Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 2 Tahun 1996 > 
INJIL DAN SINKRETISME 
Penulis: Herlianto{*}

(Penulis adalah seorang arsitek lulusan ITB, alumnus Institut Injili Indonesia (Batu), Seminari Alkitab Asia Tenggara (Malang) dan Princeton Theological Seminary. Sekarang beliau adalah ketua Yayasan Bina Awam.)

Sinkretisme adalah suatu istilah yang menunjukkan faham yang sangat mencolok mewarnai kebudayaan dunia lebih-lebih menjelang berakhirnya abad ke 20 ini, soalnya dalam segala bidang sinkretisme sudah menanamkan pengaruhnya.

Menggunakan kriteria tiga gelombangnya Alvin Toffler931, kita dapat melihat bahwa pada Era Agraris (sebelum AD-1700), kelompok-kelompok manusia hidup secara eksklusif dalam budaya agraris dengan paguyuban yang kuat yang cenderung menolak pengaruh dari luar. Situasi kemasyarakatan dan budaya demikian bisa disebut sebagai Small is Beautiful.

Pada Era Industri (AD1700-1960) kita melihat adanya kecenderungan pluralisme yang kuat dimana terjadi proses akulturisasi karena berkembangnya budaya kota-kota industri yang cenderung menggugurkan homogenitas era agraris dan menggantikannya dengan heterogenitas era industri. Konsep paguyuban yang tertutup berubah menjadi patembayan yang terbuka.932 Situasi kemasyarakatan dan budaya demikian kemudian disebut sebagai Big is Beautiful.

Pada Era Super Industri atau Informasi (pasca AD 1960) rupanya pluralisme tidak membawa damai pada sub-sub kelompok, itulah sebabnya pada era pasca 1960 kita melihat bangunnya kecenderungan untuk kembali kepada kehidupan homogenitas ditengah-tengah heterogenitas yang tidak bisa ditolak. Homogenitas menjadi pegas pengaman kehidupan plural heterogenitas yang tidak tertahankan. Situasi kemasyarakatan dan budaya demikian dijuluki oleh Tofller sebagai Small in Big is Beautiful. Situasi pasca 1960 demikian dengan jelas diuraikan oleh John Naisbitt dalam buku karyanya Megatrends 2000,3) dimana ditengah-tengah era informasi dan pluralisme timbul kembali kecenderungan bangkitnya kelompok-kelompok yang dipimpin pemimpin yang otoriter dan fundamentalistis, dan bangkitnya gerakan zaman baru. Gerakan terakhir inilah yang pengaruhnya kuat menghasilkan budaya-budaya campuran yang bersifat sinkretistik. Apakah Sinkretisme itu?

Sinkretisme disebut dalam kamus sebagai "penyatuan aliran"933 sedangkan istilah ini dalam hal agama oleh Berkhof dan Enklaar disebut "Mencampuradukkan agama-agama ini disebut sinkretisme"934. Josh McDowell dalam bukunya menyebut bahwa "Syncretistic" berarti "tending to reconcile different beliefs, as philosophy and religion".935 Dari beberapa kutipan tersebut dapatlah dimengerti bahwa Sinkretisme dalam agama adalah usaha penyatuan dan pencampuradukkan berbagai-bagai faham agama dengan kecenderungan untuk mendamaikan paham-paham itu.

 SINKRETISME DALAM SEJARAH GEREJA

Sepanjang sejarah gereja, sejak dari awal berkembangnya kekristenan, sinkretisme antara Injil yang diberitakan gereja dan agama-agama lain memang sering terjadi, karena itu sebelum kita melihat hubungan antara keduanya, kita lihat terlebih dahulu apakah Injil itu?

INJIL yang diterjemahkan dari bahasa Yunani evangelion adalah "kabar baik" yaitu "kabar baik tentang Yesus Kristus" yang tentunya kita pelajari dari Alkitab sebagai Firman Tuhan. Rasul Paulus dalam suratnya mengatakan bahwa "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya..." (Roma 1:16). Dari sini jelas bahwa yang dipersoalkan sebagai Injil dan sinkretisme adalah penyatuan dan pencampuradukkan jalan keselamatan dalam Yesus Kristus dengan jalan keselamatan yang diberitakan agama-agama atau paham-paham lain.

Kekristenan lahir dan berkembang dalam kekaisaran Romawi dimana digunakan bahasa Yunani Koine sehingga pengaruh budaya Graeco-Roman (Yunani - Romawi) tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan akan Injil, bahkan sekalipun Injil bisa didengar secara langsung dari mulut Yesus, pada masa Yesus hidup pun sinkretisme dengan tradisi turun temurun tidak terelakkan. Tuhan Yesus berfirman:

"Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Mar. 7:6-8).

Memang sinkretisme dengan tradisi adalah yang paling umum terjadi bahkan semasa Yesus hidup pun, dan konsekwensinya disamping ajaran yang campur aduk, sering terjadi bahwa adat istiadat tradisi lebih diutamakan dari Injil Allah.

Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bahaya sinkretisme bisa kita lihat dalam pelayanan Filipus di Samaria. Filipus mengabarkan "Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus." (Kis.8:12), tetapi seorang tukang sihir bernama Sinton mengajarkan "Kuasa Besar" (Kis. 8:10) dan sekalipun ia telah mengaku percaya dan dibaptis ia masih berpandangan sinkretistik dimana konsepnya mengenai Injil masih dicampuradukkan dengan konsepnya mengenai Kuasa Besar. Hal mana membuat marah Petrus dan Yohanes sehingga ia ditengking agar:

"Bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan." (Kis. 8:22).

Paulus dalam perjalanan Pemberitaan Injilnya sering menghadapi jerat-jerat sinkretisme seperti misalnya di Atena dimana ia menghadapi penyembah berhala dan golongan Epikuri yang bercirikan rasionalisme dan Stoa yang bercirikan mistisisme (Kis. 17:16-34), dan di Efesus ada godaan penyembahan dewi Artemis (Kis. 19:21-40). Tetapi Rasul Paulus dengan tegas memberitakan Injil yang benar dan "ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitannya" (Kis. 17:18), dan bahwa "Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia." (Kis. 17:24).

Sinkretisme dengan berhala-berhala Romawi dikritik Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Rm 1:18-32), bahkan dalam jemaat Korintus, Paulus menghadapi sinkretisme dengan Rasionalisme (I Kor. 1:18-2:5) tetapi tidak lepas adanya sinkretisme dengan tradisi penyembahan berhala (I Kor. 8). Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus mengingatkan bahaya sinkretisme dengan adat istiadat Yahudi dan Tauratisme (Gal. 2-3). Dalam suratnya pada jemaat di Kolose, Rasul Paulus mengatakan:

"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus." (Kol. 2:8)

Menghadapi kecenderungan yang sinkretistik dengan paham-paham filsafat menurut ajaran tradisi dan roh-roh dunia itu, dengan tegas rasul Paulus mengingatkan jemaat di Kolose agar tetap berpegang kepada Kristus:

"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di bangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kol. 2:6-7).

Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu menghadapi ke tujuh sidang jemaat di Asia kecil yang berada dalam godaan sinkretisme dengan berbagai-bagai ajaran, tetapi ia selalu mengatakan agar umat Kristen "tidak meninggalkan kasih yang mula-mula... agar setia sampai mati... dan menang!" (Wah. 2-3).

Pasca Perjanjian Baru, pada abad ke-11 ketika Injil meluas dan diterima bangsa-bangsa yang termasuk Pax-Romanum (Romawi Raya), disamping godaan sinkretisme dengan kepercayaan akan berhala-berhala Romawi, godaan besar juga terjadi dengan adanya pengaruh-pengaruh agama timur yang sifatnya eksotis dan pantheistik (agama alam) yang berasal dari daerah jajahan sebelah timur Laut Tengah.

Orang-orang Romawi dan Yunani yang cenderung bersikap rasional khususnya pada abad-abad ke-I s/d III memperoleh tantangan sinkretisme agama yang bersifat mistis yang mengajarkan kelepasan yang dikejar dengan usaha pertarakan (askese). Agama timur itu cenderung melakukan praktek "bertarak, menahan diri, mematikan hawa nafsu daging, dan dengan mengambil bahagian dalam bermacam-macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia."936 Agama demikian biasa disebut tergolong Pantheisme yang dualistis. Begitu kuatnya agama timur itu sehingga Plato yang hidup 400 tahun sebelum Kristuspun terpengaruh pantheisme timur ini yang menggarami pandangan filsafatnya.

Umat Kristen yang hidup dalam budaya Romawi dan Yunani tidak lepas dari godaan sinkretisme dengan paham-paham Pantheisme Timur itu pula, dan bagi orang Kristen yang terpelajar, pengaruh falsafah Platonis juga cukup banyak pengaruhnya pada mereka.

Salah satu sinkretisme yang dualistis-pantheistik berusaha menggabungkan filsafat Barat dengan agama Timur adalah gnostik, yaitu ajaran tentang gnosis. Yang dimaksudkan dengan gnosis yang aslinya berarti pengetahuan, disini dimaksudkan sebagai "hikmat tinggi yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia."937

Ajaran gnostik ini cukup mempengaruhi gereja Kristen yang mula-mula, karena pada hemat mereka berita Injil terlalu sederhana. Khususnya golongan terpelajar ingin mencari hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka mulai menafsirkan Injil secara alegoris, dan dengan demikian mereka menukar kebodohan salib dengan hikmat dunia.938

 GEREJA KHATOLIK

Pada abad ke-III keadaan gereja makin dipengaruhi kekafiran dan lebih-lebih ketika uskup Roma memproklamirkan dirinya sebagai Paus. Sinkretisme aktip dilakukan oleh para Apologet yang berusaha untuk menyesuaikan Injil dengan semangat zaman. Logos dalam pengertian Yunani yang berarti "sesuatu yang bukan Allah dan bukan pula dari dunia, melainkan jabatan antara roh dan zat benda, bahkan dengan Logos itulah Allah menciptakan dunia ini", sekarang disamakan dengan Logos yang adalah Firman dalam Yohanes 1:1.939

Puncak dari sinkretisme dengan kekafiran itu terjadi pada awal abad ke-IV ketika Constantinus menjadi raja Roma dan dunia dikristenkan dengan akibat fatal bahwa kekristenan diduniakan. Dihadiahkannya Basilika yang adalah gedung-gedung kehakiman Romawi dengan segala perlengkapannya termasuk patung-patung berhala dan mezbah kurban kafir kemudian disinkretisasikan ke dalam ibadat Katolik. Sinkretisme dengan tradisi kekafiran demikian menjalar dalam bentuk-bentuk seperti pertikaian tentang Logos dan perselisihan tentang kedua tabiat Kristus yang berlarut-larut.

Suasana sinkretisme demikian jelas terlihat pada kehidupan Agustinus yang terpengaruh Manicheisme, semacam gnostik Parsi yang bersifat asketik dan dualistis yang merupakan campuran dari berbagai-bagai pemikiran kafir. Kemudian ia terpengaruh filsafat Neo-Platonisme. Menarik sekali bahwa kemudian Agustinus bertobat dan kemudian masuk Kristen dan menjadi Uskup di Hippo, Afrika Utara.

Pada tahun 1054 Gereja Orthodox Timur memisahkan diri dari gereja Barat (Roma Katolik) dan lebih terpengaruh oleh Mistisisnre dan Praktek Askese agama-agama Timur.

Memasuki keenam perang-perang salib (1095-1229), negara-negara Eropa yang umumnya menganut agama Katolik Roma kemudian mengalami sinkretisme dengan filsafat Aristoteles yang mereka jumpai terjemahan buku-bukunya di Arabia, itulah sebabnya kemudian rasionalisme makin menginjakkan kakinya di gereja Barat.

 REFORMASI

Tepat seperti jawab Tuhan atas doa yang dikeluhkan oleh nabi Elia tentang kesendiriannya menghadapi nabi-nabi Baal dimana Tuhan berfirman bahwa "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagiKu, yang tidak sujud menyembah Baal." (Rom. 11:4), demikianlah selalu masih ada sisa kasih karunia Allah dalam diri orang-orang yang selalu ingin kembali kepada Injil yang Alkitabiah.

Pada awal abad ke-XVI, Marthin Luther ingin mengembalikan kekristenan kepada Injil dan menolak buah-buah sinkretisme yang telah meracuni ibadat Kristen (dhi. Katolik Roma). Mottonya yang terkenal adalah Sola Gratia, Sola Fidei, Sola Scriptura (Hanya oleh Anugerah, hanya oleh Iman, hanya oleh Alkitab) cukup ampuh untuk menghadirkan kekuatan kekristenan ketiga dalam bentuk Protestantisme disamping Katolik Roma dan Orthodox Timur.

Sekalipun kekristenan sudah direformasikan agar sesuai kembali dengan Injil Kristus, roh sinkretisme tetap menghantui kekristenan. Pada abad-abad ke-XVII-XIX nafas rasionalisme sebagai anak Humanisme Renaissance telah mempengaruhi banyak teolog Kristen dan menghasilkan aliran yang disebut sebagai penganut Liberalisme. Kekristenan Alkitabiah banyak ditafsirkan dengan kacamata ilmu pengetahuan dan filsafat modern. Sinkretisme demikian menghasilkan kekristenan yang liberal yang cenderung menjadi lesu karena gairah Injil menjadi hambar, ini menimbulkan reaksi pada abad ke-XIX dalam bentuk gerakan Pekabaran Injil ke seluruh dunia dan bangkitnya Pentakostalisme.

Tetapi, kembali pertemuan-pertemuan dengan tradisi dan budaya lokal di daerah penginjilan tidak luput menghasilkan ajaran yang sinkretistik seperti yang terjadi dalam penginjilan suku Batak oleh Nomensen dan di Indonesia Timur dimana praktek penyembahan nenek moyang semacam Opo-Opo masih dicampur baurkan dengan kekristenan oleh sebagian orang Kristen. Di kalangan orang Tionghoa kepercayaan tradisional Tiongkok yang bersifat Pantheistic dan Mistik juga sering masih dipraktekkan.

Di kalangan penganut Pentakostalisme mula-mula di Azusa, Amerika Serikat, khususnya dikalangan keturunan Afrika, terjadi sinkretisme kekristenan dengan aliran-aliran spiritualisme dan okultisme Afrika yang mengakibatkan perpecahan orang-orang Pentakosta asal Afrika dengan yang berkulit Putih.940

Kembali menghadapi sinkretisme demikian ada sebagian umat Kristen yang ingin kembali kepada Injil Anugerah yang pada awal abad ke-XX dikenal sebagai Fundamentalisme.

 GERAKAN ZAMAN BARU

Roh sinkretisme agama, khususnya pencampuran ajaran Injil terjadi paling ramai pada era Informasi pasca tahun 1960 dimana kebangkitan agama-agama Timur yang bersifat Pantheistik dan Mistik seperti yang berasal dari India (Hinduisme dan Buddhisme) dan Tiongkok (Taoisme) telah ikut memasuki kepercayaan orang-orang Kristen. Pengaruh sinkretisme dengan apa yang dikenal sebagai Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) itu begitu hebat memasuki semua aliran Kristen, sehingga dapat di kata tidak ada aliran Kristen yang bebas dari pengaruh orientalisme tersebut.

John Naisbitt mengkhususkan salah satu Bab dalam bukunya untuk membahas gejala New Age Movement yang pengaruhnya menyebar pesat pada era Informasi ini. Ia menyebut New Age Movement mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

"Most agree that the New Age has its roots in the human potential movement and that it has to do with a complex awareness - of the oneness of creation, the limitless potential of humanity, and the possibility of transforming the self and today's world into a better one ... many adopt East's belief in reincarnation ... there is a strong sense that humanity partakes of the devine."941

Mirip dengan pengertian di atas, Russel Chandler dalam bukunya menyebut New Age sebagai:

"New Age is a modern revival of ancient religious traditions, along with a postpourri of influences: Eastern mysticism, modern philosophy and psychology, science and science fiction, and the counter culture of the 50s and 60s."942

Dari kedua uraian dalam kutipan di atas kita dapat melihat bahwa Gerakan Zaman Baru lebih komplek, yaitu sifatnya yang pantheistik dan mistik itu prakteknya lebih luas lagi menjurus pada pengertian sinkretisme yang lebih lanjut dan bersifat global yang lebih dikenal sebagai Universalisme. Russel Chandler memberikan batasan arti Sinkretisme sebagai:

"Fussion of different forms of belief or practice; the claim that all religions are one and share the same core teachings."943

Dalam kekristenan pasca tahun 1960-an kita dapat melihat bahwa falsafah parttheisme dan mistisisme Timur ini setidaknya mempengaruhi kekristenan dalam dua bentuk sinkretisme, sinkretisme lama yang bersifat praktis dan sinkretisme baru yang bersifat filosofis.

Sinkretisme praktis bisa kita lihat pada beberapa praktek penginjil khususnya yang berlatar belakang Pentakosta dan Karismatik seperti yang disebutkan oleh Aritonang sudah terjadi pada awal berdirinya gerakan Pentakosta dimana kepercayaan spiritualisme dan okultisme Afrika merasuk ibadat pentakosta yang mula-mula di Azusa di kalangan jemaat yang berasal dari Afrika:

"Selama bertahun-tahun di Azusa Street ini hampir setiap hari diadakan kebangunan rohani. Dengan berbagai cara: berteriak, menangis, menari, kesurupan dan sebagainya, para pesertanya berupaya atau membuktikan bahwa mereka telah menerima Baptisan Roh dan karunia 'berbahasa lidah', di samping karunia-karunia lain (penyembuhan ilahi dan sebagainya) ... Akan tetapi, tidak sedikit pula di antara pengunjung yang melihat segala yang terjadi itu secara kritis, terutama gejala-gejala dan ungkapan-ungkapan yang emosional dan ekstrem di dalamnya. Lalu diketahuilah bahwa di tengah-tengah massa itu hadir juga kaum spiritualis dan para penganut berbagai aliran kultik, yang memang sudah lama menjamur di sekitar kota itu. Juga sangat terasa pengaruh cara penghayatan dan pengungkapan iman khas Afrika yang sangat spontan dan meledak-ledak ... kaum hipnotis dan spiritualis yang berlatar belakang Afrika, yang telah mengambil alih penyelenggaraan kegiatan di sana."944

Pengaruh sinkretisme praktis juga jelas dipraktekkan oleh penginjil-penginjil Korea seperti yang bisa dilihat dari kutipan berikut:

Banyak gereja Korea mengajarkan "Injil Sukses" (prosperity gospel) yang sebenarnya merupakan pencampuran paham kekristenan dengan shamanisme (perdukunan) yang melihat pahala sebagai motivasi penyembuhan kepada dewa dan yang merupakan paham tradisi nenek moyang Korea.945

Demikian juga perhatikan kesaksian seorang misionari Amerika yang melayani di Korea yang melihat gejala yang sama betapa sinkretisme juga terjadi di sana, ia mengatakan:

Jonggi Cho menganggap bahwa agama Kristen adalah napak ke arah kemakmuran materi, pandangan mana terpengaruh shamanisme Korea, yang dalam prakteknya menjanjikan kesehatan dan sukses dagang. Dalam perdukunan di Korea, juga dipercaya adanya "roh besar" di atas roh-roh lainnya yang tidak bisa dihubungi oleh para dukun/shaman; itulah sebabnya ketika para misionari mengabarkan mengenai "Tuhan Yang mahakuasa", orang Korea dengan mudah dapat menerimanya, tetapi dengan pengertian bahwa Tuhan orang Kristen dipercaya sama dengan roh/kuasa besar itu.946

Sinkretisme praktis itu terlihat juga dalam praktek Pengurapan yang banyak dipraktekkan para penginjil yang termasuk ke dalam Word of Faith Movement, seperti ungkapan berikut:

Pengurapan adalah kuasa dan kehadiran Allah yang dinyatakan ...Ia percaya bahwa pengurapan itu bisa di transfer. Ia berhati-hati untuk menjamah orang sembarangan. "Itu bukan sekedar lambang - ada benar-benar transfer urapan... Bila engkau mengangkat tanganmu dengan Roh Tuhan, dan meletakkannya kepada kepala seseorang, hidup Tuhan di dalammu akan mengalir keluar darimu ke dalam mereka.947

Bagi mereka yang mempelajari Gerakan Zaman Baru akan dengan mudah membandingkan hal ini dengan praktek-praktek kebatinan seperti misalnya Penyembuhan dengan Prana, Silat-silat tenaga Dalam seperti Merpati Putih, Satria Nusantara, dan Sin Lam Ba mempraktekkan kekuatan jamahan tangan yang sama. Pengaruh Gerakan Zaman Baru lainnya dalam bentuk Pengembangan Pribadi (Human Potential Movement) sudah masuk dalam pemikiran orang Kristen dimana tokoh-tokoh yang mengajarkan Positive Thinking, Visualisasi dan Kata-Kata Mantra dan Potensi Manusia Yang Tak Terhingga948 disatupadukan dengan tokoh-tokoh Injil.

Sinkretisme filosofis dan juga berbau mistis bisa kita lihat pada kecenderungan akhir-akhir ini di dalam gerakan Oikumene dan Inter Faith dan khususnya pertemuan Oikumenis Re Imagining yang di gelar di Amerika Serikat yang bayang-bayangnya sudah menghinggapi beberapa teolog Indonesia. Beberapa contoh faham sinkretisme Universalisme demikian bisa dilihat di Gereja St. James di Piccadilly, London. yang sejak satu dasawarsa terakhir memperkenalkan apa yang disebut sebagai "Alternative Ministry" yang jelas berlandaskan kebatinan. Gereja ini pernah merayakan ulang tahun Buddha dengan menyetarakan Buddha dengan Kristus dan mengeluarkan selebaran yang berbunyi sebagai berikut:

Untuk banyak orang Gerakan Zaman Baru, Wesak (bulan purnama ketika matahari ada di rasi Taurus) adalah peristiwa rohani paling penting... Di Timur ini dirayakan sebagai hari kelahiran Buddha. Ada legenda yang menyebut bahwa pada bulan purnama Buddha dan Kristus bersama-sama dengan makhluk-makhluk bebas dan para orang suci meminta berkat besar tahunan untuk planet bumi. Kami akan merayakan Wesak dengan upacara meditasi antar agama di gereja. Kami mengundang semua orang dengan semua latar belakang budaya, agama dan sistim kepercayaan untuk bergabung dalam perayaan batin yang besar ini.949

Pada hari-hari biasa gereja itu mengadakan kelas-kelas latihan Tai Chi, meditasi Yoga dan Zen Buddhisme, dan secara berkala merayakan dengan tarian suci dan meditasi pada bulan baru dan melakukan meditasi untuk kesembuhan planet bumi pada bulan purnama. Beberapa praktek lain termasuk kesembuhan kebatinan, meditasi, hikmat purba, misteri bumi, parapsikologi, futurisme, filsafat isoteris, dan konser musik Zaman Baru juga dilakukan. Pendeta yang sama juga mengaku mengajarkan "penyatuan diri dan mempercayai suara batin" melalui "kesadaran diri":

Setiap orang membutuhkan bimbingan. Namun satu-satunya bimbingan yang benar datang dari dalam batin sendiri, yang tahu pelajaran dan tapak yang kita butuhkan.950

Contoh lain yang terlihat mencolok adalah pertemuan okumenis "Reimagining" yang diadakan bulan Nopember 1993 di Minneapolis, Amerika Serikat. Dari berita berikut kita dapat melihat kemana larinya gerakan yang berlabelkan pertemuan Oikumenis itu mengarah.

Berlandaskan teologia feminisme, para peserta seminar mencari agama-agama pantheistik dan kesesatan gnostik untuk membayangkan kembali (reimagine) tuhan dan jalan keselamatan yang baru. Para hadirin memberkati, bersyukur, dan memuja Sophia sebagai tuhan.951

Pertemuan itu bukan cuma pembahasan teologis soal tuhan 'Sophia' tetapi bahkan melecehkan Tuhan Yesus dan Alkitab dan dalam pertemuan tersebut tuhan sophia dirayakan dengan perayaan patung binatang buas (beast). Beberapa pernyataan yang sarat mitos pantheisme keluar dari konperensi oikumenis tersebut adalah:

Saya pikir kita tidak membutuhkan orang-orang digantung di atas salib dan darah dicurahkan dan cerita penebusan yang mengerikan... kalau kita tidak dapat membayangkan Yesus seperti pohon, sungai, dan hujan, kita akan mati bersama Perjamuan Kudus diadakan dalam pertemuan tersebut dengan pemimpin yang berkata "Sophia, kami merayakan gizi susu dan madumu" dengan ajakan untuk hadir dalam "meja perjamuan ciptaan".952

Dalam pertemuan yang sama Profesor Chung Hyun Kyung dari Korea mengajak peserta mengolah dan memanfaatkan energi ilahi menggunakan tehnik-tehnik Gerakan Zaman Baru.

Pertemuan itu menimbulkan kritik termasuk dari beberapa tokoh gereja-gereja yang tergolong bercorak ekumenis seperti gereja Presbyterian dan Methodist, dan menganggapnya sebagai sudah 'terlalu jauh' bergeser dari amanat yang harus dibawakan oleh gereja Tuhan.

Prinsipnya sinkretisme yang terakhir ini sudah menjurus pada pembentukan agama baru Universalisme yang beranggapan bahwa semua tokoh-tokoh agama adalah para avatar yang sama-sama menjadi penghubung dengan dunia ilahi dan semua agama akan menuju pada satu agama yang menyembah tuhan yang Satu itu. Tuhan Yesus Kristus bukan lagi dianggap sebagai satu-satunya jalan tetapi hanya sebagai Salah satu jalan saja.

 PENUTUP

Dari beberapa contoh di atas kita dapat melihat dengan jelas bahwa sepanjang sejarah gereja Sinkretisme selalu menyerang keyakinan Injili dan banyak orang terpengaruh Injil sinkretis demikian. menghadapi kenyataan demikian kita teringat akan perhatian rasul Paulus:

"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutar balikkan Injil Kristus." (Gal. 1:6-7).

Dibalik kenyataan sinkretisme yang telah menyerang tubuh Kristus itu pemeliharaan Tuhan atas umatnya yang tetap setia tetap terjadi sehingga masih banyak orang yang tetap mempunyai keyakinan akan Injil dan setia kepadanya seperti apa yang diakui oleh Paulus:

"Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:16-17).

Demikian juga kita perlu mendengarkan nasehat rasul Paulus demikian:

"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan." (Kol. 2:8,9)

Menghadapi kecenderungan yang sinkretistik dengan paham-paham filsafat menurut ajaran tradisi dan roh-roh dunia itu, dengan tegas rasul Paulus mengingatkan jemaat di Kolose dan sekarang juga tentu ada manfaatnya bagi kita agar kita tetap berpegang kepada Kristus:

"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kol. 2:6-7).



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA