Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 160 dari 175 ayat untuk kerja (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.25) (Yoh 1:10) (sh: Apakah artinya percaya pada Yesus? (Senin, 24 Desember 2001))
Apakah artinya percaya pada Yesus?

Apakah akibat jika seseorang percaya pada Yesus? Kata kerja 'menerima' (ayat 12) dengan jelas mengungkapkan hubungan pribadi dengan Yesus. Inilah artinya percaya pada Yesus. Yang diterima bukanlah suatu ajaran atau sistem keagamaan saja, melainkan juga seorang Pribadi. Percaya bukanlah sekadar persetujuan terhadap suatu dogma. Percaya bukan hanya berarti menjadi anggota gereja. Percaya tidak sekadar bersifat kognitif atau pengetahuan. Yang menjadi esensi, percaya berarti memiliki relasi dengan Yesus. Hubungan dengan Yesus bersifat pribadi dan dinamis. Yesus adalah objek iman.

Percaya pada Yesus membawa akibat yang luar biasa! Orang yang percaya pada Yesus diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah (ayat 12). Siapa saja yang dapat menjadi anak-anak Allah? Istilah 'semua orang' dalam ayat 12 dengan jelas menunjuk ruang tanpa batas. Apakah kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, kulit putih atau hitam, semuanya dapat percaya pada Yesus. Tidak ada batasan gender atau suku untuk menjadi anak-anak Allah.

Menerima atau percaya pada Yesus merupakan tindakan aktif manusia. Dengan perkataan lain, percaya adalah perbuatan manusia. Namun, percaya juga merupakan pemberian Allah (ayat 13). Ketika manusia dapat percaya pada Yesus, itu adalah tanda bahwa ia telah dilahirkan dari Allah. Dengan perkataan lain, percaya adalah pekerjaan Allah. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa percaya pada Yesus bukan semata-mata pekerjaan manusia, melainkan juga pekerjaan Allah. Keseimbangan dalam melihat kedua perspektif tersebut harus dipertahankan. Jadi, meskipun percaya pada Yesus adalah perbuatan manusia, namun Allahlah yang mengakibatkan manusia dapat percaya dan menjadi anak-anak Allah.

Renungkan: Orang yang menyebut diri Kristen dapat saja memiliki rasa dan tindakan keagamaan yang kuat. Namun demikian, kesejatian kekristenan ditentukan terutama oleh kepercayaan pada Yesus di dalam hubungan pribadi dengan Dia. Sudahkah Anda sungguh- sungguh menyerahkan diri kepada Yesus, menerima-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan? Hiduplah sebagai murid-Nya yang sejati!

PA 7: Obaja 10-16

Kita dapat menganggap bahwa hardikan Obaja kepada bangsa Edom berkaitan dengan peristiwa yang tercatat dalam 2Raj. 8:20-22 dan 2Taw. 21:8-10. Sebagaimana Esau membenci Yakub setelah Yakub "mencuri" hak kesulungannya (Kej. 27:41), bangsa Edom pun menginginkan kecelakaan Israel (Bil. 20:14-21). Dendam ini pula yang membuat Edom memberontak melawan kerajaan Yehuda. Lepasnya Edom dari Yehuda menggenapi nubuatan Ishak (Kej. 27:39-40). Maka, datanglah Obaja menghardik bangsa Edom. Obaja 10-16 mencakup 3 alasan mengapa Edom harus dihukum dan pernyataan murka Allah kepada Edom. Melalui bagian ini, keadilan Tuhan dinyatakan secara sempurna.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa kesalahan Edom yang pertama terhadap bangsa Israel (ayat 10)? Lihat pula Am. 1:11-12. Bagaimana kesalahan tersebut dikaitkan dengan sikap Israel terhadap bangsa Edom (lihat Ul. 2:4-5; 23:7-8)? Apa yang membuat dosa Edom begitu memalukan dan berakibat fatal? Kaitkan dengan Kej. 17, 25-29, 32-33!

2. Apa kesalahan Edom yang kedua terhadap bangsa Israel (ayat 11)? Kaitkan dengan Luk. 10:25-36! Apakah Edom melakukan kesalahan secara aktif atau pasif? Apa yang dapat Anda pelajari mengenai sikap pasif?

3. Apa kesalahan Edom yang ketiga terhadap bangsa Israel (ayat 12-14)? Ada berapa kali frasa "pada hari . . . " diulang? Apa kira-kira maksud pengulangan tersebut (kaitkan dengan masalah "kesementaraan")? Apakah sikap bangsa Edom dapat disebut "takabur"? Mengapa?

4. Apa yang dimaksud dengan "hari TUHAN" (ayat 15a)? Lihat juga Yes. 2:12-21. Prinsip apa yang menjadi kunci bagi penghukuman Edom (ayat 15b)? Kaitkan dengan Kel. 21:24-25.

5. Apa perbedaan antara kata "minum" yang pertama dan kedua/ketiga dalam ayat 16? Kaitkan dengan kemenangan Edom (untuk kata yang pertama), dan cawan murka Allah (untuk kata yang kedua/ketiga)!

Bagaimana Anda menerapkan pelajaran firman Tuhan ini dalam konteks Indonesia, melihat bahwa masih terjadi konflik berisu SARA di mana-mana? Apakah yang akan Anda lakukan sebagai Kristen?

(0.25) (Kis 4:32) (sh: Gereja yang dipenuhi Roh Kudus (Minggu, 30 Mei 1999))
Gereja yang dipenuhi Roh Kudus

Para rasul mengabaikan larangan Sanhedrin, dan mereka tetap bersaksi dengan keberanian dan semangat (31, 33). Kasih karunia Allah yang melimpah-limpah menguatkan mereka untuk tetap menyaksikan kebangkitan Yesus (33). Gereja mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus, nyata melalui perkataan dan perbuatan; pelayanan dan kesaksian; kasih kepada sesama anggota dan kesaksian bagi dunia luar. Apa yang digambarkan dalam perikop ini merupakan kejadian kedua setelah kisah dalam pasal 2:42-47. Sumbernya sama yaitu Roh Kudus yang memenuhi, menguasai dan menggerakkan. Hal ini tampak pada keseimbangan kerja Roh Kudus di dalam gereja mula-mula.

Komunisme Kristen? Ada sebagian pihak yang menggunakan perikop ini untuk mendukung paham komunisme Kristen. Apakah memang demikian? Kita bisa melihat tiga pokok penting dari bagian ini. Pertama, adanya sikap yang radikal terhadap harta yang dimiliki oleh mereka. Semua harta mereka dianggap milik bersama (32b). Secara hukum dan fakta mereka masih memiliki barang mereka, namun mereka memutuskan untuk menganggap bahwa harta-harta mereka bisa dipakai oleh saudara-saudara lain yang membutuhkan. Kedua, sikap radikal mereka telah memimpin mereka pada tindakan pengorbanan untuk orang lain (34b-35). Ketiga, sikap radikal dan pengorbanan ini berdasarkan prinsip persamaan sehingga terjaminnya distribusi yang merata (35b). Ketiga pokok pikiran di atas memberikan penekanan tentang dua hal yaitu tidak seorang pun kehilangan hak atas harta yang mereka miliki (paham komunis) dan setiap Kristen lebih mementingkan kebutuhan saudara mereka daripada harta mereka (paham Kristen).

Barnabas sang teladan. Gereja terus bersatu dalam iman, kasih dan kesaksian yang luar biasa, sehingga dunia sekeliling dapat merasakannya. Barnabas adalah contoh seorang tokoh yang patut diteladani. Nilai-nilai yang sudah ditunjukkan oleh si anak penghiburan ini haruslah menjadi prinsip bagi gereja sekarang di dalam sikap mereka terhadap harta dan umat.

(0.25) (Kis 5:34) (sh: Bagaimanakah Tuhan menolong kita? (Sabtu, 21 Juni 2003))
Bagaimanakah Tuhan menolong kita?

Ada banyak cara yang Tuhan gunakan untuk menolong anak-anak-Nya, salah satunya adalah dengan menempatkan orang yang tepat, pada waktu yang tepat (Yusuf di Mesir, Nehemia di istana Raja Artahsasta, Ester di istana Raja Ahasyweros). Cara inilah yang Tuhan lakukan. Tuhan memakai Gamaliel, seorang Farisi, untuk melindungi para rasul dari rencana jahat para imam.

Pada masa itu Gamaliel adalah seorang guru agama Yahudi yang berpengaruh dan salah satu anak didiknya yang kita kenal ialah Paulus. Tuhan menggunakan Gamaliel -- seseorang yang tidak percaya kepada Kristus -- untuk melindungi pengikut Kristus. Mungkin para rasul tidak pernah membayangkan bahwa jiwa mereka terselamatkan oleh seorang rabi Farisi, namun begitulah cara Tuhan bekerja!

Dalam perjalanan mengikut Tuhan, ada dua hal yang perlu kita ingat dan bedakan dengan jelas: Apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui. Yang kita ketahui adalah, Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya untuk selamanya (Mzm. 100:5). Jadi, apa pun yang kita alami, tetaplah berpegang pada kebenaran firman ini. Yang tidak kita ketahui adalah cara Tuhan bekerja yakni bagaimanakah Ia mewujudkan kebaikan-Nya.

Penting bagi kita untuk tidak mencampuradukkan keduanya. Jangan membuat yang pasti menjadi tidak pasti, yakni meragukan kebaikan Tuhan. Jangan membuat yang tidak pasti menjadi pasti yaitu dengan mematokkan cara kerja Tuhan. Tuhan menyatakan kebaikan- Nya kepada kita melalui pelbagai cara, dan kalaupun Ia tidak memakai cara yang sama, itu tidak berarti Ia telah meninggalkan kita atau Ia tidak berdaya menolong. Ingatlah bahwa Tuhan bekerja dengan cara-cara yang tak terbayangkan.

Renungkan: Cara Tuhan menolong kita di masa sekarang belum tentu sama dengan cara Tuhan menolong kita di masa lampau.

(0.25) (Kis 9:10) (sh: Peranan di belakang layar (Selasa, 1 Juli 2003))
Peranan di belakang layar

Peranan Paulus dalam karya pelayanan sangat menentukan terobosan- terobosan yang mengeutkan dengan pengorbanan dan dedikasi yang mengagumkan. Paulus menjangkau tempat-tempat terpencil, dengan semangat yang tidak pernah padam. Mempunyai pikiran yang brilian dan ide-ide cemerlang. Ia memberikan fondasi bagi kekristenan bukan saja di zamannya tetapi juga sampai hari ini. Tuhan telah menemukan alat-Nya yang sangat ampuh sehingga warna dan pertumbuhan kekristenan sangat ditentukan oleh karya pelayan-Nya. Kita tentu saja tidak perlu mengidolakan Paulus sehingga Paulus lebih dari Yesus, tetapi dengan jujur kita harus mengakui bahwa Paulus, Rasul Yesus Kristus itu telah memainkan peranan yang sangat menetukan dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah dan dalam memuliakan Tuhan.

Tetapi tokoh yang menarik untuk direnungkan hari ini bukan Paulus. Ada seorang tokoh yang juga sangat menentukan berada di belakang layar keberhasilan dan kebesaran Paulus. Tokoh itu adalah Ananias. Ia tenggelam dalam kemashuran dan kebesaran dan kebesaran Paulus tetapi ia memainkan peranan yang sangat menentukan untuk membimbing seorang Paulus menjadi Paulus yang besar dan tenar dalam berkarya bagi kristus. Ia menuntun Paulus yang bisa sampai ke alamat yang sebenarnya. Ia adalah seorang tokoh yang sederhana nyaris terlupakan sepanjang sejarah pelayanan. Tetapi ia yang bertanggungjawab sehingga Paulus menjadi Paulus yang saat ini kita kenal, menjadi seorang tokoh yang besar.

Renungkan: Banyak sekali tokoh-tokoh dibelakang layar yang terlupakan. Ibu- ibu sederhana di desa-desa yang pendidikannya tidak seberapa, tetapi menghabiskan hari-hari kehidupannya dengan doa, pengurbanan, kerja keras. Mereka telah menciptakan pemimpin- pemimpin umat atau pemimpin bangsa yang berguna. Apa peranan Anda dalam pemberitaan Injil Kristus?

(0.25) (Kis 20:1) (sh: Rahasia prestasi gemilang (Minggu, 25 Juni 2000))
Rahasia prestasi gemilang

Selama 14 tahun pelayanannya, Paulus berhasil membangun sekitar 30 gereja di Asia hingga Eropa. Dan gereja-gereja yang ia bangun adalah gereja-gereja yang bertumbuh, berkembang, dan berbuah di tengah tantangan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya mendera gereja.

Di dalam waktu 14 tahun, di tengah kondisi medan yang sulit, dan perlakuan orang-orang Yahudi dan pemerin-tahan Romawi, Paulus telah berhasil mencapai prestasi yang dapat dikatakan 'spektakuler'. Apa rahasia kesuksesannya? Ia tidak hanya mengabarkan Injil namun juga memfollow-up (pelayanan lanjutan), yakni menguatkan murid-murid secara konsisten dan berkesinambungan (1-2). Ini dilakukan setiap kali ia akan meninggalkan jemaat, mengunjungi jemaat yang sudah lama ditinggalkan, atau menulis surat kepada sebuah jemaat. Penguatan ini merupakan pelayanan yang diwujudnyatakan dengan kata-kata penghiburan, dorongan, pujian dlsb. yang dengan kekuatan Roh Kudus berusaha menguatkan Kristen untuk tetap setia dan bertahan dalam menghadapi berbagai penganiayaan.

Paulus juga bukan seorang 'pemain tunggal', karena ia mempunyai tim kerja dari berbagai latar belakang (4-6). Ketika di Troas, Paulus memperlihatkan bahwa gereja harus dibangun berdasarkan pelayanan firman dan sakramen (7-11). Selain memecah-mecahkan roti (perjamuan kudus), Paulus pun rela menghabiskan waktu untuk mengeksposisi firman Tuhan dan berdiskusi dengan jemaat (11). Sebab ia yakin bahwa hanya firman Tuhan yang mampu menguatkan jemaat untuk tetap setia, bertumbuh, dan berbuah. Peristiwa kebangkitan Euthikus, menegaskan bahwa sumber utama kekuatan dan penghiburan Kristen adalah Kristus yang telah mengalahkan kematian, musuh utama manusia.

Renungkan: Keberhasilan sebuah pelayanan nampak dari hasil pertumbuhan, buahnya, dan ketahanannya dalam menghadapi penganiayaan.

Bacaan untuk Minggu ke-2 sesudah Pentakosta

Ulangan 11:18-21 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Ula/T_Ula11.htm#11:18 Roma 3:21-28 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Rom/T_Rom3.htm#3:21 Matius 7:21-29 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Mat/T_Mat7.htm#7:21 Mazmur 31:1-5,19-24 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz31.htm#31:1

Lagu: Kidung Jemaat 343

(0.25) (Kis 20:13) (sh: Cuti hamba Tuhan (Senin, 26 Juni 2000))
Cuti hamba Tuhan

Susahnya menjadi seorang pendeta adalah majikannya terlalu banyak karena seluruh jemaat merasa mempunyai hak untuk meminta waktu dan pelayanannya. Fakta ini menyebabkan jam kerja seorang pendeta menjadi 36 jam/hari. Bahkan waktu liburnya pun yang biasanya jatuh pada hari Senin seringkali harus dikorbankan, karena ada jemaat yang membutuhkan pelayanannya. Mengapa seorang pendeta begitu sibuk? Apakah beban pekerjaannya terlalu banyak? Ataukah ada semacam konsep yang diyakini oleh jemaat bahwa seorang pendeta harus selalu melayani, selalu siap berkorban, dan tidak boleh mempunyai waktu untuk kepentingan pribadi?

Perjalanan Paulus dari Troas ke Miletus menggambarkan bahwa menikmati kesendirian dan kebersamaan dengan teman-teman sepelayanan di dalam sebuah perjalanan; dan merindukan untuk merayakan sebuah hari raya Kristen bersama sesama rasul jauh dari tugas dan kewajiban pelayanan untuk satu waktu tertentu; adalah hak seorang hamba Tuhan yang mempunyai hidup pribadi dan membutuhkan waktu istirahat. Dalam perjalanan dari Troas ke Miletus, tidak satu pun pelayanan yang dilakukan oleh Paulus dan timnya kecuali pertemuan dengan tua-tua Efesus. Paulus menempuh perjalanan dari Troas ke Asos (30 km) dengan berjalan kaki, sehingga Paulus mempunyai waktu untuk menikmati kesendiriannya, dimana ia mempunyai kesempatan untuk melakukan refleksi dan kontemplasi atas hidupnya. Dua kegiatan ini penting agar ia selalu memfokuskan kehidupannya kepada panggilan-Nya.

Selain kesendirian, Paulus juga menikmati kebersamaan secara informal dengan anggota tim pelayanannya selama beberapa hari dalam perjalanan laut dari Asos menuju ke Miletus. Maka terciptalah kesatuan dan kesehatian yang semakin kokoh di dalam tim pelayanan mereka. Yang terakhir, Paulus pun perlu mengikuti dan menikmati ibadah pada hari raya Pentakosta. Kalau pun dipaparkan bahwa Paulus mengatur pertemuan dengan tua-tua Efesus, semata-mata timbul karena kasih dan perhatian seorang gembala kepada jemaatnya yang begitu meluap. Paulus menyadari itu sehingga ia pun tidak mau singgah di Efesus.

Renungkan: Perhatikan kehidupan pribadi pendeta atau gembala sidang di gereja Anda. Apa yang dapat Anda lakukan agar pendeta Anda dapat menikmati apa yang dinikmati oleh Paulus?

(0.25) (1Kor 15:1) (sh: Yang sangat penting. (Minggu, 26 Oktober 1997))
Yang sangat penting.

Apa hal penting yang menduduki peringkat pertama dalam hidup kita pribadi, menentukan jatuh bangunnya gereja, bahkan menentukan nasib kekal manusia? Yang sangat penting itu ialah Injil Yesus Kristus. Banyak hal mendesak yang orang anggap penting untuk segera dibereskan dalam dunia masa kini. Ambillah contoh berikut ini: soal lingkungan hidup, soal perdamaian dunia, kerukunan, pengadaan perumahan rakyat, peningkatan pendidikan, pengadaan lapangan kerja, dlsb. Semuanya itu memang mendesak bahkan penting, namun bukan sangat penting. Hanya Injil Yesus Kristus yang sangat penting sebab Injil menentukan hidup kekal manusia yang akan mempengaruhi total radikal kehidupan setiap manusia baik kelak maupun kini di dunia ini. Gereja yang berdiri teguh ialah gereja yang tidak melupakan fondasinya yaitu Injil Yesus Kristus. Gereja ada karena Injil Yesus diberitakan dan disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting itu dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya. Oleh Injil itulah kita diselamatkan. Kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah. Hal-hal mendesak yang tiap hari harus kita hadapi seharusnya kita perhadapkan di bawah terang Injil dan bukan membuat keyakinan kita akan Injil menjadi goyah!

Kasih karunia Allah. Banyak orang meragukan kebenaran Injil. Rupanya hal itu sudah terjadi bahkan sejak zaman Paulus. Benarkah Yesus saja satu-satunya jalan? Benarkah Dia bangkit dari kematian? Banyak lagi pertanyaan orang ajukan terhadap kebenaran Injil, namun yang terutama ialah kebenaran tentang kebangkitan-Nya. Paulus sebenarnya tidak pernah berjumpa Yesus sewaktu Yesus hidup. Untuk apa ia mati-matian menjadi penganjur dari Orang yang tidak pernah dikenalnya bahkan pernah dimusuhinya, bila ia tidak benar-benar pernah mengalami sesuatu dari Yesus ini?

Renungkan: Bersaksi adalah akibat dari fakta bahwa Yesus sungguh hidup dalam diri seseorang.

(0.25) (Gal 2:1) (sh: Gereja sejati mendukung PI (Senin, 6 Juni 2005))
Gereja sejati mendukung PI


Misi pengabaran Injil adalah tugas gereja. Itu sebabnya, setiap badan misi harus bekerja sama dengan gereja. Sebaliknya, gereja harus mendukung upaya pribadi-pribadi Kristen dalam menyaksikan Kristus kepada orang lain.

Sejak pertobatannya, Paulus sudah giat mengabarkan Injil, terutama kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Ia telah menghasilkan banyak petobat baru dan banyak gereja selama belasan tahun. Namun, Paulus sadar bahwa pengabaran Injil bukan tugas pribadi semata-mata melainkan tugas gereja. Itu sebabnya, ia berkunjung ke Yerusalem untuk mendapatkan dukungan dari gereja dan tokoh-tokoh Kristen di sana, "supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha" (ayat 2). Maksudnya agar gereja yang terdiri dari orang-orang nonyahudi (Antiokhia) disambut ke dalam persekutuan dengan gereja Yerusalem. Paulus konsisten dengan tugas pengabaran Injil dan dengan tegas menolak upaya memasukkan unsur-unsur budaya Yahudi yang pada hakikatnya membelenggu kebebasan yang dihasilkan Injil sejati (ayat 4-5). Injil harus kontekstual dengan masyarakat di mana Injil itu diberitakan. Itu sebabnya ia membawa Titus yang tidak bersunat sebagai bukti hasil pelayanannya itu (ayat 3). Reaksi gereja di Yerusalem menggembirakan. Para pemimpin gereja terbuka melihat panggilan pelayanan Paulus kepada bangsa-bangsa nonyahudi sama seperti panggilan pelayanan Petrus untuk bangsa Yahudi (ayat 6-8). Gereja mendukung penuh pengabaran Injil kontekstual Paulus (ayat 9).

Tugas gereja bukan menghalang-halangi, sebaliknya mendukung, memperlengkapi, dan mengutus umat Tuhan untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa di dunia ini. Injil sejati harus diberitakan tanpa embel-embel atau muatan budaya lain yang hanya akan menghambat iman sejati

Doakan: Agar Tuhan menggerakkan gereja-gereja yang belum menjadikan misi sebagai prioritas utama program kerja mereka menjadi agen-agen penyalur kuasa dan kasih Allah kepada dunia ini.

(0.25) (Ef 2:1) (sh: Siapa manusia? (Senin, 7 Oktober 2002))
Siapa manusia?

Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat diberikan dari sudut biologis, sosiologis, dlsb. Alkitab menjawab pertanyaan ini dalam hubungan dengan Allah. Manusia diciptakan oleh Allah sehingga pertanyaan siapa manusia harus dilihat dari sisi penciptanya. Paulus dengan tepat dan kurat merumuskan siapa manusia. Tanpa Kristus semua manusia: mati, diperbudak dan dimurkai. Ketiga kata kerja ini melukiskan keadaan manusia.

Semua manusia tanpa kecuali sudah mati (ayat 1). Universalitas keadaan manusia ini diungkapkan Paulus melalui pronominal ‘kamu’ (ayat 1,2), dan ‘kita’ (ayat 3). Etnis Yahudi yang mengklaim diri sebagai umat Allah tidak ada bedanya dengan etnis-etnis nonYahudi. Inilah artinya mati. Berikutnya, manusia diperbudak (ayat 2). Apa atau siapakah yang memperbudak kita? Paulus menyebut tiga bentuk: [1]. Manusia mengikuti jalan dunia. Manusia diperbudak oleh system dan nilai-nilai duniawi yang menolak Allah. [2]. Manusia menaati penguasa kerajaan angkasa. Iblis dan pengikut-Nya memperbudak semua manusia dengan berbagai bentuk perhambaaan yang menindas. [3]. Manusia hidup di dalam hawa nafsu daging dan pikiran jahat. Perbuatan manusia mencerminkan perseteruannya dengan Allah. Berikutnya, manusia dimurkai Allah. Murka Allah tidak sama dengan emosi kemarahan manusia. Allah murka karena dosa bukan karena temperamen Allah yang tak terkendali. Murka Allah adalah respons-Nya ketika berhadapan dengan dosa.

Harus disadari bahwa gambaran ini adalah gambaran tentang keadaan manusia dalam hubungannnya dengan sesama manusia. Di hadapan sesame manusia tentu saja manusia terlihat saleh dan bermoral. Tetapi di hadapan Allah, sesaleh apa pun seseorang, tetap saja ia orang berdosa dan berada di bawah murka Allah. Kesalehan manusia seperti kain kotor di hadiran Allah.

Renungkan: Jika manusia tidak mengenal diri sendiri sulit sekali manusia menyadari betapa besar anugerah Allah. Mengenai siapa kita di hadapan Allah mengantar kita pada pengenalan akan Allah lebih dalam.

(0.25) (Kol 3:18) (sh: Transformasi domestik (Jumat, 23 April 2004))
Transformasi domestik

Perubahan hidup yang paling sulit terjadi dalam kehidupan kita bukan terdapat di luar, tetapi di dalam rumah tangga, dan ini menyangkut hubungan domestik baik di rumah maupun di tempat kerja kita. Tidak dapat disangkal bahwa seringkali tingkah kita kepada pasangan, anak, orang tua, pembantu, karyawan cenderung tidak kristiani.

Paulus menyadari hal tersebut. Oleh karena itu Paulus memberikan nasihat-nasihat praktis untuk mengatur kehidupan domestik Kristen. Kehidupan domestik Kristen harus mewujudkan kehidupan keluarga Allah. Maka hubungan antarsuami dan isteri, harus mewujudkan idealisme hubungan Kristus dengan gereja. Itu sebab suami mengasihi isteri, isteri tunduk kepada suami (ayat 18-19); ayah-ayah memelihara hati anak-anaknya, anak-anak hormat dan taat kepada orang tua mereka (ayat 20-21); tuan-tuan memperlakukan dengan manusiawi para hambanya, para hamba menaati tuan mereka untuk menyenangkan Kristus (ayat 3:22-4:1).

Transformasi domestik akan berdampak besar ke gereja, dan dari gereja ke dunia ini. Bila keluarga-keluarga Kristen, dan perusahaan-perusahaan yang pemimpinnya Kristen dan karyawan-karyawannya ada yang Kristen mempraktikkan keteladanan Kristus maka gereja akan dipersatukan oleh kasih dan damai sejahtera. Lebih lanjut, gereja akan menjadi berkat bagi dunia ini. Orang dunia akan mengalami sentuhan kasih, sentuhan kekudusan, dan damai sejahtera Allah akan hadir dalam dunia ini. Kelihatannya terlalu ideal? Ya, kalau dilihat secara global. Namun, bila Anda mulai mewujudkannya dalam keluarga dan perusahaan Anda, Anda akan melihat transformasi hidup mulai dari diri Anda, keluarga Anda, gereja Anda, dan masyarakat sekeliling Anda. Itu dimulai dari diri Anda!

Untuk dilakukan: Periksa diri Anda, tingkah laku dan karakter Anda. Mulailah ubah perilaku Anda dan perbaiki karakter Anda di keluarga Anda, dan di tempat Anda bekerja!

(0.25) (1Tes 5:12) (sh: Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan (Kamis, 30 Oktober 2003))
Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan

Ada sebuah papan promosi sebuah produk yang menjelaskan produk tersebut dengan sebuah kalimat: "Mungkinkah perkerjaan yang besar dan berat dapat selesai jika dikerjakan sendirian?" Ini bukan rangkaian kalimat berkonotasi pesimis. Kalimat ini hanya mengingatkan bahwa kerja sama dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan itu adalah hal yang sangat penting.

Tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada orang-orang Kristen di Tesalonika sama beratnya dengan tugas dan tanggung jawab umat Tuhan saat ini. Jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri mustahil semua tugas dan tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan. Maka, jemaat Tuhan harus bahu membahu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu (ayat 12-22) dan memohonkan berkat Tuhan untuk memberikan kemampuan serta motivasi (ayat 23-28).

Nasihat-nasihat terakhir Paulus yang ditujukan kepada jemaat Tesalonika berisikan tentang beberapa hal penting: [1] supaya jemaat menghormati dan mendukung dalam kasih para pemimpin jemaat yang sudah bekerja keras, memimpin dan menegor mereka (ayat 12-13); [2] para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang tidak tertib, dan berlaku adil terhadap yang lemah (ayat 14-15); [3] keseluruhan komunitas jemaat agar mereka tekun dalam doa dan syukur, mengembangkan karunia dan menjauhi kejahatan (ayat 16- 21). Dengan saling bekerja sama, pekerjaan Tuhan niscaya dapat dilaksanakan dan diselesaikan.

Akhirnya, jemaat memerlukan kekuatan dan pertolongan dari Tuhan supaya mereka dapat dengan tuntas menunaikan tugas dan tanggung jawab pelayanan mereka. Itu sebabnya Paulus menyampaikan berkat Allah kepada mereka.

Renungkan: Tunaikan tugas dan panggilanmu dengan setia dan bertanggung jawab. "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga yang akan menggenapinya."

(0.25) (1Tim 1:18) (sh: Iman, hati nurani, dan perjuangan (Sabtu, 8 Juni 2002))
Iman, hati nurani, dan perjuangan

Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri (ayat 1:1), yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 1:14), sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius (ayat 1:1;18). Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri (ayat 18b).

Tugas itu adalah "memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni" (ayat 18b). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. Kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih (ayat 1:5). Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang.

Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1:9-11, 3:9). Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang-orang yang melayani, namun kandas imannya karena menolak memelihara hati nurani yang murni (ayat 19-20). Menyerahkan mereka kepada Iblis adalah tindakan disiplin yang terakhir, untuk membawa pada penyesalan dan pertobatan (bdk. 1Kor. 5:2).

Renungkan: Tiap bentuk pelayanan yang Kristen lakukan, dari menjadi sukarelawan/wati juru masak untuk kegiatan gereja sampai menjadi ketua sinode, semuanya menuntut keseriusan untuk melihatnya sebagai suatu perjuangan. Semuanya juga menuntut Kristen untuk setia menjaga kemurnian hati nurani dan perilaku yang dihasilkannya.

(0.25) (1Tim 2:1) (sh: Iman, hati nurani, dan perjuangan (Minggu, 9 Juni 2002))
Iman, hati nurani, dan perjuangan

Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri (ayat 1:1), yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 1:14), sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius (ayat 1:1;18). Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri (ayat 18b).

Tugas itu adalah "memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni" (ayat 18b). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. Kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih (ayat 1:5). Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang.

Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1:9-11, 3:9). Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang-orang yang melayani, namun kandas imannya karena menolak memelihara hati nurani yang murni (ayat 19-20). Menyerahkan mereka kepada Iblis adalah tindakan disiplin yang terakhir, untuk membawa pada penyesalan dan pertobatan (bdk. 1Kor. 5:2).

Renungkan: Tiap bentuk pelayanan yang Kristen lakukan, dari menjadi sukarelawan/wati juru masak untuk kegiatan gereja sampai menjadi ketua sinode, semuanya menuntut keseriusan untuk melihatnya sebagai suatu perjuangan. Semuanya juga menuntut Kristen untuk setia menjaga kemurnian hati nurani dan perilaku yang dihasilkannya.

(0.25) (1Yoh 5:1) (sh: Tindakan kasih mengalahkan dunia (Rabu, 10 Desember 2003))
Tindakan kasih mengalahkan dunia

Percaya pada Yesus adalah pekerjaan Allah bukan hanya keputusan manusia (ayat 1). Ketika manusia percaya pada Yesus, saat itu ia dilahirkan dari Allah. Kata kerja ‘dilahirkan’ pada ayat 1 dipakai dalam bentuk pasif bukan aktif. Di sini terlihat hubungan tak terpisahkan antara tindakan manusia untuk percaya dan karya Allah melahirkannya menjadi anak-anak Allah yang pertama adalah akibat dan tanda dari yang kedua.

Dilahirkan menjadi anak-anak Allah berarti dipersilakan masuk ke dalam relasi kasih. Relasi kasih dengan Allah melalui Yesus inilah yang mendorong kita untuk mengasihi saudara seiman. Bukti seseorang mengasihi Allah adalah mengasihi saudara seiman. Mengasihi saudara seiman berarti mengasihi Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya (ayat 2). Yohanes menghubungkan tiga hal sekaligus yakni mengasihi Allah, melakukan perintah Allah dan mengasihi saudara seiman ketiganya harus ada dalam hidup kita.

Untuk melaksanakan ketiga perintah ini sekaligus, ada langkah-langkah yang harus kita tempuh, perhatikan dan pahami. Pertama, sifat perintah Allah. Perintah Allah tidak berat karena beban yang diberikan kepada kita tidak melebihi kemampuan kita. Kedua, iman kita. Orang percaya mampu melakukan perintah Allah karena ia memiliki iman yang mengalahkan dunia. Memiliki iman berarti memiliki relasi dengan Yesus Anak Allah (ayat 5).

Tuhan Yesus telah mengalahkan musuh manusia yang paling ditakuti yaitu kematian. Logikanya, jika kematian dapat dikalahkan-Nya apalagi hal-hal lainnya. Seandainya saat ini kita berada dalam berbagai penderitaan, kesusahan dan pergumulan berat, bersyukurlah! Mengapa bersyukur? Karena iman yang kita miliki adalah iman yang mengalahkan dunia.

Renungkan: Saat kita mengasihi saudara seiman menunjukkan bahwa kita memiliki iman yang mengalahkan dunia. Tunjukkanlah bahwa Anda memiliki iman yang mengalahkan dunia.

(0.21) (Kis 19:2) (full: SUDAHKAH KAMU MENERIMA ROH KUDUS? )

Nas : Kis 19:2

Perhatikan fakta-fakta berikut tentang pertanyaan Paulus:

  1. 1) Pertanyaan Paulus ini menunjukkan dengan tegas bahwa ia menganggap para murid di Efesus itu orang Kristen yang sungguh lahir baru yang belum dipenuhi oleh Roh Kudus.
  2. 2) Pertanyaan Paulus di sini menunjuk kepada baptisan dalam Roh Kudus untuk kuasa dan pelayanan, sama seperti yang terjadi pada hari Pentakosta (bd. Kis 1:8; 2:4). Ini tidak bisa menunjuk kepada kehadiran Roh yang mendiami orang percaya, karena Paulus pasti mengetahui bahwa semua orang percaya mempunyai Roh Kudus yang tinggal dalam mereka dari saat mereka beriman, bertobat, dan dilahirkan baru (Rom 8:9).
  3. 3) Terjemahan harfiah dari pertanyaan Paulus ini adalah, "Setelah percaya, sudahkah kamu menerima Roh Kudus?" "Setelah percaya" (Yun. _pisteusantes_, dari pisteuo) adalah partisip aorist, yang biasa menunjuk kegiatan yang terjadi sebelum kegiatan dalam kata kerja utama (dalam hal ini, "menerima"). Dengan demikian, kita dapat menerjemahkannya, "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus setelah kamu percaya?" Terjemahan ini sangat cocok dengan konteks karena hal itulah yang terjadi pada para murid di Efesus ini.
    1. (a) Mereka sudah percaya pada Kristus sebelum Paulus berjumpa dengan mereka (ayat Kis 19:1-2).
    2. (b) Mereka kemudian mendengar Paulus dan percaya semua yang dikatakannya kepada mereka tentang Kristus dan Roh Kudus (ayat Kis 19:4).
    3. (c) Paulus menganggap kepercayaan mereka dalam Kristus itu sungguh dan memadai, karena dia membaptis mereka dalam nama Tuhan Yesus (ayat Kis 19:5).
    4. (d) Pada saat itulah, setelah percaya dan menerima baptisan air, Paulus menumpangkan tangannya atas mereka dan "turunlah Roh Kudus atas mereka" (ayat Kis 19:6). Jadi, di antara saat mereka percaya pada Kristus dengan kedatangan Roh Kudus atas mereka terdapat suatu selang waktu. Pertanyaan Paulus menunjukkan dengan jelas bahwa dia menganggap adalah mungkin orang "percaya" pada Kristus tanpa mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Bagian ini sangat menentukan sebagai bukti bahwa orang bisa menjadi orang Kristen tanpa mengalami kepenuhan Roh

      (lihat art. BAPTISAN DALAM ROH KUDUS).

(0.21) (Kel 5:22) (sh: Nama TUHAN adalah jaminan (Senin, 4 April 2005))
Nama TUHAN adalah jaminan


Tujuan Firaun agar bangsa Israel meragukan dan melupakan Allah dengan cara menambah beban kerja paksa nampaknya berhasil. Situasi bangsa Israel semakin menyesakkan dan keputusasaan teramat berat menekan mereka. Dalam situasi ini, umat Israel tidak mampu melihat kuasa Tuhan justru sedang bekerja (ayat 6:8). Bahkan Musa pun telah menjadi tawar hati. Musa merasa bersalah dan menganggap dirinya sebagai penyebab kesengsaraan bangsanya. Musa juga menuduh Allah yang mengutusnya untuk berbicara kepada Firaun sebagai Allah yang bengis (ayat 5:22-23).

Allah memiliki rencana keselamatan bagi umat-Nya, yakni membawa mereka ke Tanah Kanaan (ayat 6:6-7). Apa dasarnya? Pertama, Perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Di sini Allah memperkenalkan diri dengan nama TUHAN, yang menyatakan Jati Diri-Nya sebagai Yang Setia pada Perjanjian-Nya (ayat 2-3). Nama TUHAN ini menjadi dasar bahwa janji-Nya akan digenapi (ayat 5,6,7). Kedua, Allah telah mendengar seruan penderitaan umat-Nya (ayat 4-5). Oleh karena janji-Nya dan nama-Nya, Ia akan menyelamatkan mereka. Sedangkan bagi Firaun, Allah akan menunjukkan kedahsyatan kuasa-Nya (ayat 5:24). Allah akan memperkenalkan diri-Nya kepada Firaun bahwa Ia adalah Allah Yang Mahakuasa, yang mengatasi segala ilah termasuk sesembahan Mesir (ayat 6:2-5). Inilah perintah Allah kepada Musa untuk kembali disampaikan kepada Firaun saat ia menghadapnya (ayat 9-10,12).

Saat berada dalam bayang-bayang penderitaan kita sulit untuk tetap memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau berdiam diri di hadapan-Nya dan merenungkan kasih setia-Nya, kita akan menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang setia. Sebagaimana bagi umat Israel nama TUHAN menjadi pegangan, maka bagi kita nama Yesus meneguhkan bahwa janji-Nya Ya dan Amin. Dia akan memberi kekuatan bagi kita untuk bertahan dalam penderitaan dan berharap kepada-Nya.

Ingat: Nama-Nya adalah Ya dan Amin untuk setiap janji dan firman-Nya.

(0.21) (1Raj 6:1) (sh: Bukan karya tapi ketaatan (Kamis, 3 Februari 2000))
Bukan karya tapi ketaatan

Bait Allah yang dibangun Salomo benar-benar megah dan indah. Ini adalah sebuah mega proyek. Hal ini terlihat dari: persiapan yang dilakukan, ukuran Bait Allah, bahan-bahan yang digunakan dan struktur arsitek yang menawan. Dengan kata lain Salomo mengeluarkan seluruh daya, dana, dan pikiran demi terlaksananya pembangunan Bait Allah.

Di tengah-tengah kesibukan perencanaan, pengawasan, dan pelaksanan mega proyek tersebut, datanglah firman Tuhan yang membawa sebuah berita yang pasti tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berita dari firman Tuhan yang diharapkan adalah pujian dari-Nya karena kualitas kerja dari pembangunan Bait Allah, atau Allah memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pembangunan tersebut, atau paling tidak Allah mengkritik pembangunannya karena kurang sesuai dengan kehendak-Nya dan minta Salomo untuk memperbaikinya. Ternyata tak satu pun dari ketiganya. Allah tidak mempermasalahkan kemegahan atau pun keindahan rumah Allah, sebaliknya Ia hanya menyebut "rumah yang sedang kau dirikan ini" dan Allah tidak menyebutnya "rumah-Ku yang kau dirikan". Bahkan kehadiran dan penyertaan-Nya di tengah-tengah bangsa Israel sama sekali tidak berhubungan dengan segala daya upaya Salomo dalam mempersiapkan rumah tersebut. Tak tampak pula hubungannya dengan ada atau tidaknya rumah itu.

Allah mengajarkan kepada Salomo hal lain yang paling hakiki dalam kehidupan Salomo, yang nampaknya mulai diabaikan (ingat pembahasan yang lalu) yaitu ketaatan terhadap ketetapan, peraturan, dan perintah Allah. Artinya bagi Allah yang penting adalah siapakah Salomo di hadapan Allah, bukannya apa yang ia kerjakan dan usahakan bagi Allah.

Kristen seringkali terjebak untuk melakukan apa yang Salomo lakukan, misalnya: memikirkan, mempersiapkan, dan mengerjakan berbagai proyek dan program gereja yang besar dan megah. Namun kita lupa siapa kita di hadapan Allah. Di tengah-tengah kesibukan Anda dalam pelbagai proyek dan program, Allah berfirman 'bukan apa yang kamu lakukan, namun siapa kamu dihadapan-Ku'.

Renungkan: Ketika kita sungguh-sungguh melakukan suatu hal, prioritas apakah yang ada pada kita: karya yang memuaskan atau ketaatan kita kepada-Nya sebagai fokus karya kita?

(0.21) (1Raj 9:10) (sh: Salomo yang nyaris sempurna (Senin, 14 Februari 2000))
Salomo yang nyaris sempurna

Sepanjang sejarah peradaban manusia, kepandaian, kebesaran, dan keagungan Salomo sebagai raja akan selalu dikenang; karena seluruh aspek dalam pemerintahan dan kehidupan pribadinya nyaris sempurna.

Dalam masalah di dalam negeri Israel, Salomo mampu menangani dan mengembangkannya secara hebat. Israel adalah negara agraris, tidak heran bila Salomo berhasil mengembangkan dan membangun 20 kota yang seharusnya diterima oleh Hiram (2Taw. 8:18). Hal yang mengherankan adalah Hiram menolak 20 kota agraris karena ia hanya ahli dalam perdagangan dan pelayaran, justru Salomo yang membawahi negara agraris, terbuka dan berhasil mengembangkan perdagangan dan pelayaran karena bantuan Hiram (ayat 26-28). Ia mengerahkan kerja rodi secara besar-besar dan pajak (bukan untuk pembiayaan perang) untuk pembangunan gedung-gedung dengan tujuan memperkuat kota-kota yang ia miliki. Berarti kondisi dalam negeri Israel benar-benar damai, tidak seperti Israel dalam pemerintahan Daud.

Dalam masalah luar negeri, Salomo berhasil menggalang aliansi politik yang kuat dengan Mesir karena ia menjadi menantu Firaun, dan aliansi ekonomi dengan raja Tirus dalam hal perdagangan dan pelayaran. Bahkan emas yang ia hasilkan berjumlah 4 kali lipat besarnya dibandingkan emas yang pernah Daud hasilkan melalui peperangan (1Taw. 22:14; 29:4). Dan yang lebih utama dari semuanya adalah kehidupan kerohanian Salomo yang menggembirakan. Ia memberikan persembahan korban-korban secara rutin dan kontinu. Ia tidak hanya mendirikan rumah Tuhan bagi kerohanian rakyatnya, ia pun memperhatikan kerohaniannya pribadi dan memperoleh berkat dari rumah itu.

Renungkan: Prestasi yang dicapai Salomo luar biasa karena memberikan dampak positif bagi pribadinya, rakyatnya, dan bangsa lain. Dengan demikian, misi yang pernah diberikan Allah di gunung Sinai kepada bangsa Israel terealisasi (Kel. 19:5-6). Ini tidak dicapai hanya karena kemampuannya sendiri. Allah telah memberikan hikmat kepadanya agar ia mampu memimpin bangsa Israel yang besar. Karena itu dalam diri Salomo kita bisa melihat 2 kekuatan yang bekerja sama, kekuatan Salomo didukung oleh kekuatan Allah sehingga Salomo mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara total dan menyeluruh.

(0.21) (1Raj 22:41) (sh: Jangan serba tanggung dan jangan hanya pribadi saja (Kamis, 16 Maret 2000))
Jangan serba tanggung dan jangan hanya pribadi saja

Yosafat seorang raja yang hidup menurut jejak ayahnya yaitu hidup menurut jalan Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata Allah. Bahkan Allah menghargai apa yang ia lakukan (2Taw. 17:3- 4). Selama pemerintahannya, ia berhasil mengadakan reformasi kerohanian bangsa. Hanya apa yang ia lakukan masih ada kekurangan.

Reformasi rohani yang Yosafat lakukan belum total. Ia sudah berhasil melakukan reformasi yang dimulai dari dirinya sendiri. Namun reformasi masyarakat secara tuntas belum ia lakukan. Buktinya ia sudah menghapuskan sisa pelacuran bakti, namun ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, sehingga bangsa Yehuda masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Dalam kehidupan pribadinya, nampaknya Yosafat memilah-milah antara kehidupan rohani dan kehidupan non-rohani yaitu urusan dagang dan politiknya. Dulu ia sengaja bersekutu dengan Ahab untuk memerangi Ramot-Gilead, padahal Allah melarangnya melalui nabi Mikha (2Taw. 19:1-3). Kemudian ia melakukan kerja sama perdagangan dengan Ahazia, anak Ahab yang melakukan apa yang jahat di mata Allah. Allah menegurnya melalui Eliezer dan bencana menimpa kapal-kapalnya (2Taw. 20:36-37). Baru setelah itu ia tidak berani melakukan kerjasama dengan Ahazia (ayat 50).

Kekurangan-kekurangan itu bukanlah hal sepele. Karena berakibat cukup fatal bagi kehidupan keturunannya dan bangsa Yehuda setelah zamannya. Yoram anak Yosafat ternyata tidak hidup menurut jalan ayahnya. Ia membunuh saudara-saudara kandungnya dan melakukan apa yang jahat di mata Allah. Walaupun tidak dikatakan sebagai akibat langsung dari kekurangan Yosafat, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa karena Yosafat serba tanggung di dalam melakukan reformasi kerohanian, sehingga tidak mampu memberikan fondasi yang kuat bagi kehidupan kerohanian keluarga dan masyarakat. Yang diutamakan hanyalah kehidupan rohani pribadinya. Ia mengabaikan kehidupan rohani keluarga dan masyarakatnya.

Renungkan: Pembenahan kerohanian pribadi adalah penting, namun yang tidak kalah penting adalah pembenahan rohani keluarga dan masyarakat. Hal ini harus dilakukan secara tuntas, agar memberikan pondasi yang kuat bagi generasi mendatang.

(0.21) (2Raj 9:1) (sh: Penghukuman keturunan Ahab tidak dapat ditunda lagi sebab (Minggu, 28 Mei 2000))
Penghukuman keturunan Ahab tidak dapat ditunda lagi sebab

keturunannya sudah mengkontaminasi, tidak saja seluruh Israel namun juga Yehuda melalui perkawinan antara keturunan Ahab dengan keturunan Yosafat (2Taw. 18:1-3, 2Raj. 8:18,27). Jika dibiarkan maka kerajaan Israel dan Yehuda secara politik dan militer akan hancur. (2Raj. 1:1, 8:20-22). Jika kehancuran tidak dicegah maka misi dan visi Allah memilih bangsa Israel akan gagal dan ini berakibat fatal bagi seluruh umat manusia.

Jadi karena faktor itu, maka keturunan Ahab tidak bisa dilenyapkan dengan bencana alam. Harus ada dinasti lain yang akan menggantikan untuk memerintah Israel dan sekaligus melenyapkan seluruh keturunan Ahab. Maka dinasti itu juga harus muncul dari orang yang tidak asing bagi dinasti lama, sehingga paling tidak orang tersebut sudah mengetahui seluk beluk pemerintahan di Israel. Orang tersebut harus mengenal seluruh keturunan Ahab dan rahasia-rahasia Ahab, sehingga tidak akan ragu-ragu lagi menjalankan amanat Allah. Ini penting untuk menjamin tuntasnya hukuman yang dijatuhkan kepada Ahab. Karena itu jika pilihan jatuh ke Yehu adalah tepat karena Yehu adalah ajudan Ahab yang sangat dekat dengannya dan mengetahui banyak rahasianya. (1Raj. 22:38; 2Raj. 9:26). Kedekatan dengan penguasa identik dengan kekuasaan. Karena itu sangat mudah bagi dia untuk merekrut para pengikut. Namun karena itu pula maka pengurapannya perlu dirahasiakan. Juga bukan Elisa sendiri yang mengurapi karena Elisa adalah nabi yang sangat populer. Kemana pun ia datang pasti akan menimbulkan kegemparan. Kerahasiaan ini hanya untuk menjamin keberhasilan misi Yehu sebagai seorang manusia.

Renungkan: Tepat waktu, tepat orang, dan tepat cara merupakan faktor-faktor utama yang selalu ada dalam setiap karya Allah. Pola kerja yang demikian harus menjadi pola Kristen juga.

Bacaan untuk Minggu Paskah 6:

Kisaha Para Rasul 8:4-8, 14-17 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis8.htm#8:4 1Petrus 3:13-18 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Pe/T_1Pe3.htm#3:13 Yohanes 14:15-21 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh14.htm#14:15 Mazmur 66:1-7 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz66.htm#66:1

Lagu: Kidung Jemaat 291



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA