Dalam versi-versi Alkitab:
Lakhis: BIS FAYH TB TLLAKHIS [browning]
Kota besar, 48 km barat laut Yerusalem, yang sering diperebutkan, dan banyak menghasilkan temuan purbakala bagi para ahli purbakala. Kota ini direbut oleh *Yosua (Yos. 10:31 dst.), dibangun ulang oleh *Rehabeam menurut penulis Tawarikh (2Taw. 11:5 dst.). Kemudian direbut dan dihancurkan oleh *Asyur 701 sM (2Raj. 18:14; 19:8) dan setelah dibangun kembali, dihancurkan lagi oleh orang-orang *Babel (588 sM, Yer. 34:7). Sekembali dari pembuangan Babel, beberapa orang tinggal di Lakhis (Neh. 11:30).
Di antara temuan galian purbakala di Lakhis, terdapat apa yang disebut 'Surat-surat Lakhis', yaitu fragmen-fragmen dari surat-menyurat kepada panglima tentara di Lakhis, yang dituliskan dengan tinta hitam atas pecahan kendi dalam tulisan Ibrani yang indah. Temuan ini dapat ditelusuri tahun pembuatannya dan berisikan informasi tentang keadaan kota benteng ini dan tentang Yehuda pada waktu orang-orang Babel menyerang kota itu, dan juga kota Yerusalem (Yer. 34:7).
LAKHIS [ensiklopedia]
Satu kota berkubu yg penting di dataran rendah Yehuda, mengawal jalan utama yg menuju Yerusalem. Reruntuhan di Tell-ed-Duweir, 40 km di sebelah barat daya Yerusalem, meliputi luas kr 8 hektar, menjadi lahan Lakhis (Ibrani lakhisy, LXX Lakhis) pada zaman kejayaannya dulu, lebih luas dari Yerusalem dan Megido. Kota kuno ini digali kembali oleh Ekspedisi Arkheologis Wellcome-Marston thn 1932-1938, dan sejak 1966 oleh Universitas Tel Aviv.
I. Sejarah
Temuan-temuan di gua-gua di luar tembok kota menunjukkan bahwa Lakhis telah dihuni manusia paling sedikit sejak Zaman Perunggu awal. Pada zaman Hyksos (kr 1720-1550 sM) tempat itu merupakan pangkalan militer, yg dipertahankan dengan lapisan selokan-selokan yg dalam yg dilindungi oleh tanggul yg dibangun di atas pondasi-pondasi yg lebih tua. Menurut Surat-surat Amarna, tatkala diperintah oleh para penguasanya sendiri, kota itu telah menolong bangsa setengah pengembara Habiru yg datang, dan cukup kuat untuk memaksa lawan-lawannya meminta bantuan kepada Mesir. Pada zaman Kanaan ini Lakhis adalah salah satu dari empat benteng yg amat penting yg diperintah oleh Yafia, yg dikalahkan oleh Yosua dalam pertempuran di Gibeon, lalu dihukum mati di Makeda (Yos 10:3-6). Yosua menaklukkan Lakhis dalam serangan yg berlangsung dua hari (Yos 10:32), dan sesuai dengan kebijakan umumnya ia membakar kota itu (bnd Yos 11:10-13). Ada bekas-bekas mengenai pembakaran yg luas kr thn 1220-1200 sM, yg barangkali dapat dikaitkan dengan serangan ini. Tafsiran ini sesuai dengan catatan seorang pemungut cukai Mesir yg berasal 'tahun keempat' (mungkin thn pemerintahan Merenptah). Satu kuil kecil menyebut tentang upacara dari Zaman Perunggu akhir (kr 1600-1200 sM) dengan mezbah untuk pembakaran dupa dan korban. Semua tulang korban persembahan yg ditemukan adalah bagian atas kaki kanan depan binatang korban, yaitu jatah bagi imam dari korban-korban di lingkungan Israel. Tiada petunjuk yg dapat menjawab pertanyaan apakah reruntuhan kota ini dibangun kembali pada 2 abad kemudian.
Ada suatu panggung dari batu, berukuran kr 30 m persegi, dibangun di atas tembok penghalang dan diisi dengan tanah; ini mungkin merupakan corak bangunan yg disebut sebagai Milo ('Isian') di Yerusalem (2 Sam 5:9). Tidak diketahui dengan pasti apakah panggung ini dibangun pada zaman pemerintahan raja Daud, ataukah pada zaman pembaharuan pemerintahan raja Salomo seperti halnya gudang besar di dalam benteng. Kota ini dipilih sebagai tempat pengungsian oleh Amazia, tatkala ia mengungsi dari hadapan para pemberontak di Yerusalem, tapi ia dikejar dan dibunuh di situ (2 Raj 14:19; 2 Taw 25:27).
Rehabeam membangun kembali Lakhis sebagai salah satu dari 15 pusat pertahanan, untuk melindungi Yehuda dari serangan bangsa Filistin atau Mesir (2 Taw 11:5-12). Kepercayaan terhadap kekuatan militer Lakhis ini merupakan salah satu dari dosa-dosa yg dihardik oleh Mikha (1:13), dalam suatu permainan kata rekhesy (kuda teji). Pertahanan rangkapnya terdiri dari tembok keliling (tebalnya 6 m) di sekitar puncak, dan tembok keliling lainnya 16 m di sebelah lereng bawah. Tembok benteng itu dibangun dengan bahan batu-batu besar yg dipahat persegi, batu-batu penjurunya dipersiapkan secara lebih teliti dan dibangun oleh Rehabeam atau cucunya Asa (2 Taw 14:6). Tembok-tembok ini, dengan perbentengan, menara-menara, ceruk-ceruk pertahanan dan pintu-pintu gerbang bermenara, masih tetap digunakan sampai saat pengepungan oleh tentara Asyur. Di dalam kota ada satu jalan dengan toko-toko di kanan kirinya, menuju istana dan gudang-gudang perbekalan yg ditempatkan di atas tempat datar 85 m panjangnya. Persediaan air diperoleh dari satu sumur yg dalam atau dari lubang air cadangan yg digali 48 m ke bawah di sudut barat laut kota, dengan jalan mengeluarkan lebih dari setengah juta meter kubik batu kapur.
Tatkala Sanherib menyerang Yehuda thn 701 sM, kebijaksanaannya yg pertama ialah mengepung Lakhis (2 Raj 10:13-17; 2 Taw 32:2), dan dengan demikian ia memutus jalur bantuan dari Mesir yg mungkin datang. Dari Lakhis ia mengirim utusan untuk menuntut Hizkia menyerah. Pengepungan Lakhis ini diabadikan pada gambar ukiran di tembok-tembok istana Sanherib di Niniwe (sekarang tersimpan di British Museum). Tulisan di atas gambar itu menyebut: 'Sanherib, raja Asyur, duduk di atas takhta, sementara para tawanan perang dari Lakhis melintas di hadapannya'. Kepastian mengenai serangan ini didasarkan pada data-data arkeologis yg ditemukan pada lapisan tanah yg menunjukkan bekas penghancuran besar-besaran, ditandai oleh mata panah yg berserakan, batu-batu pualam, senjata peluncur batu, dan pial ketopong prajurit Asyur yg ditemukan dekat tanggul yg menuju ke pintu gerbang seperti nampak dalam ukiran. Kedahsyatan pengepungan itu mungkin juga dapat dikaitkan dengan kuburan masal di lereng bukit barat laut yg berisi 1,500 mayat, yg dinajiskan dengan ditaburi tulang-tulang babi.
Setelah kemenangan itu Sanherib bergerak ke Libna, menghadang pasukan Mesir yg bergerak menuju Yerusalem (2 Raj 19:8; Yes 37:8). Lalu Lakhis diperintah oleh seorang gubernur Asyur, dan menjadi tempat pengerahan pasukan baru dari daerah Filistia. Sebagian dari benteng yg hancur telah dibersihkan, dan pintu gerbangnya dibangun kembali dengan ukuran lebih kecil. Data arkeologis menunjukkan bahwa pasukan Skit berada di kota itu pada akhir abad 7 sM, dan ini diduga mengakibatkan sedikitnya usaha pembangunan kembali.
Pada zaman Yoyakim, Lakhis telah dibangun kembali dengan ukuran besar, sehingga mengundang serangan pasukan Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar II thn 597 sM. Pintu gerbang dan benteng sebagian dihancurkan pada saat yg bersamaan dengan serangan terhadap Yerusalem. Tapi baru pada pengepungan Yehuda thn 589-587 sM seluruh kekuatan pasukan Babel diarahkan ke Lakhis. Pada waktu itu hanya tinggal Lakhis dengan Azeka saja yg merupakan kota benteng di luar ibukota (Yer 34:7). Bekas-bekas kebakaran yg hebat nampak di seluruh daerah penggalian (lapisan II), dan tembok-tembok yg diruntuhkan. Di atas abu reruntuhan dijumpai petunjuk tentang 'Gedalya yg memerintah rumah itu', yaitu gubernur Yehuda yg diangkat oleh Nebukadnezar (2 Raj 25:22, 25; Yer 39:14), yg mungkin menunjukkan bahwa kota itu dihuni kembali setelah perang selesai thn 581 sM.
Ada sedikit bukti arkeologis bertarikh 587-400 sM; pada saat itu satu rumah besar Persia telah dibangun di puncak timbunan reruntuhan. Bagan bangunan (lapisan I) sama dengan bangunan-bangunan Persia di Babel, dan rumah itu mungkin ditempati oleh Gesyem (Gasymu), yaitu gubernur bangsa Arab yg memerintah wilayah Edom (Neh 6:1). Walaupun Lakhis dihuni kembali oleh orang Yahudi sepulang dari pembuangan (Neh 11:30), tidak ada petunjuk bahwa kota itu sekali lagi memainkan peranan penting.
II. Prasasti
Di antara benda-benda temuan ukuran kecil pada penggalian di Lakhis, dijumpai satu belati yg mempunyai 4 gambar (kr 1700 sM) dan satu bejana bertuliskan 11 huruf kuno, tulisan Ibrani paling kuno yg kita kenal. Penemuan tulisan paling penting dari Palestina sendiri terjadi thn 1935, tatkala ditemukan 18 pecahan bejana bertuliskan huruf miring Ibrani yg lazim digunakan pada zaman Yeremia. Barang-barang itu ditemukan dalam kamar jaga di bawah menara gerbang kota Lakhis, dan 3 thn kemudian ditemukan lagi 3 keping barang sejenis. Itu semua merupakan satu-satunya kelompok dokumen dalam bh Ibrani kuno yg pernah ditemukan. Selain itu tulisan-tulisan tsb menjelaskan mengenai keadaan-keadaan yg terjadi tatkala penyerangan Babel.
Satu-satunya alamat yg disebut dalam surat-surat itu ialah Yaos, gubernur militer kota itu. Seorang perwira bawahan bernama Hosyayahu yg bertugas di pos penjagaan depan (mungkin terletak 6 km ke arah timur laut [Maresyah] dan dapat terlihat dari Azeka) mengirimkan tanda dengan api atau asap kepada gubernur militer itu. (bnd Yer 6:1; 34:7). Surat no 4 berbunyi, 'Kiranya TUHAN menjadikan tuanku mendengar kabar baik saat sekarang ini! Sesuai dengan tulisan tuanku, itulah yg telah dilakukan hambamu. Aku telah menulis pada pintu (gulungan kulit?), sesuai dengan semua yg tuanku berikan. Mengenai apa yg tuanku tulis tentang Betharafid, tidak ada lagi seorang pun di sana. Dan mengenai Semakia, Syemaya telah mengambil dan membawanya ke ibukota (Yerusalem) .... Dan biarlah tuanku mengetahui bahwa kami sedang mengamat-amati tanda-tanda api dari Lakhis sesuai dengan tanda-tanda yg tuanku telah berikan, karena kami tidak dapat melihat Azeka'.
Surat terpanjang (no 3) menyebut 'suatu surat dari Tobia, hamba raja, yg datang kepada Salum, anak Yadua, melalui nabi itu, isinya, waspadalah, hambamu telah mengirimkannya kepada Tuanku.' Siapa nabi yg membawa surat itu tidaklah pasti. Lempeng tanah liat (no 16) juga menyebut 'nabi itu', tapi namanya rusak (...ia). Pendapat berbeda-beda apakah nabi itu adalah Uria yg mengungsi ke Mesir bersama Yeremia (Yer 26:20), ataukah nabi lain yg tidak disebut namanya dari zaman itu. *TULISAN; *PAPIRUS dan TEMBIKAR.
KEPUSTAKAAN. Tentang penggalian-penggalian di situ telah dilaporkan secara penuh dalam seri: Lakhis -- I. H Torczyner, The Lachish Letters, 1935; 11. 0 Tufnell, The Fosse Temple, 1940; III. The Iron Age; IV. The Bronze Age. Lih juga Tufnell. PEQ 91, 1959, hlm 90-105 mengenai masalah perhitungan waktu; R. D Bamett, 'The Siege of Lachish', IEJ 8, 1958, hlm 161-164; D Winton Thomas, 'Letters from Lachish', DOTT, hlm 212-217. DJW/SS