Daftar Isi
LAMBANG: Nama
BROWNING: NAMA
ENSIKLOPEDIA: NAMA

nama

Nama [lambang]

Dalam Alkitab, nama sering merupakan METAFORIS untuk sifat, kedudukan, reputasi, pekerjaan seseorang, misalnya "di dalam namaku" berarti "karena aku adalah". Demikian pula dengan nama-nama Allah. Nama dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada keturunan atau pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen. Kej 11:4; Kel 34:14; Ul 7:24; Yos 23:7; 2 Sam 6:2; 1 Raj 14:21; Ezr 5:1; Mzm 20:2 Ams 18:10; Yes 56:5; Yer 14:14; Yeh 20:9; Za 6:12; Luk 21:8; Yoh 14:13; Kis 9:15; Rm 9:17; Why 2:3; 19:12, 16.

NAMA [browning]

Kebanyakan nama perorangan Ibrani dalam *Alkitab adalah nama gabungan yang dimulai atau diakhiri dengan nama ilahi, Yahweh, seperti Yosafat: 'Yahweh menegakkan keadilan', Yoel: 'Yahweh adalah Allah'. Banyak nama kota dan desa juga adalah nama gabungan dengan nama Allah, Betel: 'rumah Allah' -- atau gabungan dengan ciri tempat yang bersangkutan -- Betlehem: 'rumah makanan' (roti). Beberapa nama juga menyimpan nama tuanya dari *Kanaan (mis. *Megido, Za. 12:11). Sedangkan nama lain diubah oleh pemerintah baru, seperti ketika *Herodes mengubah *Samaria menjadi Sebaste. Bentuk-bentuk nama dengan bentuk awalan atau akhiran -iah dan Yo, diambil dari nama Yahweh.

Beberapa nama diubah untuk menyatakan yang menyebabkan perubahan tersebut: *Yakub diubah menjadi Israel (Kej. 32:28), *Simon menjadi *Petrus (Mrk. 3:16). Yang terakhir ini agak mengejutkan karena manusia Simon dijadikan 'batu karang', yaitu Petrus = *Kefas, yang adalah bahasa Aram untuk 'batu karang', dan dengan nama baru itulah ia masuk ke dalam sejarah.

NAMA [ensiklopedia]

I. Pemberian nama

Unsur-unsur tertentu dari pikiran alkitabiah mengenai 'nama' masih hidup dalam pemakaian modern. Misalnya pemakaian nama sebagai rujukan, sama halnya bagi kebanyakan suku bangsa Indonesia. Hal itu agak mencolok dalam Alkitab. Memperhatikan bagaimana secara khusus Allah menamai pribadi-pribadi yg terpilih (mis Kej 17:5,15, 19; Yes 45:3-4; Mat 1:21), dan bagaimana khidmatnya Dia mengungkapkan arti nama-Nya sendiri, juga memakai Nama itu (Kel 3:13-15; 33:19; 34:5-6), maka kita sadar bahwa makna'nama' adalah mendasar dan mendalam sekaligus jelas dipahami.

Memberikan nama adalah hak istimewa orang atasan. Demikianlah Adam menjalankan kekuasaannya atas binatang-binatang, dengan memberikan nama kepada masing-masing (Kej 2:18 dst), atau waktu firaun pemenang menamai ulang raja Yehuda yg ditaklukkan (2 Raj 23:34). Begitu pula, orangtua (ibu dlm 28 kejadian alkitabiah, ayah dlm 18) memberikan nama kepada bayinya.

Apabila seorang atasan menjalankan otoritasnya, maka pemberian nama itu menandakan bahwa orang yg diberi nama itu sudah diberi kedudukan, peranan atau hubungan tertentu. Rahel yg menghadapi maut ingin memberi nama Ben Oni ('anak kedukaan saya') kepada bayinya yg baru lahir, karena demikianlah hubungan bayi itu dengan dia; sang ayah menilai anak dari istri yg dikasihinya ini lebih tinggi dan menentukan statusnya sangat lain, yaitu dengan nama Benyamin ('anak dari tangan kanan', Kej 35:18). Sama halnya dengan nama Salomo yg lain, Yedija, nama yg diberikan 'karena TUHAN', untuk menandakan kasih yg ditaruh TUHAN kepadanya (2 Sam 12:25). Nama Ishak ('yg diberikan Allah', Kej 17:19) dan Yohanes (Luk 1:13) artinya tidak kita ketahui. Pemberian nama di sini hanya merupakan pengangkatan (bnd Flp 2:10).

Pemberian nama sering mengandung arti yg dalam dan lebih pribadi, yaitu pemberian positif akan sifat dan kecakapan baru. Apabila manusia yg memberikan nama (mis 2 Raj 24:17), maka makna yg terkandung dalamnya hanyalah pengharapan yg indah saja. Dalam ay tersebut, misalnya, raja Babel mengangkat Matanya, paman Yoyakhin, menjadi raja menggantikan dia dan menukar namanya menjadi Zedekia ('Yahweh adalah kebenaran'), yg menggambarkan pengharapan raja bahwa Zedekia akan 'benar' terhadap raja saja! Uraian lebih lanjut tentang hal ini disajikan di bawah. Tapi apabila Allah yg memberikan nama baru kepada seseorang, hal ini berarti pembaharuan (seperti dlm Kej 17:5, 15; 32:28) atau kutukan (seperti dlm Yer 20:3). Nama itu tegas menggambarkan bahwa yg diberi nama itu memiliki kualitas pribadi tertentu; Allah telah menentukan sifat dasarnya, kemampuan dan nasibnya. Dengan alasan yg sama Allah memilih nama yg menjadi nama AnakNya (Mat 1:21); nama itu harus cocok dengan sifat dan fungsi-Nya.

Sumber nama yg menjadi pilihan paling sering adalah keadaan pada waktu kelahiran. Demikianlah halnya dengan Peleg (Kej 10:25), Zoar (Kej 19:22), Edom (Kej 25:30), dan banyak lagi yg lain. Dalam beberapa hal keadaan itu bersifat nubuat, seperti dalam pemberian nama Yakub (Kej 25:26). Nama itu menggambarkan bagaimana sifat seseorang kelak.

Hubungan antara nama dan keadaan dapat menggambarkan ciri adat kebiasaan mengenai pemberian nama-nama penting: kadang-kadang nama dan keadaan itu mempunyai kesamaan bahasa yg tepat, seperti dalam hal Peleg, yg berarti 'terbagi'; tapi kadang-kadang kaitannya hanya dalam hal bunyi: misalnya Yusuf menamai anaknya 'Efraim', nama yg agaknya kenangan akan akar kata kerja para, yg menggambarkan kesuburan (Kej 41:52), dan Musa menamakan anaknya 'Gersom', sama dalam bunyinya dengan kata ger, 'seorang pendatang di negeri asing'.

Motif lain memilih nama adalah pengharapan atau nubuat. Allah dapat memakai nama-nama sebagai bukti jelas dari kejadian-kejadian mendatang (mis Hos 1:4; Yes 8:1-4, bnd 8:18), tapi orangtua manusiawi hanya dapat mengungkapkan pengharapan, seperti Lea yg malang yg melihat tanda dalam tiap anaknya berturut-turut, bahwa sesudah itu Yakub akan sungguh-sungguh mencintainya (Kej 29:32-35). Juga dengan pengharapan yg sama dapat kita amati, bahwa banyak nama menyatakan secara tidak langsung doa-doa. 'Yusuf yg dapat ditafsirkan 'Kiranya Tuhan menambahkan kepada saya seorang anak lagi' (Kej 30:24). Tentu kita harus memasukkan juga Nabal yg dursila (1 Sam 25:25) di sini, sebab bagaimana kita dapat menerangkan nama demikian kecuali berkaitan dengan doa tak langsung, agar anak itu hendaknya dijauhkan dari kebodohan? Sayang orang tuanya hanya mahir dalam hal nubuat!

Koehler bicara tentang nama-nama demikian sebagai jimat: 'Kehidupan anak itu dibayang-bayangi oleh suatu bahaya yg menakutkan, dan itu teracu dalam namanya yg mengatakan kiranya tidak terjadi demikian pada anak itu'. Banyak nama yg dikaitkan dengan Yahweh atau 'el ('Allah') hendaknya dimengerti sebagai doa-doa; mis 'Yosua' = 'Yahweh adalah keselamatan', dan beberapa nama lainnya.

Suatu segi terakhir dari pemberian nama yg penting dicatat. Si pemberi nama menempatkan namanya sendiri pada orang yg diberi nama, dan pemberian nama demikian menandakan dua pribadi yg terpisah sebelumnya menjadi terikat dalam suatu kesatuan yg erat. Si istri menerima dan memakai nama suaminya (Yes 4:1). Secara khusus, Israel dinamai dengan nama Yahweh, dan dengan demikian menjadi umat yg kudus dari Allah yg kudus (Ul 28:9-10; bnd Yes 43:7; 63:19; 65:1). Berdasarkan kebersamaan memakai Nama itu, Yeremia berseru kepada Yahweh supaya menyelamatkan Israel (Yer 14:9); itu jugalah dasar persekutuan Yeremia pribadi dengan Allah (15:16). Lagi pula Yerusalem (Yer 25:29; Dan 9:18 dab), Bait Allah (Yer 32:34), dan mungkin juga tabut (2 Sam 6:2) disebut dengan Nama, yg menandakan sangat dekat kaitannya dengan pribadi kudus Yahweh.

Hal ini tentu mempunyai implikasi-implikasi dogmatis yg sangat penting, sebab dalam PB baptisan adalah 'membaptis di dalam Nama...' (eis dgn akusatif, Mat 28:19; Kis 8:16; 1 Kor 1:13, 15), yg menandakan kesatuan, perpindahan kepada pemilikan baru, kesetiaan, dan persekutuan (bnd Yak 2:7).

II. Nama dan pribadi

Sebegitu jauh kita telah mempelajari apa yg termaktub dalam pemberian suatu nama, dan apa yg terkandung dalamnya bagi hubungan antara si pemberi dan si penerima nama. Sekarang mengenai hubungan nama dengan pribadi yg beroleh nama itu. Ajaran Alkitab dapat dirumuskan dalam tiga dalil: nama itu adalah pribadi itu sendiri; nama itu adalah pribadi yg diungkapkan; dan nama itu adalah pribadi yg hadir secara aktif.

a. Nama adalah pribadi itu sendiri

Hal ini telah diuraikan di atas. Orang baru, Abraham, adalah sama dengan nama baru, Abraham. Tapi ada pemakaian konsep nama dalam bentuk lain, yg menjadikan penyamaan yg tepat antara nama dan si empunya nama. Jadi ide pemunahan kepribadian secara keseluruhan telah diungkapkan sebagai pelenyapan nama (Yos 7:9), penghapusan nama (Ul 7:24), nama yg hapus (Bil 27:4), menghapuskan nama (2 Raj 14:27), nama busuk (Ams 10:7). Orang yg 'telah meninggalkan nama' (2 Sam 14:7) adalah sama sekali sudah dipunahkan sebagai pribadi. Dalam hal Allah, ini lebih dramatis lagi, sebab Dia dapat disebut sebagai 'Nama' (Im 24:11; Ams 18:10; Yes 30:27, Ibrani).

b. Nama adalah pribadi yg diungkapkan

Kenapa Yesaya berkata 'nama Yahweh datang', dan tidak sederhana saja 'Yahweh datang'? Jawabannya adalah bahwa 'nama' berarti pribadi yg diungkapkan: 'nama Yahweh' berarti Yahweh dalam kekuasaan ilahi sepenuhnya, kekudusan, murka, dan anugerah yg diungkapkan-Nya sebagai watak-Nya. 'Nama' itu adalah tempat perlindungan, sebagaimana Allah mengenakan nama itu dan mengungkapkan diri demikian (Yer 10:6; dan secara khusus: Mzm 76:1). Nama berarti apa yg diketahui tentang suatu pribadi. Musa, yg ingin mengungkapkan tingkat pengenalan Yahweh yg begitu dalam tentang dirinya, berkata 'Engkau berfirman: Aku mengenal namamu' (Kel 33:12; bnd Mzm 9:10; Yoh 10:3); dan lagi, sewaktu di Mesir, karena tahu orang Israel ingin mengetahui apa penyataan Allah yg dia emban, dia mengajukan pertanyaan mereka: 'Bagaimana tentang namaNya?' (Kel 3:13). Dia ke Mesir dengan diperlengkapi kemampuan mengungkapkan arti dari nama itu, seperti pemazmur, yg setelah mengalami perbuatan Yahweh berkata, 'Aku akan memasyhurkan nama-Mu...' (Mzm 22:23 bnd Yoh 17:6; Kis 9:15).

Mazmur-mazmur menghubungkan nama Yahweh dengan perbuatan-perbuatan, pada perbuatan mana Dia memperlihatkan diriNya sendiri: nama-Nya berkaitan dengan kebenaran-Nya (Mzm 89:15-16), kesetiaan-Nya (Mzm 89:25), keselamatan (Mzm 96:2), kekudusan (Mzm 99:3), kebaikan (Mzm 100:4-5), kasih setia (Mzm 109:21), kasih (Mzm 119:55), kebenaran (Mzm 138:2), dan kemuliaan (Mzm 148:13). Kata sifat yg terbanyak digabungkan dengan nama Allah adalah 'kudus', kata yg menjadi lukisan utama mengenai sifat dasar ilahi.

Ada dua bukti lain menyokong bahwa nama berarti sifat yg diungkapkan. Pertama, ucapan 'Demi nama-Ku/Mu', yg dapat berarti 'untuk alasan-alasan pribadi semata-mata, alasan-alasan yg tersembunyi dalam hati pribadi bersangkutan' (mis Yeh 20:44; 1 Sam 12:22), sering juga berarti 'demi kesetiaan pada sifat-Nya yg diungkapkan' (Mzm 23:3; 25:11; Yer 14:7-8).

Kedua, orang bertindak atas nama Allah dengan pengertian bahwa nama itu sebagai tanda Allah yg mengungkapkan kualitas Allah. Nama-Nya dihujat (Yes 52:5), dinajiskan (Yer 34:16), dicemarkan (Ams 30:9); sebaliknya umat Allah dapat mengasihi (Mzm 5:11), atau memuji (Yl 2:26), berjalan dalam (Mi 4:5), menghormati (Mal 3:16), memasyhurkan (Mzm 52:11), bersyukur sebab (Mzm 52:8), takut akan (Mal 4:2), menyerukan (Mzm 99:6), memanggil (Yes 12:4), dan memuliakan (Mzm 145:1-2) nama Allah.

c. Nama adalah pribadi yg hadir aktif

Namun demikian, beberapa dari kutipan di atas memerlukan keterangan lebih lanjut. Misalnya, apa bedanya 'menyerukan nama' dan 'menyerukan Allah'? Di sinilah nampak aspek ketiga dari hubungan antara nama dan pribadi. Nama itu menandakan kehadiran aktif Pribadi itu dalam kepenuhan sifat-Nya yg diungkapkan. Di G Karmel Elia mengusulkan pertandingan antara 'nama-nama' (1 Raj 18:24), yaitu ke-Allah-an akan dipamerkan oleh perbuatan dari pribadi yg hadir (bnd Mzm 76:1). Kebenaran yg sama dinyatakan apabila nama berarti reputasi pribadi. Kadang-kadang, bila dikatakan Yahweh bertindak 'demi nama baik-Nya', artinya jelas 'melulu demi reputasi-Nya' (Mzm 79:9-10; Yeh 36:21-23). Di mana nama-Nya terlibat di situ pribadi-Nya juga terlibat, dan akan bertindak secara pribadi; inilah kebenaran yg dinyatakan dalam Kel 34:14, di mana namaNya dikatakan seperti 'cemburuan'. Demikianlah nabi-nabi (Ul 18:20), para kurir (1 Sam 25:5), dan surat-surat (1 Raj 21:8) diutus 'atas nama', yg berarti bukan hanya bahwa mereka sesuai dengan kehendak pribadi tersebut, melainkan juga bahwa mereka membawakan kekuasaan pribadinya: mereka seakan-akan dia sendiri hadir dan aktif secara pribadi (bnd 2 Kor 5:20).

Sama halnya, untuk memberikan berkat Allah kepada seseorang adalah dengan menaruh nama Allah ke atas orang itu (Im 6:27), yaitu, suatu doa kiranya yg diberkati itu mengetahui kehadiran aktif Allah dalam kepenuhan sifatNya yg diungkapkan (Yoh 17:11-12). Kembali lagi pada istilah baptisan, kita dapati bahwa kadang-kadang PB mengatakan pembaptisan 'dalam nama...' (epi dgn datif, mis Kis 2:38; 10:48); ini menandakan bahwa baptisan mengandalkan kekuasaan Tuhan Yesus dan efektif secara kerohanian hanya melalui kehadiran dan aktivitas-Nya sendiri.

III. 'Teologi nama'

Sering disebut tempat di mana Allah akan menempatkan nama-Nya (Ul 12:5, 11, 21; 14:23-24; 16:2, 6, 11; 2 Sam 7:13; 1 Raj 3:2; 8:16-20, 29; 9:3; Yer 7:12). Hal ini luas diperbincangkan sebagai 'teologi nama', khas dari penulis Ul, yg dibedakan dari teologi kavod atau 'kemuliaan' dari Sekolah (Aliran) Imamat (lih karya von Rad). Pemikiran ini harus ditolak berdasarkan tiga alasan. Pertama, tidak ada perbedaan mutlak antara 'nama' dan 'kemuliaan'. Nama Yahweh adalah kemuliaan-Nya, manifestasi dari kesempurnaan kehadiran-Nya. Musa berdoa kiranya dapat melihat kemuliaan Allah, dan hal itu tidak terpisahkan dari nama Allah (Kel 33:18-23; 34:6-8). Kedua, 'tempat bagi nama Yahweh' tidak hanya di Ul saja, tapi juga Kel 20:24. Ketiga, dan khususnya, teologi nama itu dikatakan mencakup suatu 'ide yg diperhalus', yakni: 'Bukan Yahweh sendiri yg hadir di tempat kudus itu, melainkan hanya nama-Nya.... Ul mengganti pemikiran bersahaja yg lama mengenai kehadiran Yahweh dan kediaman-Nya dalam tempat kudus itu' (von Rad).

Pemikiran mengenai Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya memang 'bersahaja', tapi adalah lebih sukar dimengerti, justru Ul menggantinya dengan pemikiran yg lebih memperkuat dan menekankannya, sebab nama itu adalah pribadi yg hadir secara aktif dalam sifat yg diungkapkan. 'Malaikat itu' yg menyertai Israel hendaknya dihormati dengan semua penghormatan yg layak bagi Yahweh sendiri, 'karena nama-Ku ada di dalam dia' (Kel 23:21); dalam Yeh 43:8 gambaran Yahweh sendiri sebagai berdiam di tempat kudus tidak dapat lebih jelas digambarkan, namun Dia mengatakan bahwa 'nama' Dia-lah yg dicemarkan; apabila pemazmur mendoakan 'nama Allah Yakub melindungi kamu', dia tidak menghadapi 'ide teologis yg diperhalus', melainkan kebenaran agama yg praktis, bahwa nama itu adalah pribadi, hadir secara aktif dalam kepenuhan dari sifat-Nya yg diungkapkan.

KEPUSTAKAAN. J. J von Allmen, The Vocabulary of the Bible, 1958;IDB, 1962, dan jilid tambahan, 1976; J Pedersen, Israel, I dan 2, 1926, hlm 245-249; J Barr, 'The Symbolism of Names in the OT', BJRL 52, 1969-1970, hlm 11-29; L Hartman, 'Into the Name of Jesus', NTS 20, 1973-1974, hlm 432-440; J. A Motyer, The Revelation of the Divine Name, 1959; R de Vaux, 'The Revelation of the Divine Name YHWH', di J. I Durham dan J. R Porter (red.),Proclamation and Presence, 1970, hlm 44, 48-75; G von Rad, Studies in Deuteronomy, 1953, hlm 37-44; G. T Manley, The Book of the Law, 1957, hlm 33, 122 dst; H Bietenhard, F. F Bruce, NIDNTT 2, hlm 648-656. JAM/AL/HAO




TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA