Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 6 No. 1 Tahun 1991 >  GERAKAN ZAMAN BARU (NEW AGE MOVEMENT) > 
PERDUKUNAN KRISTEN? 

Kekristenan sebagai agama adikodrati/supranatural mempunyai kemiripan yang dekat dengan agama asli/suku dan perdukunan; keduanya mengakui adanya roh adikodrati di balik alam nyata materi ini, hanya dalam Kekristenan dipercayai adanya Roh Allah yang berpribadi dan pencipta, dan roh Iblis/kegelapan yang lebih rendah, berpribadi tetapi merusak. Manusia yang percaya kepada Kristus adalah satu-satunya makhluk ciptaan yang di dalamnya dikaruniakan Roh Kudus Tuhan.

Dalam perdukunan diakui dua macam roh alam yaitu roh yang jahat dan roh yang baik, yang keduanya dapat menguasai dan dikuasai oleh manusia. Perdukunan merupakan bisnis kuasa menguasai kekuatan roh alam/roh harus itu. Dan berbeda dengan kebatinan/mistik dan pengembangan pribadi di mana roh alam semesta itu hanya dianggap kekuatan (power) saja, dalam perdukunan roh alam itu dianggap makhluk harus yang mempunyai kekuatan. Karena kemiripan itulah maka kita perlu berhati-hati dalam melihat praktek-praktek Kekristenan dan perdukunan yang mempunyai kemiripan, karena keduanya memang sama-sama berhubungan dengan dua rohani.

Dalam Alkitab dengan jelas soal-soal perdukunan dilarang (Keluaran 22:18-20; Imamat 19:31-20:6,27; Ulangan 18:9-13; Yesaya 8:19-20) dan harus disingkirkan (I Samuel 28:3,9), bahkan Yesaya mengingatkan bahwa dosa perdukunan adalah dosa besar yang mendatangkan murka Allah (Yesaya 19:3-4). Tetapi, perlu disadari bahwa perdukunan tidak berada jauh dari kepercayaan kepada Tuhan, karena Saul tergoda pergi ke dukun di Endor setelah ia gagal berhubungan dengan Allah (I Samuel 28). Hal mana merupakan kesalahan Saul terbesar (I Tawarikh 10:13-14). Sejarah perdukunan berjalan terus, bahkan dalam Perjanjian Baru, praktek-praktek demikian masih sering terjadi sejalan dengan pemberitaan Injil. Di Samaria Petrus dan Yohanes berhadapan dengan Simon si Sihir (Kisah 8:4-25); Paulus di Siprus menghadapi Baryesus, tukang sihir dan nabi palsu (Kisah 13:4-12); di Filipi menghadapi perempuan tenung (Kisah 16:16-18), dan di Efesus menghadapi tukang jampi Yahudi (Kisah 19:13-20).

Dari pengalaman Petrus dan Paulus, kelihatannya ada kemiripan antara gejala mujizat karismatis dan mujizat perdukunan. Simon (Kisah 8) melihat mujizat yang ditunjukkan oleh Petrus sama dengan mujizatnya, hanya lebih berkuasa, karena itu ia percaya. Tetapi, karena motivasi hatinya belum lurus di hadapan Tuhan, ia disalahkan oleh Petrus dan Yohanes. Perempuan petenung (Kisah 16) bahkan menubuatkan pujian dan penyembahan sama seperti para pengikut Kristus, tetapi Paulus membentak roh petenung itu. Anak-anak Skewa (Kisah 19) juga melakukan pengusiran roh jahat dengan nama Tuhan Yesus, tetapi Roh Kudus tidak menyertai mereka. Baryesus tukang sihir juga disebut nabi palsu. Menjelang kedatangan Yesus kedua kali pendurhaka akan datang dengan tanda-tanda dan mujizat pula (II Tesalonika 2:1-12).

Dari fakta-fakta ini kita melihat bahwa sekalipun gejala tanda-tanda dan mujizat (signs and wonder) itu mirip, tetapi ternyata roh yang menyertainya berbeda dengan Roh yang menyertai para Rasul. Kalau begitu bagaimana kita dapat membedakan antara karya Roh Kudus dan karya roh alam itu?

Dalam Matius 7:15-23 Yesus mengingatkan kita akan adanya nabi-nabi palsu, sebab sekalipun mereka berseru dalam nama Tuhan dan melakukan nubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan, dan mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan juga, mereka ditolak dan dienyahkan karena mereka tidak melakukan kehendak Bapa. Dan untuk menguji roh-roh mereka, Yesus menyuruh melihat buah-buahnya untuk mengenalnya. Yesus juga menubuatkan bahwa pada akhir zaman akan datang banyak nabi palsu yang memakai nama Yesus (Matius 24:3-14).

Bila kita melihat buah-buah para penyihir dan petenung yang disebutkan di atas jelas terlihat bahwa Simon menonjolkan nama sendiri dan mengkomersialkan mujizatnya demi memperkaya diri, demikian juga praktek hamba perempuan petenung juga mendatangkan keuntungan. Baryesus membengkokkan Injil, dan pendurhaka menyesatkan umat. Jalan dukun adalah melayani diri, tetapi jalan Tuhan adalah pengorbanan diri.

Dalam Perjanjian Lama nabi-nabi Tuhan sering menghadapi nabi-nabi palsu yang sama-sama mengatasnamakan Tuhan dan melakukan nubuatan dan mujizat, tetapi tidak disuruh Tuhan. Beberapa buah dari nabi palsu yang bisa kita lihat antara lain adalah sebagai berikut:

- Nubuat yang tergenapi tetapi nubuat itu menyesatkan manusia Bari ketaatan pada firman Tuhan (Ulangan 13:1-5)

- Nubuat yang tidak tergenapi (Ulangan 18:20-22)

- Nabi yang mengajarkan dusta (Yesaya 9:14)

- Nubuat dan ramalan rekaan hati mereka sendiri (Yeremia 5:31)

- Nubuat yang memberikan harapan sia-sia dan hiburan keselamatan, padahal seharusnya peringatan akan pertobatan (Yeremia 23:16-17)

- Bernubuat sesuka hati dan memberi pengharapan dan hiburan kosong "damai sejahtera", padahal seharusnya menghadapi hukuman Tuhan (Yehezkiel 13:1-16)

- Memberikan nubuat yang menghibur di tengah ketidakadilan dan ketimpangan sosial yang seharusnya diperbaiki (Yehezkiel 22:23-31)

- Bernubuat karena uang dan nubuatnya merupakan hiburan kosong (Mikha 3:5-12)

- Nabi-nabi yang ceroboh dan pengkhianat (Zefanya 3:4)

- Bernubuat dusta (Zakharia 13:1-6).

Banyak nubuat masa kini lebih menjurus pada nubuatan pribadi untuk memuaskan keingintahuan manusiawi, seperti, soal jodoh, pekerjaan, untuk memperoleh kekayaan, soal nasib dan kematian, dan hiburan-hiburan lainnya. Hal-hal seperti ini mirip dengan praktek perdukunan. Apa bedanya praktek-praktek karismatis tertentu seperti. motivasi yang salah untuk datang ke persekutuan dengan tujuan mencari berkat, kekayaan dan kesembuhan yang sekarang banyak diikuti jemaat, dengan praktek orang yang pergi ke Gunung Kawi dan ke dukun untuk mencari jodoh, berkat, harta dan kesembuhan pula?

Berkah apa saja boleh diminta, keselamatan, enteng jodoh, lancar rezeki ingin dapat anak atau harapan diwangsiti nomor kode buntut ("Gunung Kawi, si Gunung Hoki", Intisari, Maret 1991, 19).

Rasul Paulus mengatakan agar kita tidak memadamkan roh, tetapi "ujilah nubuat, dan peganglah yang baik" (I Tesalonika 5:19-21). Yesus berfirman bahwa akan banyak nabi palsu keluar di akhir zaman dengan mujizat-mujizat yang menyesatkan (Matius 24:11; Markus 13:21-23). Nubuat yang benar selalu menekankan tanggungjawab kita kepada Tuhan dan sesama kita, tetapi nubuat manusiawi lebih menekankan hal-hal yang diingini hati kedagingan. Nubuatan para nabi Tuhan dalam Perjanjian Lama maupun Baru bertemakan janji anugerah hidup yang kekal, ajakan untuk percaya, bertobat, dan ketaatan dalam melakukan kehendak Allah dalam kasih, kebenaran dan keadilan, tetapi nubuatan nabi-nabi palsu lebih mengarah pada hiburan, pengharapan daging, dan sukses duniawi.

Rasul Yohanes mengingatkan agar kita menguji setiap roh, dan Salah sate ciri roh nabi-nabi palsu yang mencolok adalah sifatnya yang berbicara hal-hal duniawi (I Yohanes 4:1-6). Rasul Paulus mengingatkan bahwa ada yang menjadikan ibadah sebagai sumber keuntungan, dan mengejar kekayaan yang dapat menjatuhkan diri kita ke dalam pencobaan (I Timotius 6:2b-10). Dalam "Pencobaan di Padang Gurun", dengan jelas Iblis menawarkan hal-hal duniawi, sedang Yesus mementingkan hal-hal surgawi yang rohani (Matius 4:1-11).

Dalam Perjanjian Lama pada saat nabi-nabi Tuhan menyuruh umat "bertobat dan taat, dan menghadapi penderitaan dan hukuman dengan iman dan syukur", para nabi palsu selalu mengajarkan "selamat-selamat". Demikian juga Yesus menubuatkan bahwa pada akhir zaman akan datang masa yang sukar dan umat Kristen akan mengalami penderitaan dan bahkan penganiayaan (Matius 24:3-14). Karena itu, kita perlu mempertanyakan kebenaran ajaran-ajaran yang menghibur umat dengan janji tentang berkat Tuhan, kekayaan, dan hidup senang sebagai tanda hidup Kristiani, sebab bila kita sudah dibiasakan dengan hiburan kosong berupa hidup senang kemudian datang penderitaan, bagaimana kita bisa bertahan?

Dalam Matius pasal 4 kita melihat bahwa Yesus menolak tawaran harta kekayaan duniawi yang ditawarkan Iblis. Dalam khotbahNya, Yesus mengatakan bahwa "Ada dua jalan, sempit dan lebar, dan banyak orang akan masuk ke jalan yang lebar" (Matius 7:12-14), dan "Barang siapa tidak memikul salibnya, tidak dapat menjadi muridKu" (Lukas 14:27). Berdasarkan terang Injil salib, kita dapat meraba di pihak manakah penginjil-penginjil yang mengajarkan berkat dan sukses duniawi itu berpihak?

Paulus menulis dalam suratnya kepada Timotius, bahwa:

Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.... Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.... Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.... Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang kepada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini.... Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (II Timotius 3:1-7).

Memang perdukunan merupakan praktek sejak kuno yang ingin menyenangkan hati manusia, dan inilah yang umumnya dicari manusia yang masih berhati kedagingan. Bila praktek-praktek semacam perdukunan demikian dimasukkan dalam Kekristenan, fakta sudah menunjukkan bahwa "penginjil-penginjil" demikian banyak diikuti oleh orang-orang. Tetapi, kita perlu sadar bahwa pengikut yang banyak tidak otomatis menunjukkan bahwa ajarannya benar sesuai dengan firman Allah.

Karena akan datang waktunya, orang tidak lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (II Timotius 4:3-4).

Berdasarkan hal-hal di atas, kita harus menguji pengajaran dan nubuatan yang kita dengar. Kita harus selektif untuk menguji nubuatan dan pengajaran demikian dengan kembali kepada Alkitab firman Allah. Alkitab adalah otoritas tertinggi dan alat penguji nubuat-nubuat (I Tesalonika 5:19-22; Kisah 17:11).



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA