Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 1 Tahun 1996 >  DASAR-DASAR TEOLOGIS PELAYANAN UNTUK ANAK > 
DASAR DARI DIRI DAN PEKERJAAN YESUS 

Keempat kitab Injil mencatat beberapa kejadian di mana Yesus menjadi marah, namun Markus adalah satu-satunya penginjil yang menggambarkan kemarahan Yesus dengan kata eganaktesen yang berarti panas hati melihat ketidakbenaran. Apa yang menyebabkan Yesus begitu marah? Karena Yesus melihat anak-anak kecil dihalau oleh para murid-Nya.

Peristiwa ini dicatat secara sinoptis dalam Matius 19:13-15, Markus 10:13-16 dan Lukas 18:15-17. Ketiga kitab Injil ini tidak mencatat mengapa para murid menolak anak-anak itu. Mungkin ini disebabkan karena para murid beranggapan bahwa Yesus sebaiknya tidak diganggu oleh kehadiran anak-anak. Kita juga tidak tahu umur berapa anak-anak itu. Markus dan Matius memakai istilah paidia yang berarti anak laki-laki atau perempuan dari segala usia, sedangkan Lukas memakai istilah brephe yang berarti bayi. Para penginjil juga tidak memberitahu siapa yang membawa anak-anak itu; mungkin orang tua mereka, mungkin juga hanya ayah mereka, sebab pada waktu itu ada kelaziman bahwa ayah membawa anak kepada rabi terkenal untuk diberkati. Weber mengutip Soferim 18:5 yang berbunyi: "It was a beautiful custom in Jerusalem to make little children, boys and girls, fast on the Day of Atonement ... and then carry or lead them to the elders for them to bless them..."885

Ketiga penginjil mencatat bahwa para murid memarahi orang yang membawa anak-anak itu. Lalu timbullah reaksi Yesus yang mengejutkan para murid. Yesus bukan memuji tindakan para murid, malah memarahi tindakan itu dengan sengit. Seolah-olah Yesus mau berkata bahwa menghalangi anak-anak datang kepada-Nya adalah sebuah perbuatan salah yang sangat besar.

Di sini kita melihat konsep yang tinggi tentang anak. Budaya yang lazim meremehkan anak, namun Yesus menghargai anak. "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah" (Mrk 10:14).

Ucapan Yesus itu ada tambahannya dalam Injil Markus dan Lukas, yaitu: "...Barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (ay. 15). Kedua ucapan Yesus ini tampak seperti berpokok tentang karakteristik anak kecil, misalnya polos, lugu dan bersahaja. Tetapi sebenarnya di sini Yesus sedang berbicara tentang karakteristik Allah. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada orang yang polos, lugu dan bersahaja, yang sama sekali tidak mempunyai perasaan sanggup, unggul atau lebih dalam hal kerohanian.886

Sebagai lambang pemberian Kerajaan Allah. Yesus memeluk anak-anak itu. Perikop ini memperlihatkan kutub-kutub yang bertolak belakang: Yesus marah dan Yesus memeluk, para murid menghalau tetapi Yesus menyambut, budaya masyarakat meremehkan anak tetapi Yesus menghargai anak.

Sebuah cerita lain tentang sikap Yesus terhadap anak terdapat secara sinoptis di Matius 18:1-5; Markus 9:33-37 dan Lukas 9:46-48. Menurut Matius konteksnya adalah suasana belajar dan mengajar rabinik di mana para murid bertanya siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan menurut kedua penginjil lainnya konteksnya adalah perselisihan para murid tentang siapa yang terbesar di antara mereka.

Terhadap persoalan ini Yesus memberi jawab dengan menempatkan seorang anak kecil di depan para murid dan berkata: "...Barangsiapa yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga" (Mat 18:4; bandingkan catatan Lukas yang berbeda dan Markus yang lebih berbeda lagi).

Di sini Yesus berbicara tentang kaidah Allah yaitu kebesaran, kedudukan dan kekuasaan. Yang dinilai besar oleh Allah adalah mereka yang "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil." Agaknya di sini Yesus berbicara tentang posisi tidak berdaya yang ada pada anak kecil. Lalu Yesus mengidentikkan diri dengan orang yang berposisi tidak berdaya: "Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (ay. 5).

Lalu Yesus melanjutkan, "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut" (ay. 6). Kata menyesatkan di ayat ini merupakan terjemahan dari kata Yunani skandaloon yang berarti perangkap, jerat, batu sandungan, tergelincir atau terjerumus ke dalam hal yang jahat. Di sini Yesus berbicara tentang perlindungan bagi anak dari manipulasi dan eksploitasi orang dewasa.887

Sikap Yesus menghargai anak dalam dua perikop sinoptis di atas, jangan diartikan bahwa Yesus mengidealisasikan anak, sebab dalam perikop lain, yaitu Mat 11:16-17 dan Luk 7:31-35 Yesus justru mengumpamakan umat Israel sebagai anak-anak yang kurang responsif dan kurang kooperatif.

Secara keseluruhan, dari catatan para penginjil tampak bahwa Yesus bersikap positif dan menilai anak secara tinggi.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA