Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 20 ayat untuk untuk mendengar AND book:24 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Yer 39:11) (full: YEREMIA. )

Nas : Yer 39:11

Nebukadnezar niscaya pernah mendengar tentang nasihat Yeremia untuk tunduk kepada Babel, dan orang Babel memperlakukan dia dengan baik hati ketika mereka merebut Yerusalem. Ia diserahkan kepada perlindungan Gedalya, gubernur yang diangkat. Setelah dibebaskan, rupanya dengan tak sengaja Yeremia ditangkap lagi lalu dirantai, serta menantikan pengangkutan ke Babel; sekali lagi dia dibebaskan (Yer 40:1-6).

(0.96) (Yer 42:1) (full: DATANGLAH ... SELURUH RAKYAT. )

Nas : Yer 42:1-22

Setelah Gedalya dibunuh, penduduk takut pembalasan dari Babel, karena itu mereka mencari kehendak Allah melalui Yeremia; akan tetapi, karena mereka sudah memutuskan untuk lari ke Mesir, mereka sebenarnya hanya ingin mendengar firman Allah, apakah itu mendukung keputusan mereka. Jawabab Allah ialah "tinggal tetap di negeri ini" (ayat Yer 42:10). Para pemimpin menolak firman Allah dan tetap melarikan diri ke Mesir, sambil membawa Yeremia yang tidak bersedia ikut (Yer 43:1-7).

(0.94) (Yer 25:3) (full: DUA PULUH TIGA TAHUN. )

Nas : Yer 25:3

Yeremia telah berkhotbah dengan sungguh-sungguh selama 23 tahun, tetapi umat itu tidak mendengarkannya; ia telah menasihati mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala dan cara hidup berdosa mereka, tetapi mereka tetap membandel. Allah bahkan telah mengutus nabi-nabi lain untuk memperingatkan Yehuda (ayat Yer 25:4), di antaranya Uria, Zefanya, dan Habakuk. Pengalaman Yeremia menggarisbawahi kebenaran bahwa bagaimanapun setianya kita dalam bersaksi tentang Injil Kristus yang menyelamatkan, ada orang yang akan menolak untuk mendengar dan menaati firman Allah sehingga terus menuju kebinasaan mereka sendiri. Lagi pula, pada hari-hari terakhir ini, mereka di dalam gereja yang tetap setia kepada Allah dan firman-Nya akan bersedih ketika melihat banyak orang meninggalkan iman alkitabiah dan standar-standar kebenaran Allah

(lihat cat. --> 1Tim 4:1).

[atau ref. 1Tim 4:1]

(0.92) (Yer 14:1) (sh: Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga (Kamis, 21 September 2000))
Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga

Allah kembali melarang Yeremia berdoa untuk bangsa Yehuda yang sedang dilanda kekeringan panjang dan sangat hebat (1-6). Sebab mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Karena itulah Tuhan tidak berkenan kepada mereka dan akan mengingat serta menghukum segala dosa mereka. Disamping itu Allah juga akan menghabisi mereka dengan perang, kelaparan, dan penyakit sampar (12). Namun berdasarkan pengamatannya, Yeremia mendapati bahwa nabi-nabi lain yang ada di Yehuda justru mewartakan berita lain. Para pemimpin rohani ini terus-menerus berkhotbah bahwa bangsa Yehuda tidak akan mengalami perang dan kelaparan, melainkan damai sejahtera dari-Nya akan senantiasa beserta mereka (13). Allah menyatakan secara tegas bahwa semua janji tentang damai sejahtera dan hidup berkelimpahan itu adalah omong kosong belaka (14). Hukuman berupa bencana dan malapetaka yang hebat itu sudah ditentukan dan tidak dapat dibatalkan atau ditunda. Bahkan apabila pahlawan rohani terbesar Israel yaitu Musa dan Samuel berada di tengah-tengah mereka, Allah tidak akan pernah membatalkan hukuman itu (15:1-2). Jadi Allah tidak pernah mengutus nabi-nabi lain itu. Jadi apa yang diwartakan oleh mereka adalah kebohongan besar.

Zaman sekarang pun Kristen senang sekali mendengarkan khotbah-khotbah yang 'pop' dan menyenangkan telinga. Tema-tema yang disukai oleh kebanyakan Kristen masa kini adalah hidup berkelimpahan tanpa susah payah; berkat tanpa perjuangan; keberhasilan tanpa penderitaan; pembangunan nasional tanpa keadilan sosial; atau jaminan pemeliharaan Illahi tanpa kekudusan hidup secara pribadi. Ajaran yang enak di telinga tidak akan membentuk kehidupan kita, tetapi hanya meninabobokan. Seringkali hanya enak didengar tapi realitanya tidak semudah dikatakan. Realitanya pergumulan tetap ada dan perjuangan iman pun tetap harus diteruskan. Jadi jika kita mendengar khotbah-khotbah dengan tema-tema seperti di atas, maka dapat dipastikan bahwa pengkhotbah itu bukanlah utusan Allah dan berita yang ia wartakan bukan berasal dari Allah.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pekerja rohani janganlah berusaha menjadi pengkhotbah 'populer'. Dan jika Anda adalah warga jemaat, janganlah mendengarkan khotbah-khotbah seperti itu.

(0.90) (Yer 48:5) (endetn: (mendaki)nja)

diperbaiki menurut kiraan. Tertulis: "menaikkan tangisan".

(0.89) (Yer 50:35) (sh: Pengharapan dalam firman-Nya (Senin, 28 Mei 2001))
Pengharapan dalam firman-Nya

Ketika negara Uni Sovyet pecah, dunia tercengang. Bagaimana mungkin negara “Tirai Besi’ dapat terkoyak- koyak? Keterkejutan serupa akan dialami oleh masyarakat dunia pada abad ke 6 s.M. ketika Babel hancur (46). Bagi orang-orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babel, firman Allah tentang Babel ini merupakan berita pengharapan yang besar. Mengapa?

Orang-orang Yehuda sudah menyaksikan kepandaian orang-orang Babel dan kecanggihan sistem pemerintahan dan kehidupan masyarakatnya. Sistem pendidikan Babel sudah maju sehingga matematika, astronomi, dan astrologi yang merupakan hal baru sudah diajarkan di sekolah. Kehidupan beragama mereka juga mapan karena anak-anak mereka belajar ilmu agama dan tata ibadah di kuil-kuil mereka. Kekuatan militer dan ekonomi serta kesuburan tanah juga menjadi benteng Babel yang kokoh. Karena itu bagi Yehuda pintu pengharapan sudah tertutup.

Kini firman Tuhan datang dengan berita yang luar biasa yaitu Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir sudah berketetapan dan berencana untuk menghancurkan Babel (44-46). Segenap lapisan masyarakat Babel akan ditimpa malapetaka hebat (35-38). Sistem kehidupan mereka akan dijungkirbalikkan. Sistem keagamaan hancur karena para tukang ramal mereka menjadi bodoh. Sistem keamanan akan runtuh karena tentaranya berhati lemah. Sistem ekonomi hancur karena cadangan devisanya dijarah habis. Sistem pertaniannya juga hancur karena air di Babel sudah menguap.

Pengharapan bangsa Yehuda yang ada dalam pembuangan ada dalam firman Allah. Firman itu memberikan pengharapan karena firman itu menyatakan siapa Allah dan apa rencana-Nya. Pengharapan itu akan menjadi milik mereka jika mau mendengar dan mempercayai firman Allah.

Renungkan: Pada masa sekarang pengharapan bagi manusia juga ada di dalam firman-Nya. Bangsa kita memang menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan yang tidak kunjung habis. Masa depan menjadi semakin tidak menentu. Namun Kristen tidak boleh berputus asa atau gentar sebab di dalam Alkitab, kita akan menemukan firman-Nya yang menyatakan siapa Allah dan apa rencana-Nya. Itulah pengharapan kita asal kita mau mendengar dan percaya.

(0.89) (Yer 10:17) (sh: Hati seorang Yeremia (Kamis, 14 September 2000))
Hati seorang Yeremia

Sekali lagi di hadapan kita dipaparkan kasih dan kepedulian Yeremia atas bangsanya. Firman yang datang pada saat Yerusalem dikepung oleh tentara Babel pada tahun 597 s.M. memastikan bahwa penghakiman sudah datang (17-18). Kehancuran Yehuda hanya dalam hitungan detik. 'Jangan banyak bicara lagi. Tak perlu lagi berdebat. Segera kemasi barang-barang dan siap pergi ke pembuangan.'

Setelah mendengar kepastian penghakiman Allah, ratapan, dan tangisan Yeremia meledak (19-21). Hati dan pikiran Yeremia sudah menyatu dengan bangsanya, secara mendalam Yeremia mengidentifikasikan dirinya dengan penderitaan bangsanya. Tangisannya adalah tangisan seluruh bangsa Yehuda, karena mereka akan sangat menderita. Lukanya tidak akan dapat disembuhkan. Malapetaka dan bencana itu dilambangkan dengan kemah yang sudah rusak dan semua talinya putus. Yeremia sangat menyesali sikap para pemimpin bangsa yang harus bertanggungjawab terhadap hancurnya bangsa Yehuda.

Kepedulian dan kasih Yeremia terhadap bangsanya sangat mendalam, sehingga tidak mungkin berhenti hanya sampai meratap dan menangis. Ia didorong dengan kuatnya oleh kepeduliannya dan hatinya dibakar oleh rasa kasih terhadap bangsanya, sehingga sampai saat-saat terakhir sebelum penghukuman datang, demi bangsanya, ia masih memohonkan kemurahan Allah (23-25). Permohonannya kini didasarkan pada suatu keyakinan dan pengakuan bahwa Allah berkuasa mutlak atas perjalanan hidup manusia. Bangsanya harus menjalani penghukuman yang dahsyat. Namun ia memohon agar pembuangan Yehuda itu merupakan hajaran Allah untuk memperbaharui kehidupan bangsanya dan bukan untuk melenyapkan bangsanya. Yeremia menghadapi sebuah dilema. Hatinya terdorong untuk memohon kemurahan Allah sementara itu pikirannya menegaskan bahwa penghukuman itu tidak terelakkan lagi. Namun ini tidak membuatnya berhenti bergumul dan berdoa bagi bangsanya.

Renungkan: Kita mungkin juga menghadapi dilema yang sama ketika melihat kondisi bangsa kita. Namun kita harus meneladani Yeremia untuk tidak berhenti bergumul dan berdoa bagi bangsa kita, walaupun nampaknya pembaharuan itu mustahil dapat terjadi.

(0.89) (Yer 47:1) (sh: Peringatan Allah melalui bangsa lain (Minggu, 20 Mei 2001))
Peringatan Allah melalui bangsa lain

Nubuat pendek berbicara tentang malapetaka yang akan menimpa orang Filistin. Malapetaka ini akan segera menimpanya dan menimbulkan kengerian yang luar biasa di antara mereka, sehingga membuat para orang-tua kehilangan akal sehatnya (3) dan hanya dapat menangis dan berkabung karena penderitaan yang tak tertahankan (5). Mengapa?

Pasal ini memang tidak memberitahukan kesalahan Filistin secara jelas. Namun ayat 4 menyatakan bahwa Filistin bersekutu dengan Tirus dan Sidon ketika nubuat ini disampaikan. Yeremia 27:3 menyatakan bahwa pada tahun 594 perwakilan dari Tirus, Sidon, Edom, Moab, dan Amon bertemu di Yerusalem untuk merundingkan pemberontakan melawan Babel. Meskipun Filistin tidak disebutkan dalam Yeremia 27:3, fakta bahwa mereka adalah sekutu Tirus dan Sion dapat mengungkapkan bahwa Filistin pun termasuk salah satu bangsa yang berusaha menghancurkan kekuasaan dan kekuatan Babel. Itulah kesalahan Filistin.

Karena nubuat ini disampaikan oleh Allah melalui Yeremia maka nubuat ini juga merupakan peringatan keras bagi kaum Yehuda bahwa menentang kehendak Allah sama dengan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri (27:2-3). Tidak ada kekuatan di dunia yang dapat menghalangi kehancuran yang disebabkan karena penghukuman Allah (6-7).

Renungkan: Bencana yang dialami oleh bangsa lain dapat merupakan peringatan Allah agar umat-Nya mau berjalan di dalam rencana-Nya. Namun seringkali umat Allah terlalu sibuk, sehingga tuli untuk mendengarkan peringatan-Nya. Karena itu mintalah Allah untuk memberikan kepekaan, agar kita dapat mendengar peringatan-Nya melalui peristiwa- peristiwia yang terjadi di dunia yang tidak mungkin didengar oleh orang lain.

Bacaan untuk Minggu Paskah 6

Kisah Para Rasul 10:34-48

I Yohanes 4:1-7

Yohanes 15:9-17

Mazmur 98

Lagu: Kidung Jemaat 57

(0.89) (Yer 29:24) (sh: Jangan mau dibungkam (Sabtu, 21 April 2001))
Jangan mau dibungkam

Bagaimana perasaan kita jika perhatian dan usaha yang kita lakukan demi kebahagiaan orang lain ditanggapi negatif? Apalagi jika diputarbalikkan orang lain sehingga perhatian dan usaha kita yang baik menjadi jelek di mata orang lain?

Ini yang dialami oleh Yeremia. Perhatian dan usahanya kepada bangsa Yehuda dalam pembuangan sedemikian besar, sehingga ia mau menulis firman Tuhan yang ia terima dan mengirimkannya kepada mereka. Itu dilakukan demi masa depan mereka. Namun apa yang Yeremia terima dari salah seorang dari antara mereka? Semaya memutarbalikkan kabar baik dari Allah yang disampaikan oleh Yeremia hingga menjadi kabar dukacita bagi Yehuda. Untuk menguatkan berita yang ia sampaikan, ia berani melakukan kebohongan yang luar biasa yaitu menyatakan dirinya sebagai pembawa berita dari Allah. Ia juga membungkam Yeremia dengan meminjam tangan imam Zefanya. Betapa jahatnya Semaya. Ia menghalangi bangsa Yehuda untuk mendengar berita pengharapan di tengah-tengah penderitaan dan membungkam pembawa berita. Ini berarti ia juga berusaha membungkam Allah.

Ironis sekali pengalaman Yeremia. Ia menyampaikan pengharapan kepada orang yang menderita namun dirinya kini seakan-akan tiada pengharapan karena ancaman dari Semaya. Bagaimanakah respons Yeremia? Ia tidak heran sebab ia menyadari bahwa nabi palsu akan bersuara lebih keras darinya. Ia juga tidak takut namun ia tetap berpegang teguh dan memberitakan berita pengharapan dari Allah. Namun Allah tidak membiarkannya sendiri. Ia menjaganya melalui imam Zefanya. Ia seharusnya menyingkirkan Yeremia tetapi mengapa ia malah membacakan surat Semaya kepada Yeremia? Allah juga menyatakan penghukuman atas Semaya dan keturunannya. Walaupun penghukuman-Nya itu baru pernyataan, ini sudah memanifestasikan bahwa Allah tidak membiarkan hamba-Nya yang memberitakan firman-Nya dilecehkan bahkan disakiti.

Renungkan: Karena itu jangan kaget bila apa yang dialami Yeremia menimpa kita pada masa kini. Manusia mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk memutarbalikkan Injil menjadi berita duka. Namun jika ini terjadi pada kita, jangan biarkan mereka berhasil membungkam kita. Tetaplah beritakan dan bersandar kepada Allah.

(0.88) (Yer 1:11) (sh: Yeremia-yeremia Indonesia (Sabtu, 26 Agustus 2000))
Yeremia-yeremia Indonesia

Walter Brueggemann pernah mengatakan bahwa Injil seringkali hanya dipandang sebagai berita yang mewartakan kesukacitaan, kedamaian, dan kabar baik bagi manusia sehingga seolah-olah Injil diyakini tidak mengandung berita yang menggoncangkan, meresahkan, dan mengancam kehidupan manusia. Itulah pemahaman yang salah tentang Injil.

Berita yang harus disampaikan oleh Yeremia kepada bangsa Yehuda mendukung pernyataan di atas. Berita itu sangat menyakitkan, meresahkan, dan mengancam mereka (14-16). Bagaimana mungkin bangsa pilihan Allah akan dihancurkan oleh bangsa-bangsa kafir? Berita yang mengusik kemapanan, menggoncang 'status quo', menjungkirbalikkan konsep-konsep yang sudah dianut masyarakat, hanya mendatangkan risiko yang tidak kecil bagi sang pembawa berita, mungkin nyawa pembawa berita itu menjadi taruhannya. Itulah sebabnya Yeremia gentar karena ia memahami risiko ini (17).

Allah pun sudah memahami reaksi apa yang akan ditunjukkan oleh Yeremia. Karena itu Allah menggunakan berbagai cara untuk menyentuh seluruh aspek pribadinya seperti fisik, imaginasi, intelektual, dan perasaan. Karena itu Allah menggunakan sentuhan fisik (9), permainan kata (11, 12), lambang-lambang dalam penglihatan (11, 13), puisi (15, 6), metapora-metapora yang membesarkan hati (18-19). Walau tidak disebutkan bagaimana akhirnya Yeremia bersedia memenuhi panggilan-Nya, namun pasal-pasal berikutnya menceritakan bagaimana ia menyatakan suara-Nya. Allah telah berhasil meyakinkan Yeremia betapa pentingnya berita bencana itu harus disampaikan kepada Yehuda supaya mereka nantinya dapat kembali menjadi umat pilihan Allah yang kudus dan taat. Yeremia terus mewartakan suara Allah walau tidak ada yang mendengar, walau dibuang dalam pengasingan, bahkan nyawanya menjadi taruhan.

Renungkan: Kristen harus berperan seperti Yeremia di bumi Indonesia: mewartakan kebenaran yang akan membuat telinga para pejabat yang korupsi merah, membuat para pemimpin masyarakat yang menyalahgunakan kekuasaan seperti orang kebakaran jenggot, membuat para orang kaya yang kolusi dengan pejabat tidak bisa tidur nyenyak. Untuk itu mintalah agar Allah menyentuh seluruh aspek kepribadian Anda agar tetap berani dan tak henti-hentinya bersuara.

(0.88) (Yer 22:20) (sh: Status rohani bukan jaminan keselamatan (Kamis, 5 Oktober 2000))
Status rohani bukan jaminan keselamatan

Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi, apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau kepada jabatannya yang tinggi?

Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras. Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia (20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara; mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang menolongnya.

Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak dapat menyelamatkannya.

Renungkan: Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.

(0.87) (Yer 50:1) (sh: Kedaulatan Allah atas dunia bagi umat-Nya (Sabtu, 26 Mei 2001))
Kedaulatan Allah atas dunia bagi umat-Nya

Akhirnya giliran Babel tiba. Nubuat penghukuman atas Babel diberitakan. Itu terjadi pada tahun 594 s.M. jauh sebelum Babel dihancurkan oleh Media-Persia. Babel akan mengalami persis seperti apa yang dialami oleh bangsa- bangsa lain. Nubuat ini harus diserukan kepada segenap bangsa yang tentunya juga sudah mendengar nubuat penghukuman tentang mereka sendiri. Apa isi nubuat itu?

Kehancuran Babel secara total ditandai oleh beberapa hal. Pertama, terkejutnya Merodakh, dewa nasional Babel. Jika dewa yang disanjung oleh suatu bangsa terkejut, ini menyatakan ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk melindungi dan memelihara bangsa yang menyembah dirinya (2-3, 9-10). Kedua, berhentinya pertanian merupakan simbol berhentinya denyut nadi sebuah bangsa (16). Babel tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan lagi untuk mempertahankan negeri mereka sendiri (10). Ketiga, pemutarbalikan yang fatal: bila dulu bangsa- bangsa lain dihancurkan oleh bangsa dari utara yaitu Babel, kini Babel sendiri akan dihancurkan oleh bangsa dari utara (3). Kehancuran total ini, walaupun merupakan realita masa depan, sudah membayangi hidup mereka, namun mereka tidak pernah menyangka sebab mereka sedang mabuk kemenangan (11).

Siapa yang dapat melakukan semua itu? Allah! Ialah yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang mutlak untuk menghukum Babel karena dosa-dosa mereka. Namun penghukuman itu bukan hanya untuk menegakkan keadilan dan kekudusan namun juga untuk membawa Israel dan Yehuda kembali ke dalam relasi yang benar dengan Allah (4-7).

Renungkan: Penghukuman atas Babel memperlihatkan bahwa meskipun Allah mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang mutlak namun Ia tidak mempergunakannya secara sewenang-wenang. Tidak ada diskriminasi dan ketidakadilan di dalam tindakan-Nya. Ia melakukan secara terbuka dan dengan parameter yang yang jelas yaitu tetap terlaksananya rencana Allah bagi seluruh dunia - keselamatan dan kedamaian di seluruh dunia dengan mengembalikan Israel ke dalam relasi yang benar dengan diri-Nya. Karena itu teladanilah Allah ketika kita harus menggunakan kekuasaan dan kekuatan kita sekecil apa pun. Lakukan demi kesejahteraan sesama manusia.

(0.87) (Yer 31:35) (sh: Hanya Yesus dan hanya Gereja-Nya (Jumat, 27 April 2001))
Hanya Yesus dan hanya Gereja-Nya

Jika matahari terbit dari barat, maka aku akan memberikan apa pun yang engkau minta. Bagaimana respons Anda jika ada orang yang mengatakan ini kepada Anda? Pasti Anda akan berpendapat bahwa orang itu memang tidak pernah berniat untuk memberi Anda apa pun. Mengapa? Sebab tidak mungkin matahari terbit dari barat.

Bagaimana jika seseorang berjanji sepasti hukum alam? Kita yakin bahwa orang itu pasti akan menepati. Demikianlah janji Allah kepada Israel dan keturunannya. Mereka tidak akan pernah habis atau berhenti menjadi umat Allah. Kasih setia Allah yang seluas langit tak berbatas memberikan kepastian bahwa Israel tidak akan pernah ditolak sebagai umat-Nya. Tidak hanya itu Israel akan membangun kembali kota-kotanya dan wilayahnya akan semakin luas.

Janji yang diucapkan Allah ini masih merupakan bagian dari perjanjian baru yang ditetapkan oleh Allah. Karena itu penggenapannya tetap merujuk kepada karya Kristus. Ini berarti Israel di sini menunjuk kepada Israel rohani yaitu Gereja Tuhan. Yesus sendiri pernah menegaskan hal ini (Mat. 16:18). Artinya Gereja Tuhan di dunia ini tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Sejarah sudah membuktikan bahwa usaha apa pun untuk melenyapkan Gereja Tuhan tidak akan terlaksana. Bahkan gereja terus berkembang dalam arti penjangkauan berdasarkan wilayah. Banyak daerah yang dulunya belum terjangkau oleh Injil sekarang mulai dijangkau. Banyak gereja didirikan di tempat terpencil untuk menjangkau siapa pun yang belum mendengar Injil.

Penggenapan yang lebih utama dan yang sangat menguatkan iman kristen adalah hanya orang yang percaya kepada Yesus yang Allah akui sebagai umat-Nya. Artinya manusia dapat menjadi umat Allah jika ia percaya kepada Yesus. Janji Allah ini pasti dan tidak akan berubah sampai kapan pun seperti hukum alam.

Renungkan: Pembakaran dan pengeboman gedung-gedung gereja yang terjadi di negara kita tidak akan dapat memusnahkan Gereja Tuhan. Keturunan 'Israel rohani' tidak akan berhenti. Insiden ini justru semakin mengokohkan identitas kita sebagai umat Allah dan identitas mereka yang melakukan pembakaran dan pengeboman sebagai musuh Allah.

(0.86) (Yer 11:18) (sh: Allah melindungi hamba-Nya (Sabtu, 16 September 2000))
Allah melindungi hamba-Nya

Berbagai macam perlakuan jahat dialami Yeremia, sampai nyawanyapun terancam. Orang-orang Anatot yang menolak kebenaran pemberitaan firman-Nya terusik untuk melenyapkan Yeremia karena hati mereka justru dipenuhi dengan kegeraman dan kemarahan (19). Sesungguhnya mereka tidak tahan mendengar kebenaran firman-Nya yang telah membongkar ketidaksetiaan dan dosa mereka kepada Allah, namun mereka mengeraskan hati untuk bertobat, maka hamba-Nya yang menjadi sasaran kemarahan mereka. Tuhan ada di pihak hamba-Nya dan tidak membiarkan hamba-Nya dikuasai oleh orang-orang yang memberontak kepada-Nya.

Yeremia telah melakukan seturut kehendak dan perintah-Nya, maka sepenuh hidupnya menjadi tanggung jawab yang mengutusnya, yakni Allah sendiri. Ketika ada maksud jahat dari orang Anatot, segera Tuhan memberitahukannya kepada Yeremia (18). Pada mulanya Yeremia tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang-orang Anatot yang dilayaninya, namun Tuhan yang membukakan kebusukan hati mereka kepadanya. Mereka bersepakat melenyapkan Yeremia agar suara kebenaran-Nya tidak lagi terdengar, dengan demikian amanlah hidup mereka dalam dosa. Namun Tuhan yang menguji batin dan hati membongkar semuanya. Setelah Yeremia mengetahui semuanya, ia kembali menyerahkan perkara dan hidupnya kepada Tuhan (20). Inilah langkah tepat yang telah diambil Yeremia, karena ia yakin bahwa Tuhan sendiri yang akan mendatangkan hukuman dahsyat atas mereka pada waktu yang telah ditentukan-Nya (22-23).

Jaminan-Nya atas hidup hamba-Nya yang setia melakukan kehendak dan perintah-Nya memang sungguh nyata. Kemana pun dan apa pun yang hamba-Nya sedang lakukan di garis kehendak-Nya tidak pernah ditinggalkan-Nya sendirian. Tuhan memang tidak pernah berjanji membuat langkah hamba-Nya ringan dan lancar, justru di jalan yang berliku-liku dan penuh tantangan, janji perlindungan-Nya menjadi indah dan sangat melegakan.

Renungkan: Hai hamba-Nya yang setia, tetaplah berjalan dalam garis kehendak-Nya dan terus berjuang bagi kebenaran firman-Nya, walaupun tantangan, ancaman, dan pergumulan mewarnai pelayanan kita, yang berasal dari orang-orang yang kita layani. Tuhan ada di pihak kita.

(0.86) (Yer 38:1) (sh: Harapan terdapat dalam ketaatan kepada-Nya (Selasa, 8 Mei 2001))
Harapan terdapat dalam ketaatan kepada-Nya

Jumlah prajurit semakin berkurang. Orang Yehuda yang menyeberang ke kubu Babel semakin bertambah (3, 19). Kekurangan pangan mulai terjadi. Kondisi-kondisi ini mempercepat kejatuhan Yerusalem. Tidak ada lagi pengharapan bagi Yehuda. Benarkah demikian?

Tidak! Harapan terus dikumandangkan oleh Yeremia selama lebih kurang 25 tahun. Bahkan di bawah ancaman maut pun, Yeremia tetap setia mewartakan berita pengharapan (2-3). Tetapi mengapa Yehuda tidak dapat melihat bahwa pengharapan mereka ada dalam ketaatan kepada firman-Nya - dalam hal ini adalah tunduk kepada Babel? Ada beberapa faktor penyebab. Salah satunya sudah kita lihat pada renungan kemarin. Faktor lainnya adalah perspektif pengharapan mereka sangat sempit dan dangkal. Bagi mereka, pengharapan harus selalu dibungkus dengan hal- hal yang menyenangkan dan harus segera terwujud. Mereka tidak dapat melihat bahwa pengharapan bisa terbungkus rapat oleh hal-hal yang menyakitkan seperti merasakan pahitnya obat demi kesembuhan. Faktor lainnya adalah kekuatan kelompok tertentu yang memberikan pengaruh negatif kepada seluruh rakyat Yehuda maupun raja sendiri (1-4). Dengan berbajukan nasionalisme yang tinggi dan mengatasnamakan kesejahteraan rakyat, mereka membentuk opini masyarakat yang sesuai dengan agenda pribadi mereka. Mereka sangat kuat hingga raja pun tidak dapat menentang mereka (5). Faktor yang lebih menentukan adalah raja Zedekia sendiri yang tidak berpendirian teguh. Sepertinya ia rindu mendengar firman Tuhan (37:17) namun menolak untuk taat. Bahkan ia juga tidak mempunyai kewibawaan di hadapan pembantu- pembantunya (5). Walaupun ada orang-orang yang nampaknya dapat memberikan pengaruh baik kepada raja (7- 13), pengaruh mereka sangat terbatas.

Renungkan: Tidakkah kebenaran di atas merupakan gambaran dari apa yang sedang terjadi di dalam bangsa kita? Banyak kelompok dengan kekuatan besar terus bermain dan membentuk opini masyarakat untuk kepentingan agenda mereka. Pemimpin kita nampaknya tidak mampu mengatasi mereka sementara ia sendiri pun tidak tegas dalam sikapnya terhadap kasus-kasus tertentu. Jadilah seperti Yeremia yang tak henti-hentinya berseru agar bangsanya mau meresponi Allah dengan penuh ketaatan dan kesetiaan.

(0.86) (Yer 14:17) (sh: Kristen, pemerintah, dan bangsanya (Jumat, 22 September 2000))
Kristen, pemerintah, dan bangsanya

Mengapa Allah begitu tega menghabisi umat-Nya sehingga menimbulkan kengerian bagi bangsa-bangsa lain (15:3-4)? Yeremia sendiri pun berduka karena penderitaan yang tak kunjung reda yang akan dialami oleh puteri bangsanya. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghukuman itu (17-18). Kemana pun mata memandang pasti akan dijumpai mayat-mayat yang bergelimpangan, baik karena pedang ataupun kelaparan. Para nabi dan imam seakan-akan berada di negeri yang tidak dikenal. Sebab kondisi dan situasinya jauh berbeda sebelum bangsa Yehuda mengalami penghukuman Allah.

Kita juga dapat mendengar bangsa Yehuda yang berteriak-teriak, menolak percaya bahwa Allah telah sungguh-sungguh meninggalkan mereka (19). Teriakan pengakuan dosa mereka, permohonan untuk tidak dihukum, dan agar Allah mengingat perjanjian dengan mereka, tidak lagi dipedulikan oleh Allah (20-21). Bahkan pertobatan yang dinyatakan dengan pengakuan bahwa Allahlah satu-satunya sumber pengharapan dan kehidupan mereka juga tidak didengar oleh-Nya (22). Allah tetap tidak akan membatalkan atau menunda penghukuman-Nya sekalipun Musa dan Samuel ada di tengah-tengah mereka (15:1). Tidak ada pilihan bagi masa depan bangsa Yehuda selain kehancuran. Pilihan yang tersedia bagi mereka hanyalah maut, pedang, kelaparan, atau menjadi tawanan.

Mengapa semua itu harus terjadi? Karena dosa yang dilakukan oleh Manasye, raja Yehuda terhadap dirinya dan seluruh bangsanya sungguh amat jahat, melebihi apa yang dilakukan oleh bangsa Amori yang bukan umat pilihan Allah (lihat kembali 2Raja 21:1-16). Negara yang diperintah oleh raja yang tidak takut akan Tuhan hanya akan mendatangkan malapetaka dan penderitaan bagi rakyatnya.

Pemerintahan seperti apa yang kita miliki sekarang? Sepak terjang dan tingkah laku para pemimpin bangsa ini pasti akan membawa dampak bagi seluruh rakyat.

Renungkan: Kristen mempunyai dua tanggung jawab. Pertama, berdoa bagi mereka sebelum kejahatan dan kebobrokan moral mereka terlalu jauh tersesat sehingga bangsa kita tidak punya pilihan lain kecuali kehancuran. Kedua, suarakan kebenaran dan keadilan melalui saluran dan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

(0.86) (Yer 21:1) (sh: Teliti sebelum berdoa (Senin, 2 Oktober 2000))
Teliti sebelum berdoa

Akhirnya Zedekia berpaling kepada Allah memohon pertolongan-Nya, ketika Yerusalem dikepung tentara Babel. Tindakan Zedekia berdasarkan fakta sejarah bahwa lebih dari 100 tahun yang lalu ketika Yerusalem dikepung oleh Sanherib dan tentara Asyur (lihat 2Raj. 19:35-36), Allah membuat mukjizat sehingga Yerusalem selamat. Ia berharap Allah akan membuat mukjizat lagi karena situasi yang dihadapi oleh Zedekia sama dengan peristiwa yang lalu. Bagaimana jawaban Allah? Jauh dari apa yang Zedekia harapkan. Dengan tegas Yeremia mengulang pemberitaan hukuman atas Yerusalem yang sudah bertahun-tahun diberitakan. Allah tidak akan berperang bagi umat-Nya, sebaliknya Ia akan berperang melawan umat-Nya (4-7). Satu-satunya jalan untuk selamat dari pedang Babel adalah meninggalkan Yerusalem dan menyerah kepada Nebukadnezar (8-10). Mereka yang tetap bertahan di kota pasti akan mati karena ada 3 jenis serangan dahsyat yaitu pedang, kelaparan, dan penyakit sampar.

Apa yang dilakukan Zedekia semakin menunjukkan kebodohan dan kebebalannya. Bukankah Allah melalui Yeremia sudah berkali-kali memperingatkan akan datangnya penghukuman atas Yehuda dengan berbagai cara dan menyerukan pertobatan? Sekarang jika penghukuman itu tiba, mengapa mereka berharap keselamatan yang daripada-Nya? Zedekia seharusnya meneliti perjalanan hidup bangsa dan dirinya sendiri sehingga ia dapat memohon pertolongan Allah secara tepat.

Kita seringkali mengulangi kebodohan Zedekia. Sebagai contoh, setelah kita mendengar kesaksian seorang yang diselamatkan Allah dari kebangkrutan usahanya, maka ketika kita pun mengalami masalah yang sama, kita berteriak kepada Allah agar melakukan mukjizat yang sama. Kita tidak mau atau enggan meneliti perjalanan hidup kita.

Renungkan: Mungkin Allah pernah memperingatkan jika kita tidak bertobat maka hukuman akan tiba. Namun kita mengeraskan hati dan tetap hidup bermandikan dosa. Ketika hidup kita dilanda kesulitan, usaha kita mengalami kebangkrutan dan rumah tangga berantakan, maka sebelum berdoa meminta pertolongan-Nya, telitilah dahulu perjalanan hidup kita. Allah tetap akan menolong bukan dengan cara membebaskan kita dari kesulitan, tetapi dengan cara menuntun kita keluar dari segala kesulitan dan penderitaan akibat dosa dan kesalahan kita.

(0.80) (Yer 36:16) (full: SETELAH MEREKA MENDENGAR ... TERKEJUTLAH )

Nas : Yer 36:16

(versi Inggris NIV -- takutlah). Rupanya para pejabat itu mempercayai nubuat-nubuat itu sehingga mengetahui itu harus dibacakan kepada raja; akan tetapi, karena mengetahui pertentangan raja terhadap kebenaran dan keadilan, mereka menasihatkan agar Yeremia dan Barukh menyembunyikan diri.

(0.77) (Yer 4:22) (sh: Kristen dan Dunia dalam Berita (Sabtu, 2 September 2000))
Kristen dan Dunia dalam Berita

Kemajuan pesat bidang teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat bagi umat manusia juga memberikan dampak negatif yaitu membuat manusia melihat segala peristiwa yang terjadi di dalam dunia dari sudut pandang sebuah hiburan. Kita menyaksikan kekejaman dan kebiadaban yang terjadi di Ambon dan Poso sambil menikmati makan malam yang sedap bersama keluarga. Di lain waktu kita melihat mayat-mayat yang bergelimpangan akibat pembantaian yang terjadi di Bosnia sambil bercanda-tawa dengan keluarga, bahkan kita menyimak wawancara dengan seorang remaja yang tega membunuh seluruh keluarganya sambil menikmati teh dan makanan kecil. Apa yang kita saksikan adalah sebuah fakta kengerian dan kekejaman manusia yang dirasuk oleh dosa. Namun kita menonton dengan sikap seolah itu semua tidak lebih dari sebuah hiburan atau berita-berita utama yang selalu kita nantikan. Bahkan kita merasa kurang puas bila berita yang kita tonton tidak memaparkan peristiwa-peristiwa yang menggemparkan dan membuat bulu kuduk kita berdiri. Mata dan telinga Yeremia terbuka terhadap semua fakta kengerian dan bencana yang akan terjadi. Berkali-kali ia mengatakan 'Aku melihat..., Aku melihat serta Aku mendengar' (23-26, 31). Yeremia mampu melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta itu. Dunia sekitarnya secara perlahan namun pasti menjadi kacau balau dan porak poranda. Pilihan yang sudah dibuat oleh bangsa Yehuda membuahkan konsekuensi kengerian yang tak terelakkan (17-18). Di zaman ini kita harus memandang dunia dengan mata dan telinga yang terbuka seperti Yeremia, dan menolak paparan media massa yang cenderung mendandani dan mengemas sebuah peristiwa kebiadaban, penyalahgunaan kekuasaan, dan korupsi menjadi sebuah hiburan. Namun jika kita masih menonton berita di televisi tanpa kegentaran hati dan kengerian perasaan, bagaimana mungkin kita dapat meneladani Yeremia yang melihat, mendengar, meratapi, dan berdoa. Renungkan: Keterlibatan Kristen bagi bangsa tercinta ini bukan hanya ketika melihat dan mendengar, namun bagaimana Kristen meratapi dan berdoa kepada Allah karena benar-benar melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta yang terjadi.

(0.67) (Yer 51:1) (sh: Allah dipihak umat-Nya (Selasa, 29 Mei 2001))
Allah dipihak umat-Nya

Berita penghukuman Babel terus berlanjut. Ini semakin mempertegas 2 hal. Pertama, berita ini mempertegas kepastian kehancuran Babel, tingkat kehancuran yang akan mereka alami, dan masa depan mereka. Kedua, ini juga mempertegas penghiburan dan pengharapan bagi Israel. Bagaimana detilnya?

Pemberitaan rencana Allah atas Babel (1-5) bukan gertak sambal sebab Allah sudah membangkitkan raja-raja Media (11) dan menetapkan batas kejayaan Babel (13, 14). Kekuatan besar mereka tidak akan mampu menggagalkan rencana-Nya. Buktinya? Babel pasti sudah tahu siapa yang diberitakan akan menaklukkannya jauh sebelum hal itu terjadi. Mereka seharusnya sudah mengantisipasi dengan menghancurkan kerajaan Media sebelum mereka menjadi kuat. Namun sejarah mencatat bahwa Media berhasil menaklukkan Babel pada tahun 539 s.M. Tingkat kehancuran yang akan mereka alami juga sangat fatal sebab generasi muda mereka akan dilenyapkan (3b). Dapatkah membangun masa depan bangsa tanpa generasi muda? Buat apa tinggal di Babel tanpa masa depan (8-9)? Babel layak menerima semua itu karena mereka telah menghancurkan Bait Allah (50:28; 51:11). Bait Allah adalah lambang kehadiran Allah di tengah-tengah umat- Nya. Penghancuran terhadap Bait-Nya sama dengan penghinaan terhadap-Nya.

Apa yang akan dialami oleh Israel berbeda. Walaupun dalam pembuangan karena dosanya, Allah ternyata tidak pernah meninggalkan mereka (5). Pengharapan menanti di ujung jalan karena penghukuman bukan kata akhir bagi kehidupan bangsa Israel. Identitas mereka akan dipulihkan karena penghajaran Allah telah selesai dan kasih-Nya kembali menyelimuti umat pilihan-Nya (10). Bayangkan bagaimana respons bangsa Yehuda yang ada di pembuangan ketika mendengar nubuat ini? Sukacita, menangis gembira, dan bersyukur kepada Tuhan. Mengapa? Karena mereka diingatkan bahwa Allah yang berdaulat atas seluruh dunia beserta segala isinya adalah Allah yang berpihak kepada mereka walaupun mereka sedang dalam penghajaran-Nya.

Renungkan: Respons Yehuda seharusnya menjadi respons Kristen juga yakni apa pun yang Kristen alami: penekanan, pembakaran, dan pemboman gereja, Allah di pihak kita. Kasih setia-Nya tak terbatas bahkan oleh penghajaran- Nya sekalipun.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA