Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 14 No. 1 Tahun 1999 >  EKONOMI KERAKYATAN MENURUT KITAB AMSAL > 
KONSEP KEMISKINAN DAN PEMBEBASAN YANG KONSERVATIF 

Ekonomi kerakyatan pada Ams 10:1-22:16; 24-29 sangat bersifat konservatif.27 Hal itu dapat dilihat dari 4 ide pokok yang berkaitan dengan kemiskinan dan pembebasan dari kemiskinan pada perikop ini. Pertama, kemiskinan dikemukakan tidak sebagai akibat kesalahan kelompok lain, misalnya kelompok kaya atau penguasa, tetapi kesalahan kelompok miskin sendiri. Orang menjadi miskin karena berlaku fasik, merusak, malas, dan bodoh. Konsep sebab akibat sangat kental dalam kitab ini. Dengan demikian kekayaan diperlihatkan sebagai akibat dari kerja keras kelompok si kaya. Orang menjadi kaya karena hidup benar, jujur, rajin, dan berhikmat. Sebagai contoh:

"Tuhan tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolaknya. Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya" (Ams 10:4-5).

Ayat lain berisi konsep kemiskinan yang sama dapat dilihat di dalam Ams. 11:24-25,27; 13:4,18; 15:19; 18:9; 20:13; 24:30-34. Berkaitan dengan konsep ini, orang miskin dianggap berstatus hina, sementara itu orang kaya berstatus mulia. Sebagai contoh:

"Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak" (Ams 14:20).

Konsep yang sama dapat dilihat pada Ams 21:20; 28:11. Tetapi dalam perikop ini juga ditemukan sikap yang menolak pemujaan terhadap kekayaan, karena dianggap bersifat sementara. Bahkan di sini dapat ditemukan cukup banyak kritik sangat keras terhadap orang kaya yang mengumpulkan kekayaannya dengan cara fasik (Ams 10:2; 11:14,28; 13:11; 21:5,6; 22:2; 28:6).

Kedua, konsep sebab akibat yang sama juga berlaku dalam hal kekuasaan dan penindasan. Dikemukakan bahwa kemalasan tidak hanya berkaitan langsung dengan kemiskinan tetapi juga mengakibatkan penindasan atau kerja paksa. Sementara itu kekuasaan diperoleh bukan dari kekerasan, melainkan dari kerajinan. Sebagai contoh:

"Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa" (Ams 12:24).

Ketiga, berkaitan dengan konsep pertama, pembebasan terhadap orang miskin dapat terjadi melalui pembinaan bagi kelompok yang sama. Orang miskin perlu didik untuk menjadi orang yang hidup benar, rajin, dan berdisiplin. Sebagai contoh:

"Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang" (Ams 20:14).

Keempat, selain pembinaan bagi kelompok orang miskin, tindakan pembebasan bagi diri mereka agar lepas dari kemiskinan juga membutuhkan tindakan keadilan. Tindakan keadilan yang dibicarakan di sini adalah tindakan keadilan personal, yaitu setiap orang khususnya orang kaya harus melakukan tindakan yang adil terhadap orang miskin. Dalam hal ini orang kaya harus menolong orang miskin, orang kaya tidak boleh memperbanyak uang dengan riba, memeras, menindas orang miskin, dan tidak boleh merampas tanah orang miskin. Sebagai contoh:

"Siapa menindas orang yang lemah menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin memuliakan Dia" (Ams 14:31).

Ayat-ayat lain yang memberikan konsep yang bersamaan adalah Ams 15:22; 17:5; 22:28. Tindakan atau kewajiban melakukan keadilan ini dikaitkan dengan motif religius. Orang kaya yang tidak berlaku adil terhadap orang miskin akan menerima hukuman dari Tuhan. Sebagai contoh:

"Janganlah merampasi orang lemah karena ia lemah, dan Janganlah menginjak-injak orang yang berkesusahan di pintu gerbang. Sebab Tuhan membela perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka" (Ams 22:22-23; bdk. 23:10-11).

Tetapi pembebasan sosial, yaitu perubahan struktur masyarakat, seperti penolakan terhadap pemerintah yang berlaku tidak adil terhadap rakyat jelata yang miskin dan lemah,28 tak pernah dianjurkan. Sebaliknya komentar tentang raja selalu positif bahkan bila ia mempergunakan kuasa dengan merusak. Materi pendidikan tentang ekonomi kerakyatan tak menganjurkan suatu perlawanan tetapi menaati dia. Sebagai contoh:

"Kegentaran yang datang dari raja adalah seperti raung singa muda, siapa membangkitkan marahnya membahayakan dirinya" (Ams 20:2).

Konsep yang sama tentang hal ini dapat dilihat di dalam Ams 22:29; 29:14.



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA