Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 1 Tahun 1995 > 
TEOLOGIA HARUN HADIWIJONO DAN CALVINISME (UPAYA TELAAH PERBANDINGAN PERBEDAAN KEDUANYA) 
Penulis: Njoo Mee Fang540
 PENDAHULUAN

Secara umum kekristenan di Indonesia berada di bawah pengaruh Calvinisme Belanda. Hal ini mungkin disebabkan oleh penanaman gereja-gereja Indonesia oleh para missionari Belanda sejak jaman penjajahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan teolog Indonesia berada di bawah payung Calvinisme atau tradisi Reformed. Salah satu daripadanya adalah Dr. Harun Hadiwijono yang telah menuangkan pemikiran teologinya dalam beberapa karya tulis.

Dr. Harun Hadiwijono adalah salah seorang teolog Indonesia yang mencoba mengungkapkan pergumulan dogmatis yang dialaminya dalam konteks masyarakat Indonesia. Oleh karena itu merupakan hal yang menarik untuk membandingkan pemikiran teologinya dengan Calvinisme atau tradisi Reformed. Perbandingan pemikiran Dr. Harun Hadiwijono dan Calvinisme tulisan paper ini difokuskan pada ajaran tentang Alkitab dan manusia. Pemilihan dua tema ini diambil karena tampaknya terdapat perbedaan prinsipil di antara keduanya. Sedangkan pembahasan mengenai doktrin Allah dan gereja keduanya secara prinsipil tidak berbeda.

Penulis menyadari bahwa artikel ini dibuat dengan sedikit berani dan tidak sempurna karena keterbatasan bahan dan pengenalan penulis sendiri terhadap kedalaman teologi keduanya. Oleh karena itu tulisan ini hanya merupakan upaya telaah perbandingan pemikiran teologi Dr. Harun Hadiwijono dan Calvinisme secara garis besar yang tampak dari fenomena karya tulis mereka. Upaya ini dilakukan dalam rangka pemahaman tentang Calvinisme asali dan perkembangannya di Indonesia menurut kaca mata Dr. Harun Hadiwijono sebagai salah satu teolog Indonesia.

 RIWAYAT SINGKAT DR. HARUN HADIWIJONO

Dr. Harun Hadiwijono adalah mantan guru besar dan rektor STT Duta Wacana di Yogyakarta. Beliau studi di sekolah Teologia di Yogyakarta kemudian melanjutkan di Vrije Universiteit di Amsterdam dan memperoleh gelar doktor teologia tahun 1967.

Beliau menulis beberapa buku yang diterbitkan Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia yakni: Inilah Sahabatku, Iman Kristen, Kebatinan Dan Injil, Teologi Reformatoris Abad ke 20, Religi Suku Murba, Sari Filsafat India, Agama Hindu dan Budha. Buku Iman Kristen adalah buku dogmatika terakhir yang ditulis beliau. Melaluinya penulis menguraikan pandangan dogmatikanya yang paling lengkap dan relevan.

Bahasan berikut ini banyak mengambil acuan dari 4 karya tulis yang disebutkan pertama, sebagai karya tulis tentang dogmatika Kristen menurut Dr. Harun Hadiwijono.

 PANDANGAN TENTANG ALKITAB

1. Calvinisme

Alkitab adalah firman Allah dan merupakan otoritas final terhadap kepercayaan dan perbuatan Kristen. Roh Kudus dalam cara-Nya yang khusus dan penuh misteri menyatakan kehendak dan karya Allah dan membimbing (Ingg: guided) para penulis dalam penulisan mereka.

Alkitab menyatakan Allah dan rencana-Nya pada kita namun Alkitab juga tetap memiliki misteri keberadaan ilahi yang tidak dapat dijangkau pemikiran manusia541 Dasar Alkitabnya untuk hal ini adalah Ul. 29:29.

Alkitab adalah firman Allah karena pencerahan Roh Kudus sebagai kesaksian internal. Jadi bukan karena logika, sejarah atau argumentasi lainnya. Bukti paling tinggi bagi Alkitab pada umumnya terpancar dari diri Allah yang berbicara dalam Alkitab itu, yakni pada kesaksian Roh Kudus yang tersembunyi.542 Kesaksian Roh Kudus lebih unggul dari alasan logis manapun juga, sebagaimana Allah sendiri sudah cukup memberi kesaksian tentang diri-Nya di dalam firman-Nya.

2. Dr. Harun Hadiwijono

Dr. Harun membagi penyataan dalam dua kategori yakni penyataan yang tidak langsung dan yang langsung.543 Penyataan tidak langsung adalah penyataan Allah yang diberikan dengan karya-Nya di dalam alam semesta dan di dalam karya pemeliharaan-Nya atau di dalam sejarah. Sedangkan penyataan langsung atau puncak penyataan Allah adalah Tuhan Yesus Kristus, yakni Firman yang telah menjadi manusia.

Alkitab adalah hasil penulisan manusia yang bersaksi. Yang menjadikan Kitab suci berdaulat bukan sifatnya yang ilahi, melainkan karena Kitab suci berisi kesaksian akan karya penyelamatan Kristus, Firman Allah yang sejati.544 Di dalam Alkitab manusia bersaksi tentang karya penyelamatan Allah yang dilakukan dalam Kristus, tetapi di dalam segala usaha manusia itu Roh Kudus bersaksi tentang Kristus.545 Alkitab oleh karenanya adalah alat Roh Kudus untuk menyaksikan karya penyelamatan Kristus. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang karya penyelamatan Allah yang dilakukan dalam Kristus.546

Kitab suci sebagai kitab, sebagai buku memang terikat kepada waktu dan tempat akan tetapi itu tidak berarti bahwa Kristus, Firman Allah yang sejati terikat kepada waktu dan tempat.547 Alkitab sebagai kitab kesaksian tentang penyataan atau wahyu ilahi yang ditulis oleh orang-orang yang terikat pada tempat dan zaman ketika mereka memberikan kesaksian itu, maka Alkitab terikat juga kepada bahasa, tata cara dan lain sebagainya dari orang-orang yang bersaksi.548

Demikianlah orang-orang yang menyaksikan bagaimana Tuhan Allah memperkenalkan kasih-Nya kepada mereka, diwajibkan meneruskan berita tentang karya Tuhan Allah itu kepada orang lain serta kepada keturunan berikutnya.549 Pembukuan penyataan Tuhan Allah itu menjadikan kita, orang-orang yang hidup setelah zaman Tuhan Yesus dapat bersekutu dengan Tuhan Allah.

3. Perbandingan

Dalam uraian mengenai penyataan Allah pada manusia Dr. Harun kurang menekankan Alkitab sebagai penyataan Allah yang khusus, yang dapat membawa manusia pada keselamatan. Hal ini membedakannya dari semangat dan dasar teologi Reformed yang sangat menjunjung tinggi Alkitab.550 Demikian juga secara khusus membedakannya dengan Calvinisme yang menekankan Sola Scriptura.551

Memang Dr. Harun tidak sama persis dengan teolog Neo-Ortodoks seperti Karl Barth yang begitu menegaskan Yesus Kristus sebagai jantung revelasi hingga menolak semua keberadaan penyataan apapun di luar Kristus.552 Namun dia sangat menekankan Yesus Kristus sebagai penyataan langsung Allah sehingga secara tidak langsung menyisihkan nilai kepentingan Alkitab yang merupakan penyataan Allah yang ilahi.553

Secara sekilas pandangan tentang pengilhaman Alkitab antara Calvinisme dan Dr. Harun tidak berbeda, namun keduanya memberi tekanan yang berbeda. Keduanya memandang pengilhaman dan penulisan Alkitab adalah hasil 'kerja sama' Roh Kudus dan para penulis. Namun Calvinisme lebih menekankan peranan Roh Kudus sebagai yang utama sedangkan Dr. Harun sebaliknya seperti yang ternyata dalam contoh-contoh kutipan berikut ini:

Apakah pada waktu itu Paulus hanya berfungsi sebagai medium, yang kosong, yang kemudian diisi dengan Roh Kudus dan Roh Kudus inilah yang berbicara melalui mulut Paulus? Kami kira tidak. Pada waktu itu Paulus bersaksi sendiri. Sekalipun demikian sekalipun semua kata-kata yang diucapkannya itu adalah kata-kata manusia, kesaksian manusia namun dapat dikatakan juga bahwa Roh Kudus turut bersaksi di dalam kesaksian Paulus itu. Sebab Roh Kudus menurut Alkitab, bersaksi dengan perantaraan kesaksian manusia.

Sekalipun segala kesaksiannya itu adalah hasil pekerjaannya sendiri, akan tetapi para rasul yakin bahwa Roh Kudus ada di belakangnya.

Sekalipun demikian, tidak semua kata-kata Paulus yang telah diucapkan demi kepentingan jemaat itu adalah firman Tuhan. Sebab rasul Paulus dapat dengan jelas membedakan pikirannya sendiri dengan pikiran Tuhannya (1Kor 7:6,7).

Dr. Harun sangat menekankan bahwa Alkitab merupakan kesaksian manusia akan karya penyelamatan Kristus. Penekanan sedemikian dapat mengakibatkan dampak lebih jauh yang menyimpang dari Calvinisme. Ajaran Calvin meyakini bahwa Alkitab bukan sekedar catatan yang dibuat manusia untuk menyaksikan tentang Tuhan Yesus Kristus. Alkitab adalah wahyu Allah yang tertulis, yang dipilih Allah (bukan semata-mata hasil karya otak manusia) untuk menyaksikan tentang karya penyelamatan-Nya dalam Tuhan Yesus Kristus dan kehendak Allah atas manusia dalam hubungan dengan karya penyelamatan tersebut.554

Konsep bahwa Alkitab hanyalah catatan kesaksian dapat mengarah pada pemikiran bahwa keabsahan Alkitab bergantung pada pengalaman pribadi pembaca ketika percaya dan memperoleh 'persekutuan dengan Allah Bapa di dalam Kristus'. Hal ini tersirat dalam kutipan sebagai berikut;555

Sekarang Yohanes menyaksikan penyataan Allah di dalam Kristus itu kepada mereka yang dikirimi suratnya. Jika mereka percaya kepada kesaksian Yohanes itu, mereka tidak menganggap Yohanes sebagai penipu. Percaya kepada kesaksian Yohanes sebagai kesaksian yang benar berarti, bahwa mereka percaya kepada Yesus Kristus sebagai penyataan Tuhan Allah. Demikianlah penyaksian penyataan Tuhan Allah tadi menjadikan orang lain dapat bersekutu dengan Tuhan Allah sendiri.

Pandangan sedemikian mendekati pemikiran Karl Barth khususnya tentang Alkitab, seperti yang ternyata dalam kutipan sebagai berikut;556

The word is God's communication to humans; his self-disclosure in Jesus Christ. It is a human document and becomes the Word only as the Holy Spirit testifies to it; thus use of higher and lower criticism is permissible and necerssary. Further if Scripture has authority only as it witnesses to the Word, then it has no authority in and of itself.

Bandingkan dengan beberapa kutipan tulisan Dr. Harun berikut ini:

Firman Tuhan Allah adalah alat komunikasi Tuhan Allah dengan manusia. Di dalam PB ada gagasan baru, yaitu bahwa penyataan atau perkenalan Tuhan Allah yang dengan FirmanNya itu diwujudkan di dalam diri Tuhan Yesus Kristus.557

Alkitab adalah alat Roh Kudus untuk menyaksikan karya penyelamatan Kristus ... Maka Alkitab tidak boleh dipisahkan dari isinya (yaitu keselamatan di dalam Kristus) dan dari tabiatnya sebagai kesaksian tentang Kristus Yesus.558

Kemiripan pandangan ini mengandaikan penyimpangan yang sama yang telah dilakukan Karl Barth. Barth meyakini Alkitab dengan jelas menyaksikan bahwa manifestasi yang paling mulia dari penyingkapan Firman adalah dalam diri Tuhan Yesus Kristus sendiri (Yoh 1:1,14 ;Ibr 1:2 Wah 19:13). Jadi meskipun Barth juga mengatakan bahwa Alkitab adalah Penyataan Allah yang tertulis, maka pengertian implisitnya adalah sekunder, karena baginya seluruh Alkitab hanyalah catatan yang menunjukkan dan menyaksikan tentang Yesus Kristus.559

Selanjutnya demi mendapat pengertian yang hakiki dari kesaksian dalam Alkitab maka usaha penafsiran Alkitab mutlak sangat penting, seperti dinyatakan dalam kutipan berikut ini;

Kesaksian manusia tentang karya penyelamatan Kristus adalah kesaksian Roh Kudus, dengan syarat, jikalau kesaksian itu adalah benar, tidak menyimpang dari kenyataannya. Bagi kita yang hidup pada zaman sekarang ini hal itu berarti, bahwa tafsiran yang benar adalah hal yang menentukan. Bukan segala uraian yang diambil dari Alkitab adalah firman Tuhan. Uraian itu adalah firman Tuhan jika meneruskan kerygma atau berita yang benar dari Alkitab.560

Usaha penafsiran ini sedemikian penting karena menentukan nilai firman Tuhan dalam Alkitab bagi pembaca.561 Dan dari pemikiran ini secara tersirat hendak dikatakan bahwa Alkitab tidak selalu merupakan firman Allah karena bergantung pada syarat tertentu misalnya tafsiran yang benar. Sampai di sini kita berhadapan dengan hal yang sangat prinsipil dalam Calvinisme atau teologi Reformed. Apakah Alkitab adalah firman Allah ataukah hanya berisi firman Allah.

Sangatlah dini untuk menggolongkan bibliologi Dr. Harun sebagai doktrin yang mengarah pada kelompok Neo ortodoks. Uraian singkat dalam artikel ini tidak cukup valid untuk itu,dan juga dalam beberapa segi Dr. Harun berbeda pandangan dengan Barth sebagai tokoh Neo ortodoks. Namun pada akhirnya terlihat bahwa bibliologi Dr. Harun berbeda dengan Calvinisme, walaupun hal ini tidak jelas tampak tersurat. Hal ini disebabkan pemakaian istilah yang sama namun seringkali berbeda definisi dan arti atau konotasinya.

 PANDANGAN TENTANG MANUSIA

1. Calvinisme

Manusia adalah ciptaan Allah yang ditempatkan dalam di tengah ciptaan lain sebagai pelayan pekerjaan Allah. Manusia diciptakan dalam gambar Allah dengan pengetahuan, kebenaran dan kekudusan.562 Sebagai gambar Allah manusia memiliki kehendak bebas yang memiliki kemampuan bebas untuk taat atau tidak pada hukum Allah.

Manusia terdiri dari jiwa dan raga.563 Jiwa adalah suatu wujud yang abadi, tetapi yang diciptakan juga sebagai bagian manusia paling luhur. Meskipun manusia dalam rupa lahiriah mencerminkan kemuliaan Allah, tetapi gambar Allah sebenarnya terdapat dalam jiwa.

Allah membuat hubungan Perjanjian dengan manusia. Allah menjanjikan berkat dan rahmat-Nya sedangkan manusia harus menguasai alam dengan menyadari statusnya sebagai ciptaan di bawah kuasa kedaulatan Allah.

Namun manusia melanggar perjanjian ini dengan memberontak terhadap kekuasaan Allah. Dalam cobaan Iblis manusia menempatkan dirinya di luar kekuasaan Allah dan menyembah ciptaan daripada sang Pencipta. Oleh karena itu manusia jatuh dalam penghakiman Allah.

Dalam kejatuhan dalam dosa gambar Allah dalam hati manusia tidak sama sekali rusak dan binasa, tetapi rusak sedemikian rupa hingga yang masih tersisa merupakan sesuatu yang cacatnya mengerikan.

Allah yang berdaulat tidak berhenti dalam mewujudkan rencana dan tujuan-Nya. Dalam kekekalan Allah memilih sejumlah besar manusia di antara ciptaan-Nya yang jatuh untuk diperdamaikan-Nya dengan diri-Nya.564 Untuk mewujudkan rencana-Nya maka Dia mengirim AnakNya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus untuk membayar upah dosa. Yesus Kristus menebus manusia hingga dapat memenuhi standard kebenaran Allah.

Roh Kudus dikirim bagi orang pilihan untuk membimbing mereka mengenal kebenaran Alkitab dan memampukan mereka menerima janji pengampunan Allah.565 Hanya dengan iman manusia dapat diselamatkan melalui kuasa Roh Kudus yang melahirbarukan. Sebagai orang-orang pilihan Allah mereka harus menunjukkan kehidupan yang sesuai yakni selalu memuliakan Allah dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

2. Dr. Harun Hadiwijono

Manusia bukanlah keturunan Tuhan Allah, ia juga bukan mengalir keluar dari Allah tetapi diciptakan Allah (Kej 2:7). Kej 2:7 tidak boleh diartikan secara hurufiah apa adanya tetapi harus kita ambil intinya saja.566 Maksud cerita ini ialah memberitakan bahwa manusia itu adanya bukan karena dirinya sendiri.567 Semula manusia tidak ada, kemudian adanya karena diciptakan oleh Allah.

Tubuh manusia menampakkan pribadi manusia dalam keseluruhannya dari segi yang lahir. Jiwa atau nyawa adalah ungkapan Alkitab untuk menyebut manusia dalam keseluruhannya dari segi batin, sebagai makhluk yang bernafsu, berkehendak, berpikir dan sebagainya. Hati adalah ungkapan Alkitab untuk mengungkapkan segi hidup manusia yang tidak tampak yakni segi batin, yang menjadi asas pribadi manusia. Roh adalah segi hidup manusia yang batin juga, yang dapat menerima dan menyatakan pengamatan rohani. Roh ini tidak berdiri sendiri melainkan manusia sebagai keseluruhan, sebagai makhluk yang berpikir, berbuat, berkehendak dan lain-lain. Jadi badan mengungkapkan manusia seutuhnya, jiwa mengungkapkan manusia seutuhnya demikian juga halnya dengan hati dan roh.568

Hubungan antara jiwa, nyawa, pati dan roh di satu pihak dengan tubuh di lain pihak, jika hendak dirumuskan dalam bahasa ilmiah psikologi, dapat disebut 'aku' atau ego di satu pihak dengan badan di lain pihak Hubungan 'aku' dengan badan bukanlah sebagai 'yang tinggi' dan' yang rendah', bukan sebagai zat halus dan zat kasar melainkan sebagai 'inti' dan periferi atau sekitarnya.569

Dalam Perjanjian Lama ungkapan 'dijadikan menurut gambar dan rupa Allah' berarti bahwa manusia dijadikan memiliki kesamaan ilahi yang harus dilihat sebagai kesamaan antara Bapa dan anak.570 Pengertian sedemikian juga terdapat dalam Perjanjian Baru. Arti ungkapan 'gambar' dan 'rupa' ialah bahwa gambar itu adalah gambar yang baik, gambar yang cocok dengan yang digambarkan bukan karikatur bukan gambar ejekan.571 Ungkapan segambar dan serupa dengan Allah atau persamaan ilahi itu sebenarnya adalah suatu panggilan yang pelaksanaannya bergantung pada sikap manusia terhadap Tuhan Allah. Jadi 'gambar Allah' bukanlah sesuatu yang inherent pada manusia atau bersatu padu dengan manusia572, dan juga bukan sesuatu yang berada secara status pada diri manusia.573

Isi gambar Allah atau kesamaan ilahi manusia adalah kesamaan kualitas hidup yang disebut 'manusia baru' atau 'cara hidup baru' setelah manusia jatuh dalam dosa. Karenanya 'dijadikan menurut gambar dan rupa Allah' berarti manusia harus mencerminkan hidup ilahi dalam hidupnya sehari-hari.574

Setelah manusia jatuh dalam dosa gambar Allah pada manusia telah rusak secara menyeluruh.575 Manusia tidak lagi mencerminkan hidup ilahi dalam hidupnya. Kerusakan menyeluruh ini dapat disimpulkan dari pembaharuan gambar Allah pada manusia yang dilakukan oleh Tuhan Yesus juga secara menyeluruh.

3. Perbandingan

Dr. Harun dan Calvinisme sama-sama menegaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah, walaupun memakai argumen yang berbeda.576

Calvin menegaskan pandangan ini untuk menghadapi bidat Manikheis pada zamannya yang mengajarkan bahwa jiwa itu adalah cangkokan hakekat Allah, seakan sebagian dari keilahian yang tanpa batas itu telah mengalir ke dalam manusia. Sedangkan Dr. Harun menekankan hal ini sesuai konteks masyarakat Indonesia yang banyak menghadapi aliran kebatinan maupun agama-agama yang mengajarkan bahwa manusia bukan keturunan Allah, bukan mengalir keluar dari Allah dan lain-lain.577

Calvinisme menegaskan bahwa manusia terdiri dari jiwa dan raga. Sedangkan Dr. Harun menekankan manusia seutuhnya yang memiliki segi lahir atau badan dan segi batin yakni jiwa, hati, roh. Dua pandangan ini pada dasarnya tidak berbeda, hanya pada permukaannya memberi kesan berbeda. Ajaran Calvinisme tentang manusia disebut Dikhotomi. Di pihak lain Dr. Harun menganggap pandangan Dikhotomi ditolak oleh Alkitab.578

Penolakan ini tidak identik dengan posisi berlawanan terhadap Calvinisme. Sebab yang ditentang oleh Dr. Harun adalah pengertian Dikhotomi yang dualistis, seperti tertulis dalam kutipan berikut;

Kecuali trikhotomi juga dikhotomi, yaitu ajaran yang mengajarkan, bahwa manusia terdiri dari badan dan jiwa, ditolak oleh Alkitab, jikalau badan dan jiwa dipandang sebagai dua zat yang saling bertentangan.579

Sedangkan dikhotomi dalam Calvinisme tidak bersifat dualistis baik secara tersirat atau tersurat tidak pernah jiwa dipertentangkan dengan raga. Pandangan ini ditegaskan oleh Louis Berkhof;

On the one hand the Bible teaches us to view the nature of man as a unity, and not as a duality, consisting of two different elements, each of which move along parallel lines but do not really unite to form a single organism ... While recognizing the complex nature of man, it never represents this as resulting in a twofold subject in man. Every act of man is seen as an act of the whole man.580

Secara implisit Dr. Harun mengakui adanya dua bagian (bukan empat bagian; tubuh, jiwa, hati, roh) dalam diri manusia yakni segi lahir atau tubuh dan segi batin yang terdiri dari jiwa atau nyawa, hati dan roh. Pandangan ini secara tidak langsung adalah dikhotomi yang pada dasarnya tidak berbeda dengan Calvinisme.

Keduanya setuju bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, namun pada isi pengertian kedua istilah ini keduanya berbeda. Calvinisme menyimpulkan bahwa gambar Allah pada manusia mulanya tampak dalam kecerdasan akal budi dan dalam ketulusan hati dan kesehatan semua bagian.581 Sedangkan Dr. Harun memandang gambar dan rupa Allah sebagai persamaan ilahi. Lebih konkrit dikatakan bahwa itu sebenarnya adalah suatu panggilan yang pelaksanaannya bergantung pada sikap manusia terhadap Tuhan Allah. Jadi 'gambar Allah' bukanlah sesuatu yang inheren pada manusia atau bersatu padu dengan manusia.

Pandangan Calvinisme dalam hal ini bersesuaian dengan tradisi Kristen yakni gambar ditafsirkan sebagai ciri-ciri seperti pengetahuan, kesadaran moral, kesempurnaan moral asli dan kekekalan. Sedangkan pandangan Dr. Harun kurang memiliki dukungan yang kuat dan argumen penunjangnya lemah. Kej 1:26 menuliskan "Baiklah kita menjadikan, manusia menurut gambar dan rupa kita". Kalimat ini menempatkan manusia sebagai pihak yang pasif yakni sebagai yang dijadikan menurut gambar dan rupa Pencipta. Jadi tidak tepat jika dikatakan bahwa perwujudan gambar dan rupa Allah adalah panggilan yang pelaksanaannya bergantung pada sikap manusia. Gambar dan rupa Allah telah ada dalam diri manusia yang diciptakan Allah, sekalipun ini menjadi rusak setelah kejatuhan dalam dosa.

Berdasarkan perbedaan pengertian mengenai gambar dan rupa ini maka mempengaruhi keduanya dalam meninjau kerusakan yang diakibatkan kejatuhan dalam dosa. Menurut Calvinisme kerusakan yang terjadi sedemikian hebat tetapi bagaimanapun juga masih ada sisa-sisanya. Sisa-sisa tersebut tidak dapat memberi dasar bagi pembenaran manusia namun masih memberikan ciri keberadaan manusia sebagai ciptaan yang berbeda dari yang lain.582 Beberapa teolog Calvinisme seperti A. Kuyper dan H. Bavinck memakai istilah anugerah umum dengan pengertian bahwa Allah dalam kemurahan-Nya menahan akibat paling buruk dari kejatuhan yang memungkinkan kehidupan dunia yang lumayan bagi manusia.583 Dasar pemikiran untuk ini adalah Alkitab yang tidak menuliskan tentang kehilangan total gambar Allah dan pada bagian tertentu memakai istilah itu untuk manusia yang sudah jatuh (bdk. Kej 9:6; 1Kor 11:7; Yak 3:9).

Sebaliknya Dr. Harun menekankan kejatuhan manusia dalam dosa telah mendatangkan kerusakan menyeluruh pada gambar Allah pada manusia. Pemikiran ini sejajar dengan pengertiannya tentang gambar Allah yakni manusia hidup mencerminkan keilahian dalam hidup sehari-hari. Jika dilihat dari pengertian sedemikian maka dapat dikatakan memang manusia sudah tidak lagi hidup mencerminkan keilahian sejak jatuh dalam dosa dan diperbudak oleh dosa.

Dalam pembahasan mengenai istilah 'gambar' dan 'rupa' rupanya Dr. Harun salah dalam menangkap pemikiran Calvin. Perbedaan persepsi tersebut tampak dalam perbandingan kutipan dari buku Iman Kristen dan Institutio;

Dalam Teologia Calvinis (?) biasanya diterangkan demikian, bahwa yang dimaksud dengan "gambar" (tselem) adalah hakekat manusia yang tidak dapat berubah, sedang yang dimaksud dengan "rupa" (demuth) adalah sifat manusia yang dapat berubah.584

Y. Calvin:

Juga ada perbedaan pendapat yang tidak kecil mengenai kata-kata "gambar" dan "rupa", oleh karena mereka yang menerangkan kedua kata itu mencari perbedaan yang sebenarnya tidak ada di antaranya; kata "rupa" itu hanya ditambahkan sebagai keterangan.585

Sesungguhnya bagi Calvin kedua istilah tersebut tidak berbeda. Sedangkan menurut Dr. Harun sesuai penyelidikannya terhadap pendapat ahli-ahli Perjanjian Lama, kedua kata itu saling menambah serta menunjuk pada hubungan antara manusia dengan Allahnya yakni suatu kesamaan ilahi. Pendapatnya ini menyiratkan adanya sedikit perbedaan antara kata 'gambar' dan 'rupa' seperti yang ternyata dalam kutipan berikut;

Kebanyakan daripada ahli P.L. setuju, bahwa kata tselem (gambar) harus diartikan sebagai "gambar asli, patung atau model", sedang kata demuth (rupa) harus diartikan "copy, tembusan", hal yang menunjukkan kesamaan.586



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA