Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 15 No. 1 Tahun 2000 >  ETIKA KEUTAMAAN: YANG DILUPAKAN DAN YANG DIABAIKAN > 
MEMUPUK KEUTAMAAN 

Sekarang sampailah kita pada bagian yang amat penting dari diskursus tentang keutamaan, kalau keutamaan begitu penting sebenarnya untuk keberadaan kita sebagai manusia, lalu bagaimana cara memperolehnya. Keutamaan tidak diperoleh melalui kelahiran atau dengan membaca buku. Tidak ada orang yang sejak lahir memiliki keutamaan murah hati. Kalaupun ada kecenderungan bawaan yang membuat seorang lebih murah hati daripada orang lain. Namun sifat ini sendiri belum termasuk keutamaan moral. Itu baru sudah menjadi keutamaan moral. ketika misalnya, kemurahan itu diaplikasikan kepada orang yang tidak disenangi. Kalau kemurahan hanya berlaku pada lingkungan yang bersahabat itu belum memiliki kualitas moral dan masih kecenderungan natural (band. Mat 5:46) Kendati demikian, kecenderungan yang masih belum bersifat moral ini dapat lebih mudah meningkatkan diri menjadi keutamaan. Sukacita yang dimiliki seseorang sudah menjadi keutamaan ketika dalam keadaan yang berat, ia dengan wajar tanpa dibuat-buat masih mampu bersukacita.

Pada umumnya keutamaan dibentuk dengan jalan biasa dan siapa saja dapat menempuh cara ini. Selain itu, ada cara yang tidak biasa yang melibatkan anugerah Allah. "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya' (Flp 2:13). Yang terakhir ini di luar jangkauan kita. Yang dapat kita usahakan dari diri kita sebagai insan yang bertanggung jawab adalah memakai cara-cara biasa yang ada dalam jangkauan kita.

Keutamaan biasanya diperoleh melalui latihan dan pembiasaan diri yang terus-menerus dalam waktu yang cukup lama. Keutamaan tidak pernah jadi dalam sehari atau sebulan. Waktu yang lama diperlukan karena jalan menuju keutamaan adalah melalui berbagai situasi konkret yang mengandung tantangan moral. Dalam situasi-situasi tertentu orang tertantang untuk memperkuat atau memperlemah keutamaannya. Keutamaan pengendalian diri, misalnya, terbentuk melalui perjuangan melawan kecenderungan kita yang sebisa-bisanya memuaskan kesenangan. Maka setiap hari orang perlu melakukan perbuatan-perbuatan baik yang kecil, karena perbuatan-perbuatan itu akhirnya pada suatu hari bisa menjadi penyebab kemenangan yang besar. Sebaliknya, jika pada suatu kali dengan mudah orang menyerah untuk berbuat jahat, boleh jadi itu justru menjadi jalan menuju kekalahan yang besar di kemudian hari. Lagi menurut Lewis (Mere Christianity. 115), "Good and evil increase at compound interest. That is why the little decisions you and / make every day are of such infinite importance. The smallest good act today is the capture of a strategic point from which, a few months later, you may be able to go on to victories you never dreamed of. An apparently trivial indulgence in lust or anger today is the loss of a ride or railway line or bridgehead from which the enemy may launch an attack otherwise impossible."

Pembinaan suatu keutamaan bisa direncanakan. Pemerintah Singapura, misalnya, mencanangkan tolok ukur kemajuan rakyatnya dengan menambahkan dua kriteria baru, yakni menyukai kebersihan dan musik. Ternyata untuk negara yang pendapatan per kapitanya sudah mencapai US $20.000-an, tidak menjamin warganya otomatis menyukai kebersihan dan musik. Untuk itu pemerintah dengan sengaja memonitor WC umum dan menggalakkan paduan-paduan suara di sekolah. Ini sebuah usaha terprogram untuk membentuk kebiasaan menyukai hal-hal baru yang positif.

Pembinaan keutamaan perlu direncanakan karena ada kaitannya dengan gender dan usia. Sudah lama orang mengetahui terjadinya penurunan kemampuan reaksi kurang cepat dan menurunnya rasa humor yang hanya terjadi pada pria. Proses degradasi ini bisa dimulai sejak usia dua puluhan. Penyebabnya sejauh ini tetap misterius. Tetapi pada bulan April 1996 ada penemuan menarik dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat. Ruben Gur, neuropsikolog pemimpin sebuah tim riset di situ, mendapati bahwa degradasi itu terjadi karena pria hampir memakai kebanyakan waktunya dengan mengaktifkan bagian otak tertentu saja, bagian depannya (lobus frontalis). Ternyata bagian otak ini menderita kemunduran paling parah dengan berjalannya usia. Untuk mencegah kemunduran ini, Ruben mengatakan caranya adalah dengan memakai otak secara berbeda dari rutinitas. Pengacara atau akuntan, misalnya, memiliki aktivitas berkebun atau mengamati burung. Polisi belajar lagi bahasa lain atau memainkan alat musik. Wartawan melakukan olahraga kelompok atau kegiatan seni.

Otak manusia terdiri dari dua belahan yang fungsi berpikirnya berbeda. Belahan kiri berpikir secara logis, sistematis, dan analitis. Maka otak belahan kiri banyak berperan dalam mempelajari bahasa, matematika, dan hal-hal abstrak. Telah diselidiki juga bahwa otak belahan kiri menjadi sumber perasaan bahagia dan perasaan-perasaan positif lainnya. Sebaliknya, belahan otak kanan berperan dalam berpikir secara intuitif dan sintesis Belahan ini mengontrol banyak kemampuan seperti bicara dan menulis, apresiasi karya seni, orientasi ruang, kreativitas, koordinasi gerak dalam olah raga. Selain itu, belahan otak kanan juga berperan penting dalam munculnya perasaan-perasaan negatif seperti sedih, susah, dan sebagainya. Umumnya sebuah kegiatan hanya memerlukan fungsi sebelah otak. Namun pemakaian otak secara demikian ternyata tidak seimbang. Bila orang terlalu menekankan pemakaian otak kiri, ia akan kurang mampu mengolah hal-hal yang sudah diperolehnya. Bila ia terlalu memakai otak kanan, penalarannya akan lemah. Menghadapi dilema ini, ternyata tidak banyak kegiatan yang bisa menggabungkan fungsi kedua belahan ini. Dari sedikit kegiatan yang menggabungkan fungsi kedua belahan ini dengan serasi kelihatan jelas dalam kegiatan menggubah lagu. Kemampuan membaca not dan menggubah partitur berkaitan dengan otak kiri, sementara untuk sampai menjadi sebuah lagu yang indah otak kanan berperan. Demikianlah, pemakaian otak secara seimbang sedikit banyak berpengaruh pada keutamaan watak yang dipengaruhi oleh gender dan menuanya usia. Plato sudah jauh-jauh hari menyadari keseimbangan pemakaian otak ketika ia mengemukakan bahwa pendidikan manusia harus memperhatikan, dalam bahasa Inggrisnya. 3 H: Head (otak kiri), Heart (otak kanan) dan Hands (gerak). Asal orang mencermati perkembangan dirinya, maka ia dapat menghindari sifat-sifat aneh yang sering muncul pada orang dewasa.

Dalam rangka memupuk keutamaan agar menjadi milik yang tinggal tetap, ada hal yang menarik bahwa orang yang memilikinya tidak pernah tahu sungguh-sungguh apakah suatu kecenderungan moral telah menjadi bagian yang tidak akan pergi dari dirinya. Keadaan ini ada baiknya. Dengan tidak memiliki kepastian mutlak, orang terhindar dari sikap sombong dan tidak waspada, menganggap diri sudah kuat padahal kenyataannya tidak. Memang kewajiban orang bukan memastikan apakah ia sudah memiliki suatu keutamaan, melainkan selalu memupuk, memupuk, dan terus memupuk kecenderungan moral yang positif. Caranya adalah melakukan hal-hal rutin yang bakal membentuk keutamaan seperti beribadah secara teratur akan mempertajam indera rohani seseorang untuk berjalan dalam kehendak Allah dan mengetahui pimpinan yang khusus. Membiasakan diri dengan bacaan-bacaan klasik hasil refleksi para tokoh iman dan bapa gereja yang sudah teruji zaman sesungguhnya memperhadapkan kita dengan kekayaan spiritualitas yang luar biasa dan pada gilirannya akan memupuk kepekaan rohani kita sendiri. Sehingga dalam banyak hal, akhirnya kita boleh terhindar dari sikap berbagai kejatuhan.



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA