Topik : Kepahitan

2 Mei 2008

Bukan Janji Kosong

Nats : Sesudah Ia mengatakan demikian, Ia diangkat ke surga disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka (Kisah 1:9)
Bacaan : Kisah 1:6-11

Menjelang pemilihan umum, para juru kampanye beramai-ramai memaparkan janji politik calon pejabat yang diusungnya. Namun setelah terpilih, tidak sedikit pejabat yang ingkar. Alih-alih bekerja keras untuk mewujudkan janji kampanye, mereka malah mendayagunakan kekuasaan untuk memuaskan ambisi pribadi.

Berbeda dengan Yesus, kenaikan-Nya ke surga membuktikan bahwa Dia menepati janji. Jika Yesus tidak bangkit dari kematian, murid-murid punya alasan kuat untuk terus bersedih dan ketakutan setelah Guru mereka meninggal. Jika Yesus bangkit namun kelak meninggal lagi, seperti Lazarus atau anak janda dari Nain, berarti Yesus hanya menunjukkan mukjizat ekstra. Namun kenyataannya, setelah bangkit Yesus naik ke surga disaksikan para murid-Nya (ayat 9). Dengan demikian murid-murid tanpa ragu lagi mengetahui bahwa Dia sungguh-sungguh Allah yang hidup (ayat 11).

Lalu, apabila Dia telah naik ke surga dan membuktikan bahwa Dia tidak sekadar mengobral janji, bagaimana sepatutnya kita menanggapi firman-Nya? Para malaikat yang mengatakan bahwa Yesus akan datang kembali, mengingatkan para murid untuk tidak hanya diam menatap langit (ayat 10,11). Sebaliknya, mereka harus senantiasa siap sedia menyambut kedatangan-Nya dengan bertekun memberitakan Injil dalam perkataan dan tindakan kasih yang nyata, supaya orang lain ikut mengalami janji Kerajaan Allah. Panggilan kita, sebagai orang percaya, adalah turut mengambil bagian dalam kelompok murid yang terus-menerus bekerja, sampai Dia datang kembali -ARS

10 Juli 2008

Memandang Muka

Nats : Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka (Yakobus 2:1)
Bacaan : Yakobus 2:1-9

Dalam bukunya Blink, Malcolm Gladwell membuktikan bahwa kita sering salah menilai orang. Misalnya, sebuah tim juri ingin memilih penyanyi dengan suara terbaik. Ketika para calon penyanyi diminta menyanyi dari balik tirai, juri bisa menilai dengan objektif berdasarkan kualitas suara mereka. Namun, begitu tirai dibuka dan juri bisa melihat penampilan fisik para penyanyi, hasil penilaian mereka pun berbeda. Juri dipengaruhi oleh kesan pertama mereka terhadap penampilan fisik para penyanyi.

Sadar atau tidak, kita sering memandang sesama berdasarkan penampilan fisik. Yakobus mencontohkan, orang kaya yang berpenampilan mewah kerap menerima perlakuan khusus, termasuk di gereja. Mereka dihormati. Diberi tempat utama. Suaranya didengar. Sebaliknya tukang parkir, sopir bus, atau kuli pelabuhan yang berpakaian kumal, kurang dipandang. Mereka dianggap sepi dan direndahkan. Kebiasaan menilai sesama hanya berdasarkan apa yang kelihatan bisa menyesatkan, bahkan berdosa. Yakobus mengingatkan, orang miskin pun dapat dipilih Tuhan untuk menjadi teladan iman (ayat 5). Sebaliknya, ada juga orang yang tampak kaya tetapi berhati jahat dan menghujat Tuhan (ayat 6,7). Jangan tertipu oleh kesan pertama.

Rupanya kita perlu belajar menilai orang lain tidak hanya dari kesan dan penampilan fisik. Pandanglah setiap orang dengan kacamata kasih, sebagaimana kita memandang diri sendiri (ayat 8). Hari ini, jika Anda melihat seorang montir berpakaian dekil dengan wajah belepotan oli, ingatlah: ia dicintai Tuhan. Pandanglah setiap orang dengan penuh hormat -JTI

27 September 2008

Menjaga Rahasia

Nats : Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara (Amsal 11:13)
Bacaan : Amsal 11:9-13

Ibu Debi jengkel sekali. Dua hari lalu, ia baru saja menceritakan uneg-unegnya pada istri pendeta di gerejanya. Ia menceritakan perihal suaminya yang diduga menyeleweng. Suatu pagi, teman satu gereja menelepon dan bertanya: "Ada masalah apa dengan suamimu?" Ibu Debi kaget sekaligus kecewa. Kabar soal suaminya sudah sampai ke telinga para ibu di komisi wanita. Rupanya, dalam persekutuan doa ibu-ibu kemarin malam, sang istri pendeta memasukkan namanya ke dalam pokok doa. "Doakan Ibu Debi yang sedang punya masalah dengan suaminya," katanya. Walau berniat baik dan tak menyebut masalahnya secara rinci, si istri pendeta telah gagal menjaga rahasia.

Di gereja, banyak orang kecewa karena berhadapan dengan orang yang tak bisa menjaga rahasia. Ini masalah serius. Membocorkan rahasia berarti mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan seseorang. Walaupun tanpa sengaja, dampaknya tetap merusak. Amsal mengingatkan, mulut yang mengucapkan apa yang tidak perlu bisa "membinasakan sesama" (ayat 9), bahkan "meruntuhkan kota" (ayat 10). Selanjutnya, ketidakmampuan menyimpan rahasia juga menandakan bahwa orang itu tidak setia dan tidak bisa mengendalikan diri (ayat 12). Seseorang yang bijak seharusnya tahu kapan saatnya berdiam diri dan kapan saatnya menutupi perkara.

Sekali gagal menjaga rahasia, orang lain akan kapok untuk berbagi rasa lagi dengan kita. Mereka akan menutup diri karena merasa tidak aman. Akibatnya, kita akan kehilangan persekutuan yang akrab dan mendalam. Oleh sebab itu, mulai sekarang kendalikanlah lidahmu! Stop membicarakan yang tidak perlu -JTI



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA