Resource > Kemuliaan Salib > 
BAB VII. "LIHATLAH ANAK DOMBA ALLAH" 

(Joh 1:29)

Seorang penginjil Kristus menulis dari posnya yang terpencil di Asia Tengah: "Kami belajar disini untuk mendahulukan apa yang harus didahulukan dan dengan hati-hati tetapi tekun maju ke tujuan kami Dan saya kira kami memang harus berbuat demikian secara diam-diam pada lahirnya, agar supaya kami dapat berbuat apa yang ditugaskan Tuhan pada kami. Sekarang kami mempunyai kebebasan untuk mengadakan kesaksian bagi Kristus, tetapi setiap waktu kebebasan ini dapat dirampas dari kami oleh karena itu kami harus berhati-hati untuk mempergunakannya dengan baik." Apakah kita tidak boleh tanya, sebagai saksi bagi Kristus, apakah tujuan itu, apakah pokok dari amanat kita, kebenaran yang dapat disisikan dan harus kita pergunakan. Apakah pesan kita yang nyata, luhur, yang memikat masyarakat yang bukan Kristen? Apakah pesan ini tidak diungkapkan dalam kata-kata Yahya Pembaptis, pelopor dari suatu pembebasan baru bagi bangsa Israel? Suara yang berteriak di gurun pasir mempunyai suatu pesan: "Lihatlah Anak Domba Allah."

Kebebasan Yahya untuk mengadakan kesaksian bagi Kristus segera dirampas dari dia. Pedang yang kejam dari Herodes itu yang melaksanakannya; tetapi selama Yahya mempunyai kebebasan, dia mendahulukan apa yang harus didahulukan. Ini terjadi pada tahun kelima belas dari kekuasaan Kaisar Tiberius. Pontius Pilatus adalah gubernur dari Yudea, Herodes berkuasa di Galilea, Philipus dan Lusias mempunyai wilayah kerajaannya, Hanas dan Kayafas mengawasi pemujaan di Bait Allah dan pengorbanan sehari-hari. Dunia Romawi sedang berada dalam revolusi, dimana banyak terdapat sekte-sekte, partai-partai dan filsuf-filsuf, tetapi tidak membayangkan adanya harapan. Oleh karena itu firman Allah datang pada Yahya dipadang pasir, dan apa yang dia dengar, dia teriakan: "Lihatlah Anak Domba Allah."

Kata-kata, Anak Domba Allah, sebagai gelar dari Juruselamat kita, dua kali terdapat dalam Injil Yahya dan sekali dalam Surat Petrus yang pertama. Tetapi Yahya memakai gelar yang sama, sekalipun kata anak domba dipakai dalam bentuk kata pengecil (seekor anak domba kecil) dalam Wahyu, tidak kurang dari duapuluh delapan kali. Dengan mempelajari pasal-pasal ini kita dapat memahami betapa besar arti gelar ini. Dalam kesaksian Yahya Pembaptis inilah pertama kalinya Yesus disebut dalam kata-kata ini: "Pada keesokan harinya Yahya melihat Yesus datang kepadanya, dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang memikul dosa dunia." Hari berikutnya lagi di Betania di seberang sungai Jordan, Yahya berdiri dengan dua muridnya. "Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah!(Joh 1:29,36)

Petrus tidak memakai gelar ini dengan langsung, tetapi ketika dia bicara tentang penebusan kita dari dosa dia mengatakan, bahwa penebusan itu bukan dilakukan "dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba tak bernoda dan tak bercacat."(1Pet 1:19)

Dalam wahyu Yahya di Patmos tiba-tiba diperkenalkan pada kita "Singa dari suku Yehuda," yang juga adalah Anak Domba Allah. "Maka aku melihat ditengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan ditengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih." Keempat makhluk dan keduapuluh empat tua-tua itu bersujud dihadapan Anak Domba ini den menjanjikan suatu nyanyian yang diikuti oleh beribu-ribu laksa katanya dengan suara nyaring. "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Segala makhluk turut bersahut-sahutan menyambut kemuliaan Anak Domba itu(Wahy 5:5-6,8,12)

Kemudian kita membaca, bahwa Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh materai dan penghukuman Allah menyusul cepat berturut-turut sampai orang-orang menjerit-jerit ketakutan, meminta kepada gunung-gunung untuk menimpa mereka dan sembunyikan mereka "terhadap murka Anak Domba itu." Tetapi mereka yang telah ditebus, dalam jumlah yang tak terhitung, berdiri di depan takhta dan dihadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan menyanyi memuja namaNya; sebab "Anak Domba yang ditengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan ... Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.(Wahy 6:16; 7:10,17)

Sejurus kemudian kita membaca bagaimana mereka memperoleh kemenangan melawan pendakwa saudara-saudara kita "oleh darah Anak Domba" itu dan karena nama-nama mereka tertulis "didalam kitab kehidupan dari Anak Domba" itu. Kita melihat lagi Anak Domba itu "berdiri di bukit Sion" dan mereka yang tidak najis mengikutiNya, karena mereka adalah "korban-korban sulung" antara manusia "bagi Anak Domba". Tetapi mereka yang menyembah binatang-binatang disiksa "di depan mata Anak Domba" itu juga. Yang menang menjanjikan "nyanyian Anak Domba" itu, tetapi yang durhaka "berperang melawan Anak Domba" yang "mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuhan diatas segala tuan dan Raja diatas segala raja."(Wahy 12:11; 13:8; 14:1,4,10; 15:3; 17:14)

Sesudah itu kita dengar suara orang banyak di surga menyanyikan "Haleluyah!" karena "hari perkawinan Anak Domba telah tiba." "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba" itu. Dalam babe terakhir segala kemuliaan diberikan kepada Anak Domba Allah, yang mengangkat, dosa dunia. Kota suci itu adalah "mempelai Anak Domba"; rasul-rasul itu adalah "keduabelas rasul Anak Domba"; Anak Domba itu adalah "Bait Suci" kota itu; dan "Anak Domba itu adalah lampunya." Tidak ada yang dapat masuk kedalamnya kecuali "mereka yang namanya tertulis didalam kitab kehidupan Anak Domba itu." "Sungai air kehidupan ... mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu," sebab takhta Allah adalah takhta Anak Domba itu, "mereka akan melihat wajahNya dan namaNya (nama Yesus) akan tertulis di dahi mereka." "Engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.(Wahy 19:6-7,9; 21:9,14,22-23,27; 22:1-4; Mat 1:21)

Siapakah yang dapat menolak bukti-bukti yang bertumpuk-tumpuk dari pasal-pasal ini, bahwa Yesus sebagai Anak Domba Allah adalah Juruselamat dari orang-orang yang berdosa, Penebus dunia, Raja Kemuliaan, Hakim Tertinggi, Penguasa dari bangsa-bangsa, satu dengan Allah Bapa, dalam hakekat hidupNya, tanda-tanda kekuasaanNya dan keagungan kerajaanNya.

Dan semuanya ini telah ada dalam kata-kata yang pertama kali dipergunakan Yahya Pembaptis di tepi sungai Jordan ketika dia melihat orang Nazaret yang tak berdosa itu, terhitung di antara orang-orang pendurhaka pada pembaptisanNya, tetapi dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan oleh suara dari surga; "Inilah AnakKu, kekasihKu, kepadaNyalah Aku berkenan.(Mat 3:17)

Yahya tentu tidak memakai kata-kata itu tanpa menyadari maknanya bagi mereka yang mendengar dia. Dia tidak bicara dalam teka teki, tetapi yang dia maksud adalah Messias yang diramalkan itu. Dan sangat besar kemungkinan yang dimaksud ialah Hamba Tuhan, dalam Yes 53, yang menanggung dosa kita semua dan sebagai anak domba dibawa ke pembantaian. Tentu kontras inilah, yang sangat dirasakannya antara dia (Yahya Pembaptis) dan Yesus, diantara segala pengangkatan Messias dalam Perjanjian Lama, membuat dia memilih ini: "Anak Domba Allah yang memikul dosa dunia." Adalah menarik bahwa gelar Anak Domba yang dipakai untuk memperkenalkan Yesus untuk pertama kalinya adalah gelar dengan mana Juruselamat disebut dalam Wahyu.

Itu adalah selaras dengan ajaran Kristus sendiri; yakni bahwa; Dia datang untuk "memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang," dan "seperti Musa meninggikan ular dipadang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan" keatas kayu salib untuk penebusan kita(Mat 20:28; Joh 3:14)

Tidak ada nama Kristus yang lebih sering ditemukan dan diulangi dalam liturgi dari Gereja-gereja:

"Ya, Anak Domba Allah: yang memikul dosa dunia Berikanlah damaiMu kepada kami.

"Ya, Anak Domba Allah: yang memikul dosa dunia Kasihanilah kami."

Yahya Pembaptis memusatkan perhatian pada pribadi Kristus. "Lihatlah!" Yahya memakai bentuk kata tunggal, sekalipun banyak yang hadir, Kita masing-masing perlu memandang kepada Yesus Kristus secara pribadi untuk penghapusan kesalahan kita, sekalipun Dia memikul dosa dunia, "Ia adalah perdamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.(1Yoh 2:2)

Yesus dari Nazaret tidak mempunyai pakaian kerajaan atau mahkota kerajaan. Dia adalah anak seorang tukang kayu. Tetapi, Yahya melihat padaNya kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran. Dia adalah Anak Domba Allah. Ini menunjukkan bentuk asal dan milik. Allah mengirim AnakNya dan Allah mengasihiNya. Dalam pengorbanan ini bukanlah orang yang memberi korban; Allah-lah yang memberikan milikNya sendiri, yang paling baik.

"Lihatlah manusia itu!" kata Pilatus sambil menunjuk kepada Yesus yang dimahkotai dengan duri-duri, dan bilur-bilur dari deraan yang ditutupi dengan pakaian merah lembayung, "Lihatlah Anak Domba Allah" kata Yahya mengenai Yesus sehabis pembaptisanNya dan pada permulaan pekerjaanNya. Lihatlah manusia itu, yaitu Anak Domba Allah!

Dunia telah melihat Dia sejak saat itu; sebab dia memenuhi ufuk dari sejarah. Dia tak dapat disembunyikan, Tetapi orang-orang menatap padaNya dan memalingkan mukanya, atau menatap padaNya dan mengikutiNya sampai akhir.

Dengan pandangan yang mendalam Studdert Kennedy melukiskan Yesus sebagaimana Dia nampak pada dunia modern: "Dia nampak hina dengan jembel-jembel Gereja berpakaian rombengan yang meneriakkan Hosana pada hari Minggu dan tari dari Taman Getsemane pada hari Jumat; yang menyanggah seperti Petrus dan kemudian menyangkalNya, yang mempertengkarkan siapa yang akan paling terbesar, dan menyangka bahwa adalah berlebih-lebihan untuk mencuci kaki-kaki yang capek, dengan gerombolan pendeta-pendeta malang, orang-orang gila hina seperti aku, yang mengabarkan Injil dan tidak dapat hidup sesuai dengan Injil itu, yang mencoba memberi kasih, tetapi bersikap ramah tamah pun tidak bisa Dia selalu ditertawakan, tidak beda dengan Kristus yang duduk dengan selembar kain kuda merah pada punggungNya yang berdarah itu, dan sebuah mahkota duri yang diletakkan miring diatas kepalaNya, dengan tongkat tiruan di tanganNya dan ludah seorang prajurit bergelinding di mukaNya, Kristus itu juga. Tetapi aku takut padaNya, seperti saya percaya, bahwa manusia modern dalam lubuk hatinya takut padaNya. Dia mencemaskan, melemahkan. Dia menghisap kepercayaan pada diri sendiri dan memusnahkan keangkuhan. Dia membuat orang ingin berlutut dihadapanNya, tapi orang kuat seharusnya jangan berbuat demikian, kecuali terhadap Yang Maha Kuasa."

Kristus adalah Anak Domba yang disediakan Allah sebagai perdamaian dan korban dosa. Dalam Yesus Kristus sebagaimana Surat kepada orang-orang Ibrani jelas mengajarkannya, kita melihat pemenuhan dari seluruh ajaran Perjanjian Lama mengenai darah yang menghapuskan dosa. Disinilah terdapat gambaran - lawan bagi semua hukum-hukum korban dan upacara-upacara kemanusiaan. Anak Domba Allah, yang merupakan keinginan semua bangsa.

Dengan menghadapkan satu sama lain perbedaan antara kemuliaan diatas gunung Sinai dengan pemberian hukum moral dengan kemuliaan yang lebih besar, yang tersedia bagi kita di Gunung Sion, penulis Surat kepada orang-orang Ibrani mencapai klimaks yang mengagumkan, "Kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di surga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan.{n10}

Bagaimanakah penumpahan darah memberikan pengampunan dosa? Apakah asal dari pengorbanan? Dari manakah datang sifat umumnya? Bukan hanya dalam agama kaum Semit, melainkan juga dalam upacara-upacara korban dari semua bangsa kita menemukan tiga gagasan asasi dalam perdamaian, yakni penggantian, kepuasan dan kecukupan. Hal ini juga terdapat pada pengorbanan Kristus diatas kayu salib. Kristus mati mengganti kita seperti domba itu menggantikan Ishak di Gunung Moria, Kematian Kristus memberi penebusan yang penuh bagi dosa, keadilan yang memuaskan, membeli pengampunan, lebih daripada darah pada ambang diatas pintu ketika malaikat maut membunuh anak-anak sulung bangsa Mesir. Kematian Kristus adalah cukup. Dia tidak mati lagi. Dengan persembahanNya yang satu diatas salib, Dia memberi pengorbanan yang penuh, sempurna dan cukup, persembahan dan penebusan penuh untuk dosa seluruh dunia.

Dalam karangannya yang menarik mengenai "Blood Covenant" (Perjanjian Darah), Trumbull memberikan suatu ikhtisar yang sangat baik mengenai ajaran Semitis dari masa permulaan, dengan banyak persamaan dari Perjanjian Lama, untuk menunjukkan, bahwa bagi orang-orang ini ,tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.(Ibr 9:22) Untuk dapat memahami apa yang dimaksud Yahya ketika dia menyebut Yesus Anak Domba Allah, kita harus membaca nas-nas dari Perjanjian Lama yang ada pada dasar semua pikiran dari Perjanjian Baru.

Untuk mengambil suatu contoh saya dari wilayah luas dari pemikiran agama Semitis ini, kita melihat dalam agama Islam suatu kebiasaan primitif, yang disetujui oleh Mohammad dan disebut "korban Aqipa". Ini boleh dikatakan hampir umum dari Marokko ke Tiongkok dan didasarkan atas tradisi ortodoks. Kita membaca dalam hadits, bahwa Mohammad mengadakan korban Aqipa bukan hanya untuk kedua cucunya laki-laki, Hasan dan Husain, melainkan juga untuk dia sendiri (Aqqa'an nafsihi). Doa yang masa ini dipergunakan dalam persembahan korban anak domba atau anak kambing yang diberikan bagi bayi yang berumur tujuh hari berbunyi:"

Ya Allah, inilah korban Aqipa dari anakku si Anu, darahnya untuk darahnya, dagingnya untuk dagingnya, tulangnya untuk tulangnya, kulitnya untuk kulitnya, rambutnya untuk rambutnya. Ya Allah, buatlah menjadi penebusan anakku dari Neraka, sebab sungguh aku telah menunjukkan mukaku padaNya yang menciptakan langit dan bumi, sebagai seorang yang sungguh-sungguh percaya. Dan aku tidak termasuk orang-orang yang menyamakan dirinya dengan Allah. Sungguh, aku tujukan doaku dan korbanku, nyawaku dan kematianku kepada Allah Tuhan dari segala Dunia, yang tidak mempunyai sekutu dan dengan demikian aku diperintah dan aku termasuk golongan Islam."

Dikalangan orang-orang Islam, sebagaimana halnya dengan anak Domba Paska, sepotong tulangpun dari korban itu tidak boleh dipatahkan! Yahyalah yang menunjukkan pada bagian ini dalam pemenuhan; ramalan pada masa penyaliban (Joh 19:36), sebab dia melihat lagi di Golgota "Anak Domba Allah yang memikul dosa dunia."

Berita baik itu tercakup dalam kalimat pendek itu. Kematian Kristus, keharusannya, sifat sejarahnya, kesimpulannya, hasil-hasilnya; sifatnya yang menimbulkan belas kasihan, kekuasaannya, semuanya ini dipaparkan dalam Injil. Ketika orang yang mencari Tuhan datang ke salib itu dan melihat Yang Disalibkan itu, maka ia mendapat jawaban atas segala persoalan hidupnya.

Rasul-rasul tidak pernah memisahkan pendamaian dari salib dan darah Yesus Kristus. Bila kita berbuat demikian (dan memang banyak yang berbuat demikian pada waktu ini), dengan demikian kita membuang, jauh-jauh Perjanjian Baru. Keburukan dari banyak yang merasa lebih unggul dalam kerohaniannya pada masa ini ialah bahwa mereka, telah menyampingkan Perjanjian Lama dan beserta itu agama Kristen historis. Penyanggah-penyanggah yang ekstrim, orang-orang yang hidup atas monisme kebatinan, agama rasionalis dan impressionisme spiritual, adalah orang-orang yang sengaja membuang Perjanjian Baru itu sebagai suatu keseluruhan, betapa tinggipun mereka menilai beberapa bagian sini sana.

Kalau orang-orang bicara tentang penyelamatan orde lama dari masyarakat atau perubahan hidup dari kerohanian menuju kesucian, tanpa salib itu, maka mereka mengajar harapan yang kosong. Kita bisa menjadi orang optimis apabila kita melihat tujuan Allah untuk memberi karunia kepada dunia terlaksana. Apabila kita menghadapi masa-masa baru dan kesempatan-kesempatan baru. Tetapi setelah Yahya datang mengumumkan pertobatan, waktu juga sudah dekat. Perubahan-perubahan revolusioner terjadi diseluruh kerajaan Romawi dan jemaat Yahudi Persiapan cukup banyak. Harapan sangat besar. Orde lama kehilangan akal. Tetapi Yahya datang dengan masa baru dengan mengumumkan penebusan yang baru "dari dosa "Lihatlah Anak Domba Allah yang memikul dosa dunia."

Yang kita ingini adalah penebusan orde lama, tetapi penebusan ini harus dilakukan dengan darah.

Salib Kristus adalah satu-satunya harapan dunia. Bahaya yang terus menerus kita hadapi ialah bahwa kita berteriak: Lihatlah kesempatan baru ini. Lihatlah cara-cara kita yang baru. Lihatlah persaudaraan insani kita dan lupa berteriak: Lihatlah Anak Domba Allah!

Ada sebuah lukisan yang menarik dari Kristus diatas kayu salib sebagai satu-satunya harapan bagi dunia. Lukisan ini dengan mengagumkan menggambarkan dalam warna-warna hidup sesuatu mengenai pengumuman dan pengaruh dari penebusan itu dengan cara yang tidak dapat dilupakan. Cerita lukisan itu adalah sebagai berikut Bloter Heroni, yang menjadi ketua dari Pengadilan Campuran di Addis Abada, Ethiopia, mendapat pendidikannya di sebuah sekolah misi Swedia. Dia juga mempersiapkan suatu terjemahan dari Perjanjian Baru, kedalam bahasa Amahara dan dia menjadi seorang orang terkemuka selama Perang Dunia Pertama. Dia dikirim ke Paris mewakili Ethiopia pada waktu Perjanjian Perdamaian Versailles ditandatangani. Ketika dia merenung mengenai masa depan pendamaian dunia, timbullah pikiran padanya, bahwa ini hanya mungkin dengan pengorbanan Kristus, dan jiwanya melahirkan suatu gagasan untuk melukiskannya dalam suatu perlambang. Dia mencari seorang seniman Paris dan mengemukakan gagasan itu padanya. Hasilnya ialah lukisan termasyur yang menggambarkan Penyaliban, yang begitu aneh dalam konsepsinya, begitu riil dalam arti simboliknya, menarik dan mempesona dalam pesannya. Juruselamat digantung diatas kayu salib, yang berdiri diantara kedua belahan dunia Timur dan Barat, terhadap latar belakang langit berkabut mengerikan, Suatu lingkaran cahaya dari kemenangan yang akan datang telah ada diatas kepala yang bermahkotakan duri dari Penderita, yang memandang kebawah kepada kedua dunia untuk mana Dia mati. Tetesan darah dari tanganNya yang ditusuk itu mewarnai tiap benua dan pulau menjadi merah! Ini adalah penglihatan dari seluruh dunia yang ditebus dengan darah Kristus. Dibawah lukisan itu dapat dibaca dalam tiga bahasa: "KARENA DEMIKIANLAH ALLAH MENGASIHI ISI DUNIA INI, SEHINGGA DIKARUNIAKANNYA ANAKNYA YANG TUNGGAL ITU, SUPAYA BARANG SIAPA YANG PERCAYA AKAN DIA JANGAN BINASA, MELAINKAN BEROLEH HIDUP YANG KEKAL."



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA