Kitab 2 Tawarikh adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang menceritakan sejarah bangsa Israel, terutama sejarah kerajaan Israel dan Yehuda. Pasal
32 dalam Kitab 2 Tawarikh berbicara tentang raja Hizkia dari Yehuda dan pertahanannya terhadap serangan raja Asyur, Sennacherib.
Secara historis, peristiwa ini terjadi pada abad ke-8 SM, ketika kerajaan Asyur sedang dalam masa kejayaannya. Raja Sennacherib menyerang dan menaklukkan banyak kota di sekitar Yehuda, termasuk kota-kota yang dikuasai oleh Hizkia. Namun, Hizkia berhasil membangun pertahanan yang kuat di Yerusalem dan berhasil mengusir pasukan Asyur.
Secara budaya, Yehuda pada masa itu dipengaruhi oleh budaya Israel kuno dan agama Yahudi. Hizkia adalah seorang raja yang saleh dan berusaha untuk mengembalikan kepatuhan rakyatnya terhadap hukum-hukum Allah.
Secara literatur, Kitab 2 Tawarikh adalah bagian dari sejarah Israel yang ditulis oleh penulis yang tidak diketahui. Kitab ini berfungsi sebagai catatan sejarah dan juga memiliki unsur teologis yang kuat.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, terutama dalam pasal
31, diceritakan tentang reformasi agama yang dilakukan oleh Hizkia. Ia menghancurkan berhala-berhala dan memulihkan ibadah yang benar kepada Allah. Hizkia juga mengatur ulang tugas-tugas imam dan orang-orang Lewi dalam ibadah di Bait Suci.
Dengan latar belakang ini, pasal
32 menceritakan tentang serangan Asyur dan pertahanan yang dilakukan oleh Hizkia. Hizkia memperkuat tembok Yerusalem, mengatur pasukan, dan membangun saluran air untuk menghadapi serangan Asyur. Allah pun memberikan pertolongan kepada Hizkia dan pasukannya, sehingga mereka berhasil mengalahkan pasukan Asyur.
Secara teologis, pasal ini menekankan pentingnya kepercayaan dan ketaatan kepada Allah. Hizkia adalah seorang raja yang mengandalkan Allah dalam segala hal, dan Allah memberikan pertolongan-Nya kepada Hizkia dan rakyatnya. Pasal ini juga mengajarkan bahwa Allah adalah Allah yang kuasa dan setia dalam melindungi umat-Nya.
Demikianlah latar belakang dari pasal
32 dalam Kitab 2 Tawarikh, yang mencakup konteks historis, budaya, literatur, dan teologisnya.