Bila membicarakan kesembuhan ilahi di sini, yang penulis maksud adalah kesembuhan yang terjadi secara luar biasa, di luar ilmu pengobatan, baik kesembuhan itu diterima secara langsung dari Tuhan ataupun melalui doa orang lain.
Dalam pelayanan Yesus ketika Ia masih hidup di dunia ini kita bisa melihat betapa Ia banyak menyembuhkan orang. Bahkan ketika Ia mengutus keduabelas rasul-Nya untuk memberitakan tentang Kerajaan Sorga yang sudah dekat, Ia memerintahkan: "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan" (Matius 10:7-8a). Namun salahlah kita kalau berdasarkan ini kita lalu berpendapat bahwa menyembuhkan orang merupakan tujuan utama dari Tuhan Yesus, tujuan utama dari penginjilan pada zaman kita ini.
Tujuan utama dari Tuhan Yesus adalah mengajar dan memberitakan Injil. Kalau Ia banyak menyembuhkan orang, ini adalah karena Ia berbelas kasihan kepada mereka, dan juga menjadi tanda bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan itu. Menjawab pertanyaan Yohanes Pembaptis apakah Dialah Mesias itu? Yesus berkata: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu danger dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Matius 11:4-5). Mengapa Yesus menjawab dengan menunjuk kepada semua pekerjaan baik yang Ia lakukan itu? Karena Yohanes Pembaptis tahu dari nubuat nabi Yesaya bahwa itulah ciri-ciri dari Mesias (Yesaya 35: 5-6). Begitu juga Rasul Yohanes menyebut pekerjaan Yesus itu sebagai "tanda" (sign) (Yoh. 20:30), yaitu tanda bahwa Yesuslah Mesias, yang datang dari Allah. Seandainya Yesus datang hanya untuk menyembuhkan orang, Dia tidak akan menyingkir ke kota lain ketika orang banyak mencari Dia untuk minta disembuhkan (Markus 1:38), dan Ia juga tidak akan melarang orang kusta yang sudah Ia sembuhkan itu untuk menceritakan hal ini (Markus 1:44). Yesus juga tidak menyembuhkan semua orang. Dari antara sekian banyak orang yang sakit di serambi-serambi Betesda, hanya satu orang yang Ia sembuhkan (Yoh. 5:3-8), pengemis di Gerbang Indah harus menunggu Petrus dan Yohanes yang menyembuhkannya (Kis. 3:1-8).
Setelah Yesus naik ke Sorga, Roh Kudus dicurahkan ke atas murid-murid-Nya pada hari Pentakosta. Dan jadilah mereka saksi-saksi Kristus yang gagah berani, yang mengadakan banyak mujizat dan tanda (Kis 2:43; 5:12) dan Tuhan memang menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat (Kis. 14:3c). Jadi sekarang Roh Kudus yang bekerja selalu murid-murid Yesus untuk menunjukkan bahwa berita Injil itu benar.
Rasul Paulus juga berkata dalam 1 Korintus 12:7-11:
"Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya."
dan selanjutnya dalam 1 Korintus 12:28-30 ia berkata:
"Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?"
Dari ayat-ayat di atas kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
1. Roh Kudus memang memberikan karunia-karunia kepada manusia seperti yang dikehendaki-Nya. Jadi Roh Kudus yang berdaulat penuh. Ada tidaknya suatu karunia pada seseorang tidak menunjukkan ataupun menjamin taraf kerohaniannya; oleh karena itu tidaklah menjadi alasan untuk berbangga ataupun bersedih. Bahkan jemaat Korintus yang berlimpah-limpah dengan karunia Roh Kudus masih ditegur oleh Rasul Paulus sebagai "manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus" (I Kor. 3:1).
2. Tidak ada disebutkan bahwa Roh Kudus memberikan karunia-karunia itu hanya pada zaman Rasul-rasul saja. Oleh karena itu pendapat yang mengatakan bahwa pelayanan Roh Kudus dalam hal ini sudah berhenti, tidak berdasar dari Alkitab. Kalau kita mengakui bahwa karunia berkata-kata dengan hikmat, karunia iman, karunia untuk membeda-bedakan roh, karunia untuk melayani, karunia untuk memimpin, dst. masih tetap diberikan kepada Jemaat, mengapa kita harus mengecualikan karunia untuk menyembuhkan, karunia untuk mengadakan mujizat, karunia untuk berbahasa roh? Padahal semuanya disebutkan bersama-sama. Janganlah kita tertutup untuk pekerjaan Roh Kudus hanya karena kita tidak biasa atau karena logika manusia tidak dapat menerimanya, karena bukankah penolakan kita berarti kita memadamkan Roh dan kehidupan Gereja menjadi terancam juga?
3. Karunia-karunia itu diberikan Roh Kudus untuk kepentingan bersama, untuk pertumbuhan dan pembangunan Jemaat (1 Kor. 12:7; 14:5, 12); bukan untuk kesenangan atau kebanggaan perorangan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa dalam hal kesembuhan ilahi; terhadap orang di luar Kristus ia berfungsi sebagai tanda bahwa berita Injil itu benar dan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat; dan terhadap Jemaat ia berguna untuk membangun iman dan kerohanian mereka.
4. Karunia-karunia itu dibagikan: jadi tidak ada orang yang mempunyai semua karunia, dan juga bukan keharusan bahwa salah satu karunia harus dimiliki oleh semua orang. Sebagaimana tubuh itu membutuhkan banyak anggota dengan fungsi masing-masing, demikian juga Jemaat membutuhkan anggota-anggota yang bekerja sama dengan karunia masing-masing supaya ia dapat menjadi Tubuh Kristus yang sehat.
5. Ada karunia-karunia yang menarik perhatian, spektakuler, ada yang tidak. Namun semua karunia itu sama pentingnya (bnd. 1 Kor. 12:21-27).