Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 >  PENCIPTAAN DI DALAM TEOLOGI PERJANJIAN LAMA > 
SIGNIFIKANSI TEOLOGI PENCIPTAAN DI DALAM PL 

Kisah penciptaan di dalam PL tidak sama dengan kisah-kisah kuno tentang penciptaan. Ada dua keunikan ajaran penciptaan di dalam PL.507

Pertama, Allah menciptakan langit dan bumi melalui kuasa Firman. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada (Mzm 33:9; bdk. 148:5). Di dalam kisah penciptaan Kej 1:1-2:4a rumusan "berfirmanlah Allah... lalu... jadi" begitu dominan. Firman Allah adalah sarana pewahyuan diri Allah sendiri. Melalui FirmanNya Allah membuka rahasiaNya dan membiarkan diri-Nya dikenal. Maka melalui dunia ciptaan yang merefleksikan kesempurnaan dan kebijaksanaan Tuhan, sedikit banyak manusia boleh sampai pada pengenalan akan Allah.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (Mzm 19:2). "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kau jadikan dengar kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." (Mzm 104:24) "Tuhan lah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya" (Yer 10:12).

Kedua, Allah menciptakan langit dan bumi sebagai tanda kemenangan-Nya atas kuasa-kuasa kekacauan. Umat Israel meyakini dan mengalami bahwa di dunia ini aktif bekerja kuasa-kuasa perusak dan pengacau tatanan hidup yang teratur. Ada padang gurun yang dengan kegersangannya mematikan segala yang hidup. Ada kegelapan malam yang membahayakan. Ada laut dengan gelombangnya yang dahsyat yang di dalam PL dilambangkan dengan kekuatan yang mengacaukan dari tubir raya (Mzm 89:9-10).508 Di dalam tubir raya ini biasanya diam hewan raksasa Rahab (Ayb 26:12; Yes 51:9), Lewiatan atau ular naga (Mzm 74:13-14; Yes 27:1). Ungkapan tohu wabohu juga menandai kekosongan yang dahsyat.509

Yang menarik adalah bahwa kekuatan perusak yang ditakuti orang kuno ini juga diakui eksistensinya oleh orang Israel. Hanya saja hal ini tak pernah menjadi pokok kepercayaan mereka. Mereka lebih meyakini bahwa Allah sudah mengalahkan semuanya pada awal dunia pada saat penciptaan dunia (Ayb 26:12; Mzm 74,89). Allah sudah membendung samudera raya yang tadinya mau meliputi segala yang hidup (Kej 1:2,6-8, 7:11, 8:2).

Maka tidak heran kalau ditegaskan bahwa ciptaan merupakan karya Allah yang baik. Di dalam Kejadian 1 ada tujuh kali penilaian "baik" dari Allah alas ciptaan-Nya dengan klimaks penilaian "sungguh amat baik" ketika Allah selesai menjadikan manusia (ayat 4,10,12,18,21,25,31). "Baik" (tob) di sini berarti tepat, indah, bagus, dan menyenangkan. Allah memberkati binatang-binatang di laut (Kej 1:22), manusia (Kej 1:28), dan hari sabat (Kej 2:3). Dunia yang baik ini mengandung potensi berkat Allah dan siap untuk diaktualisasikan.

Ada dua implikasi dari penciptaan dunia seperti ini.510 Pertama, ciptaan Tuhan pada dasarnya baik. Tidak ada alasan untuk menyepelekan dunia ciptaan atau menganggap bahwa dunia ini jahat, menyusahkan dan fana, sehingga tidak perlu ditanggapi serius dan hanya perlu cepat-cepat dilewati. Malahan dunia ciptaan ini penting artinya, karena menjadi arena untuk segala sesuatu yang terjadi baik di antara Allah dan manusia maupun di antara sesama manusia sendiri.

Kedua, ciptaan adalah milik Allah. Dengan demikian ciptaan harus diperlakukan dengan penuh tanggung jawab tanpa mengilahkannya. Dunia ada batasnya. Tindakan yang semena-mena terhadap manusia dan ciptaan lain hanya mendatangkan murka dari Dia yang Empunya dunia ini beserta dengan segala isinya. Dalam perspektif inilah harus diletakkan peringatan untuk bertindak adil dan murah hati terhadap mereka yang tertindas (Ams 14:31, 22:2).

Kondisi baik dari dunia ciptaan tidak berarti bahwa ciptaan berhenti pada tahap itu dan potensinya tidak lagi bisa berkembang lebih lanjut. Sesungguhnya kemajuan dunia berkaitan erat dengan kebaikan dunia yang berkembang di dalam batas-batas potensi yang ada. Tuhan memang meletakkan potensi kebaikan yang bisa berkembang.

Penciptaan tidak berhenti pada hari ke-7 pada saat Allah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya (Kej 2:2-3). "Allah berhenti" tidak berarti bahwa Ia mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai Sang Pencipta. Allah tidak lepas tangan dari ciptaan-Nya seperti sebuah jam yang dibiarkan terus jalan sampai ia mati atau rusak sendiri (bdk. deisme). Tetapi Allah tetap menciptakan melalui proses-proses kehidupan yang sudah ditanamkanNya di dalam dunia ciptaan, dan dengan itulah Ia masih memelihara kelangsungan eksistensi ciptaan.511 Manusia sampai sekarang ini, misalnya, tetap bisa dikatakan sebagai ciptaan Tuhan (bdk. Mzm 139:13-14). Hanya saja kita diciptakan bukan dalam konteks penciptaan pertama, yang dari tidak ada menjadi ada, melainkan dalam konteks pemeliharaan Allah.

Perlu dicatat bahwa kebaikan dan kesempurnaan dunia ciptaan tidak dimiliki sebagai sifat yang tetap dan berdiri sendiri.512 Kebaikan dunia ciptaan tetap bergantung sepenuhnya pada Allah Sang Pencipta. Dan jalan yang ditempuh Allah untuk melestarikan ciptaannya adalah dengan menempatkan manusia ke dalam posisi sebagai mitra Allah.



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA