(0.11) | (1Tim 6:2) |
(sh: Ciri ajaran sesat dari sisi uang (Rabu, 19 Juni 2002)) Ciri ajaran sesat dari sisi uangKembali Paulus mengingatkan Timotius untuk berhati-hati terhadap orang yang membawa ajaran yang "lain" (ayat 3). Di sini Paulus menggarisbawahi karakter lainnya dari para pengajar sesat ini. Selain ajaran mereka yang bertentangan dengan perkataan Tuhan Yesus (ayat 3), mereka juga sok tahu, senang dengan "mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, ... (ayat 4) serta percekcokan (ayat 5). Mereka "tidak lagi berpikiran sehat dan … kehilangan kebenaran" (ayat 5). Terakhir, mereka mempunyai motivasi yang sangat materialistis (ayat 5b-10). Mereka menganggap ibadah sebagai sumber keuntungan (ayat 5b). Sebagai kontras, Paulus memberikan gambaran tentang arti ibadah yang benar. Ibadah, yang artinya lebih menunjuk pada cara hidup Kristen yang berdasarkan perkataan Tuhan Yesus dan ajaran yang benar (ayat 3), memberi keuntungan yang besar bila disertai dengan rasa cukup, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (ayat 8). Keuntungan ini sempat disinggung Paulus pada 4:7-8. Tidak seperti mereka yang terpengaruh oleh ajaran sesat itu sehingga menjadi sangat bersemangat dalam mencari kekayaan sehingga terjatuh ke dalam pencobaan dan "berbagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (ayat 9). Tidak hanya kebinasaan dalam kekekalan yang menjadi akibatnya, tetapi pada kehidupan kini dan di sini. Orang-orang yang cinta uang telah "menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (ayat 10b). Hal yang paling menyedihkan adalah bila para pengajar seperti ini telah membuat anggota jemaat menyeleweng dan menyimpang dari iman dan ibad ah yang sejati (bdk. 10c). Semuanya karena "cinta uang adalah akar dari segala kejahatan" (ayat 10a). Renungkan: Banyak agama dan kepercayaan di dunia ini mengajarkan bahwa manusia beribadah agar Tuhan melimpahinya dengan berbagai berkat materi. Bahkan, kekayaan adalah balasan yang wajib diberikan oleh Tuhan kepada mereka yang beribadah. Pemahaman seperti ini tidaklah alkitabiah. Kristen memandang kekayaan sebagai berkat Allah yang mencukupkan kita (lih. 6:17b), tidak lebih, dan bukan tujuan utama hidup. |
(0.11) | (Tit 2:1) |
(sh: Dampak positif ajaran dan teladan (Jumat, 28 September 2001)) Dampak positif ajaran dan teladanTahukah Anda bahwa ajaran sangat mempengaruhi tingkah laku manusia? Ajaran yang baik dan benar kemungkinan akan membentuk pribadi yang baik, tetapi ajaran yang salah mempunyai peluang terbesar untuk menciptakan pribadi yang bermasalah. Dalam perikop ini Paulus mengingatkan Titus agar memberitakan apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat (ayat 1). Ada dua sasaran utama: pertama, membentuk kepribadian Kristiani yang dewasa. Kemauan untuk mengajar dan memberi teladan serta kerelaan untuk diajar dan meneladani, menjadikan ajaran Allah akan dipermuliakan (ayat 10). Hubungan interaktif antara 'memberi' -- 'menerima' ajaran dan teladan adalah proses yang sangat penting untuk menjadikan orang Kristen bertumbuh menjadi dewasa. Terampil mengajar tetapi tidak memberikan teladan menjadikan ajaran tersebut pada akhirnya mandul. Sebaliknya memberi teladan tetapi tidak mengajar menjadikan teladan menjadi bisu. Kedua, kepentingan ajaran itu sendiri. Secara eksplisit ada 4 hal yang akan dicapai, yakni: [1] Pola hidup yang sesuai dengan ajaran sehat akan menghasilkan teladan hidup (ayat 4); [2] Supaya firman Allah tidak dihujat orang (ayat 5). Ini adalah konsekuensi logis dari ajaran Kristen, bahwa ajaran mereka berasal dari Allah dan mempunyai kuasa untuk mengubah karakter seeorang. Apabila orang Kristen tidak berhasil memberikan konfirmasi, maka dengan sangat terpaksa firman Allah ditertawakan oleh dunia; [3] Supaya lawan menjadi malu (ayat 8). Dalam pelayanan Titus, mereka sering menghadapi penyesat-penyesat yang senantiasa ingin menjatuhkan mereka. Jika Titus dan jemaat mengikuti pola hidup dari ajaran yang sehat, maka tidak mungkin ditemukan adanya aib yang dapat disebarluaskan oleh para penyesat. Sebaliknya justru para penyesat menjadi malu atas perbuatan mereka sendiri; [4] Memuliakan ajaran Allah (ayat 10). Paulus mengingatkan para hamba untuk menerapkan ajaran yang sehat (ayat 9) berbeda dengan hamba lainnya. Maka tuan-tuan mereka akan melihat dengan jelas apa yang istimewa dari hamba Kristiani, sehingga melalui mulut tuan-tuan mereka, ajaran Allah akan dipermuliakan. Renungkan: Apakah ajaran dari Allah sudah membentuk pribadi Anda? Sudahkah ajaran Allah dipermuliakan melalui kehidupan Anda? Jadikan ini bentuk aplikasi yang digumuli dengan serius! |
(0.11) | (Ibr 13:7) |
(sh: Kristen dan para pemimpinnya (Jumat, 12 Mei 2000)) Kristen dan para pemimpinnyaIngatlah pemimpinmu yang telah berhasil di dalam hidup, pelayanan, dan mengakhiri 'perlombaan iman' dengan baik. Kenanglah mereka namun jangan mengidolakan. Karena mereka pun pasti mengakui bahwa mereka mendapatkan semua itu dari Yesus Kristus. Mereka sudah mati, tapi Yesus tetap sama: kemarin, hari ini, maupun selama-lamanya. Di dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang telah menyatakan diri-Nya kepada setiap generasi. Demikian pula Tuhan Yesus Kristus. Siapa Dia bagi Paulus, bagi Luther, bagi Calvin, adalah juga siapa Dia bagi kita. Kita tidak perlu meminta kepada Allah untuk mengirim balik keindahan masa lalu. Bila kita melihat hidup mereka, melihat kemenangan akhir mereka, kita dapat bersyukur kepada-Nya, sebab kita tetap mempunyai sumber kekuatan yang tidak pernah berubah yaitu Yesus Kristus. Karena itu senantiasa datanglah langsung kepada Yesus. Janganlah terkecoh dengan ajaran-ajaran asing yang hanya akan merendahkan kemutlakan karya keselamatan Kristus seperti jemaat penerima surat Ibrani yang ingin kembali kepada Yudaisme. Mereka lupa bahwa makanan-makanan yang ada dalam upacara persembahan di altar Perjanjian Lama hanyalah simbol dari kasih karunia Allah yang menguatkan. Segala kepercayaan dan bentuk ritual yang ada di dalam Perjanjian Lama hanyalah merupakan simbol-simbol yang sudah digenapi di dalam Kristus. Kristus sudah menderita untuk menguduskan umat-Nya sekali untuk selamanya, itu sudah cukup. Apakah itu cukup? Tidak! Kita harus bersaksi tentang Allah dan karya keselamatan-Nya. Kesaksian yang hidup adalah kesaksian melalui penyembahan Allah yang benar. Penyembahan yang benar ini meliputi 2 hal. Pertama penyembahan dengan mulut-bibir. Kedua penyembahan kehidupan yang baik yaitu berkorban bagi orang lain, menghormati, bertanggung jawab, dan tunduk kepada para pemimpin rohani dan berdoa untuk para pendeta, penginjil, dan hamba Tuhan lainnya. Renungkan: Di dalam Kekristenan semua membutuhkan semua. Para jemaat membutuhkan pemimpin sebagai teladan, pemimpin sebagai pembimbing dan penuntun. Namun pemimpin juga membutuhkan doa para jemaat. Dan semuanya membutuhkan Yesus yang selalu sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya. |
(0.11) | (Yak 1:19) |
(sh: Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya (Senin, 4 Juni 2001)) Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya"Jika padaku ditanyakan apa akan kusampaikan dalam dunia yang penuh dengan cobaan. Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Syair lagu yang dimuat dalam Kidung Jemaat 432 ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan. Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen "berbahagia" mendengar penjelasan ini. Ketidakbahagiaan ini lebih disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan melakukan tetapi karena ketidakmauan! Orang-orang yang seperti ini lebih senang menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada menuruti kehendak dan kebenaran Allah. Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni firman Tuhan. Jadi dapat dipastikan bahwa pernyataan dan peringatan Yakobus ini berhubungan erat dengan tema: “Kristen dan Firman-Nya”. Bagaimana Kristen tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup Kristen yang sesuai dengan firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada! Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran ini seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan. Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh. Renungkan: Bagaimana kehidupan kekristenan Anda, berapa kali Anda bercermin kepada kebenaran firman-Nya namun kemudian melupakannya. Firman yang Anda baca, renungkan, dan gali setiap hari, sampai dimanakah fungsi kebenaran- Nya? Respons ketaatan yang akan membuka kesempatan agar kuasa firman-Nya menyempurnakan kita. |
(0.11) | (1Yoh 4:1) |
(sh: Jangan mudah percaya (Sabtu, 9 Desember 2000)) Jangan mudah percayaBanyak penipuan terjadi dan terus berkembang dalam berbagai cara: mengaku petugas telkom ternyata berniat merampok, mengaku seorang sales dari perusahaan tertentu ternyata penjual barang tiruan, mengaku seorang pengasuh anak ternyata penculik anak, dan masih banyak lagi bentuk lainnya. Untuk menghindarinya biasanya kita menanyakan kartu identitas mereka, namun itu pun tidak menjamin terhindar dari penipuan. Kita harus menanyakan keaslian tanda pengenal tersebut kepada instansi yang bersangkutan. Betapa pun sulitnya menguji status dan identitas seseorang, masih lebih mudah dibandingkan menguji roh, apakah seseorang berasal dari Allah atau bukan. Siapa saja yang bukan dari Allah adalah nabi-nabi palsu yang tidak menyuarakan kebenaran, karena mereka tidak mengakui Kristus. Mereka berbicara mengenai dunia kepada dunia dan dunia mendengarkan mereka. Sebaliknya siapa yang berasal dari Allah pasti mengakui Yesus Kristus dan menyuarakan kebenaran. Dunia memang tidak mau mendengarkan, tetapi orang- orang yang mengenal Allah mau mendengarkannya. Lalu bagaimana kita menguji seseorang dari Allah atau bukan? Seseorang bukan dari Allah akan melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan dunia: mengikuti cara dunia, menceritakan yang enak didengar telinga, menjanjikan sesuatu kenikmatan dengan cara mudah, memanipulasi kebahagiaan, mencemarkan hidup demi kepuasan, dan tidak menghargai hidup pemberian Tuhan. Semuanya ini tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak Allah, yang senantiasa memikirkan, mendengarkan, mengajarkan, melakukan, dan mengatakan apa yang benar. Anak-anak Allah dan nabi-nabi palsu memang tidak pernah bersatu, keduanya akan selalu berperang. Namun anak-anak Allah telah mengalahkan nabi-nabi palsu, karena Roh Allah lebih berkuasa dari roh dunia. Anak-anak Allah tidak perlu takut menghadapi nabi-nabi palsu, bila tetap memberitakan firman Tuhan dengan keberanian dan kekuatan Roh Kudus. Kemenangan bukan berasal dari kekuatan diri dan bukan merupakan kemenangan fisik, tetapi kemenangan rohani karena Allah sendiri yang telah, sedang, dan tetap berperang bagi kita. Renungkan: Peperangan rohani melawan nabi-nabi palsu tak membutuhkan kekuatan fisik, tetapi ketahanan iman dan keyakinan akan kuasa firman Tuhan dalam hidup anak-anak-Nya. |
(0.11) | (2Yoh 1:1) |
(sh: Mengasihi dalam kebenaran. (Kamis, 6 Desember 2001)) Mengasihi dalam kebenaran.Surat ini ditujukan kepada "Ibu yang terpilih dan anak- anaknya". Ungkapan ini digunakan sebagai personifikasi bagi gereja, dalam hal ini salah satu gereja lokal yang berada di bawah asuhan Yohanes. "Anak-anaknya" adalah anggota-anggota jemaat. "Saudaramu yang terpilih" (ayat 13) adalah gereja tetangga, tempat Yohanes berada, dan "anak-anak saudaramu" adalah anggotanya. Pemakaian istilah "terpilih" (ayat 1, 13) menunjukkan penuhnya anugerah Allah bagi umat-Nya.
Dalam salam pembuka, rasul Paulus dan penulis Perjanjian Baru
lainnya tidak menggunakan kata "salam" (Yun. chairein) yang
sifatnya umum, tetapi menggantinya dengan charis (kasih
karunia), yang mempunyai makna kristiani. Salam pembuka yang
digunakan Yohanes di sini sangat khas. Pertama, Yohanes
menyisipkan kata "rahmat" sesudah "kasih karunia". Kedua kata
ini merefleksikan kasih Allah: kasih karunia (anugerah) bagi
yang berdosa dan tidak layak, rahmat (belas kasihan) bagi
yang miskin dan tak berdaya. Kedua, Kristus disebutnya
sebagai "Anak Bapa", suatu hal yang ditekankan Yohanes dalam
kristologinya. Manusia Yesus bukan hanya Juruselamat
(Mesias), tetapi juga Anak Allah Bapa. Dengan mengulang kata
"dari" di depan Yesus Kristus, Yohanes menekankan kesetaraan
Anak dan Bapa sebagai sumber segala berkat. Ketiga, Yohanes
menekankan "kebenaran dan kasih", dua ciri utama kehidupan
Kristen. Kasih Yohanes yang mendalam terhadap jemaatnya
terungkap dalam kalimat pertama, "yang benar-benar aku
kasihi". Akar kata "benar-benar" sama dengan "kebenaran"
(Yun. aletheia), yang disebutkan empat kali dalam 1-3. Yesus
adalah Kebenaran (Yoh. 14:6), Roh Kudus adalah Roh Kebenaran
(Yoh. 14:15-17), dan firman Allah adalah kebenaran ( Renungkan: Jika kebenaran menyertai kita selama-lamanya dan Yesus adalah Kebenaran, maka ucapan salam "kasih karunia, rahmat, dan damai sejahtera akan menyertai kita", bukan menyatakan harapan, melainkan keyakinan yang penuh kepastian! |
(0.11) | (Why 18:21) |
(sh: Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar! (Jumat, 15 November 2002)) Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar!
Lalu setelah itu …? Suatu kontras besar!
Renungkan: |
(0.09) | (Mat 7:21) |
(full: MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU.
) Nas : Mat 7:21 Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga merupakan suatu syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga (bd. ayat Mat 7:22-27; 19:16-26; 25:31-46). Sekalipun demikian, ini tidak berarti bahwa kita dapat memperoleh keselamatan dengan usaha kita sendiri. Hal ini benar karena berbagai alasan yang berikut:
|
(0.09) | (Mat 16:18) |
(full: PETRUS ... BATU KARANG ... JEMAAT.
) Nas : Mat 16:18 Dengan kata-kata ini Kristus berjanji untuk mendirikan gereja-Nya berlandaskan kebenaran dari pengakuan Petrus dan murid lain bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup (ayat Mat 16:16; bd. Kis 2:14-26). Di dalam ayat ini Yesus mengadakan permainan kata-kata. Ia menyebut murid-Nya itu "Petrus" (Yun. _Petros_, yang artinya sebuah batu kecil), namun Ia melanjutkan dengan mengatakan "di atas batu karang ini (Yun. _petra_, yaitu batu karang yang sangat besar atau tebing batu) Aku akan mendirikan jemaat-Ku," maksudnya: Ia akan mendirikan gereja (jemaat-Nya) di atas pengakuan Petrus yang kokoh.
|
(0.09) | (3Yoh 1:2) |
(full: BAIK-BAIK ... SAJA DALAM SEGALA SESUATU.
) Nas : 3Yoh 1:2 Biasanya, Allah menghendaki bahwa orang percaya itu sehat-sehat dan kehidupan kita disertai berkat-Nya. Dia ingin segala sesuatu beres dengan kita, yaitu bahwa pekerjaan, rencana, maksud, pelayanan, keluarga kita, dsb. berjalan sesuai dengan kehendak dan petunjuk-Nya. Demikianlah, berkat Allah melalui penebusan Kristus dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohani. Mengenai kemakmuran, baik yang jasmaniah maupun yang rohani, Alkitab mengajarkan hal-hal berikut:
|
(0.09) | (Kis 17:1) |
(sh: Hukum, politik, dan kuasa Allah (Sabtu, 17 Juni 2000)) Hukum, politik, dan kuasa AllahDi Indonesia, banyak Kristen yang buta permasalahan hukum dan politik. Konsekuensinya: (1)Kristen seringkali dilecehkan oleh pihak lain, (2) Gereja tidak berdaya untuk memberdayakan jemaatnya berkiprah di bidang ini, (3) Gereja 'mengagungkan' kuasa Tuhan secara ekstrim sehingga mengharamkan segala bentuk pemberdayaan intelektual demi kepentingan gereja. Paulus memberikan teladan bagi gereja dalam mengkombinasikan kuasa Allah yang menyertainya dengan hukum dan politik yang ia kuasai. Paulus dan Silas dijebloskan ke dalam penjara di Filipi karena kelicikan para tuan hamba perempuan yang sudah bertobat itu, yang mengangkat hukum sebagai isu utama untuk menutupi isu ekonomi (21). Dakwaan yang dijatuhkan sudah memenuhi aspek legal, karena hukum Romawi melarang warga negaranya menjalankan tata ibadah sebuah agama yang belum disahkan oleh pemerintah setempat, namun biasanya ada toleransi sejauh agama itu tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik (20-21). Di penjara, Paulus dan Silas tetap berdoa seperti yang diajarkan oleh Yesus (Luk. 18:1) dan memuji Tuhan sebagai tanda sukacita. Kesukacitaan di tengah penderitaan yang tidak seharusnya dialami, memanifestasikan keselamatan sejati yang selalu mengatasi segala keadaan. Kuasa kesaksian mereka diperkuat oleh Allah dengan gempa bumi yang mendobrak pintu penjara dan belenggu mereka. Peristiwa ini dan firman Tuhan yang diberitakan Paulus membawa kepala penjara dan seluruh keluarganya kepada keselamatan. Mengapa mereka tidak segera keluar dan mengapa baru sekarang mereka menggugat (37)? (1) mereka ingin menegaskan bahwa kuasa Allah melebihi segala kekuatan hukum yang dimilikinya sebagai warga negara Romawi, yang tidak boleh didera dan dipenjara tanpa proses pengadilan. (2) ia ingin mengajar para pejabat pemerintah bahwa orang Kristen tidak bisa diremehkan dan dilecehkan begitu saja secara hukum dan politik karena mereka 'melek' hukum. (3) agama Kristen bukanlah agama 'murahan' karena dianut oleh warga negara Romawi yang terhormat. Renungkan: Nyatakanlah bahwa Kristen Indonesia tidak bisa dilecehkan secara hukum dan politik. Wartakanlah bahwa agama Kristen bukanlah agama kelas 'kacangan' yang dianut oleh orang-orang yang mudah dilecehkan. Budaya instant dan Alkitab. Budaya 'instant' (mau serba cepat) nampaknya tidak hanya merambah bidang pangan (fast food) dan keuangan (ATM), namun juga sudah merambah ke dalam Kekristenan. Salah satu manifestasinya dapat dilihat dari cara Kristen membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kecenderungan yang terjadi adalah mereka enggan membaca, merenungkan, dan memahami Alkitab sampai menemukan kebenaran-kebenaran Ilahi. Mereka lebih memilih buku renungan yang tersedia banyak di toko buku kristen, membaca uraian yang ada di dalamnya, yang biasanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya. Secara singkat dan tanpa susah payah mereka telah menemukan 'kebenaran'. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar menemukan kebenaran itu? Apakah cerita dan kesaksian orang lain mempunyai kuasa sama seperti firman Tuhan? Jika demikian, apakah orang Kristen dapat menghadapi pergumulan hidup? Bagaimana orang-orang Tesalonika bertobat dan bagaimana mereka sebagai jemaat yang masih muda bertahan terhadap penyiksaan? Hanya ada satu jawaban yaitu firman Tuhan. Selama tiga hari Sabat berturut-turut Paulus menerangkan dan menunjukkan kepada mereka kebenaran firman Tuhan. Hingga akhirnya mereka percaya dan memutuskan untuk bertobat. Keyakinan dan keputusan mereka tidak berdasarkan pemahaman firman yang dangkal dan tanpa pemikiran. Sebaliknya mereka bersusah-payah dan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Firman Tuhan yang dipahami dengan cara demikian ternyata juga bermanfaat sebagai sumber kekuatan dan kemampuan yang menguatkan dan memampukan Kristen menghadapi segala tantangan dan ancaman, sehingga mereka tetap kokoh dalam iman. Yason adalah seorang Kristen yang mengalami kuasa firman Tuhan. Ketika ia menghadapi penduduk kota yang sedang makar dan ingin menghabisi Paulus dan Silas, ia rela bertindak sebagai penjamin Paulus dan Silas. Mungkin ia akan mengalami hukuman yang berat jika Paulus dan Silas tidak keluar Tesalonika. Sikap dan tindakan Yason merupakan manifestasi dari kuasa firman yang bekerja di dalam dirinya. Renungkan: Rindukah Anda mengalami kuasa itu? Tinggalkan cara baca Alkitab Anda yang mempraktekkan budaya 'instant' dan dapatkanlah kebenaran firman Tuhan melalui penggalian dan pemahaman. |
(0.06) | (Kis 12:5) |
(full: JEMAAT.
) Nas : Kis 12:5 Baik dari kitab Kisah Para Rasul maupun nas lainnya dalam PB kita memperoleh pengertian mengenai norma atau patokan-patokan yang diterima gereja PB.
|