"Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala ... jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, ... sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu" (Luk 10:3,8,9).
Sungguh usaha membelah rambut dan menjaring angin apabila pada era globalisasi di mana kita tidak lagi dapat mengisolir diri dari pengaruh luar yang begitu majemuk atau bersembunyi di balik tembok-tembok denominasi yang kerdil, lalu berteriak-teriak sampai suara kita menjadi parau untuk memisahkan dan mempertentangkan antara Injil yang Injili dari Injil yang sosial. Juga tidak ada banyak gunanya untuk memperdebatkan lagi tentang mana yang lebih penting dan harus didahulukan antara PI dan pelayanan.
Terhadap murid yang sudah mengikut Yesus ketika perahu mereka nyaris terbenam, Yesus tidak menghardik mereka yang kurang beriman dengan khotbah yang "Injili", sebaliknya Yesus bertindak untuk menolong mereka terlebih dahulu dari bahaya karam atau tenggelam, baru setelah mereka tertolong dan terselamatkan, Dia menyampaikan tegoran dan pengajaran (paling tidak itulah yang kita temukan dalam versi Mrk 4.38-41).
Apakah kita tersinggung apabila kita dipojokkan dengan ejekan orang yang mengatakan bahwa perut yang lapar atau tubuh yang kedinginan tidak akan dikenyangkan ataupun dihangatkan oleh khotbah betapapun Injili dan berapi-api sekalipun?
Mengapa Yakobus sampai menggoreskan penanya begitu keras ketika gereja Tuhan masih jauh lebih muda dan relatif lebih murni dari pada zaman kita?
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. ...Tetapi barang siapa meneliti hukum yang sempurna (baca: berusaha agar mengerti ajaran yang ortodoks, karena ortodoks memang sangat penting!), yaitu hukum (Injil) yang memerdekakan orang, dan ia bertekun didalamnya (memberlakukannya dengan tekun!), jadi bukan hanya mendengar (baca: belajar) untuk melupakannya (menutup mata, menutup hati dan pikiran), tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya ... Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia..." (Yak 1:22,25,27).
"Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman (Injili?), padahal ia tidak mempunyai perbuatan (Injili)? ... Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian atau kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yak 2:14-26).
Yakobus tidak mungkin keliru bukan? Apa yang dituliskannya pasti juga firman Allah bukan? Seandainya ada yang mempunyai reserve terhadap Yakobus karena dia memang salah seorang tokoh dari kelompok "Yudaisme", bagaimana kalau kita meminta salah seorang pahlawan iman yang selalu menekankan agar jangan ada Injil lain (yang menyesatkan) yang sebenarnya bukan Injil itu bersaksi tentang kehidupan orang yang sudah lahir kembali oleh anugerah Allah?
"Orang yang (dahulunya) mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan" (Ef 4:28).
Kalau seorang mantan pencuri saja diminta agar dia bekerja keras dan hasilnya bukan semata-mata hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga dia membagikan berkat bagi orang lain yang berkekurangan, bagaimana mungkin kita masih dapat menutup mata dan telinga terhadap banyak orang yang terjepit dan terhimpit di sekitar kita - orang yang bermasalah dengan berbagai macam persoalan - tanpa berbuat apapun, masih berani berbicara, mengajar dan berkhotbah sebagai orang Kristen Injili? Payahnya lagi masih sempat dan berani menudingkan jari dan menghakimi orang lain yang mau menolong sesamanya!
Bukan kebetulan apabila Yohanes, yang dikenal dengan julukan Anak Guntur - yang begitu tersinggung dan marah sehingga meminta izin untuk menghukum orang-orang Samaria ketika mereka menolak Yesus (Luk 9:54), di hari tuanya juga menulis:
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran" (1Yoh 3:17,18).
"Jikalau seorang berkata; "Aku mengasihi Allah", dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya" (1Yoh 4:20,21).