(0.20532366) | (1Yoh 2:1) |
(sh: Pohon dikenal dari buahnya (Sabtu, 29 November 2003)) Pohon dikenal dari buahnyaPohon dikenal dari buahnya. Bila seseorang mengklaim bahwa dirinya mengenal Allah, tentu tutur kata dan perilakunya harus sesuai dengan firman Allah (ayat 3). Akan tetapi bila seseorang mengklaim hal yang sama, tetapi tutur katanya penuh kemesuman dan tipu muslihat, maka orang tersebut tidak hanya mendustai dirinya, tetapi juga mendustai Allah (ayat 4). Penjelasan Yohanes mengenai hal ini harus disikapi dengan sangat serius baik oleh jemaat saat itu maupun kita di masa kini. Hal penting yang harus diperhatikan ialah bahwa mengenal Allah bukan soal perasaan religius atau soal meditasi pribadi. Mengenal Allah adalah soal ketaatan pada firman-Nya. Itu berarti setiap orang yang mengklaim diri mengenal Allah harus membuktikan bahwa dalam dirinya terdapat kebenaran dan kasih Allah yang sempurna (ayat 4,5). Meskipun demikian, manusia tetap manusia berdosa. Akan tetapi, sebagai orang berdosa yang telah berdamai dengan Allah, berdasarkan klaimnya, ia sekarang menghidupkan firman Allah dalam dirinya setiap hari dan di mana saja. Memiliki kasih sempurna berarti hidup sesuai dengan firman Allah dan Tuhan Yesus adalah teladan yang telah mendemonstrasikan kepada kita bahwa hidup yang taat melakukan firman Allah adalah keharusan umat percaya. Jika kita ingin hidup sempurna, hidupkanlah firman Allah dalam hidup kita. Hiduplah seperti Tuhan Yesus hidup. Inilah yang harus dilakukan orang-orang percaya. Inilah hidup yang mewujudkan kasih sempurna. Jika kita mengklaim percaya pada Yesus tetapi tidak hidup sebagaimana Yesus menjalani kehidupan-Nya, maka kita adalah pendusta. Dusta pada Allah dan pada diri kita sendiri. Orang atau masyarakat di sekitar kita mengetahui bahwa kita mengenal Allah jika kita hidup seperti Kristus hidup. Bukan dari klaim-klaim yang kita katakan orang mengetahui kita mengenal Allah. Renungkan: Hayatilah Tuhan Yesus melalui dan dalam perkataan dan perbuatan Anda. |
(0.20532366) | (Why 21:1) |
(sh: Sirnanya lara (Rabu, 20 November 2002)) Sirnanya lara
Sirnanya lara. Sebuah kota yang kudus turun dari surga. Yerusalem baru adalah gereja Tuhan di mana orang percaya yang setia mempertahankan imannya berkumpul; Seperti pengantin perempuan yang menjaga kemurnian dan keelokan dirinya bagi sang suami tercinta (bdk. 3:12). Orang-orang ini akan masuk ke dalam keintiman tak bertara bersama Allah dan Kristus, sang kekasih hati mereka. Lalu terdengarlah sebuah suara dari surga (ayat 3). Suara itu menjadi satu tanda bahwa tiada lagi yang dapat memisahkan mereka yang tetap teguh mempertahankan hubungan dengan Allah dan Kristus. Terjemahan yang lebih setia menyatakan, "Mereka akan menjadi umat-umat-Nya". Bukan hanya bangsa Israel yang dimaksud, namun orang-orang seluruh bangsa, suku, dan bahasa terhisab di dalamnya. Keselamatan menjadi universal, dan kehadiran Allah tak lagi dibatasi tembok-tembok bait Allah. Ia hadir secara penuh senantiasa. Nestapa akan berlalu. Hidup akan selamanya indah.
Renungkan: |
(0.19955585333333) | (Mzm 16:10) |
(full: TIDAK MENYERAHKAN AKU KE DUNIA ORANG MATI.
) Nas : Mazm 16:10 Hubungan pribadi dengan Allah akan memberikan kepastian kepada orang percaya mengenai kehidupan di masa depan dengan Allah dan keyakinan bahwa Ia tidak akan menyerahkan mereka ke dunia orang mati (Ibr. _Sheol_; bd. Mazm 73:26). Rasul Petrus dan Paulus keduanya menerapkan ayat ini kepada Kristus dan kebangkitan-Nya (Kis 2:25-31; 13:34-37).
|
(0.19955585333333) | (Yeh 14:12) | (jerusalem: firman TUHAN) bagian kitab Yehezkiel yang berikut, Yeh 14:1-23, bersama dengan bab 18 mengutarakan sesuatu yang merupakan suatu langkah maju yang amat penting dalam ajaran akhlak yang tercantum dalam Perjanjian Lama.Nas-nas yang lebih tua terutama memandang manusia sebagai sebagian suatu keluarga atau suku dan kemudian sebagai anggota suatu bangsa, Nuh, Kej 6:18 diselamatkan bersama dengan seluruh keluarganya: Abraham dipanggil Tuhan, Kej 12 dan ia membawa segenap sukunya ke negeri Kanaan. Pikiran kolektip itupun diterapkan dalam hal tanggungjawab dan pembalasan. Abraham meminta doa bagi kota Sodom, Kej 18:22-33. Bukan maksudnya supaya orang benar dipisahkan dari yang fasik, lalu diselamatkan, tetapi maksudnya supaya melalui kesetiakawanan terbalik orang benar menyelamatkan orang jahat dari hukum yang sewajarnya menimpa mereka. Dianggap wajar sekali bahwa sebuah kota atau negeri secara menyeluruh dihukum, orang benar bersama-sama dengan orang fasik; wajar pulalah bahwa anak-anak diperlakukan sesuai dengan kelakuan orang tuanya, Kel 20:5; Ula 5:9; 7:9; bdk Yer 31:29; Yeh 18:2. Tetapi pemberitaan para nabi tidak dapat tidak meletakkan tekanan pada masing-masing orang secara perorangan. Begitu mereka membetulkan prinsip-prinsip lama itu. Nabi Yeremia, Yer 31:29-30, hanya mengharapkan bahwa di masa mendatang kesetiakawanan keturunan-keturunan dalam hal kesalahan dan pembalasan dilampaui. Tetapi kitab Ula 24:16; bdk 2Ra 14:6, sudah menentang kebiasaan bahwa anak dihukum oleh karena dosa orang tuanya. Melalui penglihatan-penglihatan yang tercantum dalam Yeh 14:8-10 nabi Yehezkiel menjadi yakin bahwa hukuman yang dijatuhkan pada Yerusalem dikarenakan dosa-dosa penduduknya sekarang. Lalu nabi Yehezkiel menjadi pendekar dan pengajar dalam hal pertanggungjawaban perorangan. Keselamatan dan kebinasaan manusia tidak bergantung pada nenek moyangnya, bahkan tidak ditentukan oleh kelakuan orang sendiri dahulu. Hanya sikap hatinya sekarang saja diperhitungkan Tuhan. Pandangan Yehezkiel yang terlalu perorangan itu pada gilirannya dibetulkan oleh prinsip kesetiakawanan yang terungkap dalam Nyanyian Hamba Tuhan yang keempat. Yes 52:13-53:12; bdk Yes 42:1+. Selebihnya kalau dianggap hanya berlaku dalam rangka dunia ini prinsip pertanggungjawab dan rangka dunia ini prinsip pertanggunganjawab dan pembalasan perorangan yang diajarkan Yehezkiel ternyata berlawanan dengan pengalaman sehari-hari (karena itu ajaran itu dibantah oleh penulis kitab Ayub). Pertentangan antara ajaran dan pengalaman tsb pada gilirannya menghasilkan suatu kemajuan baru lagi, yaitu kemajuan yang dibawa oleh pewahyu mengenai pembalasan di dunia akhirat (bdk Pengantar bagi kitab-kitab Kebijaksanaan). Perjanjian Baru, khususnya Paulus, melandaskan pengharapan Kristen pada kesetiakawanan manusia dengan Kristen yang dibangkitkan, yang terjalin melalui kepercayaan. Begitu dipertahankan dan dipersatukan pertanggungjawaban dan pembalasan perorangan yang diperjuangkan nabi Yehezkiel dan kesetiakawanan umat manusia (yang diciptakan dan diselamatkan Tuhan) dalam dosa dan dalam penebusan. |
(0.19955585333333) | (Rm 2:6) | (jerusalem) "Hari Yahwe" yang dinubuatkan para nabi sebagai hari kemurkaan dan keselamatan, Amo 5:18, sepenuh-penuhnya terwujud di akhir zaman pada "hari Tuhan" ialah hari kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya, 1Ko 1:8+. Pada "Hari Penghakiman" (bdk Mat 10:15; 11:22,24; 12:36; 2Pe 2:9; 3:7; 1Yo 4:17) itu orang-orang mati akan bangkit, 1Te 4:13-18; 1Ko 15:22-23,15 dst, dan semua manusia tampil di depan pengadilan Allah, Rom 14:10, dan pengadilan Kristus, 2Ko 5:10; bdk Mat 25:31 dst, Penghakiman itu tidak terhindar, Rom 2:3; Gal 5:10; 1Te 5:3, dan tidak pandang bulu, Rom 2:11; Kol 3:25; bdk 1Pe 1:17; hanya Allah berwenang mengadakannya, Rom 12:19; 14:10; 1Ko 4:5; bdk Mat 7:1 dsj, dan dengan perantara Kristus, Rom 2:16; 2Ti 4:1; bdk Kis 17:31; Yoh 5:22, akan menghakimi orang hidup dan mati, 2Ti 4:1; bdk Kis 10:42; 1Pe 4:5. Dia yang menyelami hati-sanubari, Rom 2:16; 1Ko 4:5 bdk Wah 2:23, dan menguji dengan api, 1Ko 3:13-15, akan membalas setiap orang, menurut perbuatannya, 1Ko 3:8; 2Ko 5:10; 11:15; Efe 6:8; bdk Mat 16:27; 1Pe 1:17; Wah 2:23; 20:12; 22:12. Orang menuai apa yang ditaburkannya, Gal 6:7-9; bdk Mat 13:39; Wah 14:15. Kemurkaan dan kebinasaan, Rom 9:22, bagi kekuasaan-kekuasaan yang jahat, 1Ko 15:23-26; 2Te 2:8, dan orang-orang fasik, 2Te 1:7-10; bdk Mat 13:41; Efe 4:6; 2Pe 3:7; Wah 6:17; 11:18. Bagi orang-orang pilihan, yang melakukan yang baik tersedialah pembebasan, Efe 4:30; bdk Rom 8:23; kelegaan, Kis 3:20; bdk 2Te 1:7; Ibr 4:5-11, upah di sorga, bdk Mat 5:12; Wah 11;18, keselamatan, 1Pe 1:5, peninggian, 1Pe 5:6, pujian, 1Ko 4:5, kemuliaan, Rom 8:18 dst; 1Ko 15:43; Kol 3:4; bdk Mat 13:43. |
(0.19955585333333) | (Mzm 12:1) |
(sh: Dunia dalam lautan dusta dan kecurangan (Rabu, 10 Januari 2001)) Dunia dalam lautan dusta dan kecuranganDunia dalam lautan dusta dan kecurangan. Kecurangan demi kecurangan terus terjadi dalam masyarakat kita. Dusta demi ambisi pribadi, dusta demi keuntungan materi, dan dusta demi mempertahankan kedudukan, merupakan pemandangan yang dapat kita lihat setiap hari. Belum lagi penindasan dan pengeksploitasian orang-orang yang miskin dan lemah terus berlangsung tanpa ada satu pembelaan yang berarti bagi mereka. Apakah kenyataan ini membuat kita prihatin dan berontak? Ataukah kita tidak peka lagi karena kita mungkin ikut terlibat di dalamnya? Apa yang harus kita lakukan? Pemazmur, ketika melihat masyarakat di sekelilingnya penuh dusta dan kecurangan, ia hanya berseru `tolong' sebagai ungkapan permohonannya (ayat 2). Mengapa hanya satu kata singkat yang diungkapkan kepada Allah? Apakah masalahnya terlalu sederhana? Sebaliknya Ia kebingungan dan ketakutan karena orang saleh telah habis, demikian pula orang-orang yang setia telah lenyap. Habisnya orang saleh dan lenyapnya orang setia ini bisa jadi karena kematian, pergi dari masyarakat, atau tidak lagi menjadi saleh. Dalam konteks ini nampaknya banyak orang yang meninggalkan kesalehan dan kesetiaannya. Inilah yang mendorongnya dengan kuat untuk minta tolong dan karena terlalu mendesak dan menyesak maka ia hanya mampu mengatakan satu kata `tolong`. Kondisi masyarakat di sekeliling pemazmur memang sangat parah. Menjadi orang fasik bukan lagi suatu hal yang memalukan, bahkan seperti sudah menjadi kebanggaan dan hal yang patut dipamerkan (ayat 9). Jika sudah demikian maka masyarakat tidak lagi peka terhadap amoralitas ataupun kebejatan yang terjadi di sekeliling mereka. Semua itu sudah menjadi bagian hidup mereka. Bagaimana pemazmur dapat bertahan, sehingga ia tidak habis lenyap? Ia melandasi hidupnya dengan keyakinannya kepada firman Tuhan yaitu bahwa Ia akan menjaga dan melindunginya. Dengan kata lain, firman Tuhanlah yang menopang dan menyokong kehidupannya, sehingga walau apa pun yang terjadi di sekitarnya ia tidak akan menjadi habis ataupun lenyap. Ia tetap akan setia dan hidup benar. Renungkan: Pilihan di hadapan Kristen adalah habis lenyap atau bertahan setia. Untuk menjadi habis lenyap jauh lebih mudah, namun konsekuensinya? Untuk bertahan setia sangat sulit, namun mahkotanya? Jika Anda pilih yang kedua: baca, renungkan, dan taati firman-Nya. |
(0.19955585333333) | (Yer 2:20) |
(sh: Cermin besar yang terpampang (Senin, 28 Agustus 2000)) Cermin besar yang terpampangCermin besar yang terpampang. Setelah orde baru runtuh dan Indonesia memasuki era reformasi, banyak pejabat dan petinggi negara zaman orde baru yang tiba-tiba menampilkan diri sebagai orang yang bersih (Mr. Clean). Untuk meyakinkan masyarakat bahwa ia benar-benar bersih, mereka berlomba-lomba berbicara tentang bagaimana memberantas KKN hingga menghujat mantan sang penguasa tertinggi era orde baru. Singkatnya mereka berusaha berkata: 'Itu bukan saya.Saya tidak mungkin berbuat itu.Aku hanya menjalankan instruksi atasan`. Berani mengelak dari tanggung jawab dan konsekuensi bukanlah ciri-ciri khusus orang modern. Orang-orang sezaman Yeremia -- bangsa Yehuda -- mempunyai sikap mental yang sama untuk membenarkan dirinya (22-23). Allah melalui Yeremia, memasang cermin di depan mereka agar mereka tahu betapa buruknya wajah mereka. Harapannya adalah supaya mereka bertobat dan terbebas dari hukuman (35). Keindahan yang pernah dimilikinya karena kedekatan dengan Allah dan kesetiaan kepada-Nya (2) sudah pudar diganti dengan pengkhianatan dan kebobrokan moral (20, 21). Cermin itu terus menyingkapkan semakin dalam kebobrokan mereka dalam hal perzinahan rohani (23-25), kedegilan hati (25), dan penindasan terhadap orang miskin (34). Namun mereka tetap tidak mau mengakui dosanya, apalagi bertobat. Karena itu satu-satunya cara yang masih ada adalah menghukum mereka (35). Kedegilan hati yang demikian ternyata bukan hanya hak milik orang-orang yang sezaman dengan Yeremia ataupun para mantan pejabat dan petinggi orde baru saja tapi juga para Kristen masa kini. Renungkan: Tiap hari Kristen membaca Alkitab yang adalah cermin besarnya, namun berapakah dari antara kita yang `bercermin dengan benar dan mau menghilangkan noda yang ada di wajahnya' sehingga penampilan Kristen semakin menawan. Kita terlalu sibuk memperburuk wajah kita dari hari ke hari dengan tetap membuat jarak dengan masyarakat sekitar dan menelantarkan orang-orang miskin. Kita juga membiarkan perpecahan gereja di Indonesia semakin tajam sementara itu individu jemaatnya hanya sibuk membangun keamanan dan perlindungan bagi diri mereka sendiri dan keluarganya dengan kekayaan yang dimilikinya. Janganlah seperti pepatah buruk muka cermin dibelah, yang artinya karena buruk wajah kita maka, Alkitab ditinggalkan. |
(0.19955585333333) | (Yer 3:14) |
(sh: Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus (Rabu, 30 Agustus 2000)) Pertobatan sejati bukan gampang tapi harusPertobatan sejati bukan gampang tapi harus. Ada sebuah anekdot yang beredar di masyarakat kita yang menyatakan demikian: mengapa orang-orang bisa melakukan KKN di Indonesia secara menyolok mata dan berkali-kali? Sebab 'syaraf malu' orang-orang itu sudah putus. Atau bahasa indahnya: mereka tidak mempunyai budaya malu. Orang-orang yang hidup sezaman dengan Yeremia tetap tidak mau berpaling kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Namun Yeremia melihat jauh ke depan bahwa nantinya umat Allah itu akan berbalik kepada-Nya.Identitas mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan yaitu sebagai umat yang bersaksi bagi dunia dan yang hidup menurut jalan-Nya (17-18). Allah menerima mereka kembali dan memulihkan keadaannya (22). Hal-hal apa saja yang ada di dalam pertobatan yang sejati? Pertama, keputusan tegas yang datang dari dirinya untuk berbalik kepada-Nya (22b). Bukan kepura-puraan, bukan karena paksaan atau tekanan dari orang lain, bukan pula karena terhimpit oleh keadaan tertentu. Keputusan yang tegas ini merupakan tindakan awal yang mutlak penting. Jika masih ada keraguan atau ketidaksungguhan, maka tindakan selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Namun harus diingat bahwa keputusan ini juga bukan tindakan yang dapat dicapai secara otomatis. Harus ada proses yang mengawalinya yaitu hal kedua dan ketiga berikut ini. Kedua, pemahaman dan kesadaran yang sungguh bahwa segala jalan dan tindakan yang sudah dijalani itu adalah salah dan sia-sia (23-24). Ini nampaknya merupakan alasan utama mengapa orang sulit bertobat. Sebagai contoh: orang yang korupsi akan kesulitan meyakini bahwa tindakannya itu sia-sia sebab siapa bilang bahwa uang tidak berguna? Ketiga, harus ada rasa malu. Bukan sekadar rasa malu melainkan rasa malu yang dalam ketika mengenang dosa-dosa yang telah dilakukannya. Renungkan: Tanpa keputusan yang tegas, tanpa pemahaman dan kesadaran, dan tanpa rasa malu yang dalam, pertobatan sejati tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Buktinya adalah bangsa Yehuda. Dalam pengalaman hidup kekristenan Anda, ketika suatu saat Anda jatuh dalam dosa dan kemudian Anda bertobat, apakah ketiga hal di atas terjadi di dalam hidup Anda? Jika tidak, Anda perlu mengevaluasi kembali apakah Anda sungguh sudah bertobat? |
(0.19955585333333) | (Yer 11:18) |
(sh: Allah melindungi hamba-Nya (Sabtu, 16 September 2000)) Allah melindungi hamba-NyaAllah melindungi hamba-Nya. Berbagai macam perlakuan jahat dialami Yeremia, sampai nyawanyapun terancam. Orang-orang Anatot yang menolak kebenaran pemberitaan firman-Nya terusik untuk melenyapkan Yeremia karena hati mereka justru dipenuhi dengan kegeraman dan kemarahan (19). Sesungguhnya mereka tidak tahan mendengar kebenaran firman-Nya yang telah membongkar ketidaksetiaan dan dosa mereka kepada Allah, namun mereka mengeraskan hati untuk bertobat, maka hamba-Nya yang menjadi sasaran kemarahan mereka. Tuhan ada di pihak hamba-Nya dan tidak membiarkan hamba-Nya dikuasai oleh orang-orang yang memberontak kepada-Nya. Yeremia telah melakukan seturut kehendak dan perintah-Nya, maka sepenuh hidupnya menjadi tanggung jawab yang mengutusnya, yakni Allah sendiri. Ketika ada maksud jahat dari orang Anatot, segera Tuhan memberitahukannya kepada Yeremia (18). Pada mulanya Yeremia tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang-orang Anatot yang dilayaninya, namun Tuhan yang membukakan kebusukan hati mereka kepadanya. Mereka bersepakat melenyapkan Yeremia agar suara kebenaran-Nya tidak lagi terdengar, dengan demikian amanlah hidup mereka dalam dosa. Namun Tuhan yang menguji batin dan hati membongkar semuanya. Setelah Yeremia mengetahui semuanya, ia kembali menyerahkan perkara dan hidupnya kepada Tuhan (20). Inilah langkah tepat yang telah diambil Yeremia, karena ia yakin bahwa Tuhan sendiri yang akan mendatangkan hukuman dahsyat atas mereka pada waktu yang telah ditentukan-Nya (22-23). Jaminan-Nya atas hidup hamba-Nya yang setia melakukan kehendak dan perintah-Nya memang sungguh nyata. Kemana pun dan apa pun yang hamba-Nya sedang lakukan di garis kehendak-Nya tidak pernah ditinggalkan-Nya sendirian. Tuhan memang tidak pernah berjanji membuat langkah hamba-Nya ringan dan lancar, justru di jalan yang berliku-liku dan penuh tantangan, janji perlindungan-Nya menjadi indah dan sangat melegakan. Renungkan: Hai hamba-Nya yang setia, tetaplah berjalan dalam garis kehendak-Nya dan terus berjuang bagi kebenaran firman-Nya, walaupun tantangan, ancaman, dan pergumulan mewarnai pelayanan kita, yang berasal dari orang-orang yang kita layani. Tuhan ada di pihak kita. |
(0.19955585333333) | (Yer 35:1) |
(sh: Ketaatan atau ketidaktaatan adalah sebuah pola hidup (Jumat, 4 Mei 2001)) Ketaatan atau ketidaktaatan adalah sebuah pola hidupKetaatan atau ketidaktaatan adalah sebuah pola hidup. Ucapan penghakiman Allah atas Yehuda dinyatakan semakin tegas dengan membandingkan ketidaktaatan bangsa Yehuda dengan ketaatan orang-orang Rekhab. Perbandingan itu merupakan kecaman yang pedas terhadap bangsa Yehuda sebab siapakah orang-orang Rekhab dan siapakah tokoh- tokoh yang terlibat dalam kehidupan mereka, dibandingkan dengan Yehuda dan Tokoh yang terlibat dalam kehidupan mereka. Identitas dan posisi Rekhab dalam kebudayaan Israel tidak begitu jelas sebab mereka hanyalah sekelompok kecil orang yang hidup secara nomaden. Dengan kata lain mereka bukanlah siapa-siapa. Kecaman yang pedas tepat sekali bagi Yehuda sebab ketidaktaatan mereka bukanlah sekadar kekhilafan namun sudah menjadi karakteristik mereka sebagai sebuah bangsa. Ketidaktaatan adalah pola hidup mereka. Hal itu ditegaskan dengan penggunaan kata ‘terus-menerus’ sebanyak 2 kali untuk mengungkapkan frekuensi Allah berbicara secara langsung kepada mereka maupun mengutus nabi-nabi-Nya agar mereka bertobat (14-15). Bagaimana respons mereka? Sangat kontras dengan orang-orang Rekhab. Ketaatan kepada Yonadab bapak leluhur mereka adalah pola hidup seluruh anggota kelompok Rekhab mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan (8-9). Ketaatan sebagai pola hidup sudah teruji ketika mereka menolak tawaran Yeremia untuk minum anggur (5-6), sekalipun dapat mendatangkan bencana ataupun risiko atas mereka sebab mereka hanyalah pengungsi di Yerusalem. Identitas mereka terletak pada ketaatan untuk melakukan perintah Yonadab, bapak leluhurnya. Inilah pola hidup dan karakteristik orang-orang Rekhab. Renungkan: Ini merupakan cambukan keras bagi kita. Jika kepada seorang Yonadab yang hanyalah manusia biasa, mereka menjadikan ketaatan mereka kepada ajarannya sebagai pola hidup, maka seharusnya ketaatan kita kepada ajaran Yesus paling tidak harus menjadi pola hidup kita. Bukankah Yesus bukan sekadar manusia sejati namun Ia juga adalah Allah Pencipta dan Penebus kita? Namun kenyataannya seringkali ketaatan kita belum menjadi pola hidup, melainkan sebagai rayuan atau umpan kepada Allah supaya Ia sudi mencurahkan berkat-Nya. Jika itu gambaran ketaatan kita, bertobatlah agar kita tidak menjadi Yehuda yang mempunyai pola hidup ketidaktaatan. |
(0.19955585333333) | (Mat 12:15) |
(sh: Dikenal bukan karena kehebatan-Nya tetapi karena misi-Nya (Kamis, 1 Februari 2001)) Dikenal bukan karena kehebatan-Nya tetapi karena misi-NyaDikenal bukan karena kehebatan-Nya tetapi karena misi-Nya. Beberapa hamba Tuhan lebih terkenal karena `kehebatannya': memimpin pujian, bermain musik, berkhotbah, menyembuhkan, mengusir setan, dll. Mungkin jemaat tidak melihat dan mengenal misinya sebagai hamba Tuhan, karena kehebatannya lebih menonjol dari misinya memberitakan firman Tuhan. Berita yang tersiar pun lebih menonjolkan kehebatannya, sehingga banyak orang datang untuk mendengarkan khotbahnya, memohon kesembuhan, dan mendapatkan kelegaan emosi; dan bukan untuk mengalami kuasa firman Tuhan. Berbeda dengan Tuhan Yesus yang tetap pada misi-Nya dan justru tidak ingin orang banyak terfokus pada kehebatan-Nya. Setelah Yesus mengetahui maksud orang-orang Farisi yang bersekongkol membunuh-Nya, maka Ia segera menyingkir. Namun justru semakin banyak orang mengikuti-Nya untuk disembuhkan. Yesus menyembuhkan mereka semuanya. Kehebatan-Nya inilah yang ingin disiarkan orang banyak, terlebih bagi mereka yang telah mengalami kuasa kesembuhan dari- Nya. Yesus melarang mereka memberitakan tentang kuasa kesembuhan-Nya, bukan sekadar Ia tidak suka popularitas, tetapi ada alasan yang lebih penting yaitu karena Ia tidak mau orang yang mendengar berita ini kemudian datang kepada-Nya dengan motivasi yang salah: hanya ingin mendapatkan kesembuhan fisik. Bila berita-berita ini yang tersiar maka akan mengaburkan misi Kemesiasan-Nya. Oleh karena itu Yesus menegaskan kembali Diri-Nya sebagai penggenap nubuat nabi Yesaya. Pertama, Ia adalah utusan Allah yang dipilih-Nya, dikasihi-Nya, dan yang berkenan kepada-Nya. Allah sendiri yang memberikan otoritas kepada Yesus, dan menjadikan Dia perantara bagi bangsa-bangsa (ayat 18). Kedua, kehadiran-Nya tidak ditandai kegemparan, perbantahan, teriakan, dan tanpa publikasi (ayat 19). Ketiga, misi-Nya adalah menegakkan hukum dan membawa kemenangan bagi orang-orang yang tertindas dan tak berpengharapan (ayat 20). Dialah satu-satunya pengharapan bagi semua bangsa (ayat 21). Berita inilah yang seharusnya disiarkan kepada bangsa- bangsa. Renungkan: Berita apakah yang tersiar melalui kita sebagai hamba-Nya: misi dan kuasa Yesus ataukah kehebatan kita berkhotbah, menyembuhkan, memimpin pujian, bermain musik, dan mengusir setan? |
(0.19955585333333) | (Luk 4:16) |
(sh: Prioritas utama (Sabtu, 1 Januari 2000)) Prioritas utamaPrioritas utama. Ada kecenderungan di kalangan Kekristenan yang menganggap bahwa Ibadah hari Minggu hanyalah sekadar formalitas. Artinya, beribadah pada hari Minggu di Gereja akan dilakukan bila tidak ada "acara" atau kesibukan lain". Ibadah bersama jemaat lainnya di gereja menjadi second priority (prioritas kedua). Kecenderungan ini tidak hanya akan mengakibatkan hadirnya Kristen-kristen yang tidak tahu mensyukuri kasih dan penyertaan Allah, tapi juga akan menciptakan Kristen-kristen yang tidak tahu menghornati karya dan kebesaran Allah dalam hidupnya. Sikap ini sungguh bertentangan dengan pengajaran dan sikap yang diperhatikan langsung oleh Tuhan Yesus. Mari kita lihat bagaimana Tuhan Yesus memprioritaskan ibadah kepada Allah Bapa-Nya dalam hidup-Nya. Sikap ini menunjukkan bahwa selain Dia sangat menghormati Bapa, Dia juga menghormati ibadah persekutuan umat di rumah Tuhan dan menjadikan ibadah itu bagian dari hidup-Nya. Dari Galilea, Yesus kembali ke Nazaret, dan Lukas mempertegas dengan mengatakan bahwa "inilah tempat Yesus dibesarkan". Mengapa Ia ke sana? Kepada orang-orang yang mengenalnya sejak kecil hingga dewasa, Ia menegaskan siapa diri-Nya dan apa misi pelayanan-Nya. Ia membacakan kitab nubuatan nabi Yesaya, yang menyatakan beberapa hal, yaitu bahwa (a) Roh Tuhan ada pada-Nya; (b) Dia diurapi untuk menyampaikan kabar pembebasan kepada para tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta; Dia diutus untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, dan (d) memberitakan bahwa Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Sesungguhnya ayat tersebut menubuatkan tentang diri-Nya. Maka tepatlah bila Tuhan Yesus mengatakan bahwa ayat itu digenapi oleh-Nya. Renungkan: Kedatangan Yesus ke dunia bukanlah sebagai seorang raja dengan segala kemegahan dan kejayaannya. Justru ia datang dengan otoritas Allah untuk membawa pembebasan dan penyelamatan dalam arti luas dan sesungguhnya. Bukan hanya dalam dunia, tetapi keselamatan yang bersifat kekal dan menyeluruh. Ia membawa kabar baik dan itu dinyatakan kepada semua orang, baik orang miskin, tawanan, orang buta, dan orang tertindas. Ia datang juga untuk membawa kekebasan dan keselamatan bagi kita. Betapa mulia dan agungnya misi kedatangan-Nya, melalui Dialah kita beroleh keselamatan dan kehidupan kekal. |
(0.19955585333333) | (Yoh 12:20) |
(sh: Penderitaan mendahului kemuliaan (Rabu, 27 Februari 2008)) Penderitaan mendahului kemuliaanJudul : Penderitaan mendahului kemuliaan Mulia, agung, akbar, semua kata-kata ini kerap kita berikan kepada Tuhan Yesus. Sayangnya, kita gandrung memberi definisi sendiri kepada kata-kata tadi. Kita lupa bahwa seperti yang disampaikan dalam Injil ini, pemuliaan Yesus terjadi melalui penderitaan. Kita mengabaikan fakta bahwa kasih Allah yang agung mewujud melalui salib. Sangkaan keliru bahwa Yesus Kristus adalah sosok Mesias gagah perkasa yang gemar berperang, selain disanggah oleh nubuat dalam nas kemarin, kembali disanggah di sini. Sayang sekali banyak pengikut Tuhan Yesus yang hanya membiarkan Tuhan Yesus menderita bagi mereka dan beranggapan bahwa mereka tidak lagi perlu ikut menderita. Dalam nas ini, khususnya di ayat 24-25, Tuhan Yesus berfirman dengan jelas, bukan hanya tentang diri-Nya, tetapi juga tentang para pengikut-Nya. Sebagaimana pemuliaan Tuhan terjadi melalui penderitaan, mati sebelum bangkit kembali, kita pun dipanggil untuk mengikuti Dia. Jika tidak, berarti kita mengabaikan sang Terang dan tidak menjadi anak-anak terang. Tentu saja hal ini tidak berarti kita dipanggil untuk menjadi masokis-masokis Kristen, yaitu orang yang mencari-cari penderitaan sebagai kenikmatan. Bacaan hari ini hendak menyatakan bahwa seorang murid harus siap dengan segala konsekuensi statusnya sebagai murid, termasuk menderita sebagai murid Kristus. Dulu orang maklum jika sesuatu yang baik kerap hanya bisa dipertahankan atau diperoleh dengan bersusah-payah, dan bahkan menderita. Zaman ini telah menyatakan perang terhadap penderitaan. Panggilan sebagai orang tua kini bisa cukup dipenuhi secara finansial tanpa bersusah payah menjadi teladan rohani bagi anak. Panggilan sebagai Kristen kini cukup dipenuhi dengan terpenuhinya target 'setoran' persembahan, tanpa perlu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Di tengah zaman ketika orang harus siap menderita hanya untuk bersikap jujur, kita kembali dipanggil untuk membuktikan kemuridan kita. |
(0.1983202) | (Dan 5:30) |
(ende) Tentang pembunuhan atas diri Belsjasar waktu Babel direbut tidak ada berita apa sadja dalam dokumen2 Parsi, jang setjara terperintji mentjeritakan perebutan itu. Menurut dokumen2 itu Babel diduduki tanpa pertempuran. Radja Nabonid telah melarikan diri, lalu ditangkap dan dibunuh diluar Babel. Tentang Belsjasar tidak dikatakan apa2. Hanja ahli2 sedjarah Junani kemudian tahu akan pertempuran dan bahwa Babel direbut sementara penduduknja berpesta. Rupa2nja si pengarang kisah Daniel bergantung pada tradisi itu, jang djuga disadurnja lagi sesuai dengan kisahnja sendiri. Mengenai kesulitan jang ditimbulkan ajat ini lihat kata pendahuluan. Orang tidak tahu apa2 tentang seorang radja "Darios", orang Media (Dan 6:11; 9:1; 6:2,9; 9:2). Pengganti radja terachir Babel ialah Cyrus, orang Parsi. Orang2 Media pada djaman keruntuhan Babel sudah mendjadi sebagian dari keradjaan Parsi. Semua soal jang ada dalam ajat ini (dan dilain tempat) hilang sama sekali dengan menerima bahwa berita2 kitab Daniel tidak memuat sedjarah. Agaknja Darios orang Media itu ditjiptakan sadja oleh si pengarang, berdasarkan pengetahuannja mengenai Darios I, radja Parsi. Si pengarang membutuhkan empat keradjaan sebelum keradjaan Antiochos IV, dan karenanja keradjaan Media itu ditjiptakannja sadja. |
(0.1983202) | (1Kor 1:12) |
(ende: Apolos) Tokoh ini seorang terpeladjar dan pandai berpidato dari Aleksandria. Batjalah tentang dia Kis 18:24-28. Karena kegemilangan pembitjaraan dan bahasanja, orang Korintus rupanja lebih merasa tertarik kepada dia dari kepada Paulus, jang sederhana tjara bitjara dan bahasanja. Orang-orang Junani umumnja sangat gemar mendengarkan pidato jang indah-indah ("kebidjaksanaan kata-kata"), dengan tidak begitu mengindahkan isi. Kedangkalan ini diketjam Paulus dalam fasal-fasal berikut (1Ko 1:18-2:4). |
(0.1983202) | (Kej 3:13) |
(full: ULAR ITU YANG MEMPERDAYAKAN AKU.
) Nas : Kej 3:13 Iblis menyebabkan kejatuhan umat manusia dengan memakai penipuan. Inilah salah satu cara utamanya untuk menuntun orang menjauh dari jalan dan kebenaran Allah.
|
(0.1983202) | (Kej 6:9) |
(full: NUH ADALAH SEORANG YANG BENAR DAN TIDAK BERCELA DI ANTARA ORANG-ORANG.
) Nas : Kej 6:9 Di tengah kefasikan dan kejahatan yang merajalela ketika itu (ayat Kej 6:5), Allah menemukan dalam diri Nuh seorang yang benar dan yang masih berusaha untuk berhubungan dengan-Nya.
|
(0.1983202) | (Kej 38:2) |
(full: ANAK PEREMPUAN SEORANG KANAAN.
) Nas : Kej 38:2 Alkitab mencatat peristiwa Yehuda yang memalukan ini setidak-tidaknya karena empat alasan.
|
(0.1983202) | (Kel 12:17) |
(full: HARI RAYA MAKAN ROTI YANG TIDAK BERAGI.
) Nas : Kel 12:17 Ayat Kel 12:15-20 menerangkan Hari Raya Roti Tidak Beragi yang harus diselenggarakan oleh orang Israel setelah memasuki Kanaan. Hari raya ini melambangkan penyerahan umat Allah yang didasarkan pada penebusan mereka dari Mesir. Dalam konteks ini ragi, unsur yang mendatangkan fermentasi, melambangkan dosa, dan roti yang tidak beragi melambangkan pertobatan, penolakan dosa, dan penyerahan kepada Allah (lihat cat. --> Kel 13:7). [atau ref. Kel 13:7]
|
(0.1983202) | (Im 11:44) |
(full: MENGUDUSKAN DIRIMU.
) Nas : Im 11:44 Pengarahan mengenai makanan yang haram dan halal (pasal Im 11:1-47) rupanya diberikan untuk alasan-alasan kesehatan, tetapi juga sebagai patokan untuk menolong Israel agar tetap terpisah dari masyarakat fasik di sekitar mereka (bd. Ul 14:1-2). Pengarahan mengenai makanan ini tidak lagi mengikat orang percaya PB, karena Kristus telah menggenapi makna dan tujuannya (bd. Mat 5:17; 15:1-20; Kis 10:14-15; Kol 2:16; 1Tim 4:3). Akan tetapi, prinsip-prinsip yang terwujud dalam peraturan ini masih berlaku sekarang.
|