Resource > Kemuliaan Salib > 
BAB III. "DAN MEREKA MENUTUPI MUKANYA" 

(Luk 22:64; Mr 14:65)

Dilihat dari segi sejarah, kesengsaraan Kristus sama sekali adalah termasuk masa silam, ,KematianNya adalah kematian terhadap dosa satu kali" dan sesudah itu tidak mati lagi; maut tidak lagi memegang kuasa atas diriNya(Rom 6:10) Tetapi secara rohaniah kesengsaraan Kristus tetap ada dan berulang-ulang terjadi. Kita menyalibkan Dia lagi. Yesus Kristus terus-menerus dikhianati, ditinggalkan, dimungkiri, ditudungi, diludahi, didera, diejek dan kemudian disalibkan.

Tiap peristiwa dalam kisah penderitaanNya mempunyai cirinya yang tersendiri. Dalam arti rohaniah kita berada disana ketika "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci.(1Kor 15:3)

"Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuliNya. Mereka menutupi mukaNya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia menutupi mukaNya dan meninjuNya sambil berkata kepadaNya: Hai nabi, cobalah terka! Malah para pengawalpun memukul Dia.(Luk 22:63-64; Mr 14:65)

Hal ini terjadi di halaman istana Kayafas, pagi-pagi benar sebelum fajar menyingsing. Sinar bulan purnama menerangi tempat kejadian itu dan nyala api unggun yang dikobarkan memancarkan sinar dan bayangannya atas halaman itu. Dengan mukaNya ditutupi Yesus duduk ditengah-tengah sekumpulan orang yang tanpa alasan membenciNya. Pelayan-pelayan dari Majelis Besar, orang-orang bayaran dari Imam Besar; dan mungkin semua mereka adalah orang-orang Yahudi yang sebangsa dengan Tuhan Yesus. Ada yang mengenal Dia dan pernah mendengar kata-kata yang diucapkanNya. Mereka telah menyaksikan keajaiban-keajaiban yang dibuatNya.

Di taman Getsemane mereka berkisut melihat pandanganNya. Sekarang mereka menutupi mukaNya dan mengejekNya. Kegelapan apakah yang menguasai hati-hati yang dapat berbuat seperti ini dan tahan melihatnya! Betapa matinya perasaan terhadap kasih dan kebenaran; dan kebutaan apa yang membuatnya tidak melihat keindahan kesucian; dan betapa jahatnya pikiran dan keringnya hati nurani! Dan ini mereka lakukan terhadap Yesus dari Nazaret, yang pernah membuka mata seorang yang lahir buta di Yerusalem.

Mereka menutupi mukaNya. Apakah Malkus ada diantara mereka? Apakah Kayafas turut? Apakah Petrus melihat sesuatu sebelum dia keluar dan menangis sedih? Kemudian dia menulis tentang malam buruk itu ketika dia berdiri dan memanaskan dirinya -- tetapi jiwanya menggigil -- dekat api: "Kristuspun telah menderita ... tidak ada tipu dalam mulutNya. Ketika Ia dinista, Ia tidak membalas dengan menista; Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil ... oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.(1Pet 2:21-24) Ya, Petrus tentu melihatnya, paling sedikitnya dari jauh. Rasa malu dan kesakitannya mendera hatinya. Pandangan terakhir dari Kristus sebelum mataNya ditudungi diarahkan kepada Petrus, yang juga menyangkal Dia di depan pelayan-pelayan ini.

Betapapun ringkasnya kesaksian ini, kita dapat membaca diantara baris-barisnya sifat pengecut, kekejaman dan kebodohan dari kebencian mereka terhadap Juruselamat itu. Kenapa timbul pikiran pada mereka untuk menutupi mata Yesus? Bukankah karena mataNya penuh dengan keheranan suci akan ketidakpercayaan mereka, mata yang penuh belas kasihan akan kebodohan mereka tetapi juga berkilat dengan sinar yang mendera hati nurani mereka seperti nyala api? Mereka tak tahan melihatNya dengan berhadapan muka, maka seperti Markus bilang, ketika beberapa orang mulai "meludahi Dia" yang lain "menutupi mukaNya dan memukulNya."

Kekecutan hati mereka hanya dapat diimbangi oleh kebencian mereka. Mereka memukul Dia. Mereka mengejekNya. "Dan banyak hujat yang diucapkan mereka kepadaNya." Dan kebencian mereka adalah tidak pantas, "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?(Mr 14:65; Luk 22:64-65) Bukanlah perseorangan yang memukul Dia, melainkan bangsa itu; umat manusia seluruhnya.

Segala kekecutan hati dari pendurhakaan dan ketidakpercayaan yang berabad-abad itu dilambangkan oleh peristiwa ini. Ada orang yang selalu takut dan oleh karena itu tidak rela untuk berhadapan muka dengan Kristus. Orang mencoba mengelakkan Yesus dalam sejarah dengan mengatakan, bahwa cerita itu adalah dongengan; atau mereka tidak mau berhadapan muka dengan Dia. Betapa banyaknya sejarah-sejarah, populer dan buku-buku pelajaran menutupi muka Yesus dengan memakai sesuatu ayat sebagai dalih yang sama sekali tidak menyingkapkan sejarah hidup Yesus Kristus yang sebenarnya.

Ketidakpercayaan menudungi Alkitab dengan menutupi sampulnya dan dengan demikian merintangi amanatnya mencapai dunia kanak-kanak atau dengan membiarkannya letak saja di rak buku, sebuah buku klasik yang menjadi buah bibir tiap orang, tetapi yang tak pernah dibaca orang. Orang-orang menutupi muka Yesus diatas mimbar atau dalam pers dan kemudian mengejek jasaNya sebagai nabi dan kemuliaanNya sebagai Messias. Kalau pendurhakaan dan kemurtadan menutupi muka Juruselamat, maka mereka menampar mukaNya. Valtaire, Nietzskhe, Rennan, Bebel, Paine; Ingersoll dan yang lain-lain yang sependapat dan sejiwa dengan mereka, semuanya menutupi muka Yesus dulu sebelum mereka mengingkari ketuhananNya; menyembunyikan mukaNya sebelum mereka mendera kemuliaanNya.

Adalah menyakitkan untuk membaca dalam Injil mengenai Kristus yang mukaNya ditutupi ini, namun terutama mengenai cara orang-orang menutupi mukaNya berulang-ulang selama sembilan belas abad dan kemudian mengejekNya. Dendam dari ketidakpercayaan sama jelasnya sekarang dengan dulu dalam ruangan pengadilan Kayafas. Orang-orang tidak dapat membiarkan Kristus tenang. MukaNya memikat perhatian. MataNya adalah nyala api. Dia menarik atau membuat orang jijik. Dulu Dia berbuat demikian dan sekarang pun juga.

Didapan mata Yesus kubuka kehidupanku dan isi hati yang keruh -- Didapan mata Yesus.

Didapan mata Yesus yang suci b'laka apinya, kulihat caya sayangNya, -- Didapan mata Yesus.

Nyanyian Rohani 136

Orang-orang percaya dari Perjanjian Lama ingin melihat kemuliaan Allah pada muka yang diurapi. Inilah doa Musa, harapan Daud dan keinginan Yesaya. "Berapa lama lagi Kau sembunyikan wajahMu terhadap aku?" "Buatlah wajahMu bercahaya atas hambaMu." "Jangan sembunyikan wajahMu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur." Ketika Yesaya melihat kemuliaanNya dan menulis tentang penderitaanNya, dia meramalkan tragedi dari hari yang sangat buruk ini. "Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Mukaku tidaklah kusembunyikan terhadap noda dan ludah." "Penuh kesedihan dan kenyang akan kesakitan; seperti seorang yang terhadapnya orang sembunyi muka dia dihina." "Kesalahanmulah yang merupakan pemisah antara kamu dan Allah, dan dosamulah yang membuat Dia sembunyi muka terhadap kamu." "Dan mereka menutupi mukaNya." "Siapakah yang buta selain dari hambaKu?(Mazm 13:1; 31:16; 143:7; Yes 50:6; 53:3; 59:2; Luk 22:64; Yes 42:19) Dengan demikian mungkin ramalan Yesaya itu terwujud.

Kalau kita merenungkan kata-kata seperti ini, maka mulailah kita sadari apa artinya bagi Tuhan Yesus kalau mukaNya ditutupi dan dengan demikian mengalami pada diriNya dan dalam diriNya segala kebodohan dan kebutaan dari ketidakpercayaan yang disengaja terhadap Allah dan utusan-utusanNya. Ini bukan sesuatu yang baru. Sepanjang zaman orang-orang selalu menuntut bukti dari mereka yang membuat kesaksian bagi Allah. Apakah keajaiban-keajaibanNya, tanda-tanda apa yang diberikanNya? Kapankah ramalan-ramalanNya dipenuhi?

Mereka yang memalingkan mukanya dari Kristus atau menutupi mukaNya tetap tidak percaya dan tetap tidak menyadari dosanya. Pelayan-pelayan Imam Besar tidak melihat apa-apa. Tetapi Petrus didera dalam hati nuraninya dengan satu pandangan saja. Dia dapat menyesal karena dia tidak menutupi muka. Yesus. Dan demikianlah selalu halnya.

Maka kita tidak usah heran, kalau orang menutupi muka Juruselamat kita, memukulNya atau menghinaNya di muka umum sekarang.

Tiap agama baru atau falsafah yang menjauhkan orang dari Injil hanya berhasil dengan menutupi muka Kristus. Mereka yang melihat mataNya tidak memerlukan cahaya lain. Mereka yang telah melihat mukaNya tidak mengikuti pemimpin lain. "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka dia tertutup pada mereka, yang akan binasa; yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: Dari dalam gelap akan terbit terang! Ia juga yang membuat terangNya bercahaya didalam hati kita, supaya kita beroleh terang pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.(2Kor 4:3)

Mereka yang jalan dalam gelap dengan mata hati yang buta sering mematikan sendiri lampu dengan lebih dulu menutupi muka Kristus dari Allah, Kekuasaan Iblis merintangi melihat kemuliaan Juruselamat kita. Semangat zaman yang mencakup pendapat-pendapat yang berubah-ubah, pepatah-pepatah duniawi, renungan lihay, ilham yang tak murni dan maksud untuk menciptakan suatu suasana kesangsian dan ketidakpercayaan dalam mana segala kepercayaan dicekik. Kebutaan mendahului ketidakpercayaan dan merupakan sebabnya. Kebutaan itu dilaksanakan dengan menutupi Injil, dengan menggelapkan firman yang jelas dari Allah, dan dengan menutup mata kita terhadap kebenaran.

"Aku datang," kata Tuhan Yesus, "kedalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.(Joh 9:39)

Lihatlah lagi gambar yang mengibakan hati dari Kristus yang diselubungi itu ditengah-tengah gerombolan bajingan dari Majelis Besar itu. Tataplah muka itu, diterangi sinar matahari pagi - berdarah, dipukuli, diselubungi, "Pandanglah wajah orang yang Kau urapi,(Mazm 84:9) kata penulis Mazmur dan disini kita melihat wajah itu sebagai gambar sejati dari Juruselamat yang sedang menderita itu.

"Lihatlah manusia itu!" Diikat, penat, luka memar, dihina, tetapi tetap diam dengan ketenangan kasih yang menderita. "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" kita pasti harus mendapat jawabannya dalam hati nurani kita sendiri."

Kristuspun telah menderita" untuk kita, bukan hanya untuk menebus kita dari dosa dan membebaskan kita dari laknatnya, tetapi Dia menderita "dan telah meninggalkan teladan" bagi kita, supaya kita mengikuti jejakNya(1Pet 2:21) Dalam tiap peristiwa dari kesengsaraan itu Pemikul Salib itu berseru dalam telinga kita: "Ikutlah Aku. Hiduplah dengan penuh keberanian, berbahaya, lengkap, tanpa puas-puas. Terimalah lumpur dan lendir, terik panas dan kemelaratan penuduh-penuduhmu. Tahanlah penderitaan dan beranilah demi Aku dan demi Injil, Janganlah tolak untuk minum bersama Aku dari cawan kegagalan yang sering lebih pahit daripada cawan kematian --- kesakitan ejekan yang mendahului kesengsaraan salib."

Kalau kita ingat ruangan pengadilan dan Kristus yang diselubungi itu yang menanggung bantahan yang bebat dari orang-orang berdosa terhadap diriNya, kita tidak akan bertambah lelah atau akan pingsan mendengar celaan atau nista.

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.(Mat 5:11-12)

Ini adalah kebahagiaan yang terakhir dan yang terbesar. Kebahagiaan mereka yang mengikuti Kristus sepanjang jalan sampai akhir.



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA