Pertanyaan refleksi:
1. Apa pesan utama yang ingin disampaikan oleh pengarang Kitab Pengkhotbah dalam pasal
5 ini?
2. Bagaimana pengarang menggambarkan orang-orang bodoh dalam pasal ini? Apa yang dapat kita pelajari dari penggambaran ini?
3. Apa yang dikatakan oleh pengarang tentang janji dan nazar kepada Allah? Mengapa penting bagi kita untuk menepati janji dan nazar kita?
4. Bagaimana pengarang menggambarkan kekayaan dan cinta uang dalam pasal ini? Apa yang dapat kita pelajari tentang sikap yang benar terhadap kekayaan dan uang?
5. Apa yang dikatakan oleh pengarang tentang kerja keras dan kepuasan hidup dalam pasal ini? Bagaimana pandangan ini dapat mempengaruhi cara kita menjalani kehidupan sehari-hari?
Pertanyaan diskusi:
1. Bagaimana kita dapat menerapkan pesan dalam pasal ini dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang percaya?
2. Bagaimana kita dapat menghindari menjadi "orang bodoh" dalam hal ibadah dan perkataan kita kepada Allah?
3. Bagaimana kita dapat menyeimbangkan keinginan untuk mencapai kekayaan dan kepuasan hidup dengan sikap yang benar terhadap uang dan kekayaan?
4. Bagaimana kita dapat menepati janji dan nazar kita kepada Allah dengan setia?
5. Bagaimana kita dapat menemukan kepuasan hidup dalam kerja keras kita, tanpa terjebak dalam kegelisahan dan kejengkelan?
Hal menarik terkait Kitab Pengkhotbah pasal 5:
1. Pengarang menekankan pentingnya hati yang rendah dan sikap hormat dalam ibadah kepada Allah.
2. Pengarang mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam perkataan kita, karena Allah mendengar dan menghargai janji-janji yang kita buat.
3. Pengarang menyoroti kesia-siaan dari kekayaan dan cinta uang yang tidak pernah memuaskan.
4. Pengarang mengajak kita untuk menikmati kebaikan hidup yang diberikan oleh Allah, tetapi juga mengingat bahwa hidup ini sementara dan kita harus menghargai setiap hari yang diberikan kepada kita.
5. Pengarang menekankan pentingnya takut akan Allah dan hidup dengan bijaksana dalam segala hal.