Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 174 dari 174 ayat untuk Firman Tuhan AND book:24 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.67) (Yer 10:1) (jerusalem) Mengenai ejekan atas berhala-berhala ini bdk Yes 40:18+. Bagian ini agaknya bukan karangan nabi Yeremia. Di dalamnya terungkap gagasan-gagasan yang sangat berdekatan dengan pikiran Deutero-yesaya, yaitu: berhala-berhala tidak berarti apa-apa; keluhuran Tuhan, Pencipta alam semesta, Yes 42:8+. Naskah Ibrani bagian ini agak tidak keruan. Yer 10:6-8 dan Yer 10 tidak terdapat dalam terjemahan Yunani. Urutan ayat-ayat dalam terjemahan ini berbeda dengan urutannya dalam naskah Ibrani. Yer 10:11 tertulis dalam bahasa Aram dan merupakan sebuah sisipan yang bermaksud menjelaskan Yer 10:12. Yer 10:12-16 terulang dalam Yer 51:15-19.
(0.66) (Yer 31:31) (full: PERJANJIAN BARU. )

Nas : Yer 31:31-34

Inilah satu-satunya pernyataan yang tegas dalam PL tentang "perjanjian baru."

  1. 1) Ayat-ayat ini dikutip dalam Ibr 8:8-12, yang menunjukkan bahwa orang percaya PB melihat penggenapan kata-kata Yeremia di dalam perjanjian baru yang ditetapkan oleh Yesus Kristus bagi semua yang bertobat dari dosa-dosa mereka dan percaya kepada-Nya

    (lihat art. PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU).

  2. 2) Akan tetapi, PB juga mengajarkan bahwa kata-kata Yeremia baru akan digenapi secara sempurna pada hari-hari terakhir zaman ini ketika sebagian besar bangsa Israel berbalik kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias dan Juruselamat mereka yang sejati (Rom 11:25-27; bd. Yeh 36:24-28; Za 12:10-13:1;

    lihat art. ISRAEL DALAM RENCANA KESELAMATAN ALLAH).

(0.66) (Yer 42:1) (sh: Ketidaktaatan yang wajar pun melenyapkan harapan (Minggu, 13 Mei 2001))
Ketidaktaatan yang wajar pun melenyapkan harapan

Setelah berhasil menghentikan sepak terjang Ismael, mereka menghadapi masalah yang lebih besar yaitu ancaman penghukuman dari Babel. Kebrutalan Babel kembali terbayang di pelupuk mata. Karena itu wajar jika mereka memohon kepada Yeremia agar berdoa supaya Allah memberikan petunjuk-Nya. Namun adalah wajar juga jika akhirnya mereka tidak menaati perintah Allah. Mengapa?

Sejak awal mereka memang tidak mau kembali ke Yehuda dan membangun kehidupan di sana. Bukankah itu inisiatif dan bujukan Gedalya (lih. 40:9-10)? Sekarang ketika Gedalya sudah mati, keinginan mereka yang sebenarnya muncul lagi yaitu mereka tidak mau tunduk kepada Babel. Peristiwa ini mereka pandang sebagai momen yang tepat untuk merealisasikan pengharapan mereka di tanah lain yaitu Mesir. Jadi pada dasarnya mereka tidak mau tinggal di Yehuda. Permohonan kepada Yeremia tidak memperlihatkan bahwa mereka masih beriman kepada Allah sebab mereka tidak menyebut Tuhan Allah ‘kita’ tapi Tuhan ‘Allahmu’ (2-3). Fakta ini paling tidak menandakan bahwa mereka sudah mulai menjauhkan diri dari Allah. Permohonan mereka adalah usaha untuk memberdayakan Allah bagi kepentingan pribadi. Karena itu betapa wajarnya jika mereka tidak menaati Allah. Kemanakah ketidaktaatan ini membawa mereka? Kepada kehancuran, bukan pengharapan (22). Tidak ada pengharapan di Mesir kecuali dalam ketaatan kepada Allah.

Ketidaktaatan berdasarkan niat hati untuk tidak taat, memimpin kepada puncak penghukuman. Walau harus diakui taat dengan menjadi orang buangan di Babel memang mengerikan, namun berujung pengharapan.

Renungkan: Ketidaktaatan awalnya memang tidak mengerikan namun berujung maut. Pilihan Anda?

Bacaan untuk Minggu Paskah 5

Kisah Para Rasul 9:26-31

I Yohanes 3:18-24

Yohanes 15:1-8

Mazmur 22:25-31

Lagu: Kidung Jemaat 366

(0.66) (Yer 31:31) (jerusalem) Bagian ini merupakan puncak ajaran nabi Yeremia. Setelah perjanjian yang dahulu, bdk Kel 19:1+, mengalami kegagalan, Yer 31:32; Yeh 16:59, dan usaha raja Yosia untuk memulihkannya ternyata tidak berhasil, maka rencana Allah mulai disoroti secara lain. Sesudah suatu malapetaka menghancurkan seluruh umat, kecuali sisa kecil, Yer 4:3+, maka suatu perjanjian abadi akan diikat, Yeremia serupa dengan yang di masa Nuh dahulu, Yes 54:9-10. Isi perjanjian yang lama tetap dipertahankan, yaitu ketaatan manusia kepada hukum Tuhan dan kehadiran Allah yang menjamin kedamaian dan kesejahteraan jasmani, Yeh 36:29-30. Cita-cita itu terungkap dalam rumus perjanjian ini: Aku menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umatKu, Yer 33; 7:23; 11:4; 30:22; 31:1; 32:38; Yeh 11:20; 36:28; 37:27; Zak 8:8; bdk Ula 7:6+. Tetapi perjanjian yang baru itu benar-benar baru dalam tiga hal ini: 1. Prakarsa Allah untuk mengampuni dosa umat, Yer 34; Yeh 36:25; 29; Maz 51:3-4; 2. pertanggunganjawab dan pembalasan perorangan, Yer 29; bdk Yeh 14:12+; Yeh 14:3, agama perjanjian menjadi semakin batiniah: Hukum tidak lagi suatu piagam lahiriah, tetapi dari dalam mendorong "hati" manusia, Yer 33; 24:7; 32:39, oleh karena ia terpengaruh oleh roh ilahi yang memberi manusia hati yang baru, Yeh 36:26-27; Maz 51:12; bdk Yer 4:4+, yang mampu "mengenal" Tuhan, Hos 2:19+. Perjanjian yang baru dan abadi itu kembali diberitakan oleh nabi Yehezkiel, Yer 36:25-28 dan oleh kitab Deutero-yesaya, Yes 55:3; 59:21; 61:8; bdk Bar 2:35, dan sudah mulai dihayati oleh pencipta Maz 51. Perjanjian yang baru itu diresmikan dengan korban Kristus, Mat 26:28 dsj, dan para rasul mengabarkan pelaksanaannya, 2Ko 3:6; Rom 11:27; Ibr 8:6-13; 9:15 dst; 1Yo 5:20+.
(0.65) (Yer 5:1) (sh: Allah masih menyelidiki (Minggu, 3 September 2000))
Allah masih menyelidiki

Allah memerintahkan Yeremia memeriksa seluruh rakyat Yehuda apakah ada orang-orang yang melakukan keadilan dan kebenaran (1). Yeremia tidak dapat menemukan seorang pun (2-3). Bagaimana dengan kalangan pembesar yang tentunya mengenal jalan dan hukum Tuhan (4-5)? Jawabannya tetap sama yaitu tidak ada seorang pembesar pun yang melakukan apa yang benar. Integritas mereka telah rusak (1). Semua telah terjerumus ke dalam dosa seksual yang dalam dan menghancurkan kehidupan rumah tangga serta masyarakat (7-8). Karena itu bangsa Yehuda tidak mungkin luput atau lari dari hukuman Allah. Mereka harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka di hadapan Allah (9-17). Inilah isu utama yang diketengahkan Yeremia dalam perikop ini.

Dalam zaman modern sekarang ini, apakah perintah Allah kepada Yeremia ini masih bermakna? Apakah Allah masih memeriksa masyarakat zaman sekarang seperti yang pernah Ia lakukan terhadap bangsa Yehuda? Apakah hubungan bangsa Yehuda dengan Allah sebagai umat pilihan-Nya dapat disamakan dengan hubungan Allah dan bangsa Indonesia misalnya? Jawaban untuk ketiga pertanyaan di atas adalah ya. Sebab yang menjadi tekanan utama dalam masalah pertanggungjawaban di sini bukanlah masalah penyembahan berhala ataupun tata ibadah yang salah, melainkan masalah moralitas pribadi dan masyarakat. Bukankah setiap manusia mempunyai hati nurani yang akan menuntunnya melakukan yang baik atau menuduhnya bila melakukan tindakan yang menyimpang dari hati nuraninya (Rm. 2 :15-16)? Karena itu setiap manusia tidak dapat lari atau menghindar dari pertanggungjawaban moralitas di hadapan Allah. Renungkan: Siapa pun kita, atau apa pun kedudukan kita, Allah menuntut pertanggungjawaban moral dari setiap kita, tanpa kecuali. Bacaan untuk Minggu ke-12 sesudah Pentakosta

1Raja-raja 19:9-16 Roma 9:1-5 Matius 14:22-33 Mazmur 85:8-13 Lagu: Kidung Jemaat 25

(0.65) (Yer 33:14) (sh: Siapakah ‘Satria Piningit’ bagi Indonesia? (Selasa, 1 Mei 2001))
Siapakah ‘Satria Piningit’ bagi Indonesia?

Itulah pertanyaan yang dipergunjingkan oleh masyarakat Indonesia sejak lengsernya pemimpin orde baru. Namun pertanyaan yang lebih tepat sebetulnya adalah apakah satria piningit jawaban bagi pergumulan bangsa kita?

Bangsa Yehuda sedang berada dalam kondisi kritis. Tentara Babel sudah mengepung Yerusalem. Di tengah ketegangan itu, pastilah dalam hati mereka terbersit pertanyaan besar: siapakah yang dapat memulihkan mereka? Babel terlalu kuat bagi mereka sebab kerajaan Asyur yang begitu besar dan kuat pun tidak mampu melawannya. Memang Allah sudah memberikan janji pemulihan kepada mereka (32-33:13), namun apalah artinya jika tidak ada tokoh yang akan memimpin mereka. Allah mengetahui segala pergumulan masa depan mereka. Allah juga tahu bahwa sebuah bangsa dapat hidup dengan tentram dan damai jika mereka senantiasa mempunyai raja yang melaksanakan keadilan dan kebenaran serta mempunyai kehidupan beragama yang tidak hanya sebagai aktivitas atau alat politik dari sang penguasa, namun kehidupan beragama yang membawa mereka bertemu dengan Allah. Karena itulah Allah memberikan janji-Nya lebih lanjut (15-17). Dua janji itu merupakan dua pilar utama bagi kelangsungan hidup mereka sebagai sebuah bangsa sekaligus umat Allah (17, 18, 22). Janji Tuhan sepasti datangnya siang dan malam pada waktunya (20-21, 25).

Apakah kedua pilar itu menunjuk kepada Ezra dan Nehemia, kedua tokoh yang membangun kembali Yehuda? Bukankah Ezra keturunan Lewi? Bukankah Nehemia seorang pemimpin pemerintahan? Tidak! Sebab Bait Allah kembali dihancurkan oleh Epiphanes IV. Lagi pula apakah mereka mampu membawa bangsa Yehuda menghadap hadirat Allah? Kedua pilar itu menunjuk kepada Yesus. Dialah tonggak bagi semua kerajaan dan pemerintahan. Dialah yang mempertemukan manusia dengan Allah. Kerajaan-Nya sampai sekarang masih kokoh.

Renungkan: Bangsa Indonesia tidak hanya membutuhkan seorang kepala pemerintahan yang cakap tapi juga keimaman Yesus dan pemerintahan-Nya dalam hati mereka. Misi kristen bukanlah mengkristenkan Indonesia namun memperkenalkan Yesus yang jauh melebihi satria piningit kepada seluruh rakyat Indonesia agar Yesus menjadi raja dan imam dalam hidup mereka.

(0.65) (Yer 18:1) (jerusalem) Menurut Yer 18:12 perumpamaan berupa perbuatan ini diadakan Yeremia sebelum malapetaka itu terjadi, jadi sebelum th 598.Nabi-nabi dahulu, misalnya Samuel, 1Sa 15:27-28, Ahia dari Silo, 1Ra 11:29-33 (dan nabi gadungan Zedekia), 1Ra 22:11-12) sudah menguatkan nubuat-nubuat mereka dengan perbuatan berupa lambang. Pikiran yang melatarbelakangi tindakan-tindakan semacam itu bukanlah bahwa dengan jalan itu perkataan lebih mengesan di hati para pendengar, tetapi keyakinan bahwa tindakan-tindakan itu benar-benar kuat dan berdaya untuk melaksanakan apa yang dilambangkan. Setelah lambang diadakan pasti akan terjadi apa yang diibaratkan. nabi-nabi besarpun kadang-kadang mengadakan lambang berupa perbuatan. Seluruh pekabaran nabi Hosea terkait pada suatu pengalaman pribadi, yaitu perkawinannya, Hos 1-3. Yesaya jarang memakai sarana itu, namun iapun mengenalnya, Yes 20 dan nama anak-anaknya merupakan nubuat dan lambang, Yes 7:3 (bdk Yes 10:21); Yes 8:1-4; 8:18; bdk Yes 1:26+. Nabi Yeremia sering melakukan hal yang merupakan lambang dan iapun menjelaskan artinya: dahan pohon badam dan periuk, Yer 1:11-14 ikat pinggang yang disembunyikan di tepi sungai Efrat, Yer 13:1-11 (walaupun barangkali hanya terjadi dalam sebuah penglihatan); pekerjaan tukang periuk, Yer 18:1-12; buli-buli yang pecah, Yer 18:19; keranjang-keranjang buah ara, Yer 24:1-10 memikul kuk, Yer 27:1-28:17; pembelian sebidang tanah, Yer 32:1-44. Boleh ditambah lagi bahwa kehidupan nabi Yeremia sendiri sebuah lambang pula, Yer 16:1-8, dan bahwa penderitaannya (meskipun nabi Yeremia sendiri tidak menjelaskannya) melambangkan kemalangan umat yang dihukum, sehingga Yeremia juga menjadi pra-lambang Hamba Tuhan, bdk Yes 42:1+. Nabi Yehezkiel kemudian melakukan juga berbagai perbuatan yang menjadi lambang dan nubuat: batu bata yang melambangkan pengepungan kota Yerusalem, Yer 4:1-3; makanan yang terbatas, Yer 4:9-17; rambut-rambut yang dipotong-potong dan diserak-serakkan, Yer 18:5; kuali yang berkarat, Yer 24:3-10; kedua batang kayu, Yeh 37:15-28. Sama seperti yang dilakukan nabi Hosea demikianpun nabi Yehezkiel mengartikan pengalamannya sebagai lambang: penyakitnya, Yer 4:4-8; kematian isterinya, Yeh 24:15-24' kebisuannya serta penyembuhannya, Yeh 24:27; 33:22. Dalam Perjanjian Baru juga masih terdapat tindakan yang merupakan lambang dan nubuat: Pohon ara yang dikutuk Yesus, Mat 21:18-19 dsj; nabi Agabus yang mengikat tangan dan kakinya dengan ikat pinggang Paulus, Kis 21:10-14.
(0.65) (Yer 8:18) (sh: Andakah Yeremia zaman ini? (Senin, 11 September 2000))
Andakah Yeremia zaman ini?

Masih segar dalam ingatan kita ketika banyak warga negara Indonesia yang memutuskan untuk meninggalkan negara ini setelah kerusuhan Mei 1998. Gelombang emigrasi ke negara-negara tetangga masih terus berlangsung hingga saat ini walau dalam skala yang lebih kecil. Alasan mereka untuk meninggalkan negara ini adalah tidak ada lagi jaminan keamanan dan kepastian hukum. Matahari tidak akan bersinar lagi di bumi Indonesia dalam waktu dekat.

Yeremia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana bangsanya secara terus terang mendepak Allah dari kehidupan mereka dan menggantikan Dia dengan berhala yang sia-sia (19). Kejujuran dan keterbukaan merupakan barang yang sangat langka di dalam masyarakat Yehuda (9:3, 5). Relasi antar manusia dan kekeluargaan yang merupakan nilai yang terpenting dalam masyarakat timur sudah diubah menjadi sarana memperkaya diri sendiri dan menghancurkan yang lain (9:4). Penindasan terhadap orang yang lemah dan miskin serta praktik manipulasi sudah menjadi peristiwa sehari-hari (9:6). Namun ketika ia diperintahkan Allah untuk mewartakan penghukuman Allah yang dahsyat atas bangsanya (9:7-11), tak urung hatinya hancur karena sedih membayangkan apa yang akan diderita oleh bangsanya (18, 19a, 21-9:1).

Hati Yeremia tercabik menjadi dua. Pikirannya ditarik-tarik dari 2 pihak. Di satu pihak rasa belas kasihannya terhadap bangsa ini begitu besar. Ia tidak tega melihat bangsanya akan terpuruk secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya (20, 9:10-11). Di pihak lain, ia begitu jengkel, kesal, dan habis kesabaran melihat tingkah laku bangsanya yang tidak pernah mau bertobat. Yeremia berangan-angan untuk pergi meninggalkan dan menyingkir dari bangsanya (9:2). Tapi itu tidak dilakukannya karena Yeremia sangat mencintai dan mempedulikan bangsanya. Yeremia adalah seorang nabi Tuhan yang tidak sekadar mewartakan berita kebenaran-Nya tetapi sungguh-sungguh menyatukan dirinya dengan bangsanya.

Renungkan: Kristen Indonesia tidak mungkin terbebas dari konflik batin seperti Yeremia, jika ia berusaha untuk terus hidup dalam kekudusan-Nya dan mencintai serta mempedulikan bangsanya. Namun hendaklah Kristen seperti Yeremia yang tetap tinggal bersama bangsanya. Ia harus terus menerus menyerukan kebenaran dalam kasih tanpa mengkompromikan kasih demi kebenaran atau kebenaran demi kasih.

(0.65) (Yer 14:1) (sh: Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga (Kamis, 21 September 2000))
Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga

Allah kembali melarang Yeremia berdoa untuk bangsa Yehuda yang sedang dilanda kekeringan panjang dan sangat hebat (1-6). Sebab mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Karena itulah Tuhan tidak berkenan kepada mereka dan akan mengingat serta menghukum segala dosa mereka. Disamping itu Allah juga akan menghabisi mereka dengan perang, kelaparan, dan penyakit sampar (12). Namun berdasarkan pengamatannya, Yeremia mendapati bahwa nabi-nabi lain yang ada di Yehuda justru mewartakan berita lain. Para pemimpin rohani ini terus-menerus berkhotbah bahwa bangsa Yehuda tidak akan mengalami perang dan kelaparan, melainkan damai sejahtera dari-Nya akan senantiasa beserta mereka (13). Allah menyatakan secara tegas bahwa semua janji tentang damai sejahtera dan hidup berkelimpahan itu adalah omong kosong belaka (14). Hukuman berupa bencana dan malapetaka yang hebat itu sudah ditentukan dan tidak dapat dibatalkan atau ditunda. Bahkan apabila pahlawan rohani terbesar Israel yaitu Musa dan Samuel berada di tengah-tengah mereka, Allah tidak akan pernah membatalkan hukuman itu (15:1-2). Jadi Allah tidak pernah mengutus nabi-nabi lain itu. Jadi apa yang diwartakan oleh mereka adalah kebohongan besar.

Zaman sekarang pun Kristen senang sekali mendengarkan khotbah-khotbah yang 'pop' dan menyenangkan telinga. Tema-tema yang disukai oleh kebanyakan Kristen masa kini adalah hidup berkelimpahan tanpa susah payah; berkat tanpa perjuangan; keberhasilan tanpa penderitaan; pembangunan nasional tanpa keadilan sosial; atau jaminan pemeliharaan Illahi tanpa kekudusan hidup secara pribadi. Ajaran yang enak di telinga tidak akan membentuk kehidupan kita, tetapi hanya meninabobokan. Seringkali hanya enak didengar tapi realitanya tidak semudah dikatakan. Realitanya pergumulan tetap ada dan perjuangan iman pun tetap harus diteruskan. Jadi jika kita mendengar khotbah-khotbah dengan tema-tema seperti di atas, maka dapat dipastikan bahwa pengkhotbah itu bukanlah utusan Allah dan berita yang ia wartakan bukan berasal dari Allah.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pekerja rohani janganlah berusaha menjadi pengkhotbah 'populer'. Dan jika Anda adalah warga jemaat, janganlah mendengarkan khotbah-khotbah seperti itu.

(0.65) (Yer 14:17) (sh: Kristen, pemerintah, dan bangsanya (Jumat, 22 September 2000))
Kristen, pemerintah, dan bangsanya

Mengapa Allah begitu tega menghabisi umat-Nya sehingga menimbulkan kengerian bagi bangsa-bangsa lain (15:3-4)? Yeremia sendiri pun berduka karena penderitaan yang tak kunjung reda yang akan dialami oleh puteri bangsanya. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghukuman itu (17-18). Kemana pun mata memandang pasti akan dijumpai mayat-mayat yang bergelimpangan, baik karena pedang ataupun kelaparan. Para nabi dan imam seakan-akan berada di negeri yang tidak dikenal. Sebab kondisi dan situasinya jauh berbeda sebelum bangsa Yehuda mengalami penghukuman Allah.

Kita juga dapat mendengar bangsa Yehuda yang berteriak-teriak, menolak percaya bahwa Allah telah sungguh-sungguh meninggalkan mereka (19). Teriakan pengakuan dosa mereka, permohonan untuk tidak dihukum, dan agar Allah mengingat perjanjian dengan mereka, tidak lagi dipedulikan oleh Allah (20-21). Bahkan pertobatan yang dinyatakan dengan pengakuan bahwa Allahlah satu-satunya sumber pengharapan dan kehidupan mereka juga tidak didengar oleh-Nya (22). Allah tetap tidak akan membatalkan atau menunda penghukuman-Nya sekalipun Musa dan Samuel ada di tengah-tengah mereka (15:1). Tidak ada pilihan bagi masa depan bangsa Yehuda selain kehancuran. Pilihan yang tersedia bagi mereka hanyalah maut, pedang, kelaparan, atau menjadi tawanan.

Mengapa semua itu harus terjadi? Karena dosa yang dilakukan oleh Manasye, raja Yehuda terhadap dirinya dan seluruh bangsanya sungguh amat jahat, melebihi apa yang dilakukan oleh bangsa Amori yang bukan umat pilihan Allah (lihat kembali 2Raja 21:1-16). Negara yang diperintah oleh raja yang tidak takut akan Tuhan hanya akan mendatangkan malapetaka dan penderitaan bagi rakyatnya.

Pemerintahan seperti apa yang kita miliki sekarang? Sepak terjang dan tingkah laku para pemimpin bangsa ini pasti akan membawa dampak bagi seluruh rakyat.

Renungkan: Kristen mempunyai dua tanggung jawab. Pertama, berdoa bagi mereka sebelum kejahatan dan kebobrokan moral mereka terlalu jauh tersesat sehingga bangsa kita tidak punya pilihan lain kecuali kehancuran. Kedua, suarakan kebenaran dan keadilan melalui saluran dan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

(0.65) (Yer 23:1) (sh: Tanggung jawab (Jumat, 6 Oktober 2000))
Tanggung jawab

Walaupun semua bencana dan malapetaka didatangkan Tuhan sebagai hukuman atas umat-Nya yang berdosa, para gembala Yehuda yaitu para raja, imam, dan nabi harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini (1-2). Sebab penghukuman itu datang karena mereka gagal menjadi gembala yang baik. Mereka tidak hanya membiarkan kambing dombanya tersesat, tetapi menggiring mereka untuk menjalani hidup yang sesat dan tercela di hadapan Allah. Mereka harus bertanggung jawab atas hancurnya negara Yehuda. Allah tidak dapat lagi mempercayai para pemimpin yang tidak bertanggung jawab (3-4). Ia akan mengambil alih peran para pemimpin yang korup dan yang tak bertanggung jawab tadi. Ia sendiri yang akan turun tangan untuk mengumpulkan kambing domba yang sudah tercerai-berai dan memimpin mereka kembali ke padang. Kemudian Allah juga akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang baru demi pembaharuan hidup kambing domba-Nya.

Tindakan Allah tidak berhenti sampai di sini. Suatu hari Ia akan mengganti para pemimpin yang korup tadi dengan seseorang yang berasal dari keturunan Daud, seorang raja yang bijaksana yang akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri dan akan memberikan keselamatan dan ketentraman kepada Yehuda yang sudah dipulihkan dan diperbaharui (5-7). Juruselamat itu adalah Yesus Kristus. Sebagai Raja, Imam, dan Nabi, Ia sangat berbeda dengan para pemimpin Yehuda. Untuk menyelamatkan umat manusia, sebagai Pemimpin Yesus rela menderita dan mati sebagai seorang manusia yang terkutuk oleh Allah maupun manusia. Melalui kematian-Nya, Ia memperlihatkan, sekali untuk selamanya, kualitas yang dituntut dari seseorang yang akan menjadi pemimpin - sebuah ciri dari seorang pemimpin sejati, yaitu selalu siap untuk melayani yang lain walaupun harus mengalami kerugian maupun penderitaan.

Renungkan: Jika Anda mempunyai kedudukan sebagai seorang pemimpin baik di tempat usaha, di gereja, maupun di dalam persekutuan, jadikanlah selalu kepemimpin Yesus sebagai teladan dalam memimpin dan membawa anggota jemaat Anda kepada tujuan yang sudah Allah tentukan. Ingatlah juga bahwa Allah dapat dan akan mengambil alih peran kepemimpinan kita, jika kita tidak melakukan tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang pemimpin.

(0.65) (Yer 45:1) (sh: Pelajaran dari Barukh (Kamis, 17 Mei 2001))
Pelajaran dari Barukh

Pasal ini merupakan penutup bagi kisah Yeremia dan Yehuda karena nama Yeremia disebut terakhir kalinya sebagai bagian dari sebuah peristiwa. Berdasarkan keterangan waktu yang diberikan (1), pasal ini berhubungan dengan pasal 36.

Sebagai pembantu setia Yeremia, Barukh pasti ikut mengalami risiko yang hebat dari pelayanan Yeremia (11:18-23; 36:19; 43:3). Mengamati apa yang menimpa Barukh kita pasti cenderung untuk membenarkan sikap Barukh yang mengeluh (3), atau paling tidak beranggapan bahwa reaksi Barukh adalah wajar. Mengapa kita berpikir demikian? Sebab kesetiaan, kegigihan, dan ketekunan Barukh tidak seharusnya mendapatkan perlakuan demikian (lih. pasal 36). Dengan kata lain kita bertanya mengapa Allah membiarkan hamba-Nya yang setia mengalami itu semua?

Berdasarkan respons Allah atas keluhan Barukh yang nampaknya tidak lemah lembut (4-5) ada empat kebenaran yang dapat kita pelajari. Pertama, kesetiaan, kegigihan, dan ketekunan dalam pelayanan bukan tiket masuk ke dalam kehidupan yang bebas dari sakit hati, tangis, ketakutan, maupun ancaman maut. Kedua, risiko apa pun yang dialami oleh seorang pelayan Tuhan harus selalu dilihat dari perspektif tujuan karya Allah yang lebih besar bagi manusia. Jika Allah bertujuan untuk meruntuhkan apa yang sudah Ia bangun dan mencabut apa yang sudah Ia tanam bahkan sekalipun seluruh negeri, mengapa Barukh memikirkan kepentingannya sendiri? Ketiga, kesulitan, tekanan, dan ancaman yang dialami oleh hamba-Nya yang setia sudah diberi batas oleh Allah (5). Keempat, konsekuensi dosa dari kelompok mayoritas akan dialami oleh seluruh masyarakat termasuk di dalamnya orang benar. Seperti Yeremia dan Barukh, mereka pun harus merasakan kekurangan makanan, hidup di antara puing-puing, dan dipaksa mengungsi ke Mesir.

Renungkan: Hidup Kristen sangat dinamis karena melibatkan emosi, perasaan, dan rasio. Kristen bukan robot. Ia diberi kesempatan untuk mengobservasi, berinteraksi, dan menganalisa peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan yang menimpanya. Dengan jalan demikian ia akan menjadi manusia yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak-Nya berdasarkan kerelaannya sendiri. Namun demikian Allah tetap memberikan batas-batas agar Kristen tidak sampai dihancurkan.

(0.65) (Yer 51:1) (sh: Allah dipihak umat-Nya (Selasa, 29 Mei 2001))
Allah dipihak umat-Nya

Berita penghukuman Babel terus berlanjut. Ini semakin mempertegas 2 hal. Pertama, berita ini mempertegas kepastian kehancuran Babel, tingkat kehancuran yang akan mereka alami, dan masa depan mereka. Kedua, ini juga mempertegas penghiburan dan pengharapan bagi Israel. Bagaimana detilnya?

Pemberitaan rencana Allah atas Babel (1-5) bukan gertak sambal sebab Allah sudah membangkitkan raja-raja Media (11) dan menetapkan batas kejayaan Babel (13, 14). Kekuatan besar mereka tidak akan mampu menggagalkan rencana-Nya. Buktinya? Babel pasti sudah tahu siapa yang diberitakan akan menaklukkannya jauh sebelum hal itu terjadi. Mereka seharusnya sudah mengantisipasi dengan menghancurkan kerajaan Media sebelum mereka menjadi kuat. Namun sejarah mencatat bahwa Media berhasil menaklukkan Babel pada tahun 539 s.M. Tingkat kehancuran yang akan mereka alami juga sangat fatal sebab generasi muda mereka akan dilenyapkan (3b). Dapatkah membangun masa depan bangsa tanpa generasi muda? Buat apa tinggal di Babel tanpa masa depan (8-9)? Babel layak menerima semua itu karena mereka telah menghancurkan Bait Allah (50:28; 51:11). Bait Allah adalah lambang kehadiran Allah di tengah-tengah umat- Nya. Penghancuran terhadap Bait-Nya sama dengan penghinaan terhadap-Nya.

Apa yang akan dialami oleh Israel berbeda. Walaupun dalam pembuangan karena dosanya, Allah ternyata tidak pernah meninggalkan mereka (5). Pengharapan menanti di ujung jalan karena penghukuman bukan kata akhir bagi kehidupan bangsa Israel. Identitas mereka akan dipulihkan karena penghajaran Allah telah selesai dan kasih-Nya kembali menyelimuti umat pilihan-Nya (10). Bayangkan bagaimana respons bangsa Yehuda yang ada di pembuangan ketika mendengar nubuat ini? Sukacita, menangis gembira, dan bersyukur kepada Tuhan. Mengapa? Karena mereka diingatkan bahwa Allah yang berdaulat atas seluruh dunia beserta segala isinya adalah Allah yang berpihak kepada mereka walaupun mereka sedang dalam penghajaran-Nya.

Renungkan: Respons Yehuda seharusnya menjadi respons Kristen juga yakni apa pun yang Kristen alami: penekanan, pembakaran, dan pemboman gereja, Allah di pihak kita. Kasih setia-Nya tak terbatas bahkan oleh penghajaran- Nya sekalipun.

(0.65) (Yer 52:1) (sh: Kasih setia Allah (Jumat, 1 Juni 2001))
Kasih setia Allah

Kitab Yeremia ditutup dengan kisah runtuhnya Kerajaan Yehuda. Ini merupakan pengulangan dari II Raja-raja 24:18-25:30 dan Yeremia pasal 40 dan 41. Mengapa ada pengulangan?

Pasal 52 terdiri dari 4 bagian: kejatuhan Yerusalem dan penangkapan Zedekia (1-16), penghancuran Bait Allah (17-23), jumlah rakyat Yehuda yang ikut dalam pembuangan (24-30), dan pembebasan Yoyakhin (31-34). Menarik untuk diperhatikan bahwa dalam pasal-pasal sebelumnya, Yeremia menulis tentang dosa Yehuda dan penghukuman yang akan menimpa dengan kata-kata yang menyatakan emosinya. Namun dalam penutupan yang singkat ini, Yeremia memaparkan kisah kejatuhan Yerusalem, penghancuran Bait Allah, dan penangkapan Zedekia secara lugas dan terus terang. Nampaknya emosi dan perasaan Yeremia sudah kering, tidak ada lagi kesan mengerikan ketika membaca kisah ini. Tragedi dan penderitaan bangsa Yehuda seakan-akan sudah menjadi hal biasa. Tragedi dan penderitaan mereka sudah menjadi sejarah yang harus dipelajari oleh generasi Yehuda selanjutnya agar mereka tidak mengulangi kesalahan dan penderitaan yang sama. Jadi pemaparan kembali kehancuran Yehuda mempunyai tujuan untuk menyatakan kepada generasi muda Yehuda bahwa penghukuman Allah atas umat-Nya yang berdosa itu mengerikan dan menghancurkan kondisi sosial, ekonomi, maupun rohani mereka. Kengerian itu bukan suatu dongeng tapi kenyataan dan kepastian yang akan dialami jika mereka mengulangi kesalahan nenek moyangnya.

Namun mengapa pelepasan Yoyakhin dikisahkan setelah kisah kehancuran ini? Yoyakhin adalah raja Yehuda terakhir bukan Zedekia, sebab Zedekia menjadi raja karena diangkat oleh Yehuda. Kisah pelepasan Yoyakhin karena belaskasihan raja Babel memaparkan bahwa belaskasihan Allah atas umat-Nya adalah kenyataan dan kepastian juga.

Renungkan: Bagi umat Allah penghukuman Allah atas dosa-dosa yang mereka lakukan dan belaskasihan Allah kepada mereka sama-sama pasti. Dua hal itu merupakan 2 sisi mata uang logam yang akan selalu membayangi umat-Nya. Namun karena anugerah dan kasih setia-Nya begitu besar maka kata terakhir bagi umat-Nya adalah belaskasihan Allah atas mereka untuk selama-lamanya. Terpujilah Allah yang kita kenal dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA