Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 1 Tahun 1993 >  MENGENAL APOLOGETIKA KRISTEN KONTEMPORER > 
IMAN DALAM APOLOGETIKA 

Apologetika Kristen bukanlah pembelaan ilmiah akademik yang dingin dan mati. Kemampuan intelek semata bukanlah alat yang handal untuk membela kebenaran. Tujuan akhir apologetika Kristen adalah supaya semua makhluk dapat mengenal Allah, memahami kebenaran firmanNya dan menyerahkan hidup mereka kepadaNya. Dengan demikian tugas apologetika haruslah menyampaikan Injil yang membawa manusia ke dalam kehidupan bersama Allah.

Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa usaha berapologetik adalah tugas yang menuntut para pelakunya mempertaruhkan seluruh hidupnya di tangan Tuhan, suatu tugas kehidupan yang berjuang dalam iman. Apakah yang dimaksud dengan iman?

Menurut F. G. Healey, iman adalah "anugerah dan tanggung jawab." Sesungguhnya seseorang hanya dapat percaya bila imannya dibangun dan dibangkitkan oleh Roh Kudus dan pemberitaan firman Kristus (Rm 10:17). Baru mata rohaninya dicelikkan, sehingga ia menyadari serta menyesali dosanya dan datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Kepintaran saja ternyata tidak dapat membawa manusia kepada pengenalan akan kebenaran, melainkan hanya iman sebagai respons kita akan anugerah Allah. Dan iman itu harus dapat dipertanggungjawabkan kapanpun diminta.

Menurut James I. Packer, iman adalah "pengakuan dan pengabdian." Seseorang yang menyatakan dirinya beriman harus mau, rela dan berani mengakui Kristus sebagai Raja dalam hidupnya. Tetapi iman tidak hanya berhenti sebatas pengakuan. Iman itu disempurnakan di dalam pengabdian. Orang beriman adalah orang yang mengabdikan kehidupan dan pelayanannya kepada Allah dan manusia.

Menurut Hudson Taylor, iman adalah "berpegang teguh pada kesetiaan Allah." Orang beriman, sekalipun mengalami berbagai masalah dan tekanan yang amat berat dalam hidupnya, namun pengharapannya tidak goncang. Rahasia kekuatannya ialah selalu berpegang pada kesetiaan Tuhan, pada semua firmanNya, pada setiap janjiNya.

Alkitab mengajarkan, hanya mereka yang berimanlah yang dipakai Allah untuk mewujudkan rancangan damai sejahteraNya bagi dunia ini. Tokoh-tokoh iman seperti Abraham, Nuh, Petrus dan Paulus, sekalipun harus membayar harga yang amat mahal, mereka memiliki keberanian untuk mempertahankan kebenaran di tengah lingkungan yang rusak.

Secara agak khusus, kita perlu melihat teladan Yosua, pemimpin Israel yang menggantikan nabi Musa. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tampak sekali ketaatannya kepada otoritas Allah. Sikap itu ia pertahankan sejak awal kepemimpinannya sampai akhir hidupnya. Ketegaran imannya telah mendorong dia untuk mengajar bangsa Israel agar mereka selalu hidup berlandaskan firman Tuhan. Ia bahkan menantang mereka untuk memilih kepada siapakah mereka akan beribadah, kepada Allah Israel yang hidup dan telah menyatakan diriNya kepada nenek moyang mereka atau kepada allah bangsa Amori. Tetapi Yosua serta seisi rumahnya memilih untuk beribadah kepada Tuhan (Yos 24:15). Karena teladannya itu orang Israel tetap hidup beribadah kepada Tuhan sepanjang pemerintahannya. Sikap hidup Yosua dilandasi iman yang teguh kepada Tuhan, iman yang membuka mata rohaninya, yang membuatnya sadar bahwa Allah itu ada, nyata, hadir dan berkuasa. Kenyataan itulah yang membuatnya dapat menjelaskan keberadaan dan kuasa Allah secara sistematis dan rasional. Yosua telah melakukan apologetika dalam arti yang sebenar-benarnya dan sedalam-dalamnya.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA