emosional (atau malah cari untung!), dan bukan agar umat makin mengasihi Allah dan sesamanya dalam kasih yang sejati dan hidup.

Penyelewengan seperti ini yang berkali-kali dikecam para nabi, dan terakhir oleh Yesus sendiri (lht. pasal menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">7). Ini juga disadari oleh sang ahli Taurat. Hal yang paling utama adalah pengajaran yang dikutip dari Ul. 6:4-5, mengasihi Allah, dan mengasihi sesama, bukan pemuasan kebutuhan rohani yang emosional/formal. Lubang jebakan inilah yang mengintai Kristen masa kini. Kasih yang konsisten terhadap Allah dan manusia adalah yang terutama dalam hidup Kristen. Tanpanya, Kristen hanya akan menjadi pendusta rohani dan jauh dari Kerajaan Allah.

Renungkan: Tugas kita: mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (I Yoh. 3:18).

(0.27) (Luk 22:47) (sh: Membalas kejahatan dengan kasih (Minggu, 4 April 2004))
Membalas kejahatan dengan kasih

Ketika Yesus ditangkap terjadi beberapa hal yang tidak menyenangkan. Pertama, salah seorang murid Yesus yang sudah beberapa tahun bersama-Nya adalah pelaku penangkapan. Yudas memimpin orang-orang untuk menangkap Yesus. Orang-orang bersama Yudas tidak begitu mengenal wajah Yesus. Bagaimana caranya menangkap Yesus? Yudas memberi tanda kepada rombongannya bahwa orang yang diciumnya adalah Yesus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">47). Ciuman penghianatan. Yesus menegur tindakan Yudas 'Hai Yudas, dengan ciumankah engkau menyerahkan Anak Manusia?' (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">48).

Kedua, murid-murid membela Yesus. Ketika melihat rombongan yang menyertai Yudas, murid-murid bereaksi dengan keras. Ini reaksi wajar untuk membela guru yang hendak ditangkap. Mereka sempat memotong telinga hamba imam besar (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">50). Bentuk pembelaan demikian ditolak Yesus dengan tegas (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">51). Yesus bahkan menyembuhkan telinga yang putus tersebut. Hal ini membuktikan bahwa Yesus tetap berkuasa atas keadaan dan situasi. Yesus tidak larut ditelan keadaan.

Di tengah suasana yang tidak menyenangkan bahkan cenderung merupakan tindakan kekerasan, Yesus justru menyatakan kasih-Nya. Demikian juga kita sebagai murid-murid Tuhan yang hidup di masa kini, prinsip untuk membalas kejahatan dengan kasih tetap berlaku bagi kita dan bagi umat Tuhan di sepanjang abad.

Renungkan: Perbuatan yang tidak menyenangkan yang kita alami dalam hidup merupakan kesempatan untuk mendemonstrasikan kasih.

(0.27) (Kis 8:26) (sh: Pahami maksud-Nya (Minggu, 29 Juni 2003))
Pahami maksud-Nya

Pertemuan Filipus dengan sida-sida dari Etiopia merupakan bagian dari perjalanan misinya yang kedua. Pada perjalanan misi yang pertama, Filipus mengunjungi Samaria dan Tuhan berkenan memberkati pelayanannya di sana. Namun jangan sampai kita lupa, bahwa Injil sudah masuk ke Samaria jauh sebelum Filipus datang. Tuhan Yesuslah yang pertama mengunjungi Samaria dan dari perjumpaannya dengan wanita di perigi itulah, banyak orang percaya pada-Nya (Yoh. 4:4-42). Dari satu orang, satu kelompok dimenangkan untuk Kristus. Sebagai tambahan, sekarang ini salah satu negeri di Afrika utara yang memiliki populasi Kristen yang besar adalah Etiopia. Sekali lagi kita melihat prinsip yang sama: dari satu orang ke satu kelompok masyarakat.

Filipus tidak sempat melihat buah pelayanannya. Namun itu tidak penting sebab yang terpenting adalah kepatuhan dipakai oleh Tuhan pada saat Ia meminta kita melakukan kehendak-Nya. Richard Foster berkata, kepatuhan pada satu hal membuahkan kepatuhan pada hal-hal lainnya. Dengan kata lain, kepatuhan melahirkan kepatuhan. Kita mesti menyadari bahwa Filipus mempunyai pilihan untuk tidak mematuhi pimpinan Roh Kudus. Namun karena taat, sekarang kita bisa menyaksikan buah pelayanannya: satu kelompok masyarakat percaya kepada Kristus. Setiap kita dipanggil untuk membagikan Kabar Baik ini kepada seseorang.

Renungkan: Pancarkanlah kasih Kristus melalui perbuatan kita agar orang dapat melihat Kristus.

Bacaan Untuk Minggu ke-4 sesudah Pentakosta

Yehezkiel 17:22-24; 2Korintus 5:6-10; Markus 4:26-34; Mazmur 92

Lagu: Kidung Jemaat 424

(0.27) (2Kor 5:11) (sh: Motivasi dalam melayani. (Kamis, 10 September 1998))
Motivasi dalam melayani.

Motivasi orang dalam berbuat sesuatu dapat bermacam-macam. Ada yang ingin dipuji, mendapat keuntungan materil, mendapat kedudukan dan lain-lain. Motivasi Paulus melayani jelas: ia takut akan Tuhan dan kasih Kristus yang menguasainya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">11, 14). Perbuatan-perbuatannya bukan untuk memuji diri melainkan agar jemaat mendapat bahan dalam menjawab guru-guru palsu yang memegahkan diri (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">12). Paulus tetap termotivasi melayani dengan membuang kepentingan diri sendiri, dan bercermin kepada Kristus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">15). Motivasi seperti itulah yang seharusnya berkobar di dalam dada setiap orang percaya!

Pelayanan itu apa? Pelayanan pekabaran Injil bukan sekadar menambah jumlah orang percaya atau mengajak orang mengganti imannya. Ada hal lain yang lebih penting disebutkan di sini, yakni mendamaikan setiap orang yang mendengar Injil itu dengan Kristus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">18). Untuk itu orang harus berbalik dari hidup lama dalam dosa dan masuk ke dalam hidup baru dalam Kristus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">17). Korban yang diberikan Kristus untuk pendamaian itu amat mahal (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21). Tahukah Anda bahwa begitu banyak orang hidup tanpa damai, karena tak mengenal pendamaian dengan Allah oleh Kristus?

Doa: Selidiki dan singkirkan motivasi pelayanan kami yang salah, Tuhan.

(0.25) (Yoh 9:3) (full: PEKERJAAN-PEKERJAAN ALLAH HARUS DINYATAKAN. )

Nas : Yoh 9:3

Di sini Yesus membetulkan pemahaman salah para murid bahwa setiap penyakit yang berat adalah akibat suatu dosa. Kadang-kadang penyakit disebabkan oleh dosa serius (Yoh 5:14), tetapi tidak selalu. Kadang-kadang penderitaan diizinkan Allah karena maksud ilahi, yaitu untuk menunjukkan kemurahan, kasih, dan kuasa Allah. Di dalam dunia sering kali orang yang tidak bersalah akan menderita sedangkan orang jahat tidak (bd. Mazm 73:1-14;

lihat art. PENDERITAAN ORANG BENAR).

(0.25) (1Ptr 2:21) (jerusalem: mengikuti jejakNya) "Karunia" untuk menanggung ketidak-adilan, 1Pe 2:19-20, bersumberkan teladan Kristus, bdk Yoh 13:15; 1Ko 11:1; Fili 2:5; 2Te 3:7+. 1Pe 2:21-25 yang menyinggung Yes 53 mungkin berasal dari salah satu nyanyian. Orang-orang Kristen yang dianiaya perlu ingat akan Yesus yang disalibkan oleh karena dosa kita, 1Pe 3:18; Kis 2:23; dll, dan yang meskipun tidak bersalah dengan sabar menderita, Luk 23:41; Yoh 8:46; 2Ko 5:21; Ibr 4:15.


TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA