Zelafehad

Ibrani

Strongs #06765: dxplu Ts@lophchad

6765 Tslophchad tsel-of-chawd'

Putra Hefer, cucu Gilead dari suku Manasye, ayah dari lima putri (Bil 26:33; Yos 17:3; 1 Taw 7:15). Setelah ia meninggal dalam pengembaraan di padang gurun, dan karena ia tidak mempunyai keturunan laki-laki, ke-5 putrinya menuntut warisan di hadapan Musa dan Eleazar dan dikabulkan (Bil 27:1, 7). Dengan demikian lahirlah hukum yg mengatur bahwa milik seseorang yg tidak mempunyai putra, harus diwariskan pertama-tama kepada putrinya (ay 8). Ini adalah kenyataan adat yg diterapkan di Aram, Babel dan Elam sejak zaman dini, dengan mana hak milik diwarisi oleh anak perempuan bila tiada pewaris lelaki. Tapi perempuan bersangkutan harus menikah dalam keluarga sendiri untuk menjamin garis keturunan ayahnya (Bil 36:2-9). Di kemudian hari para pemimpin kaum Gilead mengajukan ketentuan yg lebih mengikat lagi, yakni sang perempuan harus menikah dengan sukunya sendiri, untuk mengamankan kelestarian pemilikan atas warisan itu di dalam suku yg sama. Karena diterima, ini pun menjadi hukum Ibrani (Bil 36:2-9). DJW/BS/HAO

Zelafehad

Biodata:

• Nama: Zelafehad (זְלֹפְחָד - Zelophehad)
• Arti Nama: "Bayangan Ketakutan" atau "Yang kepadanya ketakutan itu datang"
• Silsilah: Anak Manasye, cucu Yusuf, cicit Yakub (Israel). (Bilangan 26:28-33)
• Suku: Manasye, salah satu dari 12 suku Israel.
• Anak: Memiliki lima anak perempuan: Mahla, Noa, Hogla, Milka, dan Tirza. (Bilangan 26:33)
• Status: Meninggal di padang gurun tanpa memiliki anak laki-laki. (Bilangan 27:3)

Peristiwa Penting:

Zelafehad sendiri tidak diceritakan melakukan tindakan signifikan dalam Alkitab. Namun, kisah anak-anak perempuannya menjadi preseden penting dalam hukum warisan Israel.

• Permohonan Para Putri Zelafehad (Bilangan 27:1-11): Setelah kematian Zelafehad tanpa anak laki-laki, kelima putrinya datang kepada Musa, imam Eleazar, para pemimpin, dan seluruh umat di pintu Kemah Pertemuan. Mereka mempertanyakan hukum warisan yang berlaku saat itu, yang hanya mengizinkan anak laki-laki mewarisi tanah. Mereka berargumen bahwa mereka tidak boleh kehilangan hak warisan hanya karena ayah mereka tidak memiliki anak laki-laki.
• Keputusan Tuhan (Bilangan 27:5-11): Tuhan mendengarkan permohonan mereka dan menyatakan bahwa permohonan mereka benar. Tuhan menetapkan bahwa jika seorang laki-laki mati tanpa anak laki-laki, anak-anak perempuannya berhak mewarisi tanah miliknya. Jika tidak ada anak perempuan, saudara laki-laki ayahnya yang akan mewarisi. Aturan ini kemudian dicatat dalam Bilangan 36 dan menjadi bagian dari hukum warisan Israel.

Ayat-ayat Alkitab Terkait:

• Bilangan 26:28-34: Silsilah Zelafehad dan anak-anaknya.
• Bilangan 27:1-11: Kisah permohonan anak-anak perempuan Zelafehad dan keputusan Tuhan.
• Bilangan 36:1-12: Penetapan hukum warisan terkait anak perempuan.
• Yosua 17:3-6: Anak-anak perempuan Zelafehad menerima tanah warisan mereka di Kanaan.

Pelajaran dari Zelafehad dan Anak-anak Perempuannya:

• Keadilan dan Belas Kasihan Tuhan: Tuhan menunjukkan keadilan dan belas kasihan-Nya dengan mendengarkan permohonan anak-anak perempuan Zelafehad dan memberikan hak waris kepada mereka.
• Keberanian untuk Memperjuangkan Kebenaran: Anak-anak perempuan Zelafehad menunjukkan keberanian dengan menentang tradisi dan memperjuangkan hak mereka di hadapan para pemimpin.
• Pentingnya Hukum yang Adil: Kisah ini menunjukkan pentingnya hukum yang adil dan setara bagi semua orang, tanpa memandang gender.

Meskipun Zelafehad hanya disebutkan secara singkat dalam Alkitab, kisahnya memberikan dampak besar pada hukum Israel dan menjadi contoh penting tentang keadilan dan keberanian.