Topik : Kepemimpinan

16 Maret 2003

Pelayan Bagi Semua

Nats : Barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu (Matius 20:27)
Bacaan : Matius 20:20-28

Robert K. Greenleaf, pendiri Greenleaf Center for Servant-Leadership [Pusat Greenleaf untuk Kepemimpinan yang Berdasarkan Pelayanan] di Indianapolis berkata, “Pemimpin yang besar mulanya terlihat sebagai pelayan, dan kenyataan sederhana itu adalah kunci dari kebesarannya.”

Dua ribu tahun yang lalu, Yesus mengajarkan kebenaran itu kepada para murid-Nya dan Dia pun memberi teladan akan hal itu. Sebagai Anak Allah, Dia telah diberi “segala kuasa di surga dan di bumi” (Matius 28:18). Namun, Dia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti dan menaati-Nya. Pola kepemimpinan-Nya sangat berbeda dengan apa yang kita lihat di dunia sekarang ini. Dia memimpin dengan melayani secara rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri.

Kepemimpinan menurut teladan Kristus berarti lebih mempedulikan kebutuhan sesama daripada kebutuhannya sendiri, menyenangkan mereka, menyemangati pertumbuhan rohani dan kedekatan mereka dengan Allah. Itu artinya, memperlakukan sesama sama seperti Allah memperlakukan kita. Pemimpin yang melayani akan membujuk dengan lembut dan penuh pertimbangan, bukannya menyuruh orang lain dengan kasar atau memberikan ultimatum. Ia tidak mendikte atau menuntut, tetapi sadar bahwa di hadapan Allah ia hanyalah pelayan yang melaksanakan tugas (Lukas 17:10).

Entah apa pun posisi kepemimpinan kita, kita tidak akan kehilangan harga diri kita apabila kita memberi diri kepada orang lain. Pelayanan yang lebih mementingkan orang lain adalah dasar dari kebesaran sejati --David Roper

13 Juli 2003

Menyingkirkan Pendeta

Nats : Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat (1Timotius 5:17)
Bacaan : 1Timotius 5:17-25

Seorang pemimpin kristiani bercerita tentang beberapa anggota jemaat yang datang kepadanya untuk meminta nasihat. Mereka ingin tahu cara menyingkirkan pendeta mereka. Pemimpin itu merasa bahwa orang-orang itu berlaku tidak adil, maka ia pun menyarankan hal-hal berikut:

Sesekali tataplah langsung mata pendeta Anda pada saat ia berkhotbah dan katakan "Amin!". Maka ia akan berkhotbah dengan sungguh-sungguh.

Tepuklah pundak pendeta Anda dan ungkapkan hal-hal baik yang ada dalam dirinya. Maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh.

Perbarui penyerahan diri Anda kepada Kristus dan tanyakanlah kepada pendeta Anda pelayanan apa yang dapat Anda lakukan. Ia akan sangat senang mendengarnya.

Ajaklah jemaat untuk berdoa baginya. Ia akan menjadi hebat sehingga gereja yang lebih besar akan mengambilnya dari Anda.

Jika pendeta Anda dengan setia mengajarkan firman Allah dan mencoba untuk menjadi teladan yang hidup, lakukanlah semua yang Anda mampu untuk mendukung dan meneguhkannya. Memang benar, tidak ada pendeta yang sempurna, dan kadang-kadang ia perlu mendapat teguran penuh kasih (1 Timotius 5:20). Namun, seorang pendeta memikul tanggung jawab besar (Ibrani 13:17), dan orang-orang yang setia kepada Allah layak mendapatkan hormat dan dukungan keuangan yang murah hati (1 Timotius 3:1; 5:17,18).

Jika diingat-ingat, kapan terakhir kali Anda berkata kepada pendeta Anda, "Saya sangat bersyukur atas Anda dan semua yang telah Anda lakukan bagi saya"? --Richard De Haan

29 Desember 2004

Tidak Cocok?

Nats : Hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati (1 Petrus 3:8)
Bacaan : 1 Petrus 3:8-17

Kutipan di majalah Sports Illustrated mengungkapkan kebenaran yang sering kita abaikan sebagai orang beriman: “Yang terpenting dalam menciptakan tim yang sukses bukan bagaimana para pemain saling cocok, melainkan bagaimana mereka menangani ketidakcocokan.” Bila kita tidak cocok dengan orang lain, kita tergoda mengabaikan dan menolaknya.

Allah memanggil kita untuk mengambil pendekatan yang berbeda: “Hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara- saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat” (1 Petrus 3:8,9).

Dalam buku My Utmost For His Highest, Oswald Chambers mengingatkan kita: “Dalam hidup rohani, berhati-hatilah supaya tidak berjalan menurut dorongan rasa suka. Setiap orang memiliki dorongan rasa suka yang natural; ada beberapa orang yang kita sukai, dan sebagian lain tidak. Kita tidak boleh membiarkan rasa suka dan tidak suka menentukan kehidupan kristiani kita. Jika kita ‘berjalan dalam terang’, karena Allah adalah terang, Allah akan memberi kita rahmat persekutuan dengan orang-orang yang tak kita sukai.”

Memiliki rasa suka dan tidak suka adalah wajar. Tetapi bila kita ingin memuliakan Tuhan melalui pola hubungan kita, belas kasih, cinta, kerendahan hati, dan kebaikan maka Allah menghendaki langkah- langkah adikodrati untuk menangani ketidakcocokan —David McCasland

10 September 2005

Menjadi Teladan

Nats : Gembalakanlah kawanan domba Allah ... [dengan] menjadi teladan bagi kawanan domba itu (1Petrus 5:2,3)
Bacaan : 1Tesalonika 1

Seorang induk cheetah membawa rusa muda yang masih hidup kepada anak-anaknya yang berusia lima bulan lalu melepaskannya. Setelah anak-anak cheetah itu melakukan beberapa penyerangan dan gagal, sang induk pun kemudian mengambil alih dan menunjukkan kepada mereka cara menangkap santapan malam.

Saya mengamati teknik yang sama, yang dipakai oleh petugas asuransi jiwa. Setelah ia menjelaskan berbagai manfaat sebuah polis, ia menceritakan betapa besar perlindungan yang ia dapatkan untuk keluarganya. Kata-katanya ini menimbulkan makna yang baru karena ia menunjukkan dengan memberi contoh bagaimana ia sendiri mengasuransikan keluarganya dengan benar.

Jika kita ingin mengajar orang lain seni mengenal Allah dan melayani-Nya, kita tidak dapat mengabaikan pentingnya dan kuasa teladan. Demikianlah Kristus dan para rasul-Nya mengomunikasikan pesan yang sama. Ketaatan mereka kepada Allah terlihat melalui istilah-istilah sehari-hari yang mudah dimengerti.

Kepemimpinan yang dilakukan dengan memberi teladan akan bersifat menular. Ketika Paulus menyebut orang-orang Tesalonika, yang telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan, ia berkata bahwa mereka juga telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya (1Tesalonika 1:6,7).

Kepemimpinan lebih dari sesuatu yang secara otomatis berjalan seiring status resmi seperti Ayah, Ibu, Pendeta, atau Guru. Orang-orang yang ingin memimpin serta menolong sesama harus menjadi teladan terlebih dahulu MRD

28 September 2005

Berjalan ke Lemari Sapu

Nats : Sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat (Titus 1:7)
Bacaan : Titus 1:5-16

Penulis dan pendeta Stuart Briscoe menulis tentang acara pemakaman seorang veteran perang, di mana rekan-rekan militernya bertugas dalam acara itu. Mereka meminta sang pendeta agar memimpin mereka ke peti mati untuk mengheningkan cipta. Kemudian mereka akan mengikuti sang pendeta keluar melalui pintu samping.

Rencana itu dilaksanakan sesuai dengan ketepatan militer. Tetapi ternyata sang pendeta justru memimpin mereka berjalan menuju lemari penyimpanan sapu. Akibatnya, para prajurit itu mundur dengan ganjil.

Pendeta tersebut tidak sengaja melakukan kesalahan, tetapi hal itu mengilustrasikan bahwa para pemimpin harus tahu ke mana mereka pergi. Ke mana pun pemimpin pergi, ke situlah pengikutnya berjalan mengikuti.

Paulus meninggalkan Titus di Pulau Kreta untuk bersaksi mengenai Yesus Kristus. Titus harus menunjuk beberapa pemimpin bagi sekumpulan jemaat yang baru bertumbuh. Selain mengkhotbahkan Injil, tak ada hal yang dilakukan Titus bagi jemaat di Kreta yang lebih penting selain menemukan pemimpin yang tepat bagi mereka.

Para pemimpin gereja harus memenuhi standar yang ditetapkan dalam Titus 1:6-9 dan membimbing orang lain menuju kedewasaan yang lebih tinggi dalam hubungan mereka dengan Kristus. Dan para pengikutnya harus dengan penuh kasih memercayai pemimpin rohani mereka untuk mencapai tujuan itu.

Entah Anda seorang pemimpin atau pengikut, ketahuilah ke mana Anda pergi. Jika tidak, maka Anda akan berakhir di tempat yang salah HWR

23 Januari 2006

Tuntunlah kepada Yesus

Nats : Jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi? (1Korintus 3:4)
Bacaan : 1Korintus 3:4-8

Setelah bekerja selama bertahun-tahun di majalah Sports Spectrum, saya telah mendengar banyak cerita tentang para atlet dan bantuan yang mereka terima dari mentor-mentor rohani mereka. Hubungan itu biasanya membantu, namun kadang kala sang atlet tampaknya tidak dituntun ke arah sumber kuasa ilahi yang sejati.

Saya mewawancarai banyak atlet yang memberi gambaran tentang hal ini. Saat saya berkata, "Ceritakanlah tentang iman Anda," mereka menjawab, "Pendeta kami benar-benar menolong kami. Kami tahu bahwa kami bisa datang kepadanya dengan masalah apa saja. Ia selalu ada untuk kami. Kami benar-benar percaya kepada sang pendeta."

Saya gembira karena sang pendeta ada untuk mereka, namun saya sedih karena nama Yesus tidak sering disebut. Sepertinya mereka memusatkan perhatian kepada penolong manusia dan mengabaikan Yesus, sumber kuasa mereka yang sejati.

Kita harus ingat untuk tidak membiarkan pengabdian kita kepada seorang pemimpin menggantikan pengabdian kita kepada Kristus. Paulus mengingatkan kita bahwa "yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang menumbuhkan" (1Korintus 3:7). Kerap kali, kita berfokus kepada sang pemimpin, dan bukannya meletakkan fokus kepada Dia yang diikuti oleh sang pemimpin.

Apakah Anda seorang pemimpin? Ajarkan orang lain untuk mengikuti Sang Juruselamat, bukan Anda, sang hamba. Apakah Anda seorang pengikut? Ikutlah hanya mereka yang menunjuk kepada Yesus bukan diri mereka sendiri --JDB

11 Oktober 2006

Hati yang Congkak

Nats : Raja Surga ... yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak (Daniel 4:37)
Bacaan : Daniel 4:28-37

Setelah diperingatkan oleh Daniel perihal kesombongannya, raja Babel, Nebukadnezar, menjadi gila. Tuhan baru memulihkan akal budinya setelah ia menghabiskan waktu tujuh tahun di padang dengan menganggap dirinya seekor binatang buas.

Nebukadnezar berubah dari orang sombong yang berkata, "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang ... untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Daniel 4:30) menjadi seorang pendoa rendah hati yang mengatakan, "Aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Surga" (ayat 37). Ia telah bertobat dari kesombongannya yang luar biasa.

Guru Alkitab, J. Vernon McGee mengungkapkan keprihatinannya terhadap kecongkakan dalam gereja saat ini. Ia menasihati para pemimpin gereja, "Jangan coba-coba membangun kecongkakan sedikit pun di tengah jemaat. Saya memulai dengan pandangan itu, dan saya menjadi lebih bahagia sesudahnya." Ia mendorong mereka untuk "membangun jiwa-jiwa umat" dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Ketika sebuah gereja mengerahkan tenaga yang tidak semestinya hanya untuk meningkatkan statistik, membangun gedung, dan memperjuangkan program gereja, kecongkakan dapat masuk dan kebutuhan umat Allah justru terlupakan.

Yesus tidak pernah melupakan pentingnya setiap individu. Dia menginvestasikan waktu untuk mengajar 12 murid-Nya (Markus 3:14). Paulus mengajar Timotius yang selanjutnya juga akan mengajar orang lain lagi (2Timotius 2:2). Kerajaan Allah bertumbuh apabila kita mencurahkan waktu untuk memerhatikan sesama -HDF

5 Mei 2008

Bersahabat Dengan-Nya

Nats : Kamu adalah sahabat-Ku (Yohanes 15:14)
Bacaan : Yohanes 15:11-15

Sahabat adalah orang yang kepadanya kita percaya. Dengan seorang sahabat kita dapat menceritakan semua kesesakan bahkan rahasia kita, sehingga kita beroleh kelegaan, ketenangan, dan kedamaian. Seorang sahabat bersedia memahami keadaan kita meski belum tentu selalu menyetujui pilihan-pilihan kita. Dengan sahabat, kita berani menjadi diri sendiri, tampil apa adanya tanpa perlu memakai polesan dan mengupayakan kesan tertentu.

Yesus berkata kepada kita, "Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (ayat 15). Semua yang penting dan perlu telah Dia bagikan kepada sahabat-sahabat-Nya. Wow, betapa terhormatnya kita, karena Yesus bersedia merendahkan diri dan memperlakukan kita sebagai sahabat-Nya. Bukan karena kita layak, melainkan karena Yesus melayakkan kita menjadi sahabat-Nya, sehingga Dia mau membagikan "rahasia"-Nya kepada kita, yakni segala sesuatu yang Dia ketahui dari Bapa-Nya. Bukan itu saja! Pada puncak pernyataan kasih-Nya, Dia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita, sahabat-sahabat-Nya (ayat 13).

Pertanyaannya, apakah kita juga menjadikan Yesus sahabat kita? Sungguhkah kita rela memercayakan semua rahasia kepada-Nya, dan memberi tahu Dia tentang semua yang kita lakukan dan pergumulkan? Lebih jauh lagi, apakah kita juga rela memberikan nyawa kita demi Dia, Sahabat kita? Bahwa Yesus adalah Sahabat kita, itu pasti. Bahwa kita adalah sahabat Yesus, itu yang harus dibuktikan -DKL

6 Agustus 2008

Pentingnya Rasa Sakit

Nats : Kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8)
Bacaan : Yohanes 16:7-15

Roberto Salazar, bocah 6 tahun, jarang menangis. Ia menderita penyakit langka; Hereditary Sensory and Autonomic Neuropathy, sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa merasakan sakit. Pernah ia gigit lidahnya sendiri sampai hampir putus. Orangtuanya panik, namun ia tenang saja. Kali lain Roberto terjatuh. Kakinya terluka, tetapi ia tidak menjerit minta tolong. Ia bangun dan berjalan lagi dengan luka menganga. Kondisi ini sangat berbahaya. Tubuhnya bisa terbakar atau terpotong tanpa disadari. Rasa sakit memang tidak enak, tetapi perlu untuk menyadarkan kita jika ada yang tidak beres.

Roh Kudus sering memberikan "rasa sakit" ketika orang beriman berbuat dosa. Dia menegur dan memberi peringatan, supaya kita insaf. Dia mengingatkan kita kembali akan perkataan-perkataan Kristus (ayat 13,14). Sebagai Roh Kebenaran, Dia bertugas memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Jadi, Dia tidak bisa tinggal diam waktu kita berbuat dosa. Dia akan menegur. Teguran-Nya mungkin terasa sakit dan menciptakan rasa bersalah di hati. Namun, ini perlu agar kita mendapatkan kesempatan untuk berbalik ke jalan Tuhan. Tanpa teguran, dengan mudah kita dapat disesatkan oleh pelbagai godaan. Seperti Roberto, kita bisa menjadi mati rasa terhadap dosa. Dan, bisa-bisa kita sudah terseret jauh sebelum sempat menyadarinya.

Bersyukurlah jika Roh Kudus masih menegur dan membuat Anda merasa bersalah ketika berbuat dosa. Itu tandanya Dia masih berkarya dalam diri Anda. Dengarkan dan hargailah teguran-Nya! Jangan sampai hati Anda kebal, hingga merasa nyaman berbuat dosa -JTI



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA